Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan

Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan

last updateLast Updated : 2023-07-22
By:  Mikhayla Yolanda Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
165Chapters
7.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Setelah suaminya membawa perempuan lain ke rumah, emosi Shanaz menjadi tak terkendali. Ia pun terlibat kecelakaan mobil dan masuk ke jurang. Anehnya, Shanaz justru terbangun di tubuh wanita muda bernama Nabila. Berbekal wajah dan tubuh barunya, Shanaz pun memutuskan balas dendam pada suaminya yang telah tega mengkhianatinya. Dia akan menghancurkan rumah tangga suaminya dengan istri barunya itu dengan menjadi kepala pelayan di tempat mereka. Lantas, apakah dendam Shanaz akan berhasil terbalaskan? Selain itu, siapkah Shanaz menerima konsekuensi karena menggunakan tubuh wanita lain untuk menghancurkan suaminya?

View More

Chapter 1

Bab 1 Tak Tulus

Shanaz pikir, rumah tangganya dengan suaminya akan berjalan baik-baik saja. Bahkan terakhir kali dia melihat punggung suaminya ketika pergi, dia merasa jika suaminya akan pulang kembali seperti biasanya. Membawakannya oleh-oleh atau hanya sekadar kecupan hangat di pipi.

Namun … usai satu minggu suaminya pergi dinas ke luar kota. Ia kembali—tapi tidak sendiri. Dia bersama dengan orang lain. Dan membawa berita yang menghantam jantungnya saat itu juga.

“Dia siapa?” tanya Shanaz. Bibirnya melengkungkan senyuman, hanya saja ketika dia melihat perempuan muda yang ada di sebelah suaminya itu. Senyum itu perlahan memudar dan perlahan berubah menjadi senyum penuh dengan kekhawatiran.

“Oh—dia—” Suaminya yang bernama Fernando hendak menjawab tapi ragu. Seakan lidahnya itu kelu.

Akan tetapi, ketika pandangan Shanaz turun mendapati tangan Fernando mengenggam tangan perempuan muda itu dengan erat. Shanaz tahu jika ada yang tidak beres dengan mereka. Jika ada suatu hal yang terjadi di antara mereka berdua.

“Lita, namanya Lita.” Fernando akhirnya menjawab.

“Lita?” Shanaz baru tahu jika Fernando memiliki teman perempuan yang bernama Lita. “Dia siapa kamu?” Tolong katakan jika dia adalah sepupumu atau siapapun itu asal jangan seseorang yang dapat menghancurkan rumah tangga kita.

“Lita adalah istri siriku, aku menikahi Lita satu tahun yang lalu. Dan malam ini, mulai hari ini, aku ingin dia tinggal bersama dengan kita karena dia sedang hamil anakku.”

Tanah yang dipijak Shanaz seakan runtuh. Dia menatap Fernando yang tidak menampakkan wajah bersalahnya padanya.

“Hamil katamu? Menikah siri?”

Fernando mengangguk.

“Lima tahun kita menikah, dan kita belum dikaruniai seorang anak. Kamu pun sudah tidak muda lagi, tiga puluh tahun. Aku ragu kamu bisa hamil lagi, Naz. Jadi—”

Omong kosong. Umur 30 belum terlalu tua. Itu pasti hanya alasan.

“Jadi kamu menikahi dia, perempuan muda ini agar kamu bisa mendapatkan keturunan?”

Fernando mengangguk. Shanaz tak tahan berada di sana lebih lama, jadi dia memilih untuk masuk ke kamarnya dan menangis di sana.

Alih-alih berusaha menenangkan Shanaz, Fernando malah menyuruh pembantu untuk menyiapkan kamar untuk Lita. Suara itu terdengar dari kamarnya, ketika Fernando meminta pembantu untuk menyiapkan apa saja yang dibutuhkan oleh Lita.

Dan Shanaz merasa, jika posisinya sudah tergeser oleh Lita karena dia tidak mampu memiliki anak.

