“Kita sudah sampai!” ucap Junsu.
Taehyung, orang yang jadi bahan pembicaraan pun sudah sampai di rumah sakit bersama Jiyeon dan Junsu. Mereka berdua keluar dari mobil sport kuning Junsu.“Terimakasih, Junsu-ssi[tuan/nona].”u cap Jiyeon dengan membungkuk.“Okay” jawabnya lembut, “cepatlah masuk ke dalam hyung, sudah ditunggu dari tadi di ruang meeting.” lanjutnya.
“Aku tau! Kau tak ikut aku ke dalam?”“Aku masih ada urusan.”“Baiklah kalau gitu hati-hati.” Taehyung pergi meninggalkan mereka berdua. Junsu menjalankan mobilnya lagi.Kini tinggal Jiyeon sendiri.“Dokter Kim tunggu!” Jiyeon mengejar Taehyung. Ia tetap berjalan ke depan tanpa memperdulikan Jiyeon. Jiyeon tetap mengikutinya dari belakang.“Dokter Kim maaf saya tidak tau dan tidak sengaja tadi,” ucapnya terbata-bata.Ia masih merasa bersalah akibat kejadian di bandara tadi terutama tentang kopi yang mengenai Taehyung.
Taehyung memilih membisu daripada memperdulikan Jiyeon, “Mohon maaf, dokter Kim, dokter Kim,” Jiyeon semakin mendesak Taehyung untuk meresponnya.Sepanjang perjalanan menuju ruang rapat Jiyeon berulang kali mengatakan kata maaf. Beruntung ruang rapat tak jauh dari tempat mereka masuk. Ruang rapat tersebut berada di bagian sudut gedung. Ia berhenti lalu berbalik ke belakang menatap mata Jiyeon, “Iya, iyaaa, arghh,” dengusnya. Taehyung kembali berjalan ke depan.Ia tak tahan dengan ocehan Jiyeon. Beruntung pintu ruang meeting sudah di hadapan Taehyung. Tanpa Jiyeon sadari ia mengikuti Taehyung hingga ke ruang rapat. Ketika pintu di depan matanya, ia langsung menarik cukup keras gagang pintu ke dalam tanpa melihat Jiyeon di belakang sedang membungkuk berulang kali, “Terimakasih, terimakasih,teri-ukh!” Duk! Keningnya terbentur benda keras terbuat dari kayu, bukan lain pintu yang di buka Taehyung. Suara benturan berhasil menyedot perhatian semua orang yang ada di dalam ruangan terutama Taehyung.Semua orang terlihat terkejut juga kebingungan. Taehyung baru sadar bahwa di belakang pintu ada Jiyeon yang mengikutinya sampai ke sini. Ia memeriksa keluar mendapati Jiyeon yang lagi menggosok-gosok pelan keningnya. “Kau baik-baik saja?” tanya Taehyung.“Sakit aaah,” Jiyeon merengek kesakitan, bagaimana tidak sakit terbentur kayu setebal 5cm.“Ssst, siapa suruh kau mengikutiku padahal aku sudah memaafkanmu tapi kau ngeyel. Hss, sini kulihat,” omelnya pelan.Ia menyingkirkan rambut Jiyeon yang menutupi keningnya. Tangan Taehyung mengelus kening Jiyeon. Dengan posisi membungkuk sedangkan Jiyeon jongkok di bawah.“Biar saya urus sendiri. Saya pamit ke ruang obat,” Jiyeon berlari kecil menjauh dari Taehyung.Taehyung sendiri lebih memilih memasuki ruang rapat daripada mengejar mencemaskan Jiyeon. Semua dokter menanti Taehyung bertanya-tanya ada apa yang terjadi di luar sana. Kakek Taehyung mempersilahkan dia duduk di sebelah kanan dekat Minsoo. Ia berjalan tenang meski sepasang mata melihatnya denga tatapan intens.Meneliti penampilan Taehyung dari kaki sampai kelapa. Dibandingkan dengan yang lain Taehyung mendapati Seungjoo memberi sebuah senyuman selamat datang cukup ramah membuat suasana nyaman.
Kakek Taehyung juga tersenyum lega mengetahui cucunya datang tepat waktu. Jadwal rapat hari ini berlangsung dengan teratur sesuai keinginan kakek Taehyung. “Para dokter Gyonghee yang saya hormati, hari ini kita menyambut dokter baru, Kim Taehyung,” sambutnya kepada dokter lain. Taehyung berdiri dari tempat duduknya.“Perkenalkan saya Kim Taehyung. Tiga bulan kedepan saya akan berkerja bersama anda, mohon kerjasamanya.” Ia membungkuk. Ia memperoleh tepuk tangan sebagai sambutan. Sekarang sudah cukup untuk perkenalan bagi kakek Taehyung, sekarang ia membicarakan sebuah informasi penting.₰“Aaaa-ak,” rintihnya kesakitan.
