Share

Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan
Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan
Author: Mikhayla Yolanda

Bab 1 Tak Tulus

Author: Mikhayla Yolanda
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Shanaz pikir, rumah tangganya dengan suaminya akan berjalan baik-baik saja. Bahkan terakhir kali dia melihat punggung suaminya ketika pergi, dia merasa jika suaminya akan pulang kembali seperti biasanya. Membawakannya oleh-oleh atau hanya sekadar kecupan hangat di pipi.

Namun … usai satu minggu suaminya pergi dinas ke luar kota. Ia kembali—tapi tidak sendiri. Dia bersama dengan orang lain. Dan membawa berita yang menghantam jantungnya saat itu juga.

“Dia siapa?” tanya Shanaz. Bibirnya melengkungkan senyuman, hanya saja ketika dia melihat perempuan muda yang ada di sebelah suaminya itu. Senyum itu perlahan memudar dan perlahan berubah menjadi senyum penuh dengan kekhawatiran.

“Oh—dia—” Suaminya yang bernama Fernando hendak menjawab tapi ragu. Seakan lidahnya itu kelu.

Akan tetapi, ketika pandangan Shanaz turun mendapati tangan Fernando mengenggam tangan perempuan muda itu dengan erat. Shanaz tahu jika ada yang tidak beres dengan mereka. Jika ada suatu hal yang terjadi di antara mereka berdua.

“Lita, namanya Lita.” Fernando akhirnya menjawab.

“Lita?” Shanaz baru tahu jika Fernando memiliki teman perempuan yang bernama Lita. “Dia siapa kamu?” Tolong katakan jika dia adalah sepupumu atau siapapun itu asal jangan seseorang yang dapat menghancurkan rumah tangga kita.

“Lita adalah istri siriku, aku menikahi Lita satu tahun yang lalu. Dan malam ini, mulai hari ini, aku ingin dia tinggal bersama dengan kita karena dia sedang hamil anakku.”

Tanah yang dipijak Shanaz seakan runtuh. Dia menatap Fernando yang tidak menampakkan wajah bersalahnya padanya.

“Hamil katamu? Menikah siri?”

Fernando mengangguk.

“Lima tahun kita menikah, dan kita belum dikaruniai seorang anak. Kamu pun sudah tidak muda lagi, tiga puluh tahun. Aku ragu kamu bisa hamil lagi, Naz. Jadi—”

Omong kosong. Umur 30 belum terlalu tua. Itu pasti hanya alasan.

“Jadi kamu menikahi dia, perempuan muda ini agar kamu bisa mendapatkan keturunan?”

Fernando mengangguk. Shanaz tak tahan berada di sana lebih lama, jadi dia memilih untuk masuk ke kamarnya dan menangis di sana.

Alih-alih berusaha menenangkan Shanaz, Fernando malah menyuruh pembantu untuk menyiapkan kamar untuk Lita. Suara itu terdengar dari kamarnya, ketika Fernando meminta pembantu untuk menyiapkan apa saja yang dibutuhkan oleh Lita.

Dan Shanaz merasa, jika posisinya sudah tergeser oleh Lita karena dia tidak mampu memiliki anak.

Benarkah itu? Bukan karena Shanaz yang kini sudah tidak muda dan tidak menarik lagi?

Shanaz menatap pantulan dirinya di cermin yang ada di depannya. Dia sudah tidak muda seperti dulu. Dia memiliki keriput di sekitar mata dan flek hitam karena dia suka berkebun di taman.

Bahkan kulitnya yang cantik, kini seakan kendur karena dimakan waktu.

Shanaz baru sadar jika penampilannya sudah tidak secantik dulu. Padahal teman-temannya sudah menyuruhnya untuk melakukan perawatan. Namun dirinya tidak pernah mau karena dia percaya jika Fernando akan mencintainya dengan tulus.

Dan sekarang, Shanaz dapat melihat semuanya. Jika tidak ada lelaki yang tulus mencintainya jika fisiknya sudah tidak seelok dulu. Yang begitu dipuja-puja oleh banyak kaum Adam.

Suara pintu terdengar diketuk, dalam hati Shanaz berharap jika yang muncul adalah Fernando.

Jika Fernando meminta maaf, maka dia akan memaafkannya. Dia akan menerima kehadiran Lita dan anaknya nanti. Toh anak Lita ada darah Fernando yang mengalir.

Akan tetapi … begitu pintu dibuka, bayangan yang lain muncul di depan Shanaz. Bukan Fernando.