Benarkah itu? Bukan karena Shanaz yang kini sudah tidak muda dan tidak menarik lagi?

Shanaz menatap pantulan dirinya di cermin yang ada di depannya. Dia sudah tidak muda seperti dulu. Dia memiliki keriput di sekitar mata dan flek hitam karena dia suka berkebun di taman.

Bahkan kulitnya yang cantik, kini seakan kendur karena dimakan waktu.

Shanaz baru sadar jika penampilannya sudah tidak secantik dulu. Padahal teman-temannya sudah menyuruhnya untuk melakukan perawatan. Namun dirinya tidak pernah mau karena dia percaya jika Fernando akan mencintainya dengan tulus.

Dan sekarang, Shanaz dapat melihat semuanya. Jika tidak ada lelaki yang tulus mencintainya jika fisiknya sudah tidak seelok dulu. Yang begitu dipuja-puja oleh banyak kaum Adam.

Suara pintu terdengar diketuk, dalam hati Shanaz berharap jika yang muncul adalah Fernando.

Jika Fernando meminta maaf, maka dia akan memaafkannya. Dia akan menerima kehadiran Lita dan anaknya nanti. Toh anak Lita ada darah Fernando yang mengalir.

Akan tetapi … begitu pintu dibuka, bayangan yang lain muncul di depan Shanaz. Bukan Fernando.

“Lorenzo,” panggil Shanaz lirih. Matanya yang mengambang basah diketahui cepat oleh Lorenzo, kakak ipar Shanaz yang saat ini masih melajang.

Usianya dua tahun lebih tua dari Shanaz. Dia berusia 32 tahun. Dan satu tahun lebih tua dari Fernando.

“Fernando—menikah lagi?” tanya Lorenzo.

Shanaz sontak mendongak menatap wajah lelaki itu yang tampak khawatir pada Shanaz.

Shanaz mengangguk. Tapi dari mana Lorenzo tahu?

“Fernando datang ke rumah utama, dan mengatakan kalau dia sudah menikah dengan Lita. Ayah dan ibu setuju dengan pernikahan mereka karena tahu Lita hamil anak Fernando. Makanya aku langsung datang ke sini untuk melihat keadaanmu.”

Kenapa? Kenapa Lorenzo harus khawatir dengan keadaan Shanaz?

Tanpa mengatakan apapun, Shanaz melewati tubuh Lorenzo begitu saja. Dia berlari ke rumah utama di mana Fernando ada di sana.

Lita baru saja keluar dari kamarnya, ia tersenyum pada Shanaz. Bukan tersenyum ramah. Melainkan senyum yang menunjukkan jika dia akan menang sebentar lagi.

Dengan langkah yang tidak stabil. Shanaz berlari menuju rumah mertuanya yang jaraknya tiga menit dari rumahnya. Dan ketika dia masuk, tatapan ayah dan ibu mertuanya seakan berkata, untuk apa kamu ada di sini. Aku sudah tidak memerlukanmu lagi.

“Tunggu dulu.” Shanaz berkata dengan napas yang tidak teratur.

“Aku sudah mengatakan pada ayah dan ibu, dan kami akan melangsungkan pernikahan agar nantinya anakku bisa resmi menjadi anggota di keluarga ini.”

Mata Shanaz melebar sempurna.

“Aku tidak akan menceraikanmu, jadi kamu tenang saja.”

“Tenang saja katamu! Setelah kamu membawa seorang wanita ke dalam rumah kita, kamu mengatakan tenang saja kepadaku!” teriak Shanaz tidak terima dimadu oleh Fernando.

“Memangnya kamu maunya bagaimana? Bercerai?”

Tanpa ada kata maaf, Fernando merasa jika hal yang dia lakukan saat ini adalah benar. Setidaknya Fernando harus meminta maaf pada Shanaz, berbuat baik pada Shanaz. Tidak menusuknya seperti ini. Apakah permintaan Shanaz berlebihan?

