Share

Bab 2 Berpindah Jiwa

Penulis: Maulana Yuandra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-24 21:14:24

Klap!

Jedar!

Sebuah Guntur besar menyambar pada gua tempat harimau putih tinggal. Seketika gua tersebut langsung hancur berkeping-keping. Harimau putih tersebut berhasil menghindari sambaran petir dengan langsung meninggalkan tempatnya.

Gentala Surendra dan teman-temannya yang mendengar raungan keras dari harimau sebelum menerkam Nayaka Manggala, hendak masuk ke dalam gua, namun sambaran Guntur yang menghantam gua tersebut membuat mereka terkejut.

Setelah gua tersebut hancur harimau putih keluar dari sarangnya yang membuat Gentala Surendra dan teman-temannya semakin terkejut.

Niat awal mereka yang ingin menjinakkan harimau putih mendadak menghilang setelah melihat ukuran dari harimau putih yang ternyata sangat besar bahkan melebihi 2 ekor sapi dewasa.

"Lari!"

Gentala Surendrah dengan cepat memerintahkan teman-temannya untuk meninggalkan tempat tersebut setelah mereka melihat harimau putih yang mengejar ke arah mereka.

Padahal harimau tersebut tidak mengejar mereka melainkan menghindari Guntur yang menghancurkan sarangnya tersebut.

Gentala Surendra dan teman-temannya serta harimau putih meninggalkan gua yang telah hancur berkeping-keping.

Di bekas gua yang telah hancur berkeping-keping tersebut, tubuh milik Nayaka Manggala terlihat masih utuh meskipun sebagian tertimbun dengan bebatuan.

Sambaran guntur tadi juga mengenai dirinya sehingga ia seketika mati. Namun Guntur yang barusan turun tersebut bukanlah Guntur biasa melainkan sebuah jiwa dari alam khayangan yang turun.

Deg!

Jantung Nayaka Manggala kembali berdetak, seketika matanya juga terbuka dengan melihat langit yang mendung.

Argh!

Duar!

Bebatuan yang menindih sebagian tubuh hengkara langsung tersingkir setelah sebuah gelombang kejut menyebar dari tubuh Nayaka Manggala begitu matanya terbuka.

"Langit mendung? Itu benar-benar langit!"

Nayaka Manggala bangkit berdiri dengan pakaian yang sudah compang-camping, tangannya menghafal kuat dengan merasa tubuh yang benar-benar nyata.

"Ini bukanlah tubuhku! Mengapa aku bisa menggerakkannya?"

Sring!

Mata Nayaka Manggala yang berwarna hitam mendadak berubah menjadi merah dengan pupil yang tajam seperti mata harimau.

"Sepertinya aku berpindah jiwa ke dalam tubuh anak ini! Aku tidak menyangka, aku Raja Agung Nayaka Manggala, penguasa Kuil Iblis di alam kayangan berhasil hidup kembali."

Nayaka Manggala mengepalkan tangannya dengan kuat, sembari mendongak menghadap langit mendung.

"Muridku Pujaningsih Prameswari, pengkhianatan yang kamu lakukan terhadapku pasti akan aku balas. Lalu kalian 4 penguasa kuil alam khayangan yang lain aku akan kembali dan menuntut balas atas perbuatan kalian! Tunggulah pembalasanku!"

Deg!

Ugh!

Tiba tiba Nayaka Manggala memuntahkan darah dari mulutnya, tubuhnya terasa lemas kembali hingga membuatnya berlutut di tanah.

Uhuk!

"Sepertinya tubuh ini benar-benar tidak mampu menahan jiwaku yang terlalu kuat! Jika aku tidak segera melakukan sesuatu tubuh ini akan hancur dan aku tidak akan bisa membalaskan dendamku!"

Nayaka Manggala bergegas duduk bersila sembari yang memfokuskan tenaga dalamnya pada pusat dantian miliknya.

********

Beberapa saat yang lalu sebelum sambaran guntur dari langit yang membawa jiwa Maharaja Nayaka Manggala Wismaya turun ke Bumi Kencana ( sebutan alam bawah).

Di alam kayangan sebuah peristiwa besar terjadi.

