แชร์

Bab 3 Balas Dendam Pertama

ผู้เขียน: Maulana Yuandra
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-02-24 21:14:40

Gardhana Surendra, memberikan arahan pada teman-temannya untuk menyerang ular putih yang sudah dikepung tersebut.

"Yang lain coba alihkan perhatiannya sementara sisanya mencoba menyerangnya dari titik buta. Berikan serangan terkuat kalian dan jangan ragu sedikitpun." seru Gardhana Surendra

Teman temannya yang lain menganggukan kepala dengan setuju, mereka menyadari kita tidak mengeluarkan semua kemampuan mereka maka dapat dipastikan mereka akan gagal mengalahkan ular putih tersebut.

Sstt...

Ular putih menjulurkan lidahnya sembari melirik ke sekitarnya, manusia yang telah mengepungnya namun itu tidak membuatnya takut sedikitpun.

Krek!

Uhuk!

Tiba saja ular putih tersebut menguatkan lilitannya pada manusia yang sudah ditangkap.

"To-tolong aku!" lirih teman Gardhana Surendra yang tertangkap oleh ular putih

Gardhana Surendra melihat temannya telah di ujung kematian dengan cepat menerjang ke depan sembari mengayunkan pedangnya.

"Ular sialan! Matilah kamu!"

Wuz!

Ayunan pedang tersebut mencoba untuk menggores tubuh ular, namun hal itu tidak dibiarkan begitu saja. Ular putih dengan cepat kembali bergerak meliuk di atas tanah.

Srak!

Bang!

Ayunan pedang Gardhana Surendra menghantam sisik ular yang keras tersebut sehingga terpental. Untuk membuat Gardhana Surendra sampai tersentak ke belakang.

"Sisik ular ini sangat keras! Ini sangat merepotkan!"

Melihat ular putih yang merespon serangan dari Gardhana Surendra, dua orang temannya dengan cepat menerjang ke arah ular tersebut dari titik buta.

Bang!

Bang!

Argh!

Namun kedua orang tersebut meringis pedang mereka membentur sisik ular yang keras.

Ular putih tidak membiarkan hal itu begitu saja, ia membalikkan badannya dengan menggerakkan ekornya.

Wuz!

"Awas!"

Ekor ular tersebut menyambut tubuh salah satu orang yang menyerangnya barusan dengan keras.

Bruak!

Ugh!

Wing!

Seketika orang tersebut terlempar hingga menghantam pohon di belakangnya.

Bruak!

Uhuk!

Orang tersebut terduduk sembari memuntahkan darah dari mulutnya yang sangat banyak.

"Ular sialan! Jangan berikan dia waktu untuk bereaksi! Serang bagian matanya!"

Salah satu orang dengan cepat melempar kerisnya ke arah mata dari ular tersebut.

Wuz!

Namun kerisnya tersebut gagal mengenainya setelah ular putih kembali meliuk di atas tanah yang membuat formasi pengepungan menjadi berantakan.

Gardhana Surendra menahan ular yang meliuk tersebut menggunakan pedangnya.

Cras!

Cras!

Muncul percikan api dari gesekan bilah pedang dan sisik ular putih.

"Sialan! Sisik ular ini benar-benar keras bahkan tidak mampu melukai sedikitpun dengan pedang."

Hiya!

Hiya!

Dua orang teman gardana melompat dengan cepat untuk menambah daya Serang dari ayunan pedangnya.

Bang!

Bang!

Srak!

Namun apa yang mereka lakukan benar-benar sia-sia. Sisik ular putih sangat keras sehingga tidak tergores dengan tebasan pedang yang mereka lakukan.

Argh!

Kedua orang tersebut kembali tersentak ke belakang dengan merasakan tangannya yang kaku akibat benturan keras yang mereka lakukan.

"Andai saja kita bisa memasukkan tenaga dalam pada bilah pedang, ia kita bisa membunuh ular ini dengan cepat!"

"Gardhana Surendra! Sebaiknya kita mundur! Sangat sulit membunuh ular putih ini!"