“Tidak,” jawab Shanaz yang suaranya nyaris tidak terdengar.

“Lalu bagaimana? Lita—aku akan tetap menikahinya karena dia akan melahirkan anakku.”

Shanaz terdiam, menekuri kedua kakinya. Satu titik menetes. Shanaz menyekanya dengan pangkal tangannya.

“Sebaiknya kalian memang harus bercerai.” Ibu mertua yang selama ini seperti menerima keadaan Shanaz yang tak kunjung memiliki anak tiba-tiba berkata seperti itu. Shanaz merasa dirinya seakan dikhianati olehnya.

“Lagi pula, kamu tidak bisa hamil, Shanaz,” sambungnya.

Apa Shanaz hanya seekor sapi? Jika tidak bisa melahirkan seorang anak maka dengan mudah akan membuangnya begitu saja? Ah, tidak. Bahkan sapi tidak akan dibuang, mereka akan dijual dagingnya. Sementara Shanaz, dia dibuang oleh mertuanya sendiri.

“Aku beri kamu waktu berpikir Shanaz, kalau kamu masih ingin menjadi istriku. Tapi Lita—akan tetap jadi istriku. Tapi kalau kamu ingin bercerai, aku akan menyiapkan semuanya. Kamu tinggal menandatangani saja surat perceraian kita.”

Dan dengan mudahnya, Fernando berkata seperti itu pada Shanaz.

“Baiklah kalau begitu,” ujar Shanaz. Dia membalikkan tubuhnya, meninggalkan pertanyaan pada Fernando dan mertuanya. Baik apa? Baik, dia mau bercerai? Atau masih ingin menjadi istri Fernando?

Sebelum Fernando bertanya pada Shanaz, wanita itu sudah dulu menghilang dari balik pintu.

**

Shanaz pergi, dia tidak pulang ke rumah setelah dari rumah mertuanya. Dia pergi menggunakan mobilnya menuju rumah orangtuanya. Dia ingin mengadu, tak peduli jika nantinya dia disebut anak manja. Dia hanya ingin ke sana.

Menginjak gasnya begitu dalam, Shanaz melihat speedometer dalam mobilnya sudah mencapai batas. Orang-orang yang disalip oleh Shanaz berpikir jika wanita itu ingin bunuh diri.

Ketika mobil melewati sebuah jembatan. Shanaz teringat dengan mitos yang beredar. Jika jembatan itu mengabulkan permintaan orang yang sedang patah hati.

Waktu itu Shanaz mencemoohnya dan tidak memercayai hal itu. Namun saat ini, akal sehatnya sudah tidak berfungsi. Dia meneriakkan permintaannya begitu keras berulang-ulang seolah ingin apa yang dia minta dikabulkan.

“Aku ingin kembali menjadi muda! Aku ingin menjadi wanita yang cantik! Dan membalas dendamku pada Fernando! Apa kamu mendengarku?! Aku ingin balas dendam!” Shanaz berteriak, memukul kemudinya sampai tidak sadar jika ada truk yang melaju dengan kecepatan yang tinggi.

Mata Shanaz terbeliak, dia membanting stir begitu menyadari truk itu menyongsongnya.

Mobil yang Shanaz kendarai menabrak pembatas jembatan. Mobil itu terjun dengan bebas. Shanaz yang menyadari jika dirinya akan mati tersenyum sinis.

“Pada akhirnya, aku hanya menerima kematianku seperti ini sebelum bisa membuat Fernando menderita.”

Shanaz memejamkan matanya. Dia mengira jika semuanya sudah berakhir.

**

Shanaz terbangun dari tidurnya, merasakan dadanya sesak seperti dihimpit sesuatu.

Napasnya terengah-engah dengan keringat dingin yang mengucur di kepala dan punggungnya.

