Beranda / Lainnya / Rahasia Senja / 08 Rahasia Senja

Share

08 Rahasia Senja

Penulis: Iani_p
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-13 15:08:14

_"Terkadang membahagiakan seseorang yang kita sayang, bisa dengan cara sederhana."_

~~~

"Nja," panggilan itu memotong ucapan Senja. Keduanya menatap sumber suara. Yang ternyata laki-laki dengan baju basketnya. Siapa lagi kalau bukan Aldi.

Tatapan tajam dari Gafi terarah ke laki-laki yang berada tepat di belakang Senja. Rasa kesalnya masih terasa sampai saat ini. 

"Aldi? Kok kamu tau aku di sini?" Tanya Senja. Ucapan gadis itu terdengar oleh pendengaran Gafi. Membuatnya berdecak kesal.

Aldi tersenyum membuat matanya semakin menyipit. "Dari Asta. Aku tanya soal kamu ke dia. Yuk pulang," ujar Aldi sambil menyentuh jari-jemari Senja dengan lembut.

Senja memikirkan ucapan laki-laki bermata sipit itu. Mana mungkin Asta bisa memberitahu laki-laki di sebelahnya itu? Handphone Asta saja mati.

"Kenapa bengong?" 

Suara serak itu membuyarkan lamunan Senja. Ditatapnya laki-laki tinggi itu, yang membuatnya harus mendongak. "Em... Enggak apa-apa kok. Yaudah, ayok. Gafi, gua duluan ya?" Ujar Senja.

Gafi tersenyum singkat ke arah Senja. Namun, saat tatapannya bertemu dengan mata sipit Aldi membuat senyum itu berubah menjadi datar. Bahkan, sorot matanya terlihat seperti pisau yang begitu tajam dan menusuk.

Tatapan mata Gafi tidak beralih sedetik pun. Setiap gerakan keduanya, selalu diawasin oleh mata tajam Gafi. Sampai keduanya menghilang dari pandangan.

"Kenapa, itu orang teh keliatan teu baiknya? Urang teh, ngerasa temen-temen dia bisa ngelukain Senja," gumam Gafi.

Awan kian menghitam. Bahkan, butiran-butiran kecil dari langit mulai berjatuhan. Gafi dengan sigap berdiri dari duduknya dan melangkah dengan tergesa-gesa. 

Telepon genggamnya berbunyi, membuat laki-laki itu menghentikan langkah lebarnya. Merogoh benda pipih yang tersimpan manis di kantung celana abu-abunya itu.

Nomor Tama tertera di layar ponselnya. Laki-laki berambut ikal yang sudah melewati kerah baju itu—Tama, teman semasa kecilnya dulu tau bahwa Gafi pindah ke sekolah dan kota yang sama dengan laki-laki itu.

Pasti laki-laki berkulit sawo matang itu, ingin mengajaknya berkumpul dengan teman-teman sekolah Tama. Karena, kemarin saja Tama sudah memaksanya untuk bergabung dengan teman-temannya.

"Hm... Urang teh, masih di kafe deket sekolah," ujar Gafi yang sudah menerima telepon.

"..."

Gafi menghela nafasnya sebelum menjawab ucapan seseorang di sebrang telepon.

"Oke. Urang otw," jawabnya sambil mematikan teleponnya.

Tatapan matanya mengedar ke penjuru ruangan yang lumayan ramai. Langkah kaki lebar itu, menuju keluar kafe. Angin kencang mulai menembus kulit laki-laki berambut belah tengah itu. 

Hujan yang tadinya hanya rintikan, kini sudah turun dengan begitu derasnya. Gafi menatap sekeliling. Tidak ada siapa pun di luar. Karena, yang lain lebih memilih menunggu di dalam.

"Terobos we lah. Nunggu da pasti lama," gumamnya pada diri sendiri.

Namun, ia ingat sesuatu. Di dalam tasnya ada jas hujan yang sudah ia siapkan semalam, takut-takut hujan turun. Benar saja, hari ini hujan cukup lebat.

Dengan sigap, Gafi membuka resleting tasnya. Mengambil benda yang dapat melindungi dirinya dari terpaan hujan yang begitu turun berbondong-bondong.

Setelah semua melekat ditubuhnya. Gafi, langsung berjalan menerobos dinginnya udara sore menjelang maghrib itu. Parkiran terlihat sepi, hanya ada satu dua orang yang terlihat. 

