Beranda / Lainnya / Rahasia Senja / 02 Rahasia Senja

Share

02 Rahasia Senja

Penulis: Iani_p
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-30 15:35:49

_"Kehadirannya, entah menambah masalah baru atau merubah suatu hal."_

~~~

Semua tatap mata memandang laki-laki yang berdiri di sebelah wali kelas MIPA 2. "Silakan Gafi," ujarnya.

Senja tidak mengubris kedatangan siswa baru itu, sedangkan Asta gadis itu sudah berbinar-binar.

"Liat deh, Nja. Tuh cowok ganteng banget.. pengen deh gua duduk sama dia," celoteh Asta.

Senja hanya melirik sekilas laki-laki itu, memastikan ucapan Asta yang lebay atau memang kenyataan.

Tatapan mereka saling bertemu, Senja langsung memutus kontak mata keduanya.

"Salam kenal semuanya. Saya Daniyal Haidar Gafi. Kalian bisa panggil saya Gafi." 

"Gafi pindahan dari mana?" Tanya salah satu siswi yang duduk tepat di hadapan Gafi.

"Bandung," jawab Gafi singkat.

"Udah punya pacar belum?" Celetuk yang lain.

"Huuuuuuuu..."

Sorakan dari semua murid terdengar gaduh, membuat guru berkacamata itu memukul papan tulis.

"Jangan berisik! Baik Gafi. Silakan kamu duduk bersama Galuh," Tegasnya.

Gafi menganggukkan kepalanya. Gerak-gerik Gafi tidak lepas dari padangan semua orang yang ada di dalam kelas.

"Dia duduk di sebelah lu, Nja." Entah kenapa Asta sudah seperti orang gila. Mata coklat gelapnya kini benar-benar tidak bisa lepas dari laki-laki berpostur tinggi itu.

"Iya. Gua liat kok, Ta," jawab Senja seadanya.

"Kita harus kenalan pas jam pelajaran ganti," antusias Asta.

"Engga deh, Ta. Lu aja sana yang kenalan. Gua males," tolak Senja yang tidak ingin mengikuti ide gila Asta.

Asta berdecak sebal lalu berkata, "Oke.. kalo lu ga mau, gua aja yang kenalan. Siapa tau, dia jadi jodoh gua." Senja hanya menganggukkan kepalanya, supaya gadis itu diam. 

"Eh.."

Gadis berlesung pipi itu mendengar suara dari arah tempat duduk yang anak baru itu tempati. Senja menengok-kan kepalanya menatap laki-laki itu yang juga sedang menatapnya

"Kamu Senja?" Tanyanya.

Pertanyaan itu membuat Senja mengernyitkan dahinya. Dari mana laki-laki itu tau? Padahal, mereka belum saling berkenalan.

"Kenalin. Saya Gafi," ujar Gafi sambil tangannya terulur.

Namun, Senja hanya menatap tangan besar milik Gafi. Memandang laki-laki itu. "Gua udah tau kok," sahutnya dan mengabaikan uluran tangan Gafi.

Asta yang melihat itu, langsung menatap raut wajah Gafi. Laki-laki itu hanya tersenyum miring dan menarik tangannya.

"Kalian berdua saling kenal?" Bisik Asta.

Senja langsung menatap sahabatnya. "Enggak tuh," jawabnya yang kembali menatap ke papan tulis.

"Lu tadi diajak kenalan ya? Kenapa, lu ga nerima uluran tangan dia?" Tanya Asta yang terlihat penasaran.

Senja menghela nafasnya. "Iya Asta. Ya gapapa," balasnya.

Asta hanya menganggukkan kepalanya, entah kenapa dia merasa kesal dengan kejadian barusan.

"Silakan Asta, jawab pertanyaan di papan tulis."

Asta yang mendengar itu langsung memasang wajah bingung. Tangannya mulai menunjuk ke dirinya sendiri. Gadis itu berkata, "S... saya bu?"

Senja yang melihat sahabatnya kebingungan hanya tersenyum kecil. "Iya kamu, ayok maju. Ibu perhatikan dari tadi kamu tengok kanan kiri. Tidak memperhatikan apa yang ibu jelaskan. Sekarang maju kerjakan apa yang sudah ibu tulis di papan tulis.."

