Terkadang terluka itu perlu. Agar kita bisa memahami pahitnya kehidupan, saat kita beranjak dewasa. Namun, luka itu terlalu menyakitkan. Sampai merubah sikap seseorang begitu drastis seperti, gadis berbulu mata lentik, alis sedikit tebal, hidung yang tidak begitu mancung, dan bibir tipis berwarna pink itu, berubah menjadi gadis yang pendiam. Tawanya kini telah menghilang. Rasanya dunia tidak pernah berpihak kepada dirinya. Namun, gadis itu lupa. Pada kenyataannya, semesta selalu punya cara untuk menyembuhkan luka itu. Sama hal—nya dengan kedatangan siswa baru yang sikapnya menyebalkan. Tapi, laki-laki itu selalu datang saat gadis itu membutuhkan bantuan. Gadis itu adalah Senja Putri Aira, yang selalu dibully tanpa sebab. Bahkan, pacarnya sendiri tidak berpihak kepadanya. Berbeda dengan siswa baru, Gafi—yang selalu berpihak pada gadis yang baru dia kenal. Namun, Senja selalu menolak kehadiran laki-laki tinggi itu. Bahkan, sahabat Senja juga sudah tidak percaya dengannya. Karena, kasus pencurian uang yang ternyata berada di dalam tas Senja. Semenjak kejadian itu, Senja kehilangan Asta—sahabatnya yang selalu berada di pihaknya. Membuat Senja semakin merasa terpojokkan. Hal yang membuat Senja kembali merasakan rasa sakitnya, saat kakak kelasnya—Ivan melecehkan gadis itu di koridor sekolah. Meskipun hanya sebatas disentuh. Tetap saja, itu bukanlah hal yang pantas untuk dilakukan. Siswa baru itu, mencoba mencari keberadaan Senja yang tidak berada di dalam kelas. Gafi mencoba menjadi teman bagi gadis itu, meskipun usahanya selalu gagal. Gadis itu hanya berharap, Aldi lah yang memberikan semangat kepada Senja. Nyatanya itu hanya angan-angan. Keluarga Senja juga tidak berada di pihaknya. Mungkin, karena kedua orang tuanya sudah berpisah. Mengakibatkan Senja kehilangan sosok ayah, yang selalu memberikan semangat untuk hidupnya. Namun, sudah lebih dari sepuluh tahun Senja tidak mengetahui keberadaan ayahnya. Senja juga berharap ia bisa menemui ayahnya suatu saat nanti. Dan kisah tentang 'Rahasia Senja' dimulai...
Lihat lebih banyak_"Disekitar kita, tidak hanya sekedar manusia baik. Tapi ada juga manusia iri yang selalu senang mencari masalah."_
~~~
Sekolah SMA Garuda, dikenal sebagai salah satu sekolah elit di Jakarta. Tidak jarang siswa-siswi di sini saling memperlihatkan kekayaannya.
Seperti pagi hari ini, banyak siswa-siswi yang membawa mobil pribadinya, karna hujan deras sejak semalam.
Salah satunya gadis berambut hitam panjang yang tergerai dengan indah itu, juga di antar oleh supirnya. Senja Putri Aira, termasuk siswi berprestasi. Gadis itu selalu terlihat kuat, karena masa lalu yang tidak menyenangkan.
Koridor pagi itu terlihat sepi. Hanya segelintir siswa-siswi yang berlalu lalang. Ada yang bajunya setengah basah, ada juga yang hanya mengenakan sendal jepit dan lain sebagainya.
"Senja....!!!" Teriak seseorang dari arah parkiran, menggunakan payung berwarna pink itu.
Senja tersenyum memperhatikan gadis itu yang berlari kesusahan, karna membawa payung. Rambutnya yang tergerai sebahu itu sedikit terlihat basah. Pipi tirusnya terlihat merona, membuat wajah gadis itu terlihat semakin cantik.
"Ihhh... Becek, sepatu gua jadi kotor gini..." Rengeknya.
Senja terkekeh pelan, melihat orang dihadapannya yang berstatus sebagai sahabatnya itu sedang menghentakkan kakinya. Ia adalah Hanasta Dwi Amara, biasa dipanggil Asta oleh teman-temannya.
"Namanya juga lagi ujan, Ta. Ya pasti becek. Makanya jangan pake sepatu, pake sendal biar ga kotor," ucap Senja diselingin dengan kekehannya.