Maharaja Nayaka Manggala Wismaya yang merupakan penguasa di kuil iblis dibunuh oleh empat penguasa kuil di alam kayangan lainnya setelah ia mencoba untuk menerobos ranah keabadian dari ranah jalan abadi yang begitu didambakan oleh semua orang di muka bumi termasuk di alam khayangan.

Upaya empat penguasa kuil tersebut berhasil setelah satu-satunya murid milik Maharaja Nayaka Manggala Wismaya yang bernama Pujaningsih Prameswari berkhianat.

Ia diam-diam memiliki hubungan dengan salah satu putra penguasa kuil yang lain. Ya bersedia berkhianat pada gurunya karena terhasut oleh pasangannya yang juga dihasut oleh ayahnya untuk menggagalkan penerobosan yang dilakukan oleh Maharaja Nayaka Manggala Wismaya.

Karena jika sampai penerobosan tersebut berhasil maka Maharaja Nayaka Manggala Wismaya akan menjadi orang pertama yang hidup abadi di alam khayangan tanpa bisa dibunuh.

Namun siapa sangka jika jiwa dari Maharaja Nayaka Manggala Wismaya yang seharusnya hancur setelah kematiannya justru turun ke alam bawah dan masuk ke dalam tubuh seorang tukang sapu dari Perguruan Cakra Kembar.

*******

Ranah di alam khayangan dibagi empat kategori yaitu:

• Alam Pradana meliputi alam kembali ke asal.

• Alam Madya meliputi alam hidup dan mati dan alam transformasi dewa.

• Alam Wira meliputi alam jalan abadi.

• Alam Setiawan meliputi alam keabadian.

Ranah di alam bawah (Bumi Kencan) juga di bagi menjadi beberapa kategori yaitu:

• Alam Pradana meliputi alam pengumpulan tenaga dalam, penyatuan alam, dan mata kehidupan dimana masih masih terdiri dari 9 tingkatan atau bintang.

• Alam Madya meliputi alam cakrabuana dan jiwa suci dimana masih masih terdiri dari 9 tingkatan atau bintang.

• Alam Wira meliputi alam kefanaan dan Nirvana dimana masih masih terdiri dari 9 tingkatan atau bintang.

• Alam Setiawan meliputi alam pelepasan diri dan kembali ke asal. Mereka yang mencapai ranah alam kembali ke asal akan langsung naik ke alam khayangan.

******

Secara perlahan kabut berwarna hitam mengelilingi tempat Nayaka Manggala duduk.

Bof!

Kabut hitam tersebut adalah energi alam yang diserap oleh Nayaka Manggala.

Sring!

Matanya tiba-tiba terbuka dengan kilatan merah.

"Ranah pengumpulan tenaga dalam bintang satu. Aku tidak menyangka akan memulai kembali dari awal seperti ini. Tetapi dengan begini aku bisa memperkuat pondasi agar di masa depan saat hendak menerobos ranah keabadian bisa lebih mudah."

Nayaka Manggala lalu memperhatikan keadaan tubuhnya yang begitu kurus hingga beberapa tulang nampak jelas. Bahkan terlihat beberapa bekas luka lama yang kemungkinan sulit hilang serta beberapa luka baru seperti lebam habis dipukuli oleh benda keras.

"Dari ingatan yang bercampur dari pemilik tubuh sebelumnya, tubuh ini adalah milik seorang tukang sapu dari Perguruan Cakra Kembar. Orang ini begitu Malang dengan kehidupan yang selalu dirundung oleh murid-murid dari perguruan tersebut terutama orang yang bernama Gentala Surendra.

"Dialah orang yang membawa tubuh orang ini ke sini untuk dijadikan umpan guna memancing harimau putih yang ingin dijadikan hewan peliharaan.

"Benar-benar nasib yang buruk, tetapi jangan khawatir. Karena kamu telah bersedia memberikan tubuhmu untuk aku gunakan, aku akan membalaskan tentangmu nak."

Nayaka Manggala bangkit berdiri dengan kembali menatap pada langit mendung yang sebentar lagi akan turun hujan.

"Kalau tidak salah di alam bawah terdapat tiga aliran bela diri.

"Yang pertama adalah Aliran Kebenaran di mana mereka mengakui jika mereka adalah airan yang berpegangan teguh pada nilai nilai kebaikan dan kebajikan, namun pada kenyataannya mereka tetap berperang satu sama lain dan membunuh, kebenaran yang mereka maksud tidak benar-benar putih melainkan hanya kebanyakan dari yang mereka lakukan adalah kebaikan.