“Hanya mimpi,” desah Shanaz, tak tahu apakah dia harus lega atau khawatir. Yang ia ingat terakhir kali, dia terjatuh dari jembatan bersama dengan mobilnya.

Tapi Shanaz merasakan keanehan di sekitarnya. Ketika melihat ruang kamar itu bukanlah miliknya.

“Tapi aku ada di mana?” gumam Shanaz. “Ini bukan rumah sakit.”

Pintu dibuka dari luar, seorang wanita paruh baya membawakan bubur untuknya.

“Syukurlah kalau kamu sudah bangun, kamu tidur sejak kemarin, ibu pikir kamu mati.”

Ibu? Tapi dia bukan ibuku? Shanaz hanya bisa berkata dalam hati.

“Bu, namaku siapa?” tanya Shanaz ragu.

“Astaga, ternyata sakit bisa membuatmu lupa ingatan ya?! Kamu , Nabila anak ibu satu-satunya!”

Shanaz melompat dari kasurnya, mengejutkan wanita paruh baya itu.

Melihat di cermin, Shanaz menyadari jika wajahnya berubah. Wajah itu bukan wajahnya. Wajah itu adalah wajah milik orang lain.

“Umurku berapa Bu?” tanya Shanaz dengan panik.

Ibunya hanya menghela napasnya. “Dua puluh dua, kenapa?”

Mata Shanaz melebar. Ia yakin jika dirinya Shanaz, tapi kenapa—menjadi Nabila?

Shanaz mengecek ponsel yang tergeletak di atas meja. Dia tidak tahu berapa password ponsel itu, tapi untung saja bisa menggunakan wajahnya.

Ia mencari berita mengenai kecelakaan dirinya. Shanaz terduduk di atas lantai, wajahnya memucat. Ia membaca berita tentang dirinya.

[ BREAKING NEWS: ISTRI SEORANG PENGUSAHA KAYA TERJATUH DI DI SUNGAI  DAN TUBUHNYA BELUM DITEMUKAN ]