“Lorenzo,” panggil Shanaz lirih. Matanya yang mengambang basah diketahui cepat oleh Lorenzo, kakak ipar Shanaz yang saat ini masih melajang.

Usianya dua tahun lebih tua dari Shanaz. Dia berusia 32 tahun. Dan satu tahun lebih tua dari Fernando.

“Fernando—menikah lagi?” tanya Lorenzo.

Shanaz sontak mendongak menatap wajah lelaki itu yang tampak khawatir pada Shanaz.

Shanaz mengangguk. Tapi dari mana Lorenzo tahu?

“Fernando datang ke rumah utama, dan mengatakan kalau dia sudah menikah dengan Lita. Ayah dan ibu setuju dengan pernikahan mereka karena tahu Lita hamil anak Fernando. Makanya aku langsung datang ke sini untuk melihat keadaanmu.”

Kenapa? Kenapa Lorenzo harus khawatir dengan keadaan Shanaz?

Tanpa mengatakan apapun, Shanaz melewati tubuh Lorenzo begitu saja. Dia berlari ke rumah utama di mana Fernando ada di sana.

Lita baru saja keluar dari kamarnya, ia tersenyum pada Shanaz. Bukan tersenyum ramah. Melainkan senyum yang menunjukkan jika dia akan menang sebentar lagi.

Dengan langkah yang tidak stabil. Shanaz berlari menuju rumah mertuanya yang jaraknya tiga menit dari rumahnya. Dan ketika dia masuk, tatapan ayah dan ibu mertuanya seakan berkata, untuk apa kamu ada di sini. Aku sudah tidak memerlukanmu lagi.

“Tunggu dulu.” Shanaz berkata dengan napas yang tidak teratur.

“Aku sudah mengatakan pada ayah dan ibu, dan kami akan melangsungkan pernikahan agar nantinya anakku bisa resmi menjadi anggota di keluarga ini.”

Mata Shanaz melebar sempurna.

“Aku tidak akan menceraikanmu, jadi kamu tenang saja.”

“Tenang saja katamu! Setelah kamu membawa seorang wanita ke dalam rumah kita, kamu mengatakan tenang saja kepadaku!” teriak Shanaz tidak terima dimadu oleh Fernando.

“Memangnya kamu maunya bagaimana? Bercerai?”

Tanpa ada kata maaf, Fernando merasa jika hal yang dia lakukan saat ini adalah benar. Setidaknya Fernando harus meminta maaf pada Shanaz, berbuat baik pada Shanaz. Tidak menusuknya seperti ini. Apakah permintaan Shanaz berlebihan?

“Tidak,” jawab Shanaz yang suaranya nyaris tidak terdengar.

“Lalu bagaimana? Lita—aku akan tetap menikahinya karena dia akan melahirkan anakku.”

Shanaz terdiam, menekuri kedua kakinya. Satu titik menetes. Shanaz menyekanya dengan pangkal tangannya.

“Sebaiknya kalian memang harus bercerai.” Ibu mertua yang selama ini seperti menerima keadaan Shanaz yang tak kunjung memiliki anak tiba-tiba berkata seperti itu. Shanaz merasa dirinya seakan dikhianati olehnya.

“Lagi pula, kamu tidak bisa hamil, Shanaz,” sambungnya.

Apa Shanaz hanya seekor sapi? Jika tidak bisa melahirkan seorang anak maka dengan mudah akan membuangnya begitu saja? Ah, tidak. Bahkan sapi tidak akan dibuang, mereka akan dijual dagingnya. Sementara Shanaz, dia dibuang oleh mertuanya sendiri.

“Aku beri kamu waktu berpikir Shanaz, kalau kamu masih ingin menjadi istriku. Tapi Lita—akan tetap jadi istriku. Tapi kalau kamu ingin bercerai, aku akan menyiapkan semuanya. Kamu tinggal menandatangani saja surat perceraian kita.”

Dan dengan mudahnya, Fernando berkata seperti itu pada Shanaz.

“Baiklah kalau begitu,” ujar Shanaz. Dia membalikkan tubuhnya, meninggalkan pertanyaan pada Fernando dan mertuanya. Baik apa? Baik, dia mau bercerai? Atau masih ingin menjadi istri Fernando?

Sebelum Fernando bertanya pada Shanaz, wanita itu sudah dulu menghilang dari balik pintu.