Ia mencolek salep lagi lalu mengoleskan ke kening, “Akk-aa~” Jiyeon duduk sambil mengoles salep di keningnya yang terbentur pintu. Walau tangannya menyentuh dengan pelan, Jiyeon tetap merasakan nyeri.Hyena yang tidak sengaja lewat mendengar rintihan Jiyeon, memeriksa keruangan itu. Setelah Hyena buka, ia mendapati Jiyeon sedang mengolesi keningnya.Jiyeon menoleh ke Hyena yang terkejut, “Jiyeon!!?” kaget Hyena.
“Maaf tidak aku ulangi lagi!” serunya saat berlari.Kali ini Jiyeon membiarkan Hyena begitu saja. Hyena merasa ada yang aneh, ia memberanikan diri menghampiri Jiyeon. Perlahan ia memasuki ruangan obat di mana Jiyeon berada. Ia melangkah hati-hati seakan lantai yang ia injak adalah jembatan rapuh.Hyena setengah masuk ke dalam ruangan, “Kau tak marah padaku Jiyeon?” tanyanya ragu. Mata Hyena melihat ujung kaki sampai kepala Jiyeon dengan teliti, mencari apa ada yang berbeda. Ia pun menemukan luka di kening Jiyeon.Hyena pun memberanikan dirinya masuk ke dalam dan berdiri di hadapan Jiyeon.“Lupakan.” helanya frustasi.“Kenapa keningmu merah sekali?” tanya Hyena.“Terbentur pintu ~” rengeknya.“Ha, kok bisa kebentur?”“Waktu aku membungkuk di depan pintu,”“Kenapa kau membungkuk padahal sudah tau pintu itu terbuka keluar. Sini berikan salepnya.” Jiyeon memberikan salepnya ke Hyena, lalu dia mengoleskan salep ke kening Jiyeon. Hyena duduk di sebelah Jiyeon.Ia mencolek sedikit salep lalu mengoleskan salep tersebut di kening Jiyeon. Tak sengaja Hyena agak menekan keningnya dan mengakibatkan pergerakan di tubuh Jiyeon—karena kesakitan.
“Ass… sakit!!” rintihnya kesal.“Ehh, maaf, aku tak sengaja,”“Jadi ceritanya . . .”Flash back
“Akk, panas panass!!” rintih Taehyung.“Maaf, maaf, saya tak sengaja menyenggol anda,” ujarnya panik.Taehyung menghiraukan Jiyeon. Ia berusaha mengeringkan bajunya dari kopi secepat mungkin. Jiyeon menjatuhkan kartonya dan langsung mencari sapu tangan di dalam tas punggungnya. Begitu ia menemukan sapu tangannya, ia bergegas membantu mengeringkan baju Taehyung.“Biarkan saya membantu anda,” Jiyeon menggesekan sapu tangannya secara kasar hingga Taehyung dapat merasakan sakitnya kian bertambah pada perutnya. Rasanya Taehyung ingin menjerit sekeras-kerasnya sangking perihnya.“Sudah, sudah! Hentikan, tak usah repot-repot saya bisa sendiri,” rintihnya kesakitan. Tubuh Taehyung bergoyang untuk menghindari gesekkan kasar itu.“Maaf, ah, bagaimana ini,” ia tetap menggesekan sapu tangannya. Jiyeon belum sadar bila ia telah menyakiti perut Taehyung dua kali.“Sudah hentikan!~” rintihnya.“Astaga! Banyak yang tumpah!”“Aku bilang hentikan!” Taehyung mendorong Jiyeon.“Kau mau kulit perutku terkelupas! Kau bodoh atau apa?!” bentaknya sambil merapikan diri.“Saya hanya ingin membantu an-” ia memotong perkataan Jiyeon. Taehyung mengupat kesal mendengar kata membantu keluar dari mulut Jiyeon.“Membantu katamu?! Yang ada kau membuat lukaku semakin parah. Aku juga tak peduli bajuku kotor, tapi kenapa kau malah meratakan nodanya. Dibilang berhenti malah lanjut terus, tidak tau aku kesakitan apa!” semburnya lagi.Mendengar amukan Taehyung, semua penat dan amarah Jiyeon kini keluar, terpancing oleh Taehyung. Jiyeon merampas kopi yang di tangan Taehyung, lalu ia menguyur perut Taehyung lagi.“Akk panaassss ak-akk!!! Wanita gila!!”“Harusnya anda berterimakasih kepada saya bukanya memarahi saya. Dan anda tidak sopan sama sekali, menggunakan bahasa informal kepada saya! Mana tata krama anda, ha!? Dasar orang tak tau diuntung!” kini keadaan semakin panas.“Dasar orang tak berpendidikan, aku ada rapat penting dan kau membuatku kacau. Tidak tau malu, sudah salah malah diulangi! Orang gila!!”“Kasar sekali kau denganku! Asal kau tau aku lulusan dari perguruan tinggi dan sekarang aku bekerja sebagai suster. Mana ada suster tak berpendidikan?! Orang tua anda pasti malu sekali mempunyai anak seperti kau! Pasti anda di usir orangtua keluar negeri dan kau menyesal atas perbuatanmu lalu kembali pulang ke Seoul untuk minta maaf, iya kan? Sudah pasti iya! Semoga tidak mendapatkan maaf!!” sembur Jiyeon yang tiba-tiba berlagak tau apapun yang dialami Taehyung bagaikan seorang peramal.Mereka berdua menggeram satu sama lain anjing dan kucing. Keduanya sama-sama merasakan kelelahan hingga pikiran mereka isinya hanya emosi. Tiba-tiba suara dering dari ponsel Jiyeon memecahkan aliran listrik yang muncul dari tatapan Taehyung dan Jiyeon.Entah mengapa hatinya kian penat ditambah suara ponsel. Bertanya-tanya kenapa seseorang datang menyela di saat suasana sedang tegang. Terpaksa ia mengangkat ponsel seraya melototi Taehyung.
“Apa!” ia menjawab kasar, menghiraukan siapa yang meneleponnya sekarang.‘Suster Park?’ suara ini seketika merubah raut wajah Jiyeon menjadi pucat. Ternyata presedir yang menghubunginya. Matilah dia telah membentak atasannya.“Okh, presedir? Maaf, di sini terlalu ramai jadi saya berbicara agak keras supaya terdengar dan saya tidak tau anda yang menghubungi saya,” bohongnya. Ia berharap atasannya percaya padanya dengan mengeraskan suaranya seakan-akan di bandara memang ramai padat seperti club malam.‘Ya sudah. Anda sudah bertemu dengan Taehyung? Tolong segera datang, rapat sebentar lagi akan dimulai,’“Saya belum bertemu dengan Dokter Kim Taehyung tapi saya usahakan ag-” ponsel Jiyeon di rampas oleh Taehyung. Saat Jiyeon mengucapkan nama Kim Taehyung membuat Taehyung terdorong melakukanya.“Apa yang kau lakukan?” berontak Jiyeon ingin mengambil ponselnya.Jiyeon disusahkan oleh tangan Taehyung yang menahan dahinya serta mendorongnya menjauh menjaga jarak.
“Halo, kakek?” Taehyung memastikan apakah benar dugaannya bahwa ini kakeknya.‘Siapa ini?’“Kembalikan!” Jiyeon tetap memberontak.Taehyung mengatikkan mode speaker agar Jiyeon mendengarnya, “Taehyung!” ia menekan kata Taehyung di depan muka Jiyeon.‘Taehyung! Kau sudah bertemu dengan suster Park,’“Iya, ka-kek, saya sudah bertemu dengannya untung di sini sepi jadi mudah menemukan suster Park!” ujarnya sambil memperlihatkan mimik jahil pada Jiyeon.Dyer! Semakin pucat Jiyeon mengetahui yang di depannya adalah Kim Taehyung cucu atasannya, ditambah Taehyung yang berkata bahwa di sini tidak ramai. Sungguh Jiyeon dalam masalah besar.Awal bertemu dengan Taehyung mendapat kesan buruk dan ia sempat membentak bahkan memaki atasannya.
Jiyeon menghujat dirinya. Ia sudah memprediksi banyak hal negatif di otaknya yang akan terjadi padanya dihari mendatang.“Kakek, saya akan datang ke sana secepatnya. Saya akan menutup telpon ini,”‘Baiklah hati-hati!’“Sampai jumpa, ka-kek!” ia mengeja kata bahkan ia beri tekanan. Taehyung menutup ponsel Jiyeon dan mengembalikan dengan melempar diiringi senyuman kemenangan.Jiyeon menganga lebar. Celakalah dia karena telah membuat kekacauan dengan cucu atasannya.“Jadi, anda, dokter Kim?” Jiyeon masih tak percaya apa yang ia dengar dan apa yang baru saja ia lakukan pada Taehyung. Mana mungkin bisa memungkiri apa yang terjadi karena terlalu nyata untuk membohongi diri sendiri. Jiyeon menyesali semua yang telah terjadi. “Tamat kau.” Ucap Taehyung.Flash-End
Jiyeon berbalik arah menuju kantor presedir yang sebelumnya ia hendak ke cafeteria—beristirahat bersama Hyena.Sepanjang perjalanan ia mengusap keningnya. Sakit yang ia rasakan kalah banding dengan seribu kata yang digunakan mengekspresikan rasa malunya. Hari ini benar-benar hari yang sial bagi Jiyeon, sudah jatuh disambar pertir pula.Dari kejauhan Seungjoo berjalan di depan Jiyeon. Ia tak sengaja melihat Jiyeon yang merintih kesakitan hingga lupa keberadaan Seungjoo yang sebentar lagi berpapasan dengannya.Seungjoo sudah bersiap-siap memasang senyuman di wajahnya dan menyapa Jiyeon—yang sebentar lagi akan berkerjasama dalam satu tim dengannya.Seungjoo berhenti berniat menyapa Jiyeon saat Jiyeon jalan terus sampai keningnya menabrak pundak Seungjoo, duk~!Jiyeon terpental pelan mundur ke belakang. Tiba-tiba emosinya naik seketika, tapi di
55Tepat pukul pukul 6 pagi Taehyung berdiri tepat di depan pintu tangga darurat. Ia mengenakan kaos hitam, menggunakan sepatu dan celana yang panjangnya selutut. Kakinya tak henti-henti menghentak lantai.Waktu terus berjalan kini menunjukkan pukul 6:15. Emosi Taehyung nyaris keluar beruntung Jiyeon sudah datang, berlari menghampirinya, Jiyeon mengenakan jaket tebal, celana training hitam dan kaos putih.Jiyeon membungkuk 90’ sambil kedua tangannya menumpu pada lutut. Jiyeon lupa dengan perintah Taehyung kemari, ini akibat menonton drama sampai malam, ia jadi lupa waktu.“Ma-ma hah . .. hah maaf,” Jiyeon tersendat napasnya yang belum beraturan. Kedua matanya tertuju pada lantai.“Ck!” decak Taehyung kesal tapi waktu sudah terlanjur berjalan mau apalagi.“Ikuti aku,”Taehyung memimpin jalan, J
Kenyataannya jangankan menyapa, bertanya saja Jiyeon ketakutan. Jiyeon juga takut dengan reaksi mereka seandainya tau Jiyeon tidak bisa menjawab. Susah payah Jiyeon menelan saliva. Ia baru pertama kali bertemu Taehyung kemarin dan masalahnya belum kelar tentang kasus menyiram Taehyung dengan kopi panas. “Bagaimana?” Hyena bertanya semakin menekan batin Jiyeon. “Aku hanya tau dia di sini selama 3 bulan, seterusnya aku kurang tau” ungkap Jiyeon ketakutan. Para suster kompak mendesah kecewa. “Apa yang kalian harapkan dari Jiyeon, dia baru sehari bekerja dengan dokter Kim, mana mungkin dia tau semua jawabannya.” bela Hyena. “Benar, aku baru sehari,” timpal Jiyeon. “Kalau gitu pertanyaan ini kamu tanyakan langsung,” usul suster lain. “Iya benar, jadi pertanyaan yang kita buat tidak sia-sia,” sanggah suster lainnya. “Aku setuju,” ujar mereka serempak. “A aaaa…. ~” Jiyeon kehabisan kata-ka
Taehyung dan Jiyeon terkapar karena terlalu banyak meminum alcohol. Alhasil Seungjoo menggendong Taehyung, orang yang paling lemah terhadap akohol diantara teman-temannya. Padahal Taehyung baru menghabiskan 1 botol minuman.Junsu berjalan memimpin di depan. Jalannya terhuyun-huyun. Tak kala Junsu tertawa terkikik tidak jelas, sepanjang perjalanan.Minsoo menggendong Hyena, sedangkan Jiyeon berjalan sempoyongan di sebelah Seungjoo.Malam ini malam penyambutan Taehyung yang sangat menyenangkan namun berakhir dengan kekacauan. Renacana awal mereka hanya makan bersama dan bernyanyi saja. Tetapi tak disangka suasana menjadi semakin panas dan seru hingga mereka keblablasan minum terlallu banyak.“Hihihi,” kekeh Junsu.Seungjoo dan Minsoo kerepotan jadinya. Beruntung rumah sakit mereka dekat dengan tempat mereka bermain tadi.“Seungjoo oppa, capek?” tanya Jiyeon sedikit teler.“Bukan masalah,