"Males, Nja. Lagian ribet kalo harus gonta-ganti gitu," jelas Asta yang arah pandangnya menatap wajah Senja yang sedang tersenyum.
"Oh iya, Nja. Gua denger ada murid baru loh, kira-kira dia bakal masuk kelas kita atau ga ya?" Lanjut Asta yang tangannya sudah menghimpit lengan Senja.
Keduanya berjalan beriringan di koridor. "Oh ya? Bisa jadi sih di kelas kita, soalnya Laras kan baru aja pindah," lontar Senja.
"Semoga deh," girang Asta. Setelah mendengar jawaban dari Senja yang masuk akal itu.
"Ngomong-ngomong, si Aldi lagi jalan ke arah kita," bisik Asta dengan senyum menggoda.
Senja langsung memalingkan pandangannya menghadap ke depan, di mana laki-laki tinggi itu tersenyum.
Laki-laki dengan kancing baju atasnya yang terbuka, tanpa ada dasi yang bergelantung di sana. Dia adalah ketua basket—Aldi Abraham atau sering dipanggil Aldi lebih tepatnya.
"Hai..." Sapa Aldi, yang sudah berhadapan dengan keduanya. Asta melepas genggamannya, membuat Senja menatap Asta yang tersenyum mencurigakan.
"Hai," balas Senja yang sudah kembali menatap Aldi. Laki-laki beralis tebal itu tersenyum.
"Tadi aku ke kelas. kamunya belum dateng. Demam kamu, udah turun?" Tanya Aldi sambil menyentuh kening Senja.
Gadis itu tersenyum, "Alhamdulillah, udah redaan. Enggak perlu khawatir, aku gapapa kok," jelas Senja.
Asta diam-diam berlalu dari keduanya, membuat Senja ingin meneriaki gadis itu, tapi Aldi menggelengkan kepalanya memberikan isyarat.
"Belum sarapan? Aku udah taro bubur ayam di meja kamu. Jangan lupa di makan, aku ke ruang guru dulu ya?"
Aldi mengacak rambut Senja dengan gemas, setelahnya berlalu tanpa menunggu jawaban dari gadis itu.
"Ck.. muak gua liat drama! Dasar cewek freak," cibir salah satu teman Senja sejak SMP dulu. Lebih tepatnya mantan sahabat yang selalu iri terhadap dirinya.
Senja hanya diam, pura-pura tidak mendengar sindiran dari Viola Alexa. Senja lebih memilih meninggalkan perempuan berbibir merah itu.
"Heh.. lu budek ya?!" Teriak Viola dengan suara lantangnya. Namun, Senja tetap melangkahkan kakinya. Tidak mengubris gadis berambut sepunggung itu.
"Awas aja ya! Gua pastiin, semua orang di sekolah ini bakal benci sama lu! Liat aja Senja Putri Aira..."
Setelah berucap seperti itu, senyuman licik terbit dan sorotan mata kebenciannya terlihat begitu dalam.
"Jangan dijalan atuh!"
Suara berat itu membuat Viola berdecak kesal, ia memutar tubuhnya dan tidak sengaja keningnya mengenai dada bidang laki-laki itu.
"Ck.. Ga usah nempel-nempel," ketus laki-laki itu yang sudah memegang kedua pundak Viola dan menggeser posisi gadis itu.
"Idih.. siapa juga yang mau nempel-nempel sama orang kay...."
Mulut Viola membungkam setelah melihat wajah tampan di hadapannya. Mata coklat yang terlihat tegas, alis tebal yang terukir indah, hidung yang tidak begitu mancung dan bibir pink yang tidak begitu tebal. Mebuat amarahnya seketika digantikan dengan kekagumannya.
"Kenapa maneh teh, liatin urang?" Ujarnya, yang sudah memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana abu-abunya.
"E..e.. lu anak pindahan itu ya?" Viola bertanya, sambil melirik nametag yang berada di baju laki-laki itu.
Daniyal Haidar Gafi, setelah mengetahui siapa laki-laki itu, senyum diwajah Viola terpancar.
"Iya. Terus kenapa, maneh teh senyum-senyum segala?" Ketus Gafi.
Belum juga Viola menjawab pertanyaannya, Gafi sudah lebih dulu berlalu dari hadapan Viola.