Namun Gardhana Surendra tidak menggubris perkataan temannya tersebut. Ia yang benar-benar ingin menginginkan ular putih tersebut dengan cepat kembali menyerang dengan semua tenaganya.

"Kita telah sejauh ini bahkan telah kehilangan tiga orang teman kita! Jika kita mundur sama saja kita adalah seorang pengecut!" seru Gardhana Surendra

Mendengar seruan tersebut teman-teman Gardhana Surendra dengan cepat kembali menyerang si ular putih.

Ular putih tidak tinggal diam karena ia dengan cepat meliuk sembari menghantamkan ekornya ke beberapa manusia yang mencoba menyerangnya dari belakang.

Sementara itu manusia yang berada di depan langsung ia terekam dengan mulutnya.

Dua orang yang menyerang dari belakang terkena serangan sabetan ekor yang sangat keras tersebut.

Bruak!

Ugh!

Kedua orang tersebut langsung terlempar dengan menghantam batang pohon yang ada di belakang mereka, namun hal itu belum selesai sampai di situ. Ular putih tidak memberikan kesempatan bagi mereka untuk menghela nafas.

Ekor ular putih kembali menyabet mereka dengan langsung membuat mereka terbunuh.

Brak

Uhuk!

Tiga orang dalam sekejap langsung terbunuh akibat gerakan tersebut.

Gardhana Surendra melihat kematian temannya dengan sangat marah tanpa bisa melakukan apapun.

Tadinya ia membawa 9 orang termasuk dirinya namun ini hanya tersisa ia dan dua temannya saja. Situasi saat ini benar-benar buruk.

"Ular ini benar-benar mengerikan! Tidak ada kesempatan untuk membunuhnya bahkan untuk melukai saja tidak mungkin!" ujar salah satu orang pasrah

Teman Gardhana Surendra lainnya juga sudah tidak melihat lagi harapan, ia dengan cepat membalikkan badannya dengan ingin melarikan diri.

"Jangan kabur! Ini adalah kesempatan kita!" seru Gardhana Surendra untuk memotivasi temannya tersebut

Hal itu tidak ada gunanya, kedua temannya telah memutuskan untuk kabur dari tempat tersebut daripada mati karena keegoisan mereka.

"Jika kamu ingin menangkapnya, maka angkaplah sendiri! Jangan melibatkan kami lagi!"

"Itu benar! Ide memburu ular putih adalah hidup terburuk yang pernah aku dengar! Karenamu, kita kehilangan teman-teman kita!"

Gardhana Surendra terdiam setelah mendengar tuduhan tersebut. Ia semakin mengeratkan genggaman tangannya pada gagang pedang, sorot matanya begitu tajam dengan gigi yang menggeratak.

"Kalian pecundang!" umpat Gardhana Surendra

Namun umpatan tersebut tidak dihiraukan oleh kedua orang yang dengan cepat berlari meninggalkan tempat tersebut

Sttt...

Ular putih melihat dua orang manusia yang berlari di antara pepohonan untuk kabur.

Srek!

Dengan cepat ular putih bergerak meliuk di antara pepohonan untuk mengejar kedua manusia yang menjadi mangsanya.

"Sialan! Kenapa dia malah mengejar kita!" seru satu orang yang kabur setelah menyadari ular putih mengejarnya

"Sebaiknya kita berpencar!" balas temannya

Jangan cepat keduanya melompat ke arah berlawanan.

Brak!

Ular putih menabrak batang pohon, lalu ia menghadap ke sebelah kiri, sorot matanya begitu tajam. Dengan cepat ia melesat memangsa orang yang berlari ke kiri.

Hap!

"Tidak!"

Suara teriakan tersebut membuat satu orang yang tersisa semakin mempercepat langkah kakinya. Bulu kuduknya merinding dengan keringat dingin yang membasahi tubuhnya.

"Aku harus kabur!"

Tiba-tiba ia melihat bayangan besar di atas tanah, lalu begitu ia menoleh ke belakang ular putih memangsanya kembali.

Hap!

Ular putih menelan orang tersebut.

Namun tiba-tiba dari balik pepohonan sebuah pedang menusuk matanya saat ia berada di dekat permukaan.

Jleb!