Kesialan menyertai Taehyung dan Jiyeon yang dikejar waktu keberangkatan kereta. Mereka lupa jadwal aktivitas sebagai relawan di desa tepencil– entah di mana tempatnya hanya Seungjoo tau letak desa tersebut.Akibat pesta kemari ingatan Jiyeon dan Taehyung tentang tugas hilang, tau begini mereka tak minum banyak minuman. Mereka hanya berharap bisa sampai ke stasiun tepat waktu sebelum kereta berangkat.Awalnya Taehyung mengira ia datang tepat waktu ke rumah sakit. Saat berjalan menuju koridor, Taehyung mendapati Jiyeon berdiri dengan tas punggung dan koper polo kecil berwarna hitam.Terasa janggal melihat raut muka Jiyeon terlihat muram, Taehyung akhirnya menyadari dia terlambat saat Jiyeon mengucapkan keluhannya.“Mereka sudah berangkat duluan, kita terlambat,”Jiyeon sengaja menunggu Taehyung datang dan membiarkan dirinya ditinggal yang lain. Jiyeon mempunyai frasat bahwa Taehyung sama sekali tida
Jiyeon dan Taehyung duduk tenang menunggu ajumma dan anaknya membawa makanan ke meja yang di depan mereka. Saat ajumma datang membawa makanan, Jiyeon lekas berdiri membantu membawakan sekaligus menata makanan di atas meja. Setelah tertata rapi, Jiyeon kembali duduk dengan posisi santun, begitu juga Taehyung.“Duduklah dengan nyaman saat makan, kaki kalian pasti pegal saat perjalanan.” ujar ajumma lembut.“Terimakasih,” mereka duduk dengan nyaman. Jiyeon membantu ajumma memorsi nasi.“Umur anda berapa?” tanya wanita dengan penuh semangat.“28 tahun,”“Uwaa berati anda oppa, saya 27 tahun. Boleh saya panggil oppa,” Taehyung menjawab iya dan wanita itu semakin bersemangat, “siapa nama oppa?”“Kim Taehyung,” ia menjawab sambil menerima mangkuk nasi dari Jiyeon.“Aku, Kim Min Hwa,
₰“Ck, kenapa dia belum datang, bikin orang cemas,” dengus Hyena kesal.Orang yang Hyena maksud adalah Jiyeon. Sejak mereka sampai di tempat hingga sekarang belum mendapatkan kabar dari Jiyeon dan Taehyung. Mereka maupun Taehyung dan Jiyeon kesusahan memberi kabar karena jaringan lemah.“Jangan-jangan mereka tersesat,” imbuh Minsoo.Sementara itu Seungjoo memeriksa arlojinya. Semua perlengkapan barang sudah siap dan mereka sudah mengenakan seragam lengkap kerja, hanya tinggal menunggu kedatangan Taehyung dan Jiyeon di balai desa.Hyena sudah lama berjalan modar-mandir sambil mengigit kuku di hadapan Minsoo dan Seungjoo. Bahkan Hyena belum meminum teh yang sudah disajikan.Tak lama kemudian suara berisik mesin terdengar semakin keras mencuri perhatian mereka bertiga, dan saat mobil itu berhenti di depan, Jiyeon dan Taehyung keluar dari mobil. Begitu leganya mereka melihat Jiyeo
Road 10Ruangan laboratorium nampak Taehyung, Seungjoo sedang berbincang dengan Junsu. Junsu secara resmi telah melakukan uji kecocokan dengan tulang sumsum milik Jiah. Jiah tak mengetahui ini, Junsu sengaja merahasiakannya sebab ia tau bahwa Jiah akan menolak pertolongan Junsu karena tidak mau membuat Junsu kerepotan sampai mendonorkan tulang sumsum.“Kita tunggu beberapa minggu, setelah hasilnya muncul, kita langsung jadwalkan opersinya.” Jelas Seungjoo serius.“Semoga saja cocok, Tuhan,” doannya.“Kau yakin tidak akan memberitau Jiah?” ucap Taehyung.“Tidak, lebih baik seperti ini, kalau dia tau aku mencoba mendonorkan tulang sumsumku dia akan marah, yang terburuk dia akan merasa bersalah ketika hasilnya tidak cocok. Pasti dia terbebani karena berpikir telah membuatku repot-repot harus mengetest kecocokan,” jelas Junsu.“Sebenarnya aku tidak setuju kau dengan Jiah,”