"Iya.. Bu. Nja, gimana nih?" Tanyanya dengan wajah memohon.

Senja hanya menaikkan bahunya. Bibir tipisnya kini semakin tertarik dan menampilkan lesung pipinya. "Ayok Asta.. jangan meminta bantuan kepada Senja!"

Asta memamerkan sederet gigi putihnya, saat mendengar ucapan guru fisikanya itu.

"Ayok semuanya, koreksi jika jawaban Asta salah."

"Baik buu..."

Asta hanya menghela nafasnya gusar, soal dihadapannya sama sekali tidak ia pahami. Akhirnya gadis berkuncir kuda itu mengerjakannya dengan asal, membuat Bu Intan hanya menggelengkan kepalanya.

"Gafi, maju ke depan. Bantu Asta."

Laki-laki itu langsung maju ke depan, menatap Asta sebentar lalu mengerjakan soal itu tanpa berkata sepatah kata pun.

"Gafi, beritahu Asta apa yang salah dari rumus yang dia gunakan."

"Yang lain silahkan buka halaman 57. Kerjakan nomor 1-5."

Laki-laki bermata coklat itu menjelaskan kepada Asta. Bahkan, laki-laki itu juga memberitahu Asta cara menghafal rumus dengan baik.

Asta menatap Gafi, "Lu ternyata pinter juga ya?"

"Soal segampang ini. Anak SMP juga bisa jawab."

Mendengar ucapan Gafi yang menusuk itu, membuat Asta berdecak sebal.

"Makanya kalo guru jelasin, maneh teh dengerin. Jangan ngobrol we," lanjut Gafi.

Wajah tengil laki-laki itu membuat Asta mencebikkan bibirnya, "Lu juga ga ngaca.." sindir Asta.

Gafi tidak berkata apa-apa lagi, memilih meninggalkan Asta daripada harus berdebat dengan cewek bawel itu.

Akhirnya Asta ikut duduk ke bangkunya. Senja terkekeh melihat wajah Asta yang cemberut.

Sejak tadi Senja tau Asta dan murid baru itu berdebat kecil di depan. Yang berujung membuat sahabatnya itu kesal.

"Udah, Ta. Cemberut aja, buru dikerjain. Daripada nanti, kena omel bu Intan," jelas Senja.

"Ishh... Sebel gua hari ini. Ganteng sih, ganteng. Tapi, mulutnya itu licin kayak belut. Awas aja nanti kalo dia suka sama gua, ga bakal gua ladenin!" Kesal Asta sambil membalik bukunya dengan kasar.

"Awas loh. Taunya lu yang suka, haha.." Ledek Senja, yang membuat mata gadis itu melotot.

"Ihhh... Senja, ya emang gua suka. Tapi, ya ga usah diperjelas..." Rengeknya.

"Hahaha... Iya maaf, lagian ngedumel aja sih lu."

Asta tidak mengubris lagi ucapan Senja, gadis itu memilih menarik bukunya. Menatap beberapa soal yang membuat matanya membelalak. "Ini soal apa sih?!! Ya ampun, Nja. Ini soal sama sekali ga ada di otak gua. Berasa gua ga punya otak."

Ucapan Asta membuat Senja terkekeh. "Gua enggaK bilang apa-apa ya? Ini tuh soal yang baru aja lu kerjain tadi, Ta. Masa lu udah lupa aja?" 

"Gara-gara gua kesel sama si Gafi, semua materi yang gua terima di depan tadi lenyap kayak debu. Nih ya, Nja. Dia kayaknya ga ikhlas ngajarinnya. Makanya di serap lagi ilmunya yang dia kasih ke gua!"

Senja terkekeh "Teori dari mana?ada-ada aja lu, udah kerjain lagi. Kalo ada yang lu enggak paham liat punya gua aja," jelas Senja. Gadis berlesung pipi itu menyodorkan buku tulisnya yang sudah penuh dengan rumus-rumus. Membuat perut Asta mual.

Tanpa mereka berdua sadari, laki-laki dengan wajah datarnya itu memperhatikannya.

Sudah 10 menit mereka mengerjakan soal yang diberikan oleh guru fisika itu. "Baik semuanya, tugas ini dikumpulkan ke meja ibu. Untuk selanjutnya, ibu akan membagikan kelompok. Di dalam satu kelompok terdiri atas 4 orang," tutur Intan guru berkacamata itu.