Sstt!!!

Ular putih tersebut terkejut dengan serangan dadakan, ia menggerakkan kepalanya dengan harapan bisa melepaskan pedang yang menancap pada mata kirinya.

Brak!

Brak!

Beberapa batang pohon di sekitarnya dihantamnya dengan acak.

"Kamu adalah mangsaku!"

Hup!

Tiba-tiba dari sebelah kanan Nayaka Manggala melompat dengan langsung menancapkan kembali pedang pada mata ular tersebut sehingga tembus.

Jleb!

Ular putih semakin memberontak dengan brutal! Ia kini kehilangan penglihatannya akibat kedua matanya yang telah tertancap pedang.

"Ular putih dengan sisik yang keras bahkan seperti baja, memiliki kelemahan di bawah kepalanya."

Nayaka Manggala dengan cepat melompat ke arah kepala ular tersebut yang semakin dekat dengan permukaan.

Jleb!

Keris menancap tepat di bawah kepala ular putih. Belum sempat ular putih merespon hal tersebut untuk memberontak. Nayaka Manggala dengan kuat menarik keris tersebut hingga merobek bagian bawah kepala.

Srak!

Darah segar langsung tercepat ke tanah bersamaan dengan itu kepala ular putih langsung ambruk.

Bruk!

Nayaka Manggala berguling beberapa kali setelah berhasil membunuh ular putih tersebut.

Ular putih tak bergerak sama sekali, banjir darah diatas tanah tempat kepala ular tersebut.

"Sepertinya aku berhasil membunuhnya!!"

Nayaka Manggala bangkit berdiri sembari menghampiri ular tersebut. Ia mencabut dua buah pedang yang tadi digunakan untuk membutakan mata ular putih.

"Mengapa kamu tidak melakukannya dari tadi!"

Deg!

Yang tiba-tiba terdengar itu mengalihkan pandangan Nayaka Manggala. Ia melihat ke arah suara dimana Gardhana Surendra menatapnya dengan kesal.

"Jika kamu bisa membunuhnya mengapa tidak melakukannya dari tadi! Kalau tidak aku tidak akan kehilangan teman-temanku!" lanjut Gardhana Surendra penuh kemarahan

Nayaka Manggala sejenak terdiam, tiba-tiba ingatannya bercampur kembali dengan ingatan pemilik tubuh sebelumnya.

"Gardhana Surendra, dia adalah adik dari Gentala. Mereka berdua bersaudara dan sering merundung pemilik tubuh ini sebelumnya." gumam Nayaka Manggala

Sring!

Gardhana Surendra menghunuskan pedangnya dengan menodong ke arah Nayaka Manggala.

"Kenapa kamu diam saja!" seru Gardhana Surendra

Nayaka Manggala tersenyum tipis, ia memanggul salah satu pedang di pundaknya dengan pedang lainnya yang ia ayunkan sedikit seperti tengah bermain-main.

"Memangnya apa hubungan kematian teman-temanmu denganku? Kalian semua mati karena ulahmu sendiri yang terlalu memaksakan keberuntungan! Tidak memiliki pengetahuan soal binatang buas tapi ingin mencoba menjinakkannya? Menggelikan!" cibir Nayaka Manggala

"Kamu benar-benar cari mati!"

Gardhana Surendra sudah dipenuhi dengan amarah menerjang ke arah Nayaka Manggala dengan cepat sembari yang mengayunkan pedangnya ingin menebas leher Nayaka Manggala.

Nayaka Manggala tidak tinggal diam, dia juga ikut menerjang balik sembari mengayunkan pedangnya.

Klang!

Pedang Gardhana Surendra saling bentrok dengan pedang ditangan kiri Nayaka Manggala.

Keduanya saling berhadapan satu sama lainnya.

Di saat itulah Gardhana Surendra baru menyadari siapa orang yang tengah beradu pedang dengannya.

"Kamu! Bagaimana mungkin itu adalah kamu!" tatap Gardhana Surendra terkejut

Nayaka Manggala tersenyum lebar," rupanya kamu mengenaliku. Kalo begitu selamat tinggal!"

"Apa??"