"Yang kedua adalah Aliran Sesat yaitu orang-orang yang melakukan penyimpangan dari nilai kebaikan dan kebajikan.

"Sementara yang ketiga adalah Aliran Iblis, itu adalah aliran di mana orang-orang lebih dari sekedar gila dibandingkan dengan aliran sesat. Mereka melakukan apa saja untuk mengejar kekuatan dan tidak memperdulikan Apa itu nyawa manusia yang sebenarnya bahkan nyawa orang-orang biasa bukan seorang praktisi beladiri.

"Mengingat aku adalah penguasa kuil iblis tentu saja aku lebih familiar dengan aliran sesat dan juga aliran Iblis. Namun dari ingatan pemilik tubuh sebelumnya jika Perguruan Cakra Kembar adalah perguruan dengan aliran Kebenaran. Sebelum menjadi kuat aku harus berpura-pura menjadi seperti mereka untuk menjaga diriku sendiri.

"Baiklah! Karena tujuan telah ditentukan maka ayo kita memulai langkah selanjutnya!"

Duar!

Tiba-tiba dari dari kejauhan terdengar suara ledakan yang membuat Nayaka Manggala langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Mangsanya telah tiba! Saatnya kita memulai perburuan!"

Bab terkait

  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 3 Balas Dendam Pertama

    Gardhana Surendra, memberikan arahan pada teman-temannya untuk menyerang ular putih yang sudah dikepung tersebut. "Yang lain coba alihkan perhatiannya sementara sisanya mencoba menyerangnya dari titik buta. Berikan serangan terkuat kalian dan jangan ragu sedikitpun." seru Gardhana Surendra Teman temannya yang lain menganggukan kepala dengan setuju, mereka menyadari kita tidak mengeluarkan semua kemampuan mereka maka dapat dipastikan mereka akan gagal mengalahkan ular putih tersebut. Sstt... Ular putih menjulurkan lidahnya sembari melirik ke sekitarnya, manusia yang telah mengepungnya namun itu tidak membuatnya takut sedikitpun. Krek! Uhuk! Tiba saja ular putih tersebut menguatkan lilitannya pada manusia yang sudah ditangkap. "To-tolong aku!" lirih teman Gardhana Surendra yang tertangkap oleh ular putih Gardhana Surendra melihat temannya telah di ujung kematian dengan cepat menerjang ke depan sembari mengayunkan pedangnya. "Ular sialan! Matilah kamu!" Wuz!

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 4 Permulaan

    Roar! Rawr! Nayaka Manggala melihat dari balik pohon, di mana terdapat binatang buas yang tengah berhadapan satu sama lain. Dua ekor macan hitam melawan seekor harimau loreng. "Mereka adalah binatang buas tingkat 2 yang cukup kuat, dengan kekuatanku saat ini aku tidak akan mampu mengalahkan mereka. Lebih baik aku menunggu saat yang tepat sebelum melancarkan serangan. Kita harus bijak dalam menentukan pilihan sebelum bertindak." Kedua macam tersebut terus menatap pada harimau loreng yang menjadi mangsanya. Sebagai penguasa dari hutan, tentu saja mau tidak ingin kedua macan tersebut mengalahkannya karena itu tentu akan menghancurkan harga dirinya. Roar! Setelah perang dengan keras harimau loreng tersebut menyerang ke arah kedua macan yang dengan cepat menghindari serangannya. Cat harimau tersebut berbalik salah satu macan langsung melompat ke arahnya dengan menerkam punggungnya. Rawr! Harimau tersebut tersentak dengan meraung keras, mencoba melepaskan diri dari te

