Melihat Martha begitu merendah, Isabel bertambah senang. Dia mendengus dingin sambil berkata, "Sekarang baru mengaku bersalah. Kalau sudah tahu bakal berakhir seperti ini, mengapa kamu masih melakukannya!""Maafkan aku. Akulah yang terlalu bodoh. Memandang kita pernah jadi teman sekelas, tolong lepaskan aku kali ini."Martha tampak sedih. Ini pertama kalinya dia menerima perlakuan seperti ini.Apalagi, dulu Martha selalu meremehkan Isabel. Sekarang malah dirinya yang berbalik dipermalukan di depan umum oleh wanita itu."Cuih! Orang sepertimu jadi teman sekelasku? Memalukan sekali!"Isabel berkata dengan nada mengejek, "Kalau dari awal kamu minta maaf dengan benar, mengakui kesalahanmu, dan memberi kompensasi sebesar satu miliar, aku akan membiarkan masalah ini berlalu.""Sekarang sudah nggak semudah itu. Tapi, kita juga termasuk kenalan lama, jadi aku bisa memberimu kesempatan.""Begini saja. Kami mau kompensasi satu miliar, lalu ditambah kalian berdua harus merangkak melewati selangka
Beraninya dia mengucapkan kata-kata seperti itu. Apa otaknya sudah bermasalah?Bukankah ini sama dengan cari mati sendiri? Apa dia berencana menyeretnya untuk menemaninya mati bersama?Tidak boleh terjadi!Apa yang harus dia lakukan? Martha diam-diam mengeluarkan ponselnya dan bersiap menelepon kakak sepupunya. Siapa tahu kakak sepupunya punya koneksi yang bisa membantunya menyelesaikan masalah ini.Polisi lalu lintas, Faris, yang berdiri di samping itu menyaksikan semua ini dengan bengong. Barusan, dia sempat mengira Tobi sudah menyerah. Sekalipun pria itu menyerah, dia juga menganggap itu wajar.Lagi pula, sekelompok orang ini terlalu arogan. Hanya saja, dia tidak menyangka Tobi akan berani mengucapkan kata-kata seperti itu. Bukankah dia sedang memprovokasi tuan muda kaya itu?Hais!Pemuda ini lumayan baik. Sayangnya, nyawanya sudah mau berakhir.Dia ingin membantu, tetapi dia sadar tidak bisa membantu apa-apa. Sebelum sempat melawan, dia sudah langsung ditaklukkan begitu saja.Pak A
Nicky tahu ayahnya biasanya sangat jarang meneleponnya. Kecuali dia melakukan hal yang buruk, barulah ayahnya akan meneleponnya dan menegurnya.Namun, kenapa dia bisa meneleponnya sekarang? Belakangan ini, dia sangat patuh dan tidak melakukan hal buruk.Setelah berjalan ke samping, Nicky buru-buru mengangkat panggilan itu. Apalagi, dia sudah membuat ayahnya menunggu lama, "Ayah, ada apa? Kenapa kamu bisa meneleponku?"Sayangnya, sebelum dia selesai bertanya, nada tinggi dari seberang sana langsung terdengar, "Dasar bajingan, kamu tahu apa yang telah kamu lakukan?"Mendengar omelan itu, Nicky tertegun. Apa yang terjadi? Dia pun bertanya dengan bingung, "Ayah, apa maksudnya?""Apa maksudku? Tahukah kamu siapa yang kamu provokasi itu? Dialah sosok menakutkan yang sudah aku peringatkan berkali-kali agar kamu nggak memprovokasinya," tukas Gandhi."Kuperingatkan, tak peduli cara apa pun yang kamu gunakan, kamu harus meredakan emosinya dan minta pengampunan darinya. Kalau nggak, kamu juga ngg
Tuan Nicky sudah mengerahkan bala bantuan. Entah seberapa menakutkan dan hebatnya orang-orang yang akan datang membantunya itu.Berakhir sudah!Kali ini, mereka sudah pasti akan berakhir.Sekalipun dia menelepon kakak sepupunya sekarang, mungkin juga tidak ada gunanya lagi. Namun, apa pun yang terjadi, dia juga harus mencobanya, Jadi, dia pun segera menelepon.Hanya saja, ekspresinya kembali putus asa. Kakak sepupunya tidak mengangkat telepon. Jangan-jangan dia sedang rapat?Entah apa yang sedang dilakukan kakak sepupunya. Pokoknya, dia tidak bisa menghubunginya.Gawat, gawat! Bahkan Langit pun tidak ingin membantunya lagi.Melihat ekspresi cemas Martha yang terus-terusan menelepon, Isabel tersenyum sinis dan berkata, "Martha, sekarang kamu baru sibuk menelepon? Asal kamu tahu saja, sudah nggak ada gunanya lagi.""Tak peduli siapa pun yang kamu cari, mereka bukanlah tandingan Kak Nicky. Sudah kubilang sebelumnya, Kak Nicky itu putra kedua Keluarga Tandiono, tapi kamu nggak percaya, 'ka