Pedang yang tadi dipanggul dipundak diangkat dengan tinggi.

Sring!

Bilah pedang tersebut dengan cepat menebas leher Gardhana Surendra.

"Kur—!"

Srakk!

Argh!

Bruk!

Tubuh Gardhana Surendra langsung ambruk ke belakang setelah terkena tebasan tersebut yang langsung membunuhnya.

Srak!

Nayaka Manggala tersenyum tipis dengan perasaan senang.

"Lihatlah ini! Aku membalaskan dendammu! Pembalasan baru saja dimulai!"

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 4 Permulaan

    Roar! Rawr! Nayaka Manggala melihat dari balik pohon, di mana terdapat binatang buas yang tengah berhadapan satu sama lain. Dua ekor macan hitam melawan seekor harimau loreng. "Mereka adalah binatang buas tingkat 2 yang cukup kuat, dengan kekuatanku saat ini aku tidak akan mampu mengalahkan mereka. Lebih baik aku menunggu saat yang tepat sebelum melancarkan serangan. Kita harus bijak dalam menentukan pilihan sebelum bertindak." Kedua macam tersebut terus menatap pada harimau loreng yang menjadi mangsanya. Sebagai penguasa dari hutan, tentu saja mau tidak ingin kedua macan tersebut mengalahkannya karena itu tentu akan menghancurkan harga dirinya. Roar! Setelah perang dengan keras harimau loreng tersebut menyerang ke arah kedua macan yang dengan cepat menghindari serangannya. Cat harimau tersebut berbalik salah satu macan langsung melompat ke arahnya dengan menerkam punggungnya. Rawr! Harimau tersebut tersentak dengan meraung keras, mencoba melepaskan diri dari te

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-24
  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 5 Terdesak

    Nayaka Manggala melihat mayat Gardhana Surendrayang terbaring di atas tanah dengan luka tebas dari pundak hingga dadanya. "Aku telah membalaskan dendammu, kamu bisa merasa tenang setelah ini. Namun tenang saja jika aku akan melanjutkan balas dendam terhadap mereka yang beruntung selama ini." Nayaka Manggala segera berlutut dengan mengambil cincin penyimpanan dari tangan Gardhana Surendra dan teman-temannya yang telah terbunuh. "Sebagai murid dari Perguruan Cakra Kembar, mereka tidak memiliki banyak barang berharga, namun ini lebih dari cukup untuk sementara waktu." Nayaka Manggala bergegas duduk bersila sembari kembali menyerap darah dan energi dari mayat Gardhana Surendra dan lainnya. Tak hanya itu ia juga menyerap darah milik ular putih yang tadi dibunuhnya. Kulit beserta sisik ular putih yang terkenal dengan keras segera ia pisahkan dari tubuh ular tersebut. Nantinya kau lihat ular tersebut akan dia buat sebagai pakaian agar ia lebih terlindungi dari serangan di kemudia

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-24
  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 6 Bertemu Batari Candawani

    Teman teman Gumilar Surendra melihat cara mempermainkan Batari Candawani yang berkesan mengasikan. Berandalan seperti mereka memang selalu menyukai melakukan hal hal tercela seperti itu. Tangan Gumilar Surendra meraih tangan Batari Candawani. "Tidak! Lepaskan! Lepaskan tanganmu!" Batari Candawani memberontak "Hahah kulitmu sangat lembut. Ini benar-benar benar sesuai dengan dugaan!" puji Gumilar Surendra "Cepatlah kakak Gumilar. Kami juga ingin!" desak teman temannya. "Kalian bajingan! Apa kalian tidak takut dengan murka guruku!" ancam Batari Candawani dengan airmata yang membasahi pipinya, "guruku tidak akan memaafkan kalian!" "Hahhaha!" "Lihatlah dia! Membawa nama gurunya disaat saat seperti ini!" cibir teman Gumilar Surendra "Murid langsung dari sesepuh perguruan memang selalu seperti itu!" sambung lainnya "Aku benar benar tak menyukai para murid dari para sesepuh!" Seorang lainnya membuang ludah menggambarkan rasa jijiknya "Mereka terlalu menyombongkan nama guru mereka

