Share

Bab 5

“Berhentilah untuk mengatakan hal tidak penting, Sarah,” peringat Alexander. “Di hari kelahiran putraku, aku tak mau ada kata-kata buruk yang terucap.”

Kaget, Sarah langsung menutup mulutnya rapat.

Jika terus mengatakan sesuatu tentang Helena, jelas dialah yang akan ditendang keluar dari ruangan itu.

Untungnya, situasi kembali kondusif kala Keluarga Wijaya kembali fokus dengan Rendy.

Mereka memuja wajah bayi laki-laki yang rupanya persis seperti Rachel.

Lemparan pujian terus terdengar, membuat Alexander pun merasa lega.

Waktu semakin berlalu.

Kam untuk mengunjungi pasien sudah habis, membuat keluarga Wijaya memutuskan keluar dari ruangan tersebut.

“Alex, bagaimana jika Rendy biar kami saja yang merawatnya?” tanya Tuan Wijaya penuh harap.

Sudah kehilangan putri semata wayangnya, keluarga Wijaya pun berharap dapat merawat keturunan dari Rachel.

Tentu saja dengan cepat Alexander menggelengkan kepalanya. Mimik wajahnya nampak bersalah. “Maaf, tapi aku sendiri juga baru saja kehilangan istri. Jadi, bagaimana bisa setelah kehilangan istri aku pun harus jauh dari anak?”

Nyonya Wijaya nampak sedih mendengar jawaban dari Alexander, tapi sadar juga dia tidak memiliki hak sepenuhnya atas Rendy.

“Kita bisa membesarkan Rendy bersama," ucap Alexander pada akhirnya, "kalian juga adalah Nenek dan juga Kakeknya, tidak perlu khawatir tentang peran kalian.”

Nyonya dan Tuan Wijaya menganggukkan kepalanya.

Sadar kalau menjalin hubungan dengan Alexander selaku Ayah dari Rendy adalah pilihan yang terbaik.

“Mengenai Helena, bagaimana kita akan mengambil sikap padanya? Dia adalah sebab dari kematian Rachel, aku tidak akan mungkin rela membiarkannya begitu saja,” ujar Tuan Wijaya.

Memperhatikan ekspresi Tuan Wijaya yang begitu serius dalam mengucapkan kalimat tersebut, Alexander pun terus menunjukkan bahwa dirinya tetap tenang apapun yang akan terjadi.

“Masalah Helena, tolong serahkan saja padaku. Lagi pula, bukti yang tidak terlalu jelas itu tidak akan pernah mungkin bisa membuat Helena mendekam di penjara,” jawab Alexander.

Kali ini, Tuan dan Nyonya Wijaya benar-benar tercengang.

“Alexander, apa kau tidak akan memenjarakan Helena?” Nyonya Wijaya menatap dengan tegas. Dia yakin tuduhannya itu tepat.

Namun, Alexander juga menjawab dengan tak kalah tegas. “Aku punya cara sendiri untuk menghukum Helena, ini urusanku.” 

Keluarga besar Wijaya pun hanya bisa pasrah.

Keributan besar akan terjadi jika mereka terus kukuh mengenai Helena.

Han yang ada di sana hanya bisa terdiam, telinganya mendengar dengan seksama setiap kata yang keluar dari anggota keluarga Wijaya, dan juga Alexander.

“Kami harap, kau benar-benar memberikan hukuman yang setimpal untuk Helena, Alexander.” Begitulah kalimat terakhir sebelum keluarga besar Wijaya meninggalkan rumah sakit.

Alexander menatap kepergian keluarga besar Wijaya dengan segala pemikirannya.

“Han,” panggil Alexander. “Siapkan segalanya, aku harus mengambil tindakan secepatnya tentang Helena.”

Han sontak mengangguk.

Terlebih kala melihat rentetan hal yang perlu dia lakukan di emailnya. Satu yang pasti, dia harus segera melaksanakannya.

*** 

Tak terasa, 3 hari sudah Helena mendapatkan perawatan di rumah sakit.

Dokter juga menyatakan kalau pagi ini Helena sudah bisa pulang ke rumah.

Kalut, takut, dan gugup. Helena benar-benar tidak bisa berhenti tenang sejak  melahirkan.

Apa yang akan terjadi kepada Rendy?

Apa setelahnya, dia akan dipenjara?

Lantas bagaimana dengan Ibuku?

Helena mengusap wajahnya dengan kasar.

Ia dihantui oleh perasaan takut meski  tidak bersalah.

“Ibuku tidak tahu tentang kejadian ini, akan bagaimana aku menjelaskan semua yang terjadi padanya?” Helena merasakan tubuhnya gemetar kala mengingat ibunya belum lama ini menjalani operasi jantung.

Jika ia dipenjara .....

Sungguh, Helena tak mampu membayangkannya. 

Kriet!

Pintu terbuka, Helena menatap ke arah pintu dengan ketakutan yang sangat dalam.

Masuk dua orang yang tidak Helena kenal, pakaiannya resmi sekali.

Namun, jelas itu bukan pakaian petugas kepolisian.

“A-anda berdua siapa?” tanya Helena tidak berhenti merasakan waspada dan gugup.

Belum sempat dua orang pria itu menjawab, Han muncul di antara mereka.

Dia langsung mengambil langkah, berdiri berjarak dari dua pria itu.

Tidak hanya itu, Alexander juga masuk ke dalam ruangan.

Tak terlihat apa maksud pria itu kaena mimik wajahnya terlalu datar. 

Yang jelas, Alexander mengambil Rendy dari tempat tidurnya, lalu berjalan mendekat kepada Helena.

“Mulailah prosesinya!” titah Alexander.

Helena kebingungan, terlebih kala mendengar kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut salah satu pria itu. 

“Dengan ini, kalian berdua resmi dinyatakan sebagai sepasang suami istri!” 

Hah?

Helena tercengang.

Dia hanya bisa menatap satu per satu orang yang ada di dalam sana, mencoba mencari jawaban atas kebingungannya tersebut.

‘Siapa? Siapa yang dinyatakan suami istri?’ batin Helena kesulitan mencerna apa yang terjadi.

Han sendiri bergegas mendekati Alexander dan mengambil Rendy dari pria itu.

“Dengan ini, kau akan menjalani hukumanmu, Helena. Menjadi pengasuh Rendy, dan menjadi istri simpanan yang tidak memiliki arti!” ucap Alexander sembari
 meraih tangan Helena dan memasangkan cincin di jari manis gadis itu.

Deg!

Jantung Helena mencelos.

Bukan hanya karena ucapan pria itu, tapi Helena dapat melihat Alexander tersenyum miring dan matanya menyorot begitu dalam. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status