**

Shanaz pergi, dia tidak pulang ke rumah setelah dari rumah mertuanya. Dia pergi menggunakan mobilnya menuju rumah orangtuanya. Dia ingin mengadu, tak peduli jika nantinya dia disebut anak manja. Dia hanya ingin ke sana.

Menginjak gasnya begitu dalam, Shanaz melihat speedometer dalam mobilnya sudah mencapai batas. Orang-orang yang disalip oleh Shanaz berpikir jika wanita itu ingin bunuh diri.

Ketika mobil melewati sebuah jembatan. Shanaz teringat dengan mitos yang beredar. Jika jembatan itu mengabulkan permintaan orang yang sedang patah hati.

Waktu itu Shanaz mencemoohnya dan tidak memercayai hal itu. Namun saat ini, akal sehatnya sudah tidak berfungsi. Dia meneriakkan permintaannya begitu keras berulang-ulang seolah ingin apa yang dia minta dikabulkan.

“Aku ingin kembali menjadi muda! Aku ingin menjadi wanita yang cantik! Dan membalas dendamku pada Fernando! Apa kamu mendengarku?! Aku ingin balas dendam!” Shanaz berteriak, memukul kemudinya sampai tidak sadar jika ada truk yang melaju dengan kecepatan yang tinggi.

Mata Shanaz terbeliak, dia membanting stir begitu menyadari truk itu menyongsongnya.

Mobil yang Shanaz kendarai menabrak pembatas jembatan. Mobil itu terjun dengan bebas. Shanaz yang menyadari jika dirinya akan mati tersenyum sinis.

“Pada akhirnya, aku hanya menerima kematianku seperti ini sebelum bisa membuat Fernando menderita.”

Shanaz memejamkan matanya. Dia mengira jika semuanya sudah berakhir.

**

Shanaz terbangun dari tidurnya, merasakan dadanya sesak seperti dihimpit sesuatu.

Napasnya terengah-engah dengan keringat dingin yang mengucur di kepala dan punggungnya.

“Hanya mimpi,” desah Shanaz, tak tahu apakah dia harus lega atau khawatir. Yang ia ingat terakhir kali, dia terjatuh dari jembatan bersama dengan mobilnya.

Tapi Shanaz merasakan keanehan di sekitarnya. Ketika melihat ruang kamar itu bukanlah miliknya.

“Tapi aku ada di mana?” gumam Shanaz. “Ini bukan rumah sakit.”

Pintu dibuka dari luar, seorang wanita paruh baya membawakan bubur untuknya.

“Syukurlah kalau kamu sudah bangun, kamu tidur sejak kemarin, ibu pikir kamu mati.”

Ibu? Tapi dia bukan ibuku? Shanaz hanya bisa berkata dalam hati.

“Bu, namaku siapa?” tanya Shanaz ragu.

“Astaga, ternyata sakit bisa membuatmu lupa ingatan ya?! Kamu , Nabila anak ibu satu-satunya!”

Shanaz melompat dari kasurnya, mengejutkan wanita paruh baya itu.

Melihat di cermin, Shanaz menyadari jika wajahnya berubah. Wajah itu bukan wajahnya. Wajah itu adalah wajah milik orang lain.

“Umurku berapa Bu?” tanya Shanaz dengan panik.

Ibunya hanya menghela napasnya. “Dua puluh dua, kenapa?”

Mata Shanaz melebar. Ia yakin jika dirinya Shanaz, tapi kenapa—menjadi Nabila?

Shanaz mengecek ponsel yang tergeletak di atas meja. Dia tidak tahu berapa password ponsel itu, tapi untung saja bisa menggunakan wajahnya.

Ia mencari berita mengenai kecelakaan dirinya. Shanaz terduduk di atas lantai, wajahnya memucat. Ia membaca berita tentang dirinya.

[ BREAKING NEWS: ISTRI SEORANG PENGUSAHA KAYA TERJATUH DI DI SUNGAI  DAN TUBUHNYA BELUM DITEMUKAN ]

Related chapters

  • Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan   Bab 2 Bertukar Jiwa

    Shanaz memegangi ponselnya dengan tangan yang gemetar. Bagaimana ini? Lalu, bagaimana dengan nasib Nabila? Jika sekarang dia ada di dalam tubuh wanita ini?“Bila.” Ibunya memegang kedua bahu Nabila, merasa ada yang aneh dengan sikap anaknya barusan.“Kamu masih sakit?” Shanaz yang ada di dalam tubuh Nabila pun menggeleng. Wajahnya yang memucat tak dapat disembunyikan. Ia harus ke sana sekarang. Ke jembatan di mana dia tenggelam bersama dengan mobilnya waktu itu.“Bu, sepertinya aku harus pergi. Aku harus memeriksa sesuatu.”Kening ibunya mengerut. “Memeriksa apa? Seharusnya tubuh kamu yang diperiksa, kamu masih pucat Nabila!”“Tidak. Sha ... ekhem, Nabila harus memastikan sesuatu.”**Bermodalkan uang yang ada di dalam dompet Nabila, Shanaz pergi ke jembatan di mana kecelakaan itu terjadi.“Aku akan mengembalikan uangmu begitu kita sudah bertukar posisi,” ucap Shanaz dalam hati.Perjalanan menuju jembatan itu memakan waktu sampai satu setengah jam. Pikiran Shanaz masih berkelana ke m

    Last Updated : 2024-10-29
  • Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan   Bab 3 Kesempatan Emas

    “Nabila, kamu mau pergi ke mana?” Pagi-pagi sekali Shanaz yang ada di dalam tubuh Nabila sudah bersiap-siap hendak pergi. Ia ingin pergi ke perusahaan Fernando hari ini, bagaimanapun caranya dia akan ke sana.Shanaz bergeming, dia yang belum terbiasa dipanggil Nabila oleh orang lain tubuhnya tidak menanggapinya.“Bila?” Tangan ibunya menepuk bahu Shanaz.“Oh—ya? Kenapa Bu?”“Kamu mau ke mana, ini masih pagi. Kamu dari kemarin selalu keluar, ibu khawatir kamu sakit lagi, Bil.”Nabila tersenyum, dia mengatakan pada ibunya jika dia akan mencari pekerjaan dari sekarang. Alasannya tentu saja bukan karena dia ingin mendapatkan uang, melainkan ingin masuk ke dalam keluarga besar Fernando.“Kerja? Kamu yakin?”Nabila mengangguk. “Ibu tenang saja, Nabila akan baik-baik saja. Kalau sakit nanti langsung ke rumah sakit.”Karena tak bisa menahan anaknya, akhirnya ibu Nabila membiarkan anaknya pergi.Namun—ada beberapa hal yang membuat ibunya berpikir aneh pada anaknya. Mengapa Nabila bersikap san

    Last Updated : 2024-10-29
  • Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan   Bab 4 Langkah Awal

    Nabila sudah berdandan rapi pagi itu. Usai berpamitan pada ibunya akhirnya dia pergi ke rumah suaminya untuk melamar pekerjaan yang kemarin ia lihat.Tekadnya sudah bulat untuk membalas semua perbuatan Fernando dan Lita padanya bagaimanapun caranya.Sesampainya di rumah Fernando, di sana hanya ada beberapa pelamar yang sedang menunggu di ruang tamu.Shanaz yang ada di dalam tubuh Nabila saat ini tahu jika mereka saat ini sedang diwawancarai oleh mertuanya di ruang kerja Fernando.Keputusan biasanya diserahkan pada Shanaz dan Fernando, barulah itu pada mertuanya. Namun kali ini dia tidak tahu apakah Lita akan ikut andil atau tidak.Ada seorang wanita yang baru saja keluar dengan wajah yang murung. Sepertinya dia ditolak, Nabila membatin.Wanita itu terlihat sangat gemuk, mungkin mertuanya tak mau memiliki kepala pelayan yang tidak gesit dan banyak makan.Lalu wanita kedua juga ditolak karena mungkin terlalu kurus, mungkin dipikirkan mereka wanita itu akan mudah jatuh sakit jika bekerja

    Last Updated : 2024-10-29
  • Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan   Bab 5 Mayat Siapa

    Hanya satu orang yang tidak menyukai keberadaan Lita di rumah itu. Dia adalah Lorenzo. Dia bahkan mengutuk perbuatan adiknya yang telah menduakan Shanaz selama ini.Lita yang tahu jika Lorenzo susah didekati pun berusaha keras agar kakak iparnya itu mau menerima kehadirannya. Namun sayangnya sepertinya usahanya tidak membuahkan hasil.“Kakak ipar sudah pulang?” Lita menyapa Lorenzo ketika melihat lelaki itu masuk ke rumah.Lorenzo hanya melihat Lita sekilas kemudian berjalan melewatinya.Lita yang mendapatkan balasan sikap Lorenzo yang dingin hanya mencebikkan bibirnya dan menatap punggung kakak iparnya dengan kesal.“Padahal aku sudah menyapanya,” kata Lita sambil merengut.“Ada apa?” tanya Fernando yang sudah ada di sebelah Lita. Dia mengusap bahu Lita dan membawanya ke kamarnya.“Kakakmu kenapa dia seperti tidak menerimaku di sini?”“Oh, dia.” Fernando menatap Lorenzo yang menghilang ke dalam kamarnya. “Biarkan saja dia, dia memang seperti itu.”“Apa dia seperti itu juga pada Mira?

    Last Updated : 2024-10-29
  • Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan   Bab 6 Pencarian dihentikan

    Satu-satunya kemiripan antara Shanaz dan jasad yang ada di depan Lorenzo hanyalah rambut berwarna coklat lurus dengan panjang sebahu. Hati kecil Lorenzo menyangkalnya."Tidak, dia bukan Shanaz." Lorenzo mengatakan dengan tegas."Lalu bagaimana, Pak. Apakah kita harus melanjutkan pencarian terhadap, Bu Shanaz?" tanya pesuruh Lorenzo.Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Fernando yang sedari tadi sengaja mendengarkan pembicaraan antara kakaknya, pesuruhnya dan dokter forensik nekat menerobos masuk. Lelaki yang masih sah menjadi suami Shanaz itu membuntuti langkah Lorenzo atas desakan istri barunya. Lita menduga Lorenzo sudah berhasil menemukan keberadaan Shanaz. Lita dan Fernando berharap Shanaz ditemukan sudah dalam keadaan meninggal dunia. "Untuk apa melanjutkan pencarian, kalau yang ada di depan kita sudah jelas-jelas jasad Shanaz," ucap Fernando dengan sorot mata yang penuh keyakinan.Sebelum datang ke rumah sakit, di perjalanan Fernando juga telah menyusun siasat busuknya. Ia men

    Last Updated : 2024-10-29
  • Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan   Bab 7 Siapa Yang Meninggal

    Tami masih merasa heran, karena sebelumnya Nabila tak pernah berbohong masalah apapun kepadanya, bahkan untuk kenyataan sepahit apapun. Namun kini kenapa Nabila berbohong? Dua kali sudah ibunya Nabila mengalami kekecewaan untuk hari ini."Halo, Tante. Apa Tante masih ada di sana?" pertanyaan dari Risa di ujung telepon berhasil membuyarkan lamunan Tami."Iya, iya. Tante masih di sini kok," jawab Tami. Nanti akan Tante sampaikan pada Nabila kalau sudah selesai mandi ya," pungkas Tami mengakhiri sambungan teleponnya."Iya Tante."Setelah itu Tami kembali menaruh ponsel anaknya di atas nakas, setelah itu beranjak meninggalkan kamar Nabila menuju ke ruang makan. Menunggu anaknya untuk sarapan bersama. Sampai 10 menit kemudian Nabila keluar dari kamar sudah lengkap dengan riasan wajah yang tipis dan natural, serta pakaian yang rapi.Shanaz duduk sambil melihat makanan yang tersaji di atas meja. Di sana terdapat nasi goreng dengan lauk telur mata sapi. "Hanya itu yang ibu sediakan, karena ibu

    Last Updated : 2024-10-29
  • Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan   Bab 8 Itu Bukan Aku

    Dengan perasaan cemas dan bercampur gelisah, Shanaz berlari untuk masuk ke dalam rumah. "Bukan aku kan yang meninggal kan?" Pertanyaan itu terus berkelebat di kepala Shanaz. Ia juga khawatir dengan nasib Nabila nantinya jika benar dirinya yang sebenarnya dinyatakan meninggal.Sampai pada akhirnya Shanaz bertemu dengan kepala pelayanan yang lama, karena dia akan tetap di rumah itu sampai Nabila bisa menjalankan pekerjaannya dengan baik. "Si–siapa yang meninggal Bu?" Shanaz menunjuk ke arah jenazah. Suaranya bergetar karena tak dapat menutupi kegugupannya."Nyonya Shanaz yang meninggal, dia adalah istri tuan Fernando yang kemarin kecelakaan," jawab kepala pelayan yang lama. Nyonya Shanaz orang yang sangat baik sekali, tidak seharusnya dia pergi secepat ini." Air mata tanpa sadar mulai membasahi pipi kepala pelayan yang lama.Setelah berita pernikahan suaminya, ini kali keduanya Shanaz merasa bumi yang dipijaknya seakan runtuh. Bukan, bukan. Ini lebih mirip tsunami yang langsung menghant

    Last Updated : 2024-10-29
  • Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan   Bab 9 Si Ular Betina

    Sontak Shanaz bangkit dari tempat tidur Tami. Ia dan Tami keluar untuk melihat siapa yang berteriak tadi. Air mata mengambang basah di pelupuk mata, kemudian menganak sungai hingga membasahi pipi, ketika melihat ibu kandungnya menangis di depan jenazah yang diklaim adalah dirinya."Jangan menangis ibu. Aku di sini. Itu bukan aku," batin Shanaz. Ingin sekali ia berlari dan memeluk wanita yang sangat dicintainya. Memeluknya dan memberitahu bahwa itu bukan dirinya. Tetapi bukankah tidak akan ada seseorang yang mempercayainya nanti?Ayah Shanaz berusaha menenangkan ibunya Shanaz, meskipun hatinya sendiri juga sangat hancur. Putri yang sangat dicintainya telah pergi meninggalkan mereka selama-lamanya.Sejenak ibunya Shanaz menghentikan tangisannya, demi mencari keberadaan menantunya. "Di mana Fernando?" tanya ibunya Shanaz.Tak ada yang mengetahui di mana keberadaan Fernando, sampai ibu mertua Shanaz keluar. Ibunya Shanaz buru-buru menghampiri dan bertanya kepada besannya tersebut. "Di ma

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan   Bab 165 TAMAT

    "Apa kamu pikir aku adalah barang. Yang seenaknya sendiri bisa dipindah tangankan seperti ini?!" Nabila tersulut emosi mendengar pernyataan dari Fernando. Kini dia percaya dengan ucapan dari Lorenzo dan Shanaz yang mengatakan hal-hal buruk mengenai lelaki itu. Dia sekarang mengerti mengapa akhirnya Lorenzo dan Shanaz nekat menikah saat wanita itu terjebak di tubuhnya. Karena selain saling mencintai. Lorenzo pasti ingin menyelamatkan Shanaz. "Bukan seperti tapi–" Fernando mau berkilah. Namun Lita memukul lengannya dengan kencang sambil menangis. Dia tak menyangka kalau ternyata kelakuan suaminya masih tak berubah. Laki-laki yang hanya mengedepankan hawa nafsunya saja. "Keterlaluan! Kamu ceraikan saja aku kalau mau menikahi wanita lain," amuk Lita."Aku juga tidak mau menikah dengan suamimu. Jadi kamu tenang saja," sambar Nabila. Ia kemudian pergi meninggalkan tempat itu. "Permisi!" Lorenzo dan Shanaz sebenarnya kasihan. Mereka berniat mengejar Nabila. Namun terlebih dahulu berpamita

  • Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan   Bab 164 Hidup Mandiri

    Berbagai pengobatan telah dilakukan oleh Shanaz demi bisa sembuh. Dan setelah 3 tahun usahanya membuahkan hasil. Kini dia sudah cukup sehat untuk kembali ke rumah keluarga besar Lorenzo. Keluarga Lorenzo tak pernah mengetahui cerita mengenai jiwa Shanaz yang selama ini terperangkap di dalam tubuh Nabila. Dan saat tiba-tiba Shanaz muncul di keluarga mereka, Lorenzo hanya berkata kebetulan menemukan Shanaz. "Bagaimana bisa tiba-tiba kamu bertemu dengan Shanaz? Dia kan sudah–" tanya Santi yang tak bisa melanjutkan kalimatnya. Entah mengapa perasaannya campur aduk. Ayahnya juga mempunyai pertanyaan yang sama. Namun memilih diam.Sementara Fernando dan Lita di dalam hatinya merasa cemas. Apalagi kalau bukan masalah uang asuransi jiwa yang dimiliki oleh Shanaz. Mereka takut Shanaz akan mempertanyakannya. Padahal tidak. Shanaz dan Lorenzo tak peduli mengenai masalah itu."Belum Ibu. Shanaz belum meninggal," jawab Lorenzo dengan sopan.Di sana juga ada Nabila. Dia duduk di samping Lorenzo.

  • Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan   Bab 163 Demi Putra Semata Wayangku

    Karena kesal Santi mengakhiri sambungan teleponnya secara sepihak. Nabila menjauhkan ponselnya dari telinganya. Lalu meminta penjelasan dari Lorenzo."Siapa itu Edward?" tanya Nabila dengan raut wajah yang serius."Edward adalah kami. Maksudku anakku dengan Shanaz," jawab Lorenzo.Nabila mematung. Kini tak tahu harus berbuat apa. Lorenzo memohon agar Nabila mau pulang dengannya. Ini semua dia lakukan demi anaknya."Anakku membutuhkanmu. Setidaknya pulanglah demi Edward," pinta Lorenzo."Okey. Aku mau mengurus Edward. Tapi di rumah ibuku," sahut Nabila. "Dan 1 lagi. Aku tak mau kamu ikut denganku," lanjutnya memberi syarat. Padahal Lorenzo belum menjawabnya.Lorenzo terdiam. Dia tak bisa menyalahkan Nabila dalam hal ini. Seorang gadis yang tak tahu apa-apa. Tiba-tiba bangun dengan status baru sebagai seorang istri dan anak. Dia berhak marah. Meskipun sebenarnya Lorenzo terlanjur nyaman karena terlalu lama bersama dengan Nabila. "Bagaimana?" tanya Nabila ingin memastikan.Lorenzo tak b

  • Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan   Bab 162 Kekecewaan Nabila

    Lorenzo menghargai keputusan Shanaz. Hanya saja dia tak menyangka, bahwa istri yang dia nikahi. Istri yang sanggup membuatnya merasa nyaman setelah kepergian Shanaz adalah mantan adik iparnya sendiri. Yang tak lain adalah Shanaz. "Lalu bagaimana cara agar mereka bisa kembali ke tubuh mereka masing-masing?" tanya Lorenzo."Pejamkan mata. Lalu genggam erat tangannya dan katakan mari bertukar posisi lagi sebanyak 3 kali. Maka kalian akan bertukar posisi seperti semula," jawab orang misterius tadi.Shanaz yang awalnya menunduk lesu karena bimbang, menjadi menoleh ke arahnya. "Kamu mau aku kembali ke badanku?" Shanaz bertanya balik."Semua keputusan ada di tanganmu," jawab Lorenzo. Shanaz dan Lorenzo bersitatap. Lorenzo kemudian menoleh ke arah orang misterius tadi. "Apa konsekuensi jika Shanaz memilih kembali ke tubuhnya?" tanyanya."Seperti yang kamu lihat. Dia akan koma. Jika kamu mau kamu harus menunggu sampai dia sembuh," jawab orang misterius tadi. "Jika tidak kembali ke tubuh masi

  • Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan   Bab 161 Keputusan Di Tangan Lorenzo

    Lita selalu berupaya mencelakai Shanaz dan juga bayinya. Misalnya menukar obat Shanaz. Namun tak berhasil karena salah seorang pelayan memberi tahu Shanaz. Saya itu Shanaz hanya memberi peringatan agar Lita tak lagi melakukan hal itu. Shanaz tak tega melaporkan kejadian ini karena kasihan kepada Felicia, sebab anak itu sakit-sakitan dan butuh penanganan medis khusus. Namun ternyata Lita tak juga jera. Dia menyabotase mobil Shanaz agar mengalami kecelakaan. Beruntung Fernando dapat mencegahnya. Dia mengorbankan diri dengan mengorbankan mobilnya menjadi penghalang mobil Shanaz yang akan kecelakaan. Shanaz lagi-lagi menemukan bukti bahwa Lita pelakunya. Dan berjanji akan memberi tahu soal ini pada keluarga besar Fernando. Lita mulai jera kali ini.Saat di rumah sakit. Ketika menjenguk Fernando yang sedang kecelakaan. Shanaz menabrak seseorang. Sosok itu tak asing bagi Shanaz. Dia orang yang sama dengan yang menabraknya usai dirinya kecelakaan lalu bertukar tubuh dengan Nabila."Kamu kan–

  • Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan   Bab 160 Calon Anak Shanaz dan Lorenzo

    Setelah mendengar alasan Lita ingin menemui Fernando. Lorenzo yang ada di depan pintu gerbang menyuruh satpam untuk membukakan pintu. "Bukakan pintunya Pak.""Tapi Tuan Fernando melarang saya, Tuan Lorenzo," sahut satpam. "Dia tidak akan berani protes kalau aku yang menyuruhnya," ucap Lorenzo. "Baik Tuan Lorenzo. Kalau begitu akan saya bukakan pintunya," sahut satpam. Ia kemudian membukakan pintu gerbang untuk Lita.Lita tak henti menatap wajah kakak iparnya. Setelah pintu gerbang dibuka ia mengucapkan rasa terimakasihnya yang tulus. Dia begitu terharu akan kebaikan yang ditujukan oleh lelaki yang dulunya sangat ia benci."Terimakasih Kak Lorenzo. Karena telah memberikan izin Lita untuk masuk," ucap Lita dengan berlinang air mata."Aku melakukan ini bukan karenamu. Tapi karena anakmu. Dia bagian dari keluarga ini," sahut Lorenzo dengan nada dingin.Lita menghapus air matanya dengan mandiri. Tak apalah jika Lorenzo berpikiran seperti itu. Yang terpenting dia bisa masuk dan menemui Fe

  • Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan   Bab 159 Terhalang Restu

    Lorenzo masih mematung. Namun setelah dapat mengendalikan dirinya, tangannya yang tadi mengambang di udara mendekap erat Shanaz. Akan tetapi dia masih ragu. Apakah ini artinya Shanaz telah menerima cintanya?Lorenzo kemudian mengurai pelukannya. Ia menatap wajah Shanaz dengan intens. "Apa ini artinya kamu sudah dapat menerimaku?" tanya Lorenzo memastikan.Shanaz menangis sambil mengangguk. "Iya," jawabnya dengan singkat. Namun itu sudah cukup membuktikan semuanya. Lorenzo tersenyum. Ia kemudian kembali memeluk tubuh Shanaz dengan erat. Tangannya mengusap lembut rambutnya yang panjang."Terimakasih, karena kamu mau membuka pintu hatimu untukku," ucap Lorenzo."Seharusnya saya yang berterima kasih kepada Tuan. Karena masih mau menerimaku yang—"Lorenzo dengan cepat melepaskan kembali pelukannya. Ia kemudian menangkup kedua sisi pipi Shanaz. Lalu 1 jari telunjuknya ditempelkan pada bibir Shanaz. "Tolong jangan katakan kalimat yang melukai hatiku," sambarnya memotong pernyataan dari Shana

  • Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan   Bab 158 Cinta Yang Sesungguhnya

    Shanaz terbaring lemah di atas ranjang kamar apartemen Lorenzo. Dengan leluasa Fernando membuka satu persatu pakaian Shanaz, hingga tak menyisakan sehelai benangpun menutupi tubuh wanita itu. Fernando melepas pakaiannya. Kemudian setelah menampilkan tubuh polosnya ia memagut bibir Shanaz dengan lembut. Tangannya mulai turun dan meremas puncak gundukan dada Shanaz. Karena tak dapat menahan gairahnya lagi, Fernando hendak menancapkan kepunyaannya di dalam organ inti milik Shanaz. Fernando mengalami kesulitan, saat tak dapat menembus benteng pertahanan Shanaz. Itu artinya wanita ini belum terjamah oleh laki-laki lain. Fernando semakin bernafsu. "Rupanya kamu benar-benar masih menjaga kesucianmu. Aku sangat beruntung," gumamnya.Shanaz yang mulai merasakan sakit di area sensitifnya, lalu membuka mata. Dia menangis karena shock. Sekuat tenaga ia mendorong tubuh Fernando. Akan tetapi kekuatannya kalah besar dengan tubuh kekar Fernando."Tuan Fernando jangan lakukan ini kepada saya. Saya mo

  • Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan   Bab 157 Kamu Yang Aku Inginkan

    Kejadian yang tidak diinginkan terjadi. Meisya yang mendengar berita tentang Fernando datang ke rumah Fernando untuk mencari kebenaran. Dia shock saat melihat pakaian Shanaz yang compang camping."Ceritanya panjang. Kalau kamu ingin tahu ikut dengan kami," jawab Lorenzo. Tanpa berpamitan Lorenzo berjalan menuju ke mobilnya dan membuka pintu. Lorenzo memberi kode agar Shanaz duduk di belakang. Sementara ia duduk di kursi kemudi. Meisya sebenarnya masih shock. Namun karena ingin tahu apa yang terjadi dia ikut masuk ke dalam mobil. Ia duduk di samping Lorenzo.Mobil Lorenzo kemudian melaju meninggalkan rumah Fernando. Membelah jalanan yang sudah sepi menuju ke apartemennya. Di dalam mobil Lorenzo menjelaskan kronologi kejadian yang dialami oleh Shanaz. Meisya merasa iba."Kasihan sekali dia. Pasti dia menjadi sangat trauma," ucap Meisya dengan tulus."Itu sudah pasti. Maka dari itu aku mau mengamankannya sementara waktu di apartemenku," sahut Lorenzo.Meisya mengangguk. "Aku setuju."Mal

DMCA.com Protection Status