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-04
  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 7 Pertarungan

    Tebasan pedang dengan tenaga dalam melesat kearah Nayaka Manggala. "Seni beladiri pedang bunga teratai? Dia menguasainya?" pekik Batari Candawani terkejut Nayaka Manggala menyipitkan matanya dengan menaikan sudut bibirnya. 'Seni bela diri itu , benar mereka dari Perguruan Cakra Kembar . Tetapi serangan ini lemah sekali. Andaikan tak ada yang ingin kubiarkan hidup. Aku akan menunjukkan teknik tersebut yang sebenarnya. Tapi...' Duar! Bentrokan kedua tebasan terjadi. Ledakan membuat gelombang udara cukup besar hingga debu beterbangan. "Hahaha serangan lemah seperti itu. Aku yakin tubuhnya telah terpotong!" "Wahh! kakak telah menguasai seni beladiri pedang bunga pluim! Patut manjadi murid Perguruan Cakra Kembar yang sesungguhnya! " "Mungkinlah kakak senior akan menjadi pedang dari perguruan kita!" "Itu luar biasa." Empat teman Gumilar Surendra memuji kemampuan Gumilar Surendra tersebut.

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-05
  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 8 Menyamar Menjadi Orang Lain

    Bentrokan kedua serangan tersebut menyebabkan ledakan dengan gelombang kejut yang menyebar ke sekitaranya. Hiya! Bersamaan, Nayaka Manggala dan Gumilar Seno menerjang. Klang! Klang! Klang! Keduanya beradu pedanh beberapa putaran. 'Sial! Bagaimana dia bisa mengimbangiku?' gumam Gumilar Seno 'Pertarungan jarak dekat seperti ini benar benar menyenangkan. Namun aku harus segera mengakhirinya. Jika tidak aku akan kalah.' gumam Nayaka Manggala Pertarungan jarak dekat keduanya disaksikan oleh Batari Candawani . 'Anak itu tidak hanya membual, meskipun ranahnya jauh di bawah Gumilar Seno . Namun dia mampu membuat Gumilar Seno merasa seimbang bahkan mungkin kewalahan.' gumamnya Brak! Hentakan kaki Nayaka Manggala di tanah membuat kepulan debu membuat Batari Candawani tak bisa melihat jalannya pertarungan. Seni beladiri iblis kehancuran, bentuk ketiga. Cakar hantu!

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-06
  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 9 Gelombang Binatang Iblis

    Hup! Tiba tiba Nayaka Manggala melambatkan lompatannya. Ia mundur hingga berada di dahan yang sama dengan yang diinjak Batari Candawani. "Ayo lebih cepat. Atau kita akan ikut terseret dengan gelombang binatang iblis!" "Apa?" Nayaka Manggala meraih tangan Batari Candawani. Laku menariknya dengan cepat. Batari Candawani dipaksa melompat mengikuti kecepatan dari Nayaka Manggala . Gruduk! Gruduk! Roar! Rawr! Suara binatang iblis yang bergerombol semakin keras terdengar. Hup! Nayaka Manggala melompat ke sebuah tebing tinggi bersama Batari Candawani. Pil yang diberikan tadi sudah diyelan Batari Candawani yang mbjat nafasnya menghilang. Keberadaanya juga menghilang. Nayaka Manggala dan Batari Candawani melihat dibawah mereka gelombang binatang iblis yang tengah bergerak dengan sangat banyak. "Bagaimana bisa ada gelombang binatang iblis?" Ro

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-07
  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bb 10 Kerajaan Malingga dan Faksi di dalamnya