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 5 Terdesak

    Nayaka Manggala melihat mayat Gardhana Surendrayang terbaring di atas tanah dengan luka tebas dari pundak hingga dadanya. "Aku telah membalaskan dendammu, kamu bisa merasa tenang setelah ini. Namun tenang saja jika aku akan melanjutkan balas dendam terhadap mereka yang beruntung selama ini." Nayaka Manggala segera berlutut dengan mengambil cincin penyimpanan dari tangan Gardhana Surendra dan teman-temannya yang telah terbunuh. "Sebagai murid dari Perguruan Cakra Kembar, mereka tidak memiliki banyak barang berharga, namun ini lebih dari cukup untuk sementara waktu." Nayaka Manggala bergegas duduk bersila sembari kembali menyerap darah dan energi dari mayat Gardhana Surendra dan lainnya. Tak hanya itu ia juga menyerap darah milik ular putih yang tadi dibunuhnya. Kulit beserta sisik ular putih yang terkenal dengan keras segera ia pisahkan dari tubuh ular tersebut. Nantinya kau lihat ular tersebut akan dia buat sebagai pakaian agar ia lebih terlindungi dari serangan di kemudia

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 6 Bertemu Batari Candawani

    Teman teman Gumilar Surendra melihat cara mempermainkan Batari Candawani yang berkesan mengasikan. Berandalan seperti mereka memang selalu menyukai melakukan hal hal tercela seperti itu. Tangan Gumilar Surendra meraih tangan Batari Candawani. "Tidak! Lepaskan! Lepaskan tanganmu!" Batari Candawani memberontak "Hahah kulitmu sangat lembut. Ini benar-benar benar sesuai dengan dugaan!" puji Gumilar Surendra "Cepatlah kakak Gumilar. Kami juga ingin!" desak teman temannya. "Kalian bajingan! Apa kalian tidak takut dengan murka guruku!" ancam Batari Candawani dengan airmata yang membasahi pipinya, "guruku tidak akan memaafkan kalian!" "Hahhaha!" "Lihatlah dia! Membawa nama gurunya disaat saat seperti ini!" cibir teman Gumilar Surendra "Murid langsung dari sesepuh perguruan memang selalu seperti itu!" sambung lainnya "Aku benar benar tak menyukai para murid dari para sesepuh!" Seorang lainnya membuang ludah menggambarkan rasa jijiknya "Mereka terlalu menyombongkan nama guru mereka

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 7 Pertarungan

    Tebasan pedang dengan tenaga dalam melesat kearah Nayaka Manggala. "Seni beladiri pedang bunga teratai? Dia menguasainya?" pekik Batari Candawani terkejut Nayaka Manggala menyipitkan matanya dengan menaikan sudut bibirnya. 'Seni bela diri itu , benar mereka dari Perguruan Cakra Kembar . Tetapi serangan ini lemah sekali. Andaikan tak ada yang ingin kubiarkan hidup. Aku akan menunjukkan teknik tersebut yang sebenarnya. Tapi...' Duar! Bentrokan kedua tebasan terjadi. Ledakan membuat gelombang udara cukup besar hingga debu beterbangan. "Hahaha serangan lemah seperti itu. Aku yakin tubuhnya telah terpotong!" "Wahh! kakak telah menguasai seni beladiri pedang bunga pluim! Patut manjadi murid Perguruan Cakra Kembar yang sesungguhnya! " "Mungkinlah kakak senior akan menjadi pedang dari perguruan kita!" "Itu luar biasa." Empat teman Gumilar Surendra memuji kemampuan Gumilar Surendra tersebut.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 8 Menyamar Menjadi Orang Lain

    Bentrokan kedua serangan tersebut menyebabkan ledakan dengan gelombang kejut yang menyebar ke sekitaranya. Hiya! Bersamaan, Nayaka Manggala dan Gumilar Seno menerjang. Klang! Klang! Klang! Keduanya beradu pedanh beberapa putaran. 'Sial! Bagaimana dia bisa mengimbangiku?' gumam Gumilar Seno 'Pertarungan jarak dekat seperti ini benar benar menyenangkan. Namun aku harus segera mengakhirinya. Jika tidak aku akan kalah.' gumam Nayaka Manggala Pertarungan jarak dekat keduanya disaksikan oleh Batari Candawani . 'Anak itu tidak hanya membual, meskipun ranahnya jauh di bawah Gumilar Seno . Namun dia mampu membuat Gumilar Seno merasa seimbang bahkan mungkin kewalahan.' gumamnya Brak! Hentakan kaki Nayaka Manggala di tanah membuat kepulan debu membuat Batari Candawani tak bisa melihat jalannya pertarungan. Seni beladiri iblis kehancuran, bentuk ketiga. Cakar hantu!

