Share

13. POV Gendis 2

Aku tidak pernah bermaksud menguntit pembicaraan Mbak Hanin dan Ayah malam itu. Namun, kamar kami yang masih menjadi satu mengharuskan aku melihat semua hal yang dilarang oleh Bunda.

Sejak malam itu. Semua terlihat sibuk. Mbak Hanin yang baru di wisuda pun langsung turun membantu Ayah di perusahaan batik turun temurun milik keluarga Ayah tersebut. Tidak ada waktu untuk berkumpul bersama di rumah, mereka banyak menghabiskan waktu di kantor. Pergi pagi, pulang malam. Tak ada lagi senyuman di wajah Ayah dan Mbak Hanin. Mbak Hanin bekerja keras demi perusahaan yang nasibnya berada di ujung tanduk.

Sedangkan aku yang tidak tahu apa-apa hanya bisa bertanya pada Bunda ada apa? Saat uang jajan harus dikurangi, liburan tak pernah ada lagi, bahkan mobil yang digunakan untuk mengantar jemput ke sekolah harus diganti dengan angkutan umum. Makan malam pun tak lengkap lagi tanpa kehadiran Ayah dan Mbak Hanin.

Setiap aku bertanya, Bunda hanya menjawab dengan senyuman. "Sabar ya, Sayang. Ayah dan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status