    Hup! Diantara pepohonan hutan, Nayaka Manggala dan Batari Candawani bergerak bersama untuk keluar dari hutan. "Jadi Perguruan Cakra Kembar tempatmu berasal berada di kaki gunung dekat kota Kediri ?" tanya Nayaka Manggala "Itu benar, kota Kediri terdiri atas beberapa keluarga dengan dua yang mendominasi yaitu keluarga Surendra dan keluarga Seno . Gumilar Seno yang kamu bunuh itu adalah dari keluarga Seno ." jelas Batari Candawani "Bagaimana dengan sekte Peguruan Cakra Kembar ? Kenapa dia tidak termasuk yang mendominasi? Itu sangat aneh." lirik Nayaka Manggala "Perguruan Cakra Kembar berada di dekat kota , tetap termasuk kekuatan besar di kota Kediri . Bisa dibilang mereka sedikit lebih tinggi dari keluarga Surendra dan keluarga Seno . Tiga kekuatan inilah yang menjadi dasar dari kota Kediri . "Selain itu Perguruan Cakra Kembar sendiri termasuk salah satu dari enam faksi yang tinggal di benua bagian barat daya yang di nama

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-08
  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 11 Hadangan Gentala dan Teman-temannya

    Beberapa anak muda tengah berkumpul dengan bersantai. "Gentala ." panggil seseorang yang berlari kearah beberapa anak muda tersebut. Salah satu anak muda dengan ikat kepala berwarna merah, menoleh kearah suara berasal. "Ada apa teriak teriak begitu." tanyanya "Aku ada berita besar untukmu."ujar orang yang berteriak memanggil tadi. "Berita apa?" Gentala Surendra mengorek telinganya lalu meniup kotoran "Anak itu kembali hidup dan kembali kemari." "Anak?" Gentala Surendra mengerutkan keningnya ***** Nayaka Manggala dan Batari Candawani sampai di gerbang masuk Perguruan Cakra Kembar. Batari Candawani menunjukan plat murid miliknya pada penjaga gerbang masuk sekte. "Masuk!" Giliran Nayaka Manggala yang hendak masuk namun dihadang dua tombak yang menyilang di depannya. Langkah Nayaka Manggala terhenti. Ia menatap dingin pada kedua penjaga tersebut. "Mana pla

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-09

บทล่าสุด

  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 11 Hadangan Gentala dan Teman-temannya

    Beberapa anak muda tengah berkumpul dengan bersantai. "Gentala ." panggil seseorang yang berlari kearah beberapa anak muda tersebut. Salah satu anak muda dengan ikat kepala berwarna merah, menoleh kearah suara berasal. "Ada apa teriak teriak begitu." tanyanya "Aku ada berita besar untukmu."ujar orang yang berteriak memanggil tadi. "Berita apa?" Gentala Surendra mengorek telinganya lalu meniup kotoran "Anak itu kembali hidup dan kembali kemari." "Anak?" Gentala Surendra mengerutkan keningnya ***** Nayaka Manggala dan Batari Candawani sampai di gerbang masuk Perguruan Cakra Kembar. Batari Candawani menunjukan plat murid miliknya pada penjaga gerbang masuk sekte. "Masuk!" Giliran Nayaka Manggala yang hendak masuk namun dihadang dua tombak yang menyilang di depannya. Langkah Nayaka Manggala terhenti. Ia menatap dingin pada kedua penjaga tersebut. "Mana pla

  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bb 10 Kerajaan Malingga dan Faksi di dalamnya

    Hup! Diantara pepohonan hutan, Nayaka Manggala dan Batari Candawani bergerak bersama untuk keluar dari hutan. "Jadi Perguruan Cakra Kembar tempatmu berasal berada di kaki gunung dekat kota Kediri ?" tanya Nayaka Manggala "Itu benar, kota Kediri terdiri atas beberapa keluarga dengan dua yang mendominasi yaitu keluarga Surendra dan keluarga Seno . Gumilar Seno yang kamu bunuh itu adalah dari keluarga Seno ." jelas Batari Candawani "Bagaimana dengan sekte Peguruan Cakra Kembar ? Kenapa dia tidak termasuk yang mendominasi? Itu sangat aneh." lirik Nayaka Manggala "Perguruan Cakra Kembar berada di dekat kota , tetap termasuk kekuatan besar di kota Kediri . Bisa dibilang mereka sedikit lebih tinggi dari keluarga Surendra dan keluarga Seno . Tiga kekuatan inilah yang menjadi dasar dari kota Kediri . "Selain itu Perguruan Cakra Kembar sendiri termasuk salah satu dari enam faksi yang tinggal di benua bagian barat daya yang di nama