Laki-laki itu menancapkan kunci motornya, dan membawanya keluar dari area parkir kafe itu. Dengan kecepatan sedang.

•••

"Makasih ya? Kamu mau mampir dulu? Hujannya makin gede," jelas gadis berambut sebahu itu.

Keduanya telah sampai di kediaman Senja. Untung laki-laki beralis tebal itu membawa dua jas hujan. Jadi, keduanya tidak harus basah-basahan.

"Kayaknya, aku pulang aja deh. Biar kamu juga langsung istirahat," jawab Aldi yang sudah turun dari motornya.

Mereka sedang berada di bagasi rumah Senja. Jadi, tidak terkena hujan yang begitu dingin saat bersentuhan dengan kulit wajahnya. "Serius? Masalahnya hujannya makin deres. Aku takut nanti kamu sakit," tutur Senja.

Wajah cantiknya yang basah itu terlihat begitu khawatir. "Ga apa-apa, sayang. Kan, aku pake jas hujan." Tangan besar itu sudah mengelus rambut Senja.

Senyum yang membentuk bulan sabit itu terpancar dari wajah tampan laki-laki jangkung itu. "Ga usah khawatir. Nanti, sampe rumah pasti aku kabarin," lanjutnya.

Senja mengigit bibir bawahnya. Berpikir sebentar, dan menatap ke arah luar. Di mana awan semakin menghitam, suara gemuruh petir juga saling bersautan. Bahkan, angin kencang pun berhembus membuat beberapa pepohonan saling bergerak kesana-kemari.

Rasa khawatirnya semakin dalam. "Kamu temenin aku dulu aja ya? Aku takut," lirih Senja. Matanya menatap lekat mata Aldi.

Jari-jemari Aldi menyelipkan helaian rambut yang menutupi wajah imut gadis dihadapannya. "Takut kenapa?"

"Takut ada petir. Di rumah aku sendiri, bibi lagi pulang kampung. Jadi, aku takut. Kamu mau kan, temenin aku?" Imbuh Senja.

Aldi masih memasang senyumnya. "Oke, no problem."

Senyum yang menampilkan lesung pipi di wajah Senja, membuat wajahnya semakin terlihat mengemaskan bagi Aldi. 

Laki-laki itu tau, sebenarnya Senja bukan takut karena petir atau tinggal sendirian di rumah besar itu. Tapi, gadis itu hanya takut terjadi sesuatu kepada dirinya. Untuk saat ini Aldi mau menuruti kemauan Senja.

"Yaudah, yuk. Kamu bersih-bersih. Aku tunggu kamu di ruang tamu," ajak Aldi.

Senja menganggukkan kepalanya, tangannya kini sudah menggenggam lengan Aldi dengan wajah senangnya. Jarang-jarang Aldi mau menuruti keinginannya.

Meskipun tadi saat pulang sekolah mereka bertengkar. Tapi, itu tidak akan berlangsung lama. Karena, keduanya saling mencoba menjelaskan. Dan di antara keduanya, salah satunya memilih untuk mengalah.

"Kamu ada bahan buat di masak?" Tanya Aldi saat keduanya sudah memasuki rumah Senja. 

Senja menatap laki-laki itu. "Kalo enggak salah, ada sih. Emang kenapa?" Ujar Senja yang diselingi pertanyaan.

"Aku mau masak nasi goreng spesial. Aku jamin, pasti kamu suka," tutur Aldi.

"Beneran? Tapi, engga apa-apa kalo kamu yang masak? Emang kamu enggak capek?" Senja memborbardir Aldi dengan berbagai pertanyaan.

Langkah Aldi terhenti, menatap gadis itu dengan alis yang saling bertautan. "Hem... Ga percaya ya? Yakin, ga mau nyobain masakan aku? Aku ga ngerasa capek. Jadi, kamu ga perlu khawatir. Mending sekarang kamu mandi. Udah bau asem!" Ledek Aldi dengan wajah tengilnya.

Senja reflek memukul lengan laki-laki itu. Aldi mengelus lengannya. Bibir Senja mengerucut begitu saja. "Enggak asem tau! Wangi!! Yaudah aku mau mandi. Masak yang enak ya, sayang!" Ujar Senja dengan senyum manisnya.

Membuat Aldi mencubit pipi gadis itu. "Pasti dong. Biar, pacar aku yang gemesin ini ketagihan," tutur Aldi.

Tangan mungil itu menyentuh pipi Aldi yang tegas itu. "Kalo aku ketagihan sama masakan kamu, siap-siap aja. Aku bakal minta dibuatin bekel sama kamu tiap hari! Wleee," tukas Senja. 

