Share

Sebatas Ibu Pengganti untuk Anak Presdir
Sebatas Ibu Pengganti untuk Anak Presdir
Author: Nadira Dewy

Bab 1

“To-tolong lahirkan anakku dengan selamat. Rawat dia dan jauhkan dia dari Sa–”

Belum selesai berbicara, Helena dapat merasakan tangan anak majikan yang sudah dianggap sahabat sejak kecil itu perlahan mendingin.

Jantung Helena sontak mencelos.

“Nona!” paniknya histeris, bahkan terdengar di lorong rumah sakit. “Dokter tolong!”

Ini seperti mimpi buruk!

Beberapa saat lalu, keduanya masih berkomunikasi lewat sambungan telepon. Rachel khawatir setelah mengetahui Helena mendadak muntah-muntah. Padahal, Helena sudah tak pernah mengalami morning sickness lagi di usia kandungan yang sudah tua. Namun siapa sangka saat menunggu, Helena justru mendengar kabar Nona Tertua Wijaya itu mengalami kecelakaan.

“Nona, bangun!” Helena berteriak lagi–berharap Rachel kembali bangun, “Bukankah Kamu bilang ingin menemani anakmu nanti bersekolah ke luar negeri? Dia bahkan belum lahir.”

Sayangnya, garis di monitor EKG itu tetap lurus meski petugas medis melakukan tindakan penyelamatan.

Bunyinya begitu menakutkan sampai perut Helena terasa menegang.

Bagaimana caranya menjelaskan ini semua pada Alexander, suami sang sahabat?

Belum lagi, kedua orang tua Rachel….

Plak!

“Dasar Iblis! Kau membunuh putriku!”

Tanpa diduga, Helena tiba-tiba ditampar oleh Nyonya Wijaya yang baru tiba.

Helena terhuyung di bawah tatapan tajam keluarga besar Wijaya.

“Aku tidak membunu–”

“Diam! Putriku terbunuh karenamu! Kenapa kau melakukan ini?” potong Tuan Wijaya, “kenapa kau menghilangkan nyawa anakku yang selama ini baik padamu?!”

Baru kali ini, ayah Rachel nampak emosional di depan orang banyak.

Dia bahkan mengguncang tubuh Helena yang hanya bisa menggelengkan kepala sambil menangis.

“Tidak. Bukan aku….”

Sayangnya, pembelaan Helena tak didengar karena keluarga Wijaya terus justru mengusirnya dari Rumah Sakit.

Bahkan menggunakan kuasa mereka, Keluarga Wijaya menutup akses Helena untuk menemui Alexander dan menjelaskan apa yang terjadi.

Kini wanita hamil itu hanya bisa berdiri dari kejauhan di area pemakaman Heaven Memorial.

“Nona Rachel….” lirihnya.

Helena ingin bergabung dengan pelayat lainnya. Tapi, ia tahu betul bahwa kehadirannya tak diharapkan seorang pun di sana.

Bisa saja keluarga Rachel justru murka.

Helena tak mau itu terjadi. Ia lantas mengusap perutnya yang besar—meminta agar si jabang bayi–satu-satunya yang tersisa dari sang sahabat, tetap kuat dan sehat di dalam sana.

Sayangnya, air mata Helena jatuh juga meski sudah ditahan sekuat mungkin.

Tes!

Bersamaan dengan itu, gerimis mendadak turun di penghujung upacara pemakaman.

Helena lantas tersadar dari lamunannya.

Menemukan satu per satu pelayat telah pergi dari sana menyisakan keluarga inti saja, Helena pun ikut melangkahkan kaki untuk berlindung.

Jika demam, persalinannya yang sebentar lagi–bisa saja mengalami kendala.

Jadi, Helena tidak boleh sakit!

‘Demi Nona Rachel,’ batinnya mengingatkan.

Susah payah wanita hamil itu membawa kakinya menjauh.

Sayangnya, langkah Helena terhenti di parkiran kala mendengar teriakan dari Sarah–adik sepupu Rachel.

Wanita itu langsung menatapnya tajam!

“Pembunuh!” teriak Sarah penuh kemarahan, “kalau saja Kau tidak meminta Rachel datang menemuimu, dia pasti masih hidup! Beraninya kau datang ke sini!”

“Tidak, aku tidak melakukannya….”

Itu adalah kalimat yang ingin diucapkan Helena.

Sayangnya, tenggorokan Helena seperti tersumpal oleh sesuatu kala menyadari tatapan dingin semua orang yang tersisa.

“Wanita ini diam karena aku benar. Dia memang selalu iri dengan Rachel. Makanya, dia membuat sepupuku itu sampai insecure agar memilihnya untuk mengandung anaknya!” ucap Sarah, lagi. Kali ini, dia menangis. “Belum lagi, dia meminta bayaran mahal atas rahim yang disewakannya itu! Kau memeras Rachel untuk membiayai penyakit ibumu! Malangnya keluarga kami bisa mengenal gadis tak tahu diuntung sepertimu!”

Ekspresi wajah adik sepupu Rachel itu begitu menuduh. Helena sontak menggelengkan kepala. Itu semua tidak benar.

Saat ibunya mengalami kebocoran jantung dan butuh biaya besar, Rachel datang menawarkannya untuk sewa rahim.

Meski Helena sempat menolak, tetapi tatapan penuh permohonan sang sahabat membuat Helena tertekan luar biasa.

Dia pun akhirnya menerima permintaan Rachel dan mencoba merawat anak ini sebaik yang ia bisa.

Sayangnya, tatapan dari pelayat yang tersisa jelas seperti menghakimi dirinya–membuatnya membeku.

“Dia tidak akan bisa mengatakan apapun, dia pasti sedang menyesali perbuatannya!” timpal Sarah kembali.

Seperti sedang menyiram bensin pada kobaran api, sepupu Rachel itu tak henti membuat orang-orang di sekitarnya memilki arah pikiran yang sama.

“Bi, lebih baik kita kirim saja dia ke penjara. Lagi pula, semua bukti mengarah padanya, dia tidak akan bisa mengelak,” ucap Sarah sembari menyembunyikan senyum tipis miliknya.

Mendengar itu, Helena terkejut.

Penjara? Wanita itu menggelengkan kepalanya, tak percaya. “Tidak, aku tidak bisa....” ucap Helena lirih.

Dia sudah dekat dengan waktu persalinan. Mana bisa dia menerima keputusan itu?

Terlebih, anak Rachel yang ada di dalam perutnya itu pantas mendapatkan segala yang terbaik, sesuai pesan terakhirnya.

Nyut!

Helena memegangi perutnya merasakan sakit yang tiba-tiba saja menyerang.

Nyeri, mengeras bagaikan batu, dan merambat cepat ke punggungnya.

Perutnya terlalu sakit saat ini.

“Akhhhhhh” Helena menggigit bibir bawahnya demi menahan rasa sakit itu, “Sakit...... Akhhhh!”

Semua orang mulai merasa khawatir, namun Sarah tidak mempercayai hal itu. Dia sangat tidak merelakan jika Helena lepas begitu saja, tidak peduli dengan kehamilan, dan anak siapa yang ada di dalam perutnya.

“Jangan berakting, membuatku muak saja!” bentak Sarah. Tangannya sudah terulur, seolah siap mengayunkan ke wajah Helena.

Akan tetapi, suara baritone tiba-tiba terdengar. “Hentikan!”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yellow Melon
bagussssssss
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status