  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 9 Gelombang Binatang Iblis

    Hup! Tiba tiba Nayaka Manggala melambatkan lompatannya. Ia mundur hingga berada di dahan yang sama dengan yang diinjak Batari Candawani. "Ayo lebih cepat. Atau kita akan ikut terseret dengan gelombang binatang iblis!" "Apa?" Nayaka Manggala meraih tangan Batari Candawani. Laku menariknya dengan cepat. Batari Candawani dipaksa melompat mengikuti kecepatan dari Nayaka Manggala . Gruduk! Gruduk! Roar! Rawr! Suara binatang iblis yang bergerombol semakin keras terdengar. Hup! Nayaka Manggala melompat ke sebuah tebing tinggi bersama Batari Candawani. Pil yang diberikan tadi sudah diyelan Batari Candawani yang mbjat nafasnya menghilang. Keberadaanya juga menghilang. Nayaka Manggala dan Batari Candawani melihat dibawah mereka gelombang binatang iblis yang tengah bergerak dengan sangat banyak. "Bagaimana bisa ada gelombang binatang iblis?" Ro

  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 8 Menyamar Menjadi Orang Lain

    Bentrokan kedua serangan tersebut menyebabkan ledakan dengan gelombang kejut yang menyebar ke sekitaranya. Hiya! Bersamaan, Nayaka Manggala dan Gumilar Seno menerjang. Klang! Klang! Klang! Keduanya beradu pedanh beberapa putaran. 'Sial! Bagaimana dia bisa mengimbangiku?' gumam Gumilar Seno 'Pertarungan jarak dekat seperti ini benar benar menyenangkan. Namun aku harus segera mengakhirinya. Jika tidak aku akan kalah.' gumam Nayaka Manggala Pertarungan jarak dekat keduanya disaksikan oleh Batari Candawani . 'Anak itu tidak hanya membual, meskipun ranahnya jauh di bawah Gumilar Seno . Namun dia mampu membuat Gumilar Seno merasa seimbang bahkan mungkin kewalahan.' gumamnya Brak! Hentakan kaki Nayaka Manggala di tanah membuat kepulan debu membuat Batari Candawani tak bisa melihat jalannya pertarungan. Seni beladiri iblis kehancuran, bentuk ketiga. Cakar hantu!

  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 7 Pertarungan

    Tebasan pedang dengan tenaga dalam melesat kearah Nayaka Manggala. "Seni beladiri pedang bunga teratai? Dia menguasainya?" pekik Batari Candawani terkejut Nayaka Manggala menyipitkan matanya dengan menaikan sudut bibirnya. 'Seni bela diri itu , benar mereka dari Perguruan Cakra Kembar . Tetapi serangan ini lemah sekali. Andaikan tak ada yang ingin kubiarkan hidup. Aku akan menunjukkan teknik tersebut yang sebenarnya. Tapi...' Duar! Bentrokan kedua tebasan terjadi. Ledakan membuat gelombang udara cukup besar hingga debu beterbangan. "Hahaha serangan lemah seperti itu. Aku yakin tubuhnya telah terpotong!" "Wahh! kakak telah menguasai seni beladiri pedang bunga pluim! Patut manjadi murid Perguruan Cakra Kembar yang sesungguhnya! " "Mungkinlah kakak senior akan menjadi pedang dari perguruan kita!" "Itu luar biasa." Empat teman Gumilar Surendra memuji kemampuan Gumilar Surendra tersebut.

  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 6 Bertemu Batari Candawani

    Teman teman Gumilar Surendra melihat cara mempermainkan Batari Candawani yang berkesan mengasikan. Berandalan seperti mereka memang selalu menyukai melakukan hal hal tercela seperti itu. Tangan Gumilar Surendra meraih tangan Batari Candawani. "Tidak! Lepaskan! Lepaskan tanganmu!" Batari Candawani memberontak "Hahah kulitmu sangat lembut. Ini benar-benar benar sesuai dengan dugaan!" puji Gumilar Surendra "Cepatlah kakak Gumilar. Kami juga ingin!" desak teman temannya. "Kalian bajingan! Apa kalian tidak takut dengan murka guruku!" ancam Batari Candawani dengan airmata yang membasahi pipinya, "guruku tidak akan memaafkan kalian!" "Hahhaha!" "Lihatlah dia! Membawa nama gurunya disaat saat seperti ini!" cibir teman Gumilar Surendra "Murid langsung dari sesepuh perguruan memang selalu seperti itu!" sambung lainnya "Aku benar benar tak menyukai para murid dari para sesepuh!" Seorang lainnya membuang ludah menggambarkan rasa jijiknya "Mereka terlalu menyombongkan nama guru mereka