Tangannya yang tadinya hanya menyentuh pipi Aldi. Kini, sudah menarik dengan gemas kedua pipi Aldi.

"Aduh... Iya-iya, kalo kamu suka. Aku pasti buatin," balas Aldi yang meringis.

Senja tersenyum dengan wajah berseri-seri. Tidak, sabar dengan masakan pujaan hatinya itu. "Makasih, sayang."

Setelah berkata seperti itu. Senja langsung meninggalkan Aldi yang terpaku dengan tingkah Senja. Rasa bahagia di hati Aldi begitu terasa hari ini. Karena, untuk pertama kalinya Senja akan memakan masakannya.

"Semoga kamu suka," gumam Aldi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Rahasia Senja    09 Rahasia Senja

    _"Apa yang menurut kita benar, belum tentu benar di mata orang lain."_~~~Aldi sudah menatap nasi goreng buatannya yang tidak terlihat buruk. Senyum lebarnya kini terpancar dengan jelas. Laki-laki sipit itu sedang duduk di meja makan yang terdapat enam kursi. Meja berbentuk oval itu terbuat dari kayu yang atasnya terdapat kaca.Tangan besarnya kini mengambil buah berwarna merah. Rumah ini terlihat begitu sepi, dan baru kali ini Aldi menginjakkan kakinya di dalam rumah Senja. Biasanya, hanya sampai parkiran saja. Foto-foto terpajang rapih di dinding. Ada juga yang tersusun di sudut meja.Tatapan Aldi terarah pada satu orang anak laki-laki yang sepertinya, ia mengenali wajah itu. Tapi, perasaannya berkata itu tidak mungkin. Bisa saja, ia salah orang. Karena, di sekolah pun keduanya tidak saling berinteraksi

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17
  • Rahasia Senja    10 Rahasia Senja

    "Semua rencana butuh proses, yang tertata, tersusun dan yang terpenting tidak tergesa-gesa."~~~ Pagi itu cuaca terlihat begitu cerah. Jalanan Ibukota Jakarta terasa begitu ramai. Klakson kendaraan saling bersautan. Laki-laki bermata coklat gelap berbentuk almond itu sedang berdesak-desakan di dalam kendaraan umum. Motornya mogok. Karena, semalam ia terjebak banjir dan terpaksa menerobos. Mengakibatkan mesin motornya mati. Sialnya lagi, ia harus mendorong motornya sampai rumah. Rasa pegal di kakinya semakin terasa. Sejak semalam ia harus jalan sejauh itu, ditambah lagi hujan cukup deras. Sekarang harus berdiri berhimpitan seperti ini. Rasanya kakinya ingin lepas. Seharusnya ia sudah bisa menempuh waktu 15 menit untuk sampai di sekolahny

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-18
  • Rahasia Senja    11 Rahasia Senja

    _"Saat orang lain memperlakukan kita secara tidak baik. Bukan berarti, kita melakukan hal yang sama."_~~~Hening tercipta di dalam kelas 10 IPA 2. Sampai suara tegas, menginterupsi ruangan persegi itu."Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh. Selamat pagi semuanya," sapa guru berkacamata tebal itu."Waalaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh. Selamat pagi bu," serempak siswa-siswi di kelas."Baik semuanya. Kumpulkan tugas kelompok kemarin. Untuk tugas kelompok itu, kita bahas minggu depan!"Gafi yang sudah menyatukan semua lembaran soal di kelompoknya, langsung memberikan lembaran tugas itu ke Senja.Gadis berlesung pipi itu tanpa berkata apa pun langsung berdiri meletakkan tugasnya di atas meja. "Oh iya Senja! Bisa bantu ibu?" Tanya Indah, guru fisika itu.Senja menganggukkan kepalanya. "Tolong, ambilkan buku

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • Rahasia Senja    12 Rahasia Senja

    _"Terkadang emosi memenuhi pikiran. Mengakibatkan emosi yang tidak stabil."_~~~ Suara bising di kantin terdengar begitu riuh. Ada yang berebut antrian. Ada yang tertawa terbahak-bahak. Karena, lelucon salah satu di antara mereka. Ada juga yang menjadikan kantin tempat konser dadakan. "Bang. Gorengan satu, ya! Duitnya gua taro meja!" Teriak Revan—biang onar di sekolah. Penampilannya terbilang berantakan. Dasi yang tidak ada di kerah bajunya. Bahkan, baju kemeja putