Share

Rahim Sewaan Tuan Pewaris
Rahim Sewaan Tuan Pewaris
Penulis: Nadira Dewy

Bab 1

Hari masih sore, tetapi langit tampak begitu mendung seolah turut merasakan kesedihan mendalam keluarga dan para pelayat di area pemakaman Heaven Memorial.

Mereka masih tak percaya bahwa mereka harus mengantar nona pertama Keluarga Wijaya ke peristirahatan terakhir.

“Ya ampun, dia masih muda….”

“Bagaimana bisa dia kecelakaan? Bukankah, mobilnya sudah menggunakan teknologi pelindung paling mutakhir?”

“Ada yang menyabotase mobilnya. Kudengar Tuan Alexander sedang mencari orang paling bersalah dari kematian istrinya itu.”

“Ya, bisa jadi itu saingan bisnis Keluarga Smith. Mereka berhasil mendapat tender paling besar tahun ini. Pasti, iri membuat mereka....”

Beberapa kerabat jauh terus berbisik sembari mengamati Alexander Smith yang tampak berdiri di samping pusara sang istri yang baru saja tertutup tanah.

Yang jelas, tak seorang pun berani mendekati ahli waris Smith Group itu, kecuali satu orang … adik sepupu sang istri.

“Kak … Rachel sudah tidak ada lagi. Untuk apa, kau sedih? Kesedihanmu itu tidak akan membawanya kembali,” ucapnya mendekati Alexander dengan langkah penuh kehati-hatian, “jadi tolong ikhlaskan agar Rachel bisa tenang di atas sana.”

Adik sepupu Rachel itu mengusap punggung Alexander perlahan mencoba menawarkan sedikit kehangatan dalam dinginnya suasana.  

Gerakannya sedikit aneh.

Namun, tak ada yang menghentikannya mengingat wanita itu memang adik sepupu kesayangan mendiang Rachel.

Pemandangan itu juga ditangkap oleh seorang wanita hamil yang berdiri dari kejauhan.

“Nona Rachel….” lirih Helena menelan kepedihannya.

Rasanya, ia ingin bergabung dengan pelayat lainnya untuk mengantar kepergian anak majikan yang sudah dianggap sahabat sejak kecil. Tapi, ia tahu betul bahwa kehadirannya tak diharapkan seorang pun di sana. Bahkan, bisa saja membuat Alexander dan keluarga Rachel murka.

Diusapnya perutnya yang besar meminta agar si jabang bayi satu-satunya yang tersisa dari sang sahabat tetap kuat dan sehat di dalam sana. 

Sayangnya, Helena tak sekuat itu.

Air matanya akhirnya jatuh juga kala mengingat detik terakhir sebelum kepergian Rachel.

Saat itu, keduanya sedang berbicara di telepon.

Rachel terdengar khawatir kala mengetahui Helena mendadak muntah-muntah, padahal dirinya sudah tak pernah mengalami morning sickness lagi.

Nona tertua Wijaya itu pun langsung menyuruhnya untuk menunggu agar mereka memeriksa kandungan bersama.

Helena lantas setuju. Hanya saja, ia mendadak mendengar benturan keras dan tersadarkan jika Rachel mengalami kecelakaan. 

Dan semua terjadi begitu cepat…..

Dari yang harusnya memeriksa bayi Rachel dan Alexander di dalam rahimnya, Helena justru menunggu operasi darurat untuk sang sahabat.

“Nona Rachel!” panggil Helena histeris, tak menyangka kalau kondisi Rachel sangat parah.

Bahkan, dokter pun menyatakan kemungkinan kecil untuk bisa bertahan lama. 

“Helena, to-tolong jaga anakku dengan baik. Rawat dia, apapun yang terjadi jangan tinggalkan anakku. Jauhkan dia dari Sa–”

Tangan Rachel yang menggenggam tangannya perlahan mendingin.

Entah kalimat apa yang ingin disampaikan Rachel selanjutnya, tapi Helena yakin itu sesuatu yang sangat penting. 

Setelahnya, seorang diri, Helena menahan duka sembari menunggu kedatangan Keluarga Wijaya yang langsung memakinya di Rumah Sakit.

Alexander? Waktu itu, dia sedang berada di luar kota untuk urusan bisnis, sehingga butuh waktu yang sedikit lebih lama. 

Tes!

Gerimis mendadak turun di penghujung upacara pemakaman. 

Helena tersadar dari lamunannya.

Menemukan satu per satu pelayat telah pergi dari sana menyisakan keluarga inti saja, Helena lantas ikut melangkahkan kaki untuk berlindung.

Dia takut terjadi sesuatu pada kandungannya.

Helena tidak boleh sakit!

Jika demam, persalinannya yang sebentar lagi, bisa saja mengalami kendala.

‘Demi Nona Rachel,’ batinnya mengingatkan.

Susah payah wanita hamil itu membawa kakinya menjauh.

Sayangnya, langkah Helena terhenti kala mendengar teriakan dari Sarah–adik sepupu Rachel.

Wanita itu menyadari kehadirannya!

“Dasar pembunuh!” teriak Sarah penuh kemarahan, “kalau saja kau tidak meminta Rachel datang menemuimu, dia pasti masih hidup!”

“Tidak, aku tidak melakukannya….”

Itu adalah kalimat yang ingin diucapkan Helena.

Sayangnya, tenggorokan Helena seperti tersumpal oleh sesuatu kala menyadari tatapan dingin semua orang yang tersisa, termasuk Alexander.

“Wanita ini diam karena aku benar. Dia memang selalu iri dengan Rachel. Makanya, dia membuat sepupuku itu sampai insecure agar memilihnya untuk mengandung anaknya!” ucap Sarah, lagi. Kali ini, dia menangis. “Belum lagi, dia meminta bayaran mahal atas rahim yang disewakannya itu! Kau memeras Rachel untuk membiayai penyakit ibumu! Malangnya keluarga kami bisa mengenal gadis tak tahu diuntung sepertimu!”

Ekspresi wajah adik sepupu Rachel itu begitu menuduh.

Helena sontak menggelengkan kepala.

Dia tak pernah memengaruhi Rachel!

Justru saat ibunya mengalami kebocoran jantung dan butuh biaya besar, Rachel lah yang memberi ide ini.

Helena sempat menolak, tetapi Tuan Wijaya, ayah Rachel justru tampak murka.

“Jangan lupa, biaya kuliahmu tidak murah. Belum lagi, operasi kebocoran jantung juga sangat mahal. Kami hanya meminta sedikit bantuan darimu, lantas kenapa kau terlihat keberatan?” kata pria paruh baya itu, hingga Helena tergugu.

Tatapan penuh permohonan sang sahabat membuat Helena tertekan luar biasa.

Dia pun akhirnya menerima permintaan Rachel.

Tapi, mengapa jadi seperti ini?

Helena mencoba membela diri. Sayangnya, belum sempat berbicara, Ibu dari Rachel mulai berjalan cepat menuju Helena. 

Plak!

“Iblis!” ucap wanita paruh baya itu dengan mata membelalak tajam. “Bagaimana bisa kami berbuat baik kepada iblis selama ini?!”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yellow Melon
bagussssssss
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status