  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 5 Terdesak

    Nayaka Manggala melihat mayat Gardhana Surendrayang terbaring di atas tanah dengan luka tebas dari pundak hingga dadanya. "Aku telah membalaskan dendammu, kamu bisa merasa tenang setelah ini. Namun tenang saja jika aku akan melanjutkan balas dendam terhadap mereka yang beruntung selama ini." Nayaka Manggala segera berlutut dengan mengambil cincin penyimpanan dari tangan Gardhana Surendra dan teman-temannya yang telah terbunuh. "Sebagai murid dari Perguruan Cakra Kembar, mereka tidak memiliki banyak barang berharga, namun ini lebih dari cukup untuk sementara waktu." Nayaka Manggala bergegas duduk bersila sembari kembali menyerap darah dan energi dari mayat Gardhana Surendra dan lainnya. Tak hanya itu ia juga menyerap darah milik ular putih yang tadi dibunuhnya. Kulit beserta sisik ular putih yang terkenal dengan keras segera ia pisahkan dari tubuh ular tersebut. Nantinya kau lihat ular tersebut akan dia buat sebagai pakaian agar ia lebih terlindungi dari serangan di kemudia

  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 4 Permulaan

    Roar! Rawr! Nayaka Manggala melihat dari balik pohon, di mana terdapat binatang buas yang tengah berhadapan satu sama lain. Dua ekor macan hitam melawan seekor harimau loreng. "Mereka adalah binatang buas tingkat 2 yang cukup kuat, dengan kekuatanku saat ini aku tidak akan mampu mengalahkan mereka. Lebih baik aku menunggu saat yang tepat sebelum melancarkan serangan. Kita harus bijak dalam menentukan pilihan sebelum bertindak." Kedua macam tersebut terus menatap pada harimau loreng yang menjadi mangsanya. Sebagai penguasa dari hutan, tentu saja mau tidak ingin kedua macan tersebut mengalahkannya karena itu tentu akan menghancurkan harga dirinya. Roar! Setelah perang dengan keras harimau loreng tersebut menyerang ke arah kedua macan yang dengan cepat menghindari serangannya. Cat harimau tersebut berbalik salah satu macan langsung melompat ke arahnya dengan menerkam punggungnya. Rawr! Harimau tersebut tersentak dengan meraung keras, mencoba melepaskan diri dari te

  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 3 Balas Dendam Pertama

    Gardhana Surendra, memberikan arahan pada teman-temannya untuk menyerang ular putih yang sudah dikepung tersebut. "Yang lain coba alihkan perhatiannya sementara sisanya mencoba menyerangnya dari titik buta. Berikan serangan terkuat kalian dan jangan ragu sedikitpun." seru Gardhana Surendra Teman temannya yang lain menganggukan kepala dengan setuju, mereka menyadari kita tidak mengeluarkan semua kemampuan mereka maka dapat dipastikan mereka akan gagal mengalahkan ular putih tersebut. Sstt... Ular putih menjulurkan lidahnya sembari melirik ke sekitarnya, manusia yang telah mengepungnya namun itu tidak membuatnya takut sedikitpun. Krek! Uhuk! Tiba saja ular putih tersebut menguatkan lilitannya pada manusia yang sudah ditangkap. "To-tolong aku!" lirih teman Gardhana Surendra yang tertangkap oleh ular putih Gardhana Surendra melihat temannya telah di ujung kematian dengan cepat menerjang ke depan sembari mengayunkan pedangnya. "Ular sialan! Matilah kamu!" Wuz!

สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status