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 9 Gelombang Binatang Iblis

    Hup! Tiba tiba Nayaka Manggala melambatkan lompatannya. Ia mundur hingga berada di dahan yang sama dengan yang diinjak Batari Candawani. "Ayo lebih cepat. Atau kita akan ikut terseret dengan gelombang binatang iblis!" "Apa?" Nayaka Manggala meraih tangan Batari Candawani. Laku menariknya dengan cepat. Batari Candawani dipaksa melompat mengikuti kecepatan dari Nayaka Manggala . Gruduk! Gruduk! Roar! Rawr! Suara binatang iblis yang bergerombol semakin keras terdengar. Hup! Nayaka Manggala melompat ke sebuah tebing tinggi bersama Batari Candawani. Pil yang diberikan tadi sudah diyelan Batari Candawani yang mbjat nafasnya menghilang. Keberadaanya juga menghilang. Nayaka Manggala dan Batari Candawani melihat dibawah mereka gelombang binatang iblis yang tengah bergerak dengan sangat banyak. "Bagaimana bisa ada gelombang binatang iblis?" Ro

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bb 10 Kerajaan Malingga dan Faksi di dalamnya

    Hup! Diantara pepohonan hutan, Nayaka Manggala dan Batari Candawani bergerak bersama untuk keluar dari hutan. "Jadi Perguruan Cakra Kembar tempatmu berasal berada di kaki gunung dekat kota Kediri ?" tanya Nayaka Manggala "Itu benar, kota Kediri terdiri atas beberapa keluarga dengan dua yang mendominasi yaitu keluarga Surendra dan keluarga Seno . Gumilar Seno yang kamu bunuh itu adalah dari keluarga Seno ." jelas Batari Candawani "Bagaimana dengan sekte Peguruan Cakra Kembar ? Kenapa dia tidak termasuk yang mendominasi? Itu sangat aneh." lirik Nayaka Manggala "Perguruan Cakra Kembar berada di dekat kota , tetap termasuk kekuatan besar di kota Kediri . Bisa dibilang mereka sedikit lebih tinggi dari keluarga Surendra dan keluarga Seno . Tiga kekuatan inilah yang menjadi dasar dari kota Kediri . "Selain itu Perguruan Cakra Kembar sendiri termasuk salah satu dari enam faksi yang tinggal di benua bagian barat daya yang di nama

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08

Bab terbaru

  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 11 Hadangan Gentala dan Teman-temannya

    Beberapa anak muda tengah berkumpul dengan bersantai. "Gentala ." panggil seseorang yang berlari kearah beberapa anak muda tersebut. Salah satu anak muda dengan ikat kepala berwarna merah, menoleh kearah suara berasal. "Ada apa teriak teriak begitu." tanyanya "Aku ada berita besar untukmu."ujar orang yang berteriak memanggil tadi. "Berita apa?" Gentala Surendra mengorek telinganya lalu meniup kotoran "Anak itu kembali hidup dan kembali kemari." "Anak?" Gentala Surendra mengerutkan keningnya ***** Nayaka Manggala dan Batari Candawani sampai di gerbang masuk Perguruan Cakra Kembar. Batari Candawani menunjukan plat murid miliknya pada penjaga gerbang masuk sekte. "Masuk!" Giliran Nayaka Manggala yang hendak masuk namun dihadang dua tombak yang menyilang di depannya. Langkah Nayaka Manggala terhenti. Ia menatap dingin pada kedua penjaga tersebut. "Mana pla

  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bb 10 Kerajaan Malingga dan Faksi di dalamnya

    Hup! Diantara pepohonan hutan, Nayaka Manggala dan Batari Candawani bergerak bersama untuk keluar dari hutan. "Jadi Perguruan Cakra Kembar tempatmu berasal berada di kaki gunung dekat kota Kediri ?" tanya Nayaka Manggala "Itu benar, kota Kediri terdiri atas beberapa keluarga dengan dua yang mendominasi yaitu keluarga Surendra dan keluarga Seno . Gumilar Seno yang kamu bunuh itu adalah dari keluarga Seno ." jelas Batari Candawani "Bagaimana dengan sekte Peguruan Cakra Kembar ? Kenapa dia tidak termasuk yang mendominasi? Itu sangat aneh." lirik Nayaka Manggala "Perguruan Cakra Kembar berada di dekat kota , tetap termasuk kekuatan besar di kota Kediri . Bisa dibilang mereka sedikit lebih tinggi dari keluarga Surendra dan keluarga Seno . Tiga kekuatan inilah yang menjadi dasar dari kota Kediri . "Selain itu Perguruan Cakra Kembar sendiri termasuk salah satu dari enam faksi yang tinggal di benua bagian barat daya yang di nama