"Oke.. ibu akan membagikan kelompok, simak dengan baik.. Aldi, Sania, Irza, dan Cika. Kalian satu kelompok."

Senja menyimak semua nama yang guru itu sebut. "Senja, Asta, Galuh dan terakhir Gafi," lanjut Intan.

Asta yang mengetahui satu kelompok dengan laki-laki jutek itu menghela nafasnya, antara senang dan juga kesal mengingat kejadian beberapa menit yang lalu.

"Tugas ini dikumpulkan besok, dan ibu harap tidak ada alasan apapun untuk tidak mengerjakannya! Karna, besok masih ada jam pelajaran ibu. Baik semuanya, ibu akhiri pelajaran hari ini. Terima kasih semuanya," papar Intan.

"Baik bu.. terima kasih," jawab serempak semua siswa.

Semuanya berhamburan ke kelompok mereka masing-masing. Karena, pelajaran Pak Raden kosong. Di karenakan sedang melakukan pelatihan.

Gafi sudah duduk di hadapan Senja dengan wajah yang terlihat santai tanpa senyum sedikit pun.

"Kita mau mulai dari mana?" Tanya Galuh yang memecah keheningan.

"Gimana kalo kita bagi tugas?biar cepet selesai, kita bagi jadi dua," ucap Asta.

"Ya entos atuh. Abdi sareng senja we, (Yaudah gitu. Saya sama Senja aja)" celetuk Gafi.

Asta membuka mulutnya. Karena, terkejut dengan ucapan Gafi yang cepat itu. "Lu ngomong apa deh?" Tanya Asta.

Laki-laki beralis tebal itu menghela nafasnya. "Saya sama Senja aja kalo gitu," jelas Gafi.

"Ga. Senja sama Galuh," celetuk Asta.

"Urang mah henteu minta pendapat maneh, (Saya enggak minta pendapat kamu)" tukas Gafi. 

"Kok lu songong sih?!" Kesal Asta.

"Oh... Maneh teh tau, saya ngomong apa?" Ledek Gafi. Gadis bermata coklat gelap itu mendelik kesal. "Berisik, gua juga ngerti bahasa lu dikit-dikit. Udah jangan songong jadi orang!" Omel Asta.

Galuh yang melihat perdebatan itu hanya menghela nafasnya, sedang Senja hanya menatap keduanya dengan wajah datar.

"urang teh ngomong na ge jeung Senja. Lain maneh, (Saya juga ngomong sama Senja. Bukan kamu)" celetuk Gafi.

"Udah jangan debat terus. Gua sama Galuh. Gua rasa, Asta lebih cocok diajarin sama lu. Gua juga lebih paham kalo sama Galuh. Bukan gua enggak mau. Tapi, gua juga bukan orang yang bisa diskusi leluasa sama orang baru," jelas Senja.

Gafi menatap gadis itu dengan senyum tipisnya, "Terus kalo saya sama temen kamu itu, diskusi saya bakal berjalan lancar gitu? Aya nage debat we, (Yang ada debat terus)" ujar Gafi. 

Galuh membenarkan ucapan Gafi, "Bener juga yang lu bilang, Fi. Yaudah gimana kalo lu sama gua aja, kaga perlu di debatin lagi kan?" Lerai Galuh.

"Teu asik pisan, urang rembukan jeung Galuh, (Enggak asik banget, saya diskusi sama Galuh)" monolog Gafi pelan. Tapi, masih bisa didengar. 

"Terus lu maunya apa?! Susah banget sih, satu kelompok sama lu. Jangan lu pikir gua ga tau lu ngomong apa!" Omel Asta.

Senja juga sudah memasang wajah kesalnya. "Udah, Ta. Enggak usah diladenin. udah kita kerjain aja bareng-bareng. Kalo dibagi kayak tadi, enggak akan selesai-selesai," seloroh Senja.

"Yaudah, saya mending ke kantin. Ga butuh bantuan saya kan?" 

"Gua udah sabar ya dari tadi! Tapi kok lu ngelunjak?" Kesal Senja yang menunjuk laki-laki tengil itu.