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
165 Chapters
Bab 1 Tak Tulus
Shanaz pikir, rumah tangganya dengan suaminya akan berjalan baik-baik saja. Bahkan terakhir kali dia melihat punggung suaminya ketika pergi, dia merasa jika suaminya akan pulang kembali seperti biasanya. Membawakannya oleh-oleh atau hanya sekadar kecupan hangat di pipi.Namun … usai satu minggu suaminya pergi dinas ke luar kota. Ia kembali—tapi tidak sendiri. Dia bersama dengan orang lain. Dan membawa berita yang menghantam jantungnya saat itu juga.“Dia siapa?” tanya Shanaz. Bibirnya melengkungkan senyuman, hanya saja ketika dia melihat perempuan muda yang ada di sebelah suaminya itu. Senyum itu perlahan memudar dan perlahan berubah menjadi senyum penuh dengan kekhawatiran.“Oh—dia—” Suaminya yang bernama Fernando hendak menjawab tapi ragu. Seakan lidahnya itu kelu.Akan tetapi, ketika pandangan Shanaz turun mendapati tangan Fernando mengenggam tangan perempuan muda itu dengan erat. Shanaz tahu jika ada yang tidak beres dengan mereka. Jika ada suatu hal yang terjadi di antara mereka
last updateLast Updated : 2023-04-18
Read more
Bab 2 Bertukar Jiwa
Shanaz memegangi ponselnya dengan tangan yang gemetar. Bagaimana ini? Lalu, bagaimana dengan nasib Nabila? Jika sekarang dia ada di dalam tubuh wanita ini?“Bila.” Ibunya memegang kedua bahu Nabila, merasa ada yang aneh dengan sikap anaknya barusan.“Kamu masih sakit?” Shanaz yang ada di dalam tubuh Nabila pun menggeleng. Wajahnya yang memucat tak dapat disembunyikan. Ia harus ke sana sekarang. Ke jembatan di mana dia tenggelam bersama dengan mobilnya waktu itu.“Bu, sepertinya aku harus pergi. Aku harus memeriksa sesuatu.”Kening ibunya mengerut. “Memeriksa apa? Seharusnya tubuh kamu yang diperiksa, kamu masih pucat Nabila!”“Tidak. Sha ... ekhem, Nabila harus memastikan sesuatu.”**Bermodalkan uang yang ada di dalam dompet Nabila, Shanaz pergi ke jembatan di mana kecelakaan itu terjadi.“Aku akan mengembalikan uangmu begitu kita sudah bertukar posisi,” ucap Shanaz dalam hati.Perjalanan menuju jembatan itu memakan waktu sampai satu setengah jam. Pikiran Shanaz masih berkelana ke m
last updateLast Updated : 2023-04-18
Read more
Bab 3 Kesempatan Emas
“Nabila, kamu mau pergi ke mana?” Pagi-pagi sekali Shanaz yang ada di dalam tubuh Nabila sudah bersiap-siap hendak pergi. Ia ingin pergi ke perusahaan Fernando hari ini, bagaimanapun caranya dia akan ke sana.Shanaz bergeming, dia yang belum terbiasa dipanggil Nabila oleh orang lain tubuhnya tidak menanggapinya.“Bila?” Tangan ibunya menepuk bahu Shanaz.“Oh—ya? Kenapa Bu?”“Kamu mau ke mana, ini masih pagi. Kamu dari kemarin selalu keluar, ibu khawatir kamu sakit lagi, Bil.”Nabila tersenyum, dia mengatakan pada ibunya jika dia akan mencari pekerjaan dari sekarang. Alasannya tentu saja bukan karena dia ingin mendapatkan uang, melainkan ingin masuk ke dalam keluarga besar Fernando.“Kerja? Kamu yakin?”Nabila mengangguk. “Ibu tenang saja, Nabila akan baik-baik saja. Kalau sakit nanti langsung ke rumah sakit.”Karena tak bisa menahan anaknya, akhirnya ibu Nabila membiarkan anaknya pergi.Namun—ada beberapa hal yang membuat ibunya berpikir aneh pada anaknya. Mengapa Nabila bersikap san
last updateLast Updated : 2023-04-18
Read more
Bab 4 Langkah Awal
Nabila sudah berdandan rapi pagi itu. Usai berpamitan pada ibunya akhirnya dia pergi ke rumah suaminya untuk melamar pekerjaan yang kemarin ia lihat.Tekadnya sudah bulat untuk membalas semua perbuatan Fernando dan Lita padanya bagaimanapun caranya.Sesampainya di rumah Fernando, di sana hanya ada beberapa pelamar yang sedang menunggu di ruang tamu.Shanaz yang ada di dalam tubuh Nabila saat ini tahu jika mereka saat ini sedang diwawancarai oleh mertuanya di ruang kerja Fernando.Keputusan biasanya diserahkan pada Shanaz dan Fernando, barulah itu pada mertuanya. Namun kali ini dia tidak tahu apakah Lita akan ikut andil atau tidak.Ada seorang wanita yang baru saja keluar dengan wajah yang murung. Sepertinya dia ditolak, Nabila membatin.Wanita itu terlihat sangat gemuk, mungkin mertuanya tak mau memiliki kepala pelayan yang tidak gesit dan banyak makan.Lalu wanita kedua juga ditolak karena mungkin terlalu kurus, mungkin dipikirkan mereka wanita itu akan mudah jatuh sakit jika bekerja
last updateLast Updated : 2023-04-18
Read more
Bab 5 Mayat Siapa
Hanya satu orang yang tidak menyukai keberadaan Lita di rumah itu. Dia adalah Lorenzo. Dia bahkan mengutuk perbuatan adiknya yang telah menduakan Shanaz selama ini.Lita yang tahu jika Lorenzo susah didekati pun berusaha keras agar kakak iparnya itu mau menerima kehadirannya. Namun sayangnya sepertinya usahanya tidak membuahkan hasil.“Kakak ipar sudah pulang?” Lita menyapa Lorenzo ketika melihat lelaki itu masuk ke rumah.Lorenzo hanya melihat Lita sekilas kemudian berjalan melewatinya.Lita yang mendapatkan balasan sikap Lorenzo yang dingin hanya mencebikkan bibirnya dan menatap punggung kakak iparnya dengan kesal.“Padahal aku sudah menyapanya,” kata Lita sambil merengut.“Ada apa?” tanya Fernando yang sudah ada di sebelah Lita. Dia mengusap bahu Lita dan membawanya ke kamarnya.“Kakakmu kenapa dia seperti tidak menerimaku di sini?”“Oh, dia.” Fernando menatap Lorenzo yang menghilang ke dalam kamarnya. “Biarkan saja dia, dia memang seperti itu.”“Apa dia seperti itu juga pada Mira?
last updateLast Updated : 2023-04-18
Read more
Bab 6 Pencarian dihentikan
Satu-satunya kemiripan antara Shanaz dan jasad yang ada di depan Lorenzo hanyalah rambut berwarna coklat lurus dengan panjang sebahu. Hati kecil Lorenzo menyangkalnya."Tidak, dia bukan Shanaz." Lorenzo mengatakan dengan tegas."Lalu bagaimana, Pak. Apakah kita harus melanjutkan pencarian terhadap, Bu Shanaz?" tanya pesuruh Lorenzo.Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Fernando yang sedari tadi sengaja mendengarkan pembicaraan antara kakaknya, pesuruhnya dan dokter forensik nekat menerobos masuk. Lelaki yang masih sah menjadi suami Shanaz itu membuntuti langkah Lorenzo atas desakan istri barunya. Lita menduga Lorenzo sudah berhasil menemukan keberadaan Shanaz. Lita dan Fernando berharap Shanaz ditemukan sudah dalam keadaan meninggal dunia. "Untuk apa melanjutkan pencarian, kalau yang ada di depan kita sudah jelas-jelas jasad Shanaz," ucap Fernando dengan sorot mata yang penuh keyakinan.Sebelum datang ke rumah sakit, di perjalanan Fernando juga telah menyusun siasat busuknya. Ia men
last updateLast Updated : 2023-04-29
Read more
Bab 7 Siapa Yang Meninggal
Tami masih merasa heran, karena sebelumnya Nabila tak pernah berbohong masalah apapun kepadanya, bahkan untuk kenyataan sepahit apapun. Namun kini kenapa Nabila berbohong? Dua kali sudah ibunya Nabila mengalami kekecewaan untuk hari ini."Halo, Tante. Apa Tante masih ada di sana?" pertanyaan dari Risa di ujung telepon berhasil membuyarkan lamunan Tami."Iya, iya. Tante masih di sini kok," jawab Tami. Nanti akan Tante sampaikan pada Nabila kalau sudah selesai mandi ya," pungkas Tami mengakhiri sambungan teleponnya."Iya Tante."Setelah itu Tami kembali menaruh ponsel anaknya di atas nakas, setelah itu beranjak meninggalkan kamar Nabila menuju ke ruang makan. Menunggu anaknya untuk sarapan bersama. Sampai 10 menit kemudian Nabila keluar dari kamar sudah lengkap dengan riasan wajah yang tipis dan natural, serta pakaian yang rapi.Shanaz duduk sambil melihat makanan yang tersaji di atas meja. Di sana terdapat nasi goreng dengan lauk telur mata sapi. "Hanya itu yang ibu sediakan, karena ibu