Menurut Gafi gadis itu aneh, dan dia juga mendengar ucapan yang keluar dari mulut gadis itu. Tidak lupa saat gadis berbulu mata kuda itu menyindir perempuan yang dia dengar bernama Senja.
•••
Senja sudah menghabiskan bubur ayam yang dibelikan oleh Aldi, meskipun laki-laki itu sibuk. Tapi, ia menyempatkan diri untuk memberikannya sarapan.
Brakkk...
"Eh, Senja!!" Suara keras itu membuat Senja, memejamkan matanya. Karena, terkejut.
"Denger ya! Jangan mentang-mentang lu punya status sama Aldi, lu jadi belagu! Inget lu itu cuma sampah!" Gadis itu diam menarik nafasnya dan kembali berkata, "gua tau, lu pake susuk kan? Supaya Aldi, tergila-gila sama cewek freak kayak lu!"
Ucapan kakak kelas itu, membuat Senja merasa sesak. Tuduhan itu, sudah hampir tiga tahun di SMP-nya yang selalu dituduh macam-macam.
"Maksud kak Abel apa?"
Perempuan yang dipanggil Abel itu, langsung menekan kedua pipi Senja dengan tangan kanannya.
"Ga usah belaga ga tau! Aldi itu pacar gua. Dia putusin gua karna, lu! Susuk lu itu yang buat Aldi berpaling dari gua. Dasar penggoda!" Hardik gadis berpipi sedikit tembam itu.
Abel menghempaskan wajah Senja, gadis itu hanya diam. Bahkan, semua teman sekelasnya hanya saling pandang dan berbisik-bisik. Sepetinya, mereka mulai mempercayai ucapan Abel.
"Stop kak!" Teriak Asta dari arah pintu.
Gadis itu menghampiri Abel menatap nyalang kakak kelasnya itu. "Jaga omongan lu! Kalo Aldi berpaling dari kak Abel, itu bukan salah Senja. Lagian Aldi mutusin lu juga, udah dari lama." Asta menarik nafasnya sebelum melanjutkan kata-katanya.
"Terus Aldi nembak Senja juga baru seminggu yang lalu. Jadi, kalo punya mulut diajarin sopan santun. Bukan asbun!." Tegas Asta.
Plakkk...
Tamparan keras mendarat di pipi tirus Asta, membuat Senja membelalakkan kedua bola matanya.
Asta tersenyum sinis. "Ternyata selain asbun, lu juga ringan tangan ya?" Sarkas Asta.
Tangan Abel sudah melayang di udara yang ingin menampar kembali pipi Asta. Namun, cekalan tangan Senja membuat Abel menatap gadis itu nyalang.
"Cukup kak! Jangan main fisik. Urusan kak Abel sama gua, bukan Asta!" Celetuk Senja.
Mendengar ucapan Senja membuat Abel melepaskan tangannya, dari cengkraman Senja dengan kuat. Rahang Abel mengatup keras.
"Ga, Nja. Urusan lu juga urusan gua," pungkas Asta. Tatapannya kini beralih kearah Abel. "Dan buat lu! Kalo sampe ngomong yang ga engga soal sahabat gua! Gua pastiin lu di benci sama Aldi!" Lanjut Asta dengan acamannya.
Abel menatap nyalang kedua perempuan cantik itu. Tanpa sepatah kata pun, ia berlalu begitu saja.
"Emang bener ya, lu itu pake susuk?" Tanya salah satu teman sekelas Senja. Membuat yang lain saling berbisik dan menganggukkan kepalanya.
"Lu semua ga usah percaya sama omongan Abel! Itu cewek emang suka cari gara-gara," tegas Asta.
Senja yang mengetahui teman satu kelasnya, masih mempertanyakan kebenaran tentang ucapan Abel membuat hatinya tidak baik-baik saja.
"Udah, Nja. Ga perlu lu pikirin. Kalo ada manusia kayak Abel, bakal gua musnahin. Gua selalu ada di pihak lu," jelas Asta dengan senyum manisnya.
Senja ikut tersenyum, ia pasti bisa melalui hal ini lebih baik daripada masa SMP dulu. Karena sekarang ada Asta di sampingnya. Sudah seminggu semenjak libur semester, yang Senja pikir masa SMA-nya tidak akan pernah mendengar kata-kata yang tidak benar. Nyatanya, Senja harus kembali mendengar kata-kata itu lagi.