Gafi tersenyum tipis, melihat gadis itu kesal. Entah kenapa rasanya menyenangkan.

Bab terkait

  • Rahasia Senja    03 Rahasia Senja

    _"Padahal mereka hanya mendengar dari katanya, dan bukan nyatanya. Tapi, mereka seakan memahami bahwa hal itu benar adanya."_ ~~~ Setelah berdebat panjang dengan laki-laki bernama Daniyal Haidar Gafi. Membuat Senja naik darah. Meskipun, laki-laki itu sudah mengakui kesalahannya. Tetap saja kelakuan Gafi jika, diingat terlalu sesuka hati. "Ke kantin, yuk?" Ajak Asta yang sudah merapihkan bajunya. Senja menganggukkan kepalanya. Kelas 10 MIPA 2 sudah terlihat sepi. Keduanya berjalan meninggalkan kelas. Di sepanjang koridor, tatapan mata semua siswa-siswi tertuju padanya. "Itu kan si Senja, yang jadi PHO kan?Katanya juga dari keluarga broken home, baru tau gua. Ternyata keluarganya udah ga u

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-30
  • Rahasia Senja    04 Rahasia Senja

    _"Saat kita sudah terlihat buruk dimata orang lain. Di saat itu pula, kita harus siap mendengar ucapan yang menyakitkan dan tatapan yang tidak menyenangkan."_ ~~~ Senja berjalan terus menuju kamar mandi, untuk membasuh wajahnya yang terasa memanas. "Senja!!!" Teriakan itu membuat Senja menghentikan langkahnya. Menatap Asta yang berkeringat. Sepertinya gadis itu dari tadi mencarinya. "Lu kemana aja? Malah narik Gafi. Terus gua ditinggal. Untung tadi ketemu Gafi. Jadi, gua tanya sama tuh cowok," cerocos Asta tanpa henti. Senja tidak menyahuti ocehan Asta. Gadis itu memilih memasuki toilet yang tanpa sadar diikuti oleh Asta, masih dengan ocehannya. Toilet bercat abu itu terlihat elegan. Terdapat tiga bilik yang terbuat dari k

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-30
  • Rahasia Senja    05 Rahasia Senja

    _"Sikapnya terkadang menyebalkan. Tapi, dia mau membela orang yang terbully."_ ~~~ Senja sudah berjalan keluar koridor. Gadis itu sudah melepas kuncirannya. Menaruh kunciran di lengannya. Banyak mata yang menatap gadis itu sinis. Tapi, Senja sebisa mungkin tidak emosi. Gadis berambut bergelombang sebahu itu berjalan sendirian. Karena, sahabatnya sudah keluar terlebih dahulu. Rangkulan di pundak Senja membuatnya terkejut dan menatap laki-laki tinggi itu, yang tersenyum ke arahnya. "Kenapa?" Tanyanya. Gadis itu tersenyum tipis. Menampilkan lesung pipinya meski hanya sedikit. "Gapapa. Mau kemana?" Tanya balik Senja. Kin

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • Rahasia Senja    06 Rahasia Senja

    _"Masalah datang tanpa diduga."_~~~ Sesampainya di atas. Terlihat begitu simple. Kursi tertata sedemikian rupa. Dengan meja bulat berisi kursi untuk empat orang. Karena, hari ini kafe itu lumayan ramai. Mereka berempat akhirnya memilih tempat yang ada paling ujung. Gaya modern kekinian begitu terasa di kafe kenangan itu. Untuk bagian lantai dua merupakan kafe outdoor. Lebih terlihat alami. Dinding-dinding kafe terlihat seperti batu bata asli. Padahal, itu hanya wallpaper biasa. Di dinding itu juga terpasang bingkai tulisan motivasi dan sejenisnya. "Urang teh, henteu resep sebenernya. Kalo harus kerja kelompok di dieu," ujar Gafi yang sudah menatap Senja intens. Setelah mereka berempat duduk di bangku paling pojok. Kerutan di dahi Senja terl

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-10
  • Rahasia Senja    07 Rahasia Senja