  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 9 Gelombang Binatang Iblis

    Hup! Tiba tiba Nayaka Manggala melambatkan lompatannya. Ia mundur hingga berada di dahan yang sama dengan yang diinjak Batari Candawani. "Ayo lebih cepat. Atau kita akan ikut terseret dengan gelombang binatang iblis!" "Apa?" Nayaka Manggala meraih tangan Batari Candawani. Laku menariknya dengan cepat. Batari Candawani dipaksa melompat mengikuti kecepatan dari Nayaka Manggala . Gruduk! Gruduk! Roar! Rawr! Suara binatang iblis yang bergerombol semakin keras terdengar. Hup! Nayaka Manggala melompat ke sebuah tebing tinggi bersama Batari Candawani. Pil yang diberikan tadi sudah diyelan Batari Candawani yang mbjat nafasnya menghilang. Keberadaanya juga menghilang. Nayaka Manggala dan Batari Candawani melihat dibawah mereka gelombang binatang iblis yang tengah bergerak dengan sangat banyak. "Bagaimana bisa ada gelombang binatang iblis?" Ro

  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 8 Menyamar Menjadi Orang Lain

    Bentrokan kedua serangan tersebut menyebabkan ledakan dengan gelombang kejut yang menyebar ke sekitaranya. Hiya! Bersamaan, Nayaka Manggala dan Gumilar Seno menerjang. Klang! Klang! Klang! Keduanya beradu pedanh beberapa putaran. 'Sial! Bagaimana dia bisa mengimbangiku?' gumam Gumilar Seno 'Pertarungan jarak dekat seperti ini benar benar menyenangkan. Namun aku harus segera mengakhirinya. Jika tidak aku akan kalah.' gumam Nayaka Manggala Pertarungan jarak dekat keduanya disaksikan oleh Batari Candawani . 'Anak itu tidak hanya membual, meskipun ranahnya jauh di bawah Gumilar Seno . Namun dia mampu membuat Gumilar Seno merasa seimbang bahkan mungkin kewalahan.' gumamnya Brak! Hentakan kaki Nayaka Manggala di tanah membuat kepulan debu membuat Batari Candawani tak bisa melihat jalannya pertarungan. Seni beladiri iblis kehancuran, bentuk ketiga. Cakar hantu!

  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 7 Pertarungan

    Tebasan pedang dengan tenaga dalam melesat kearah Nayaka Manggala. "Seni beladiri pedang bunga teratai? Dia menguasainya?" pekik Batari Candawani terkejut Nayaka Manggala menyipitkan matanya dengan menaikan sudut bibirnya. 'Seni bela diri itu , benar mereka dari Perguruan Cakra Kembar . Tetapi serangan ini lemah sekali. Andaikan tak ada yang ingin kubiarkan hidup. Aku akan menunjukkan teknik tersebut yang sebenarnya. Tapi...' Duar! Bentrokan kedua tebasan terjadi. Ledakan membuat gelombang udara cukup besar hingga debu beterbangan. "Hahaha serangan lemah seperti itu. Aku yakin tubuhnya telah terpotong!" "Wahh! kakak telah menguasai seni beladiri pedang bunga pluim! Patut manjadi murid Perguruan Cakra Kembar yang sesungguhnya! " "Mungkinlah kakak senior akan menjadi pedang dari perguruan kita!" "Itu luar biasa." Empat teman Gumilar Surendra memuji kemampuan Gumilar Surendra tersebut.