last updateLast Updated : 2023-04-29
Read more
Bab 8 Itu Bukan Aku
Dengan perasaan cemas dan bercampur gelisah, Shanaz berlari untuk masuk ke dalam rumah. "Bukan aku kan yang meninggal kan?" Pertanyaan itu terus berkelebat di kepala Shanaz. Ia juga khawatir dengan nasib Nabila nantinya jika benar dirinya yang sebenarnya dinyatakan meninggal.Sampai pada akhirnya Shanaz bertemu dengan kepala pelayanan yang lama, karena dia akan tetap di rumah itu sampai Nabila bisa menjalankan pekerjaannya dengan baik. "Si–siapa yang meninggal Bu?" Shanaz menunjuk ke arah jenazah. Suaranya bergetar karena tak dapat menutupi kegugupannya."Nyonya Shanaz yang meninggal, dia adalah istri tuan Fernando yang kemarin kecelakaan," jawab kepala pelayan yang lama. Nyonya Shanaz orang yang sangat baik sekali, tidak seharusnya dia pergi secepat ini." Air mata tanpa sadar mulai membasahi pipi kepala pelayan yang lama.Setelah berita pernikahan suaminya, ini kali keduanya Shanaz merasa bumi yang dipijaknya seakan runtuh. Bukan, bukan. Ini lebih mirip tsunami yang langsung menghant
last updateLast Updated : 2023-04-30
Read more
Bab 9 Si Ular Betina
Sontak Shanaz bangkit dari tempat tidur Tami. Ia dan Tami keluar untuk melihat siapa yang berteriak tadi. Air mata mengambang basah di pelupuk mata, kemudian menganak sungai hingga membasahi pipi, ketika melihat ibu kandungnya menangis di depan jenazah yang diklaim adalah dirinya."Jangan menangis ibu. Aku di sini. Itu bukan aku," batin Shanaz. Ingin sekali ia berlari dan memeluk wanita yang sangat dicintainya. Memeluknya dan memberitahu bahwa itu bukan dirinya. Tetapi bukankah tidak akan ada seseorang yang mempercayainya nanti?Ayah Shanaz berusaha menenangkan ibunya Shanaz, meskipun hatinya sendiri juga sangat hancur. Putri yang sangat dicintainya telah pergi meninggalkan mereka selama-lamanya.Sejenak ibunya Shanaz menghentikan tangisannya, demi mencari keberadaan menantunya. "Di mana Fernando?" tanya ibunya Shanaz.Tak ada yang mengetahui di mana keberadaan Fernando, sampai ibu mertua Shanaz keluar. Ibunya Shanaz buru-buru menghampiri dan bertanya kepada besannya tersebut. "Di ma
last updateLast Updated : 2023-04-30
Read more
Bab 10 Demi Mendapatkan Kepercayaan
"Diam atau aku akan memecat kalian semua!" Lita mengancam dengan wajah berapi-api, seakan ingin menelan para pelayan itu hidup-hidup. Saat ini Lita merasa dialah pengusaha di di rumah itu, ratu di sebuah kerajaan. Dan itu karena dia adalah wanita pertama yang akan melahirkan pewaris perusahaan keluarga Fernando.Tami membalikkan badan dan menaruh hati telunjuknya di depan bibir, sebagai kode agar para bawahannya itu diam. Menyadari karir mereka terancam, mereka membungkam mulut masing-masing dengan kompak.Karena terlanjur tidak suka dengan Tami, Lita menuduh Tami yang menyuruh mereka menyertainya. "Ini pasti karena ulahmu kan!"Tami menatap khawatir ke arah Shanaz, ia tak tahu bagaimana harus menghadapi wanita menyebalkan itu. Shanaz memberi isyarat dengan mengedipkan matanya, seolah memberikan keyakinan bahwa semua akan kembali normal. "Sudah pergi dari hadapan Nyonya Lita, dia sedang hamil suasana hatinya harus selalu bagus," ucap Shanaz, yang terlihat serius. Tetapi Tami tahu sem
last updateLast Updated : 2023-05-01
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status