Pandangan semua orang langsung tertuju pada Nicky yang tengah berjalan kembali. Wajah teman-temannya Nicky, yang semuanya putra keluarga kaya itu penuh dengan ekspresi sindiran. Mereka jelas menunggu Tobi dipermalukan.Mereka sudah sering bertemu dengan orang yang suka membual, tetapi belum pernah bertemu dengan yang separah ini.Isabel tersenyum sinis. "Baiklah, Kak Nicky sudah kembali, sekarang mari kita lihat siapa yang akan mati mengenaskan."Martha tampak tegang dan sorot matanya juga dipenuhi ekspresi ketakutan. Dia menatap Tobi dan berbisik, "Kak Tobi, apa yang harus kita lakukan?""Jangan gugup. Dilihat dari tampangnya, sepertinya dia bukan datang mencari masalah. Sebaliknya, dia datang untuk minta maaf kepadaku," kata Tobi dengan tenang.Martha tertegun sejenak. Dia diam-diam menahan senyum pahit. Entah datang dari mana kepercayaan dirinya itu? Bisa-bisanya dia begitu yakin.Yang lainnya juga tertawa mengejeknya, terutama Isabel. Saat melihat Nicky mendekat, bahkan sebelum pri
"Tuan Tobi, jangan bercanda. Barusan aku hanya omong kosong saja. Singkatnya, yang terjadi hari ini semuanya salahku. Aku akan menerima apa pun hukuman yang diberikan Tuan Tobi.""Aku hanya berharap Tuan Tobi bisa memaafkan kesalahanku kali ini. Berilah aku kesempatan untuk menyampaikan permintaan maafku."Nicky buru-buru meminta maaf.Percakapan keduanya benar-benar mengejutkan semua orang. Bisa-bisanya bocah ini membuat Tuan Nicky meminta maaf, apalagi terdengar begitu tulus.Bisa dikatakan, Tuan Nicky saat ini terlihat begitu merendah.Bagaimana ini bisa terjadi? Mengapa dia memanggil bocah ini dengan sebutan 'Tuan Tobi'? Siapa Tuan Tobi sebenarnya? Kenapa bisa membuat Tuan Nicky ketakutan seperti ini?Pak Anwar tercengang. Ekspresi wajahnya terlihat muram, seakan tidak percaya dengan semua ini. Apalagi, saat memikirkan tindakannya sebelumnya, sudah pasti membuat bocah itu tersinggung.Sialan! Semuanya gara-gara wanita ini.Wanita yang disebutnya itu tak lain adalah Isabel. Saat ini
Paginya, Tobi Yudistira terbangun.Merasakan sesuatu yang lembut di telapak tangannya, pria itu tidak kuasa meremasnya beberapa kali. Rasanya kenyal sekali.Ketika pria itu memalingkan wajahnya ke samping, terlihat seorang wanita cantik. Kulit wanita itu sangat halus dan lembut."Argh ...."Merasa seperti ada sesuatu yang mencubitnya, Widia Lianto langsung terbangun. Saat mendapati dirinya telanjang, dia berteriak dan mendorong pria itu menjauh.Wanita itu segera menarik selimut dengan satu tangannya dan melempar bantal dengan tangan yang satunya lagi."Dasar berengsek! Bajingan! Apa yang kamu lakukan kepadaku!""Sepertinya sudah kulakukan semuanya.""Kurang ajar! Dasar nggak tahu malu!" umpat Widia dengan geram sekaligus malu.Tobi merasa bersalah dan berkata, "Jangan bicara seperti itu. Lagian, tadi malam kamu yang berinisiatif duluan.""Ngawur, jelas-jelas ...."Widia ingin membantah, tetapi tidak jadi karena kejadian tadi malam tiba-tiba melintas di benaknya.Akibat menagih utang t
"Ini adalah kartu hitam Lawana, di dalamnya ada 2 triliun. Kamu bisa belanja di toko milik Serikat Dagang Lawana di Kota Tawuna ini.""Oh ya, karena baru sampai di sini, mungkin Anda masih belum punya tempat tinggal. Ini kunci vila di Distrik Terra 1. Mohon diterima."Mata Tobi seakan bisa melihat semua dengan jelas, lalu dia bertanya, "Murah hati sekali. Katakan, apa yang terjadi?""Raja Naga memang bijaksana. Putriku, Jessi, sekujur tubuhnya sering menggigil dalam enam bulan terakhir ini. Kami sudah mengunjungi banyak dokter terkenal, tapi nggak ada yang bisa menyembuhkannya," ujar Damar."Nggak apa-apa. Hanya masalah kecil. Kalau ada waktu, besok aku akan mengobatinya.""Syukurlah! Terima kasih, Raja Naga!" kata Damar. Dia telah mencari tahu masalah ini begitu lama dan akhirnya menemukan sebuah rahasia besar.Ternyata Raja Naga yang masih muda itu adalah Dewa Medis yang telah dia cari-cari selama ini. Dia benar-benar Dewa Medis yang misterius.Tidak bisa dipercaya. Siapa yang mengir