  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 6 Bertemu Batari Candawani

    Teman teman Gumilar Surendra melihat cara mempermainkan Batari Candawani yang berkesan mengasikan. Berandalan seperti mereka memang selalu menyukai melakukan hal hal tercela seperti itu. Tangan Gumilar Surendra meraih tangan Batari Candawani. "Tidak! Lepaskan! Lepaskan tanganmu!" Batari Candawani memberontak "Hahah kulitmu sangat lembut. Ini benar-benar benar sesuai dengan dugaan!" puji Gumilar Surendra "Cepatlah kakak Gumilar. Kami juga ingin!" desak teman temannya. "Kalian bajingan! Apa kalian tidak takut dengan murka guruku!" ancam Batari Candawani dengan airmata yang membasahi pipinya, "guruku tidak akan memaafkan kalian!" "Hahhaha!" "Lihatlah dia! Membawa nama gurunya disaat saat seperti ini!" cibir teman Gumilar Surendra "Murid langsung dari sesepuh perguruan memang selalu seperti itu!" sambung lainnya "Aku benar benar tak menyukai para murid dari para sesepuh!" Seorang lainnya membuang ludah menggambarkan rasa jijiknya "Mereka terlalu menyombongkan nama guru mereka

  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 5 Terdesak

    Nayaka Manggala melihat mayat Gardhana Surendrayang terbaring di atas tanah dengan luka tebas dari pundak hingga dadanya. "Aku telah membalaskan dendammu, kamu bisa merasa tenang setelah ini. Namun tenang saja jika aku akan melanjutkan balas dendam terhadap mereka yang beruntung selama ini." Nayaka Manggala segera berlutut dengan mengambil cincin penyimpanan dari tangan Gardhana Surendra dan teman-temannya yang telah terbunuh. "Sebagai murid dari Perguruan Cakra Kembar, mereka tidak memiliki banyak barang berharga, namun ini lebih dari cukup untuk sementara waktu." Nayaka Manggala bergegas duduk bersila sembari kembali menyerap darah dan energi dari mayat Gardhana Surendra dan lainnya. Tak hanya itu ia juga menyerap darah milik ular putih yang tadi dibunuhnya. Kulit beserta sisik ular putih yang terkenal dengan keras segera ia pisahkan dari tubuh ular tersebut. Nantinya kau lihat ular tersebut akan dia buat sebagai pakaian agar ia lebih terlindungi dari serangan di kemudia

  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 4 Permulaan

    Roar! Rawr! Nayaka Manggala melihat dari balik pohon, di mana terdapat binatang buas yang tengah berhadapan satu sama lain. Dua ekor macan hitam melawan seekor harimau loreng. "Mereka adalah binatang buas tingkat 2 yang cukup kuat, dengan kekuatanku saat ini aku tidak akan mampu mengalahkan mereka. Lebih baik aku menunggu saat yang tepat sebelum melancarkan serangan. Kita harus bijak dalam menentukan pilihan sebelum bertindak." Kedua macam tersebut terus menatap pada harimau loreng yang menjadi mangsanya. Sebagai penguasa dari hutan, tentu saja mau tidak ingin kedua macan tersebut mengalahkannya karena itu tentu akan menghancurkan harga dirinya. Roar! Setelah perang dengan keras harimau loreng tersebut menyerang ke arah kedua macan yang dengan cepat menghindari serangannya. Cat harimau tersebut berbalik salah satu macan langsung melompat ke arahnya dengan menerkam punggungnya. Rawr! Harimau tersebut tersentak dengan meraung keras, mencoba melepaskan diri dari te

  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 3 Balas Dendam Pertama

    Gardhana Surendra, memberikan arahan pada teman-temannya untuk menyerang ular putih yang sudah dikepung tersebut. "Yang lain coba alihkan perhatiannya sementara sisanya mencoba menyerangnya dari titik buta. Berikan serangan terkuat kalian dan jangan ragu sedikitpun." seru Gardhana Surendra Teman temannya yang lain menganggukan kepala dengan setuju, mereka menyadari kita tidak mengeluarkan semua kemampuan mereka maka dapat dipastikan mereka akan gagal mengalahkan ular putih tersebut. Sstt... Ular putih menjulurkan lidahnya sembari melirik ke sekitarnya, manusia yang telah mengepungnya namun itu tidak membuatnya takut sedikitpun. Krek! Uhuk! Tiba saja ular putih tersebut menguatkan lilitannya pada manusia yang sudah ditangkap. "To-tolong aku!" lirih teman Gardhana Surendra yang tertangkap oleh ular putih Gardhana Surendra melihat temannya telah di ujung kematian dengan cepat menerjang ke depan sembari mengayunkan pedangnya. "Ular sialan! Matilah kamu!" Wuz!

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status