_"Perlakuan sederhana terkadang membuat bahagia."_~~~Cuaca begitu mendukung untuk beraktivitas di hari libur. Termasuk gadis berambut cepol dengan setelan traningnya. Senja baru saja selesai melakukan yoga. Helaan nafasnya terdengar, peluh yang membanjiri wajahnya begitu terlihat. Gadis itu menengguk botol minum berisi air mineral hingga 'tak tersisa.Bunyi ponsel terdengar nyaring. Senja melirik sebentar ke arah benda pipih yang tergeletak manis di atas meja belajarnya. Selesai menyimpan botol minum, dan mengelap keringatnya ia langsung meraih benda itu. Senyum yang menampilkan lesungnya, kini muncul begitu dalam.Gadis itu langsung menarik handuk, yang tergantung rapih di dekat pintu. Setelah melihat pesan yang entah dari siapa, gadis itu langsung bergegas mandi. Mungkin orang spesial yang akan datang.Sudah hampir setengah jam, akhirnya Senja se
_"Hidup itu tidak selalu berjalan dengan mulus. Pasti, selalu ada masalah dalam hidup. Masalah ringan, sedang, hingga masalah yang begitu rumit. Tapi, semua itu punya jalan keluarnya."_~~~"Ikut gua!"Suara berat, membuat gadis berambut pirang itu menatap ketiga orang dihadapannya dengan tatapan aneh."Mau apa sih lu?! Punya urusan sama gua?""Udah lah, lu engga usah banyak bacot!" Bentak laki-laki berkulit sawo matang itu."Ngapain sih?! Gua ga mau!" Berontak gadis itu.Namun, laki-laki bertubuh tinggi itu menyuruh kedua temannya membawa paksa Viola."Bagas!!! Lu mau ngapain gua?"Laki-laki yang dipanggil Bagas itu hanya mengedikan pundaknya, dan berjalan mengikuti kedua temannya itu.Viola, gadis itu mencoba melepas cengkraman kuat dari kedua kakak kelasnya. Namun
_"Apa yang kita pikirkan benar, belum tentu benar. Bahkan, bisa saja yang kita anggap tindakan yang benar ternyata malah sebaliknya. Sebuah kesalahan."_~~~Hujan sore di ibukota Jakarta terlihat begitu deras. Awan yang tadinya cerah, kini terlihat begitu gelap. Seharusnya semua siswa-siswi SMA GARUDA sudah pulang sejak sejam yang lalu. Namun, mereka harus menetap di ruang kelas menunggu hujan mereda."Ta, gua perlu ngomong sama lu."Ucapan itu membuyarkan lamunan Asta. Suara berat dan khas itu, menyadarkan Asta bahwa bukan lagi Senja yang duduk di sebelahnya, melainkan Galuh."Hem..."Galuh langsung duduk di sebelah gadis itu, tadi ia meminta Senja untuk berpindah tempat duduk sebentar selagi gadis itu menunggu dijemp
_"Apa pun perkataan orang lain, tidak perlu kita hiraukan. Jika itu hanya melukai diri kita. Dengarkan saja yang perlu didengar, anggap angin lalu yang tidak perlu untuk didengar."_~~~Suara riuh terdengar begitu gaduh di kelas IPA 2. Senja yang berjalan dengan penampilan yang sangat berantakan, melewati beberapa temannya yang menatapnya dengan sinis.Cangkang telur serta putih telur bercampur dengan kuningnya, bertengger manis di rambut sebahu gadis itu. Aroma menyengat menusuk indra penciuman semua orang yang ada di dalam ruang kelas.Galuh hanya mengekor dari belakang, sedangkan Gafi hanya diam duduk di kursinya. Laki-laki bermata almond itu tidak lepas memandang Senja yang terlihat tidak baik-baik saja."Bau banget badan lu, Nja. Bikin kelas bau busuk! Bersihin dul
_"Orang yang kita anggap akan ada dipihak kita ternyata sama saja dengan yang lain. Rasa kecewa itu benar-benar terasa, menyakitkan."_~~~"Enggak perlu lu anter. Gua kesini sama supir," ujar gadis berambut hitam itu. Sejak Revan dan yang lainnya pergi, keduanya sudah memutuskan untuk duduk di trotoar dekat penjual minuman dingin keliling dan tukang somay."Maneh teh kunaon, sewot terus sama urang? Urang teh punya salah kitu?" Tanya Gafi.Senja menghela nafasnya, ditatap laki-laki yang tingginya 176 cm itu. Memang Gafi tidak pernah melakukan kesalahan. Tapi bagi Senja, laki-laki itu memang harus ia jauhin. Lebih tepatnya jangan sampai berurusan dengan laki-laki dihadapannya ini."Lu enggak punya salah. Gua harap, ucapan gua di sekolah bisa lu lakuin ya? Gua enggak mau p
