Share

Bab 2

Sarah tersentak mendengar suara bariton yang mendominasi itu.

Bagaimana bisa Alexander yang baru di parkiran–membela Helena?

Setahunya, pria itu begitu dingin, bahkan cenderung kaku meski di depan Rachel, istrinya.

Tangan wanita itu sontak mengepal. “Dia pasti sedang berakting karena takut dikirim ke penjara sekarang, Alexander,” ucap Sarah.

Helena jelas tak setuju. Namun, rasa sakit membuat gadis itu hanya sanggup menggelengkan kepala ketika Sarah kembali berbicara, “Aku memang berkata agar mengikhlaskan Rachel supaya dia tenang.” Wanita itu mendekati Alexander dengan langkah penuh kehati-hatian. “Tapi, aku ingin memberi pembunuh ini pelajaran!”

“Jangan memberikan hukuman apapun, Kau bukan pihak berwajib, Sarah!”

Mendengar itu, keberanian yang Sarah miliki untuk menindas Helena tiba-tiba saja menghilang.

Terlebih sorot mata Alexander saat ini begitu menakutkan.

Sarah jelas tidak boleh memantik lebih lagi.

Di sisi lain, Helena semakin tidak bisa menahan rasa sakit itu. Dia tampak terhuyung.

“Akhh…! Tolong–” Darah juga mulai mengucur hingga mengalir ke kakinya.

Alexander sontak menoleh. Melihat Helena sudah tidak sanggup berdiri lebih lama lagi, pria itu dengan cepat beranjak demi menahan tubuhnya.

Semua yang ada di sana benar-benar terkejut meski sempat merasa bahwa Helena tidak berpura-pura.

“Han, siapkan mobil!” titah Alexander kepada asisten sekretarisnya.

“Baik, Tuan.” Jawabnya.

Han yang sejak tadi memang berada terus di dekat Alexander bergegas melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuannya itu.

“Akhhh......” Helena semakin meremas perutnya. Rasanya sakit sekali, hingga dia tidak bisa menahan desahan sakit itu, “tolong selamatkan bayi ini!”

Rahang Alexander mengeras. Tidak ada pilihan lain.

Terlalu lama jika harus menunggu Han kembali.

Mengabaikan tuan dan juga Nyonya Wijaya, serta beberapa pelayat lain yang masih ada di sana, Alexander lantas bergegas membawa Helena dengan membopongnya menuju ke mobil.

Sarah sendiri benar-benar terperangah tak percaya melihat itu semua.

Terlebih kala mendengar bisik-bisik para pelayat terdengar di telinga Sarah.

“Siapa wanita itu? Apa dia calon Nyonya Baru keluarga Smith?”

Wanita itu sontak mengepalkan tangannya.

“Tidak bisa dibiarkan. Akulah yang harus jadi Nyonya Smith!” batinnya, semakin tidak menyukai keberadaan Helena!

Jelas-jelas, dia yang susah payah mengatur semuanya. Tak akan dibiarkan Helena yang mendapatkan keuntungan!

Jadi perlahan, Sarah pun mendekati kedua orang tua Rachel dan memulai rencananya. “Om dan Tante….”

***

"Ke rumah sakit biasa."

Di sisi lain, Alexander langsung memerintah bawahannya yang langsung menurutinya.

Sementara pria itu gegas menghubungi Dokter yang selama ini membantu tentang kehamilan Helena.

Begitu tiba di rumah sakit, Dokter dan beberapa perawat yang sudah siaga langsung memindahkan tubuh Helena ke atas brankar rumah sakit.

Mendorongnya masuk menuju ke ruangan yang sudah disiapkan.

Alexander dan Han mengikuti.

Mereka pun menunggu di luar ruangan, sedangkan Helena tengah mendapatkan perawatan.

Tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut Alexander.

Pria itu benar-benar terlihat tenang jika dilihat sekilas.

Namun, siapa yang tahu bahwa hatinya saat ini merasakan sesuatu yang amat dalam?

Han yang ada di dekat Alexander pun memilih untuk diam--paham dengan apa yang sedang dirasakan oleh Alexander meski tidak pernah pria itu menyampaikan tentang isi hatinya.

Tak lama, Dokter keluar dari ruangan tersebut, membuat Alexander dan Han mendekati untuk tahu bagaimana keadaan Helena, terutama tentang bayi yang dikandungnya.

“Bagaimana keadaan wanita itu?” tanya Alexander tanpa basa-basi pada sang dokter.

Dokter itu nampak lesu, namun kewajibannya pula untuk mengatakan yang sejujurnya. “Pasien mengalami tekanan emosional yang sangat dalam. Stress yang cukup parah ini benar-benar berdampak besar untuk kehamilan, terutama janin. Tekanan darahnya sangat tinggi, namun bayi juga harus segera dilahirkan.”

Alexander mengeraskan rahangnya, frustasi untuk apa yang dia dengar barusan.

“Kita harus segera melakukan operasi caesar, Tuan. Semakin cepat akan semakin baik, terutama untuk Nona Helena yang keadaannya lebih lemah dibanding bayinya,” timpal sang Dokter.

Alexander mengusap wajahnya. Tanpa berpikir panjang lagi, dia berkata, “Lakukan saja apa yang perlu dilakukan, pastikan keduanya selamat!”

Dokter menganggukkan kepalanya, “Baiklah, Tuan.”

Alexander menghela napas.

Hanya saja, ponsel pria itu tiba-tiba berdering, membuat fokusnya teralihkan sementara.

Melihat yang menghubunginya adalah sang ayah, tak ada pilihan lain bagi Alexander selain menerima panggilan itu.

“Segera ke Kediaman Smith, Alexander!” titah pria tua itu begitu sambungan teleponnya terhubung, “dan kirim wanita itu ke penjara setelah melahirkan anakmu dan Rachel.”

Comments (3)
goodnovel comment avatar
yerni napitupulu
lanjut dulu deh
goodnovel comment avatar
Ros Dianie
masa dkm situasi gentung, alexander ga bs lawan bapak nya. Demi bayi anak nya sendiri.
goodnovel comment avatar
Adelia Putri
cerita terlalu gimana ya.. ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status