    _"Terkadang, apa yang kita harapkan tidak berjalan dengan baik."_~~~ Kepulan asap berbau tembakau itu, menari mengerumuni beberapa orang yang sedang duduk santai di atas meja tak terpakai. Bangunan yang sudah terbengkalai di belakang sekolah, terlihat begitu berantakan. Kursi yang sudah rusak tergeletak begitu saja. Tembok di sekeliling bangunan terlihat penuh dengan coretan. Wajah dingin terlihat jelas, rahang tegasnya menampilkan amarah yang tertahan. Laki-laki dengan penampilan acak-acakan itu sedang asik menyesap rokoknya. Sedangkan beberapa orang lainnya saling bercengkraman. "Eh, Van. Muka lu napa ditekuk gitu?" Tanya laki-laki botak itu sambil merangkul leher lawan bicaranya. "Kita harus pantau terus, pelaku yang nyebarin berita

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • Rahasia Senja    08 Rahasia Senja

    _"Terkadang membahagiakan seseorang yang kita sayang, bisa dengan cara sederhana."_~~~"Nja," panggilan itu memotong ucapan Senja. Keduanya menatap sumber suara. Yang ternyata laki-laki dengan baju basketnya. Siapa lagi kalau bukan Aldi.Tatapan tajam dari Gafi terarah ke laki-laki yang berada tepat di belakang Senja. Rasa kesalnya masih terasa sampai saat ini."Aldi? Kok kamu tau aku di sini?" Tanya Senja. Ucapan gadis itu terdengar oleh pendengaran Gafi. Membuatnya berdecak kesal.Aldi tersenyum membuat matanya semakin menyipit. "Dari Asta. Aku tanya soal kamu ke dia. Yuk pulang," ujar Aldi sambil menyentuh jari-jemari Senja dengan lembut.Senja memikirkan ucapan laki-laki bermata sipit itu. Mana mungkin Asta

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-13
  • Rahasia Senja    09 Rahasia Senja

    _"Apa yang menurut kita benar, belum tentu benar di mata orang lain."_~~~Aldi sudah menatap nasi goreng buatannya yang tidak terlihat buruk. Senyum lebarnya kini terpancar dengan jelas. Laki-laki sipit itu sedang duduk di meja makan yang terdapat enam kursi. Meja berbentuk oval itu terbuat dari kayu yang atasnya terdapat kaca.Tangan besarnya kini mengambil buah berwarna merah. Rumah ini terlihat begitu sepi, dan baru kali ini Aldi menginjakkan kakinya di dalam rumah Senja. Biasanya, hanya sampai parkiran saja. Foto-foto terpajang rapih di dinding. Ada juga yang tersusun di sudut meja.Tatapan Aldi terarah pada satu orang anak laki-laki yang sepertinya, ia mengenali wajah itu. Tapi, perasaannya berkata itu tidak mungkin. Bisa saja, ia salah orang. Karena, di sekolah pun keduanya tidak saling berinteraksi

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17
  • Rahasia Senja    10 Rahasia Senja

    "Semua rencana butuh proses, yang tertata, tersusun dan yang terpenting tidak tergesa-gesa."~~~ Pagi itu cuaca terlihat begitu cerah. Jalanan Ibukota Jakarta terasa begitu ramai. Klakson kendaraan saling bersautan. Laki-laki bermata coklat gelap berbentuk almond itu sedang berdesak-desakan di dalam kendaraan umum. Motornya mogok. Karena, semalam ia terjebak banjir dan terpaksa menerobos. Mengakibatkan mesin motornya mati. Sialnya lagi, ia harus mendorong motornya sampai rumah. Rasa pegal di kakinya semakin terasa. Sejak semalam ia harus jalan sejauh itu, ditambah lagi hujan cukup deras. Sekarang harus berdiri berhimpitan seperti ini. Rasanya kakinya ingin lepas. Seharusnya ia sudah bisa menempuh waktu 15 menit untuk sampai di sekolahny

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-18

Bab terbaru

  • Rahasia Senja    27 Rahasia Senja

    _"Perlakuan sederhana terkadang membuat bahagia."_~~~Cuaca begitu mendukung untuk beraktivitas di hari libur. Termasuk gadis berambut cepol dengan setelan traningnya. Senja baru saja selesai melakukan yoga. Helaan nafasnya terdengar, peluh yang membanjiri wajahnya begitu terlihat. Gadis itu menengguk botol minum berisi air mineral hingga 'tak tersisa.Bunyi ponsel terdengar nyaring. Senja melirik sebentar ke arah benda pipih yang tergeletak manis di atas meja belajarnya. Selesai menyimpan botol minum, dan mengelap keringatnya ia langsung meraih benda itu. Senyum yang menampilkan lesungnya, kini muncul begitu dalam.Gadis itu langsung menarik handuk, yang tergantung rapih di dekat pintu. Setelah melihat pesan yang entah dari siapa, gadis itu langsung bergegas mandi. Mungkin orang spesial yang akan datang.Sudah hampir setengah jam, akhirnya Senja se

  • Rahasia Senja    26 Rahasia Senja

    _"Hidup itu tidak selalu berjalan dengan mulus. Pasti, selalu ada masalah dalam hidup. Masalah ringan, sedang, hingga masalah yang begitu rumit. Tapi, semua itu punya jalan keluarnya."_~~~"Ikut gua!"Suara berat, membuat gadis berambut pirang itu menatap ketiga orang dihadapannya dengan tatapan aneh."Mau apa sih lu?! Punya urusan sama gua?""Udah lah, lu engga usah banyak bacot!" Bentak laki-laki berkulit sawo matang itu."Ngapain sih?! Gua ga mau!" Berontak gadis itu.Namun, laki-laki bertubuh tinggi itu menyuruh kedua temannya membawa paksa Viola."Bagas!!! Lu mau ngapain gua?"Laki-laki yang dipanggil Bagas itu hanya mengedikan pundaknya, dan berjalan mengikuti kedua temannya itu.Viola, gadis itu mencoba melepas cengkraman kuat dari kedua kakak kelasnya. Namun

  • Rahasia Senja    25 Rahasia Senja

    _"Apa yang kita pikirkan benar, belum tentu benar. Bahkan, bisa saja yang kita anggap tindakan yang benar ternyata malah sebaliknya. Sebuah kesalahan."_~~~Hujan sore di ibukota Jakarta terlihat begitu deras. Awan yang tadinya cerah, kini terlihat begitu gelap. Seharusnya semua siswa-siswi SMA GARUDA sudah pulang sejak sejam yang lalu. Namun, mereka harus menetap di ruang kelas menunggu hujan mereda."Ta, gua perlu ngomong sama lu."Ucapan itu membuyarkan lamunan Asta. Suara berat dan khas itu, menyadarkan Asta bahwa bukan lagi Senja yang duduk di sebelahnya, melainkan Galuh."Hem..."Galuh langsung duduk di sebelah gadis itu, tadi ia meminta Senja untuk berpindah tempat duduk sebentar selagi gadis itu menunggu dijemp

  • Rahasia Senja    24 Rahasia Senja

    _"Apa pun perkataan orang lain, tidak perlu kita hiraukan. Jika itu hanya melukai diri kita. Dengarkan saja yang perlu didengar, anggap angin lalu yang tidak perlu untuk didengar."_~~~Suara riuh terdengar begitu gaduh di kelas IPA 2. Senja yang berjalan dengan penampilan yang sangat berantakan, melewati beberapa temannya yang menatapnya dengan sinis.Cangkang telur serta putih telur bercampur dengan kuningnya, bertengger manis di rambut sebahu gadis itu. Aroma menyengat menusuk indra penciuman semua orang yang ada di dalam ruang kelas.Galuh hanya mengekor dari belakang, sedangkan Gafi hanya diam duduk di kursinya. Laki-laki bermata almond itu tidak lepas memandang Senja yang terlihat tidak baik-baik saja."Bau banget badan lu, Nja. Bikin kelas bau busuk! Bersihin dul

  • Rahasia Senja    23 Rahasia Senja

    _"Orang yang kita anggap akan ada dipihak kita ternyata sama saja dengan yang lain. Rasa kecewa itu benar-benar terasa, menyakitkan."_~~~"Enggak perlu lu anter. Gua kesini sama supir," ujar gadis berambut hitam itu. Sejak Revan dan yang lainnya pergi, keduanya sudah memutuskan untuk duduk di trotoar dekat penjual minuman dingin keliling dan tukang somay."Maneh teh kunaon, sewot terus sama urang? Urang teh punya salah kitu?" Tanya Gafi.Senja menghela nafasnya, ditatap laki-laki yang tingginya 176 cm itu. Memang Gafi tidak pernah melakukan kesalahan. Tapi bagi Senja, laki-laki itu memang harus ia jauhin. Lebih tepatnya jangan sampai berurusan dengan laki-laki dihadapannya ini."Lu enggak punya salah. Gua harap, ucapan gua di sekolah bisa lu lakuin ya? Gua enggak mau p

  • Rahasia Senja    22 Rahasia Senja

    _"Kecewa itu......"_~~~Beberapa menit setelah Gafi meninggalkan rumah Arya. Keempat anak remaja itu asik dengan kartu dan cemilan di atas meja. Sesekali umpatan-umpatan kasar keluar dari bibir mereka."Sial! Kalah lagi gua!" Celetuk Arya.Tama hanya tertawa merasa senang, karena sejak tadi Arya selalu kalah. "Udah, lu mending maen barbie aja," ledek Banu.Hal itu membuat Arya berdecak kesal, dan melempar batal tepat ke wajah tampan laki-laki itu. "Lu kira gua cowok apaan?" Kesalnya.Banu tertawa sambil memegang perutnya yang terasa kram. "Cowok jadi-jadian hahahaha,""Si anjir! Lu kalo ngomong, perlu gua sumpel mulut lu ya?" Omel Arya."Haha

  • Rahasia Senja    21 Rahasia Senja

    _"Apa yang kita lakukan, belum tentu orang lain menyukainnya."_~~~Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi. Gafi sudah duduk di atas motornya. Motor pespa berwarna kream yang jarang ia gunakan. Akhirnya, hari ini ia gunakan.Pandangan tajamnya tidak lepas dari siswa-siswi yang berlalu lalang. Laki-laki berbulu mata lentik itu terlihat sedang menunggu seseorang."Dia aman, ga ada yang bakal macem-macem sama Senja. Kalo dia lagi sama Aldi." Gafi langsung menatap gadis berambut cepol itu dengan alis yang saling bertaut."Dia udah punya pacar, jadi lu ga usah terlalu jagain Senja. Bagi dia, lu cuma orang asing. Mending lu dengerin apa yang dia bilang, jauhin dia. Kalo lu makin deketin dia, masalah Senja makin nambah," lanjut gadis itu.Helaan nafas Gafi bisa dilihat oleh gadis berhidung mancung itu. "Kenapa maneh atau Senja, suka nyuruh urang teh

  • Rahasia Senja    20 Rahasia Senja

    _"Kehilangan seorang sahabat yang begitu berarti, untuk kesekian kalinya."_~~~Jam istirahat sudah terdengar seantero sekolah. Membuat semua siswa-siswi SMA Garuda saling berhamburan. Berbeda dengan hari biasanya, kelas 10 IPA 2 kembali terdengar gaduh."Eh! Lu harus tanggung jawab!" Bentak perempuan berambut bob itu."Tanggung jawab apa lagi?""Jangan mentang-mentang dompetnya udah balik, lu ngelupain gitu aja!" Ujar gadis bernama Anya.Senja menghela nafasnya, Asta ternyata memilih berlalu dari bangkunya meninggalkan Senja begitu saja. Padahal, Senja berharap Asta membelanya."Gua enggak ngelupain kejadian tadi. Tapi, gua emang enggak ngerasa harus bertanggung jawab," jelas Senja.Anya melipat kedua tangannya di dada. "Jelas-jelas dompetnya ada di elo! Emang kita belum buktiin lewat cctv. Tapi bagi gua, bu

  • Rahasia Senja    19 Rahasia Senja

    _"Tuduhan itu belum tentu benar adanya. Kebanyakan orang langsung percaya dengan ucapan orang lain. Tapi, mereka lupa tentang apa yang mereka lihat."_~~~Pagi cerah di hari Kamis. Udara segar berhembus lembut pagi ini. Seragam bercorak batik berwarna abu-abu terpasang rapih di tubuh masing-masing siswa-siswi di SMA Garuda.Riuh suasana koridor terdengar gaduh. Laki-laki berambut belah tengah itu tidak ambil pusing dengan keributan yang terjadi. Ia memilih berlalu dan memasuki kelas IPA 2.Keadaan kelas terlihat sepi. Hanya ada Senja yang sedang membaca novel bersampul pink dan kedua daun telinganya terselip AirPods. Senja tenggelam dengan dunianya sampai tidak sadar dengan tatap Gafi.Sejak gadis itu pingsan, Gafi tidak mengajak gadis itu berbicara

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status