_"Kecewa itu......"_~~~Beberapa menit setelah Gafi meninggalkan rumah Arya. Keempat anak remaja itu asik dengan kartu dan cemilan di atas meja. Sesekali umpatan-umpatan kasar keluar dari bibir mereka."Sial! Kalah lagi gua!" Celetuk Arya.Tama hanya tertawa merasa senang, karena sejak tadi Arya selalu kalah. "Udah, lu mending maen barbie aja," ledek Banu.Hal itu membuat Arya berdecak kesal, dan melempar batal tepat ke wajah tampan laki-laki itu. "Lu kira gua cowok apaan?" Kesalnya.Banu tertawa sambil memegang perutnya yang terasa kram. "Cowok jadi-jadian hahahaha,""Si anjir! Lu kalo ngomong, perlu gua sumpel mulut lu ya?" Omel Arya."Haha
_"Apa yang kita lakukan, belum tentu orang lain menyukainnya."_~~~Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi. Gafi sudah duduk di atas motornya. Motor pespa berwarna kream yang jarang ia gunakan. Akhirnya, hari ini ia gunakan.Pandangan tajamnya tidak lepas dari siswa-siswi yang berlalu lalang. Laki-laki berbulu mata lentik itu terlihat sedang menunggu seseorang."Dia aman, ga ada yang bakal macem-macem sama Senja. Kalo dia lagi sama Aldi." Gafi langsung menatap gadis berambut cepol itu dengan alis yang saling bertaut."Dia udah punya pacar, jadi lu ga usah terlalu jagain Senja. Bagi dia, lu cuma orang asing. Mending lu dengerin apa yang dia bilang, jauhin dia. Kalo lu makin deketin dia, masalah Senja makin nambah," lanjut gadis itu.Helaan nafas Gafi bisa dilihat oleh gadis berhidung mancung itu. "Kenapa maneh atau Senja, suka nyuruh urang teh
_"Kehilangan seorang sahabat yang begitu berarti, untuk kesekian kalinya."_~~~Jam istirahat sudah terdengar seantero sekolah. Membuat semua siswa-siswi SMA Garuda saling berhamburan. Berbeda dengan hari biasanya, kelas 10 IPA 2 kembali terdengar gaduh."Eh! Lu harus tanggung jawab!" Bentak perempuan berambut bob itu."Tanggung jawab apa lagi?""Jangan mentang-mentang dompetnya udah balik, lu ngelupain gitu aja!" Ujar gadis bernama Anya.Senja menghela nafasnya, Asta ternyata memilih berlalu dari bangkunya meninggalkan Senja begitu saja. Padahal, Senja berharap Asta membelanya."Gua enggak ngelupain kejadian tadi. Tapi, gua emang enggak ngerasa harus bertanggung jawab," jelas Senja.Anya melipat kedua tangannya di dada. "Jelas-jelas dompetnya ada di elo! Emang kita belum buktiin lewat cctv. Tapi bagi gua, bu
_"Tuduhan itu belum tentu benar adanya. Kebanyakan orang langsung percaya dengan ucapan orang lain. Tapi, mereka lupa tentang apa yang mereka lihat."_~~~Pagi cerah di hari Kamis. Udara segar berhembus lembut pagi ini. Seragam bercorak batik berwarna abu-abu terpasang rapih di tubuh masing-masing siswa-siswi di SMA Garuda.Riuh suasana koridor terdengar gaduh. Laki-laki berambut belah tengah itu tidak ambil pusing dengan keributan yang terjadi. Ia memilih berlalu dan memasuki kelas IPA 2.Keadaan kelas terlihat sepi. Hanya ada Senja yang sedang membaca novel bersampul pink dan kedua daun telinganya terselip AirPods. Senja tenggelam dengan dunianya sampai tidak sadar dengan tatap Gafi.Sejak gadis itu pingsan, Gafi tidak mengajak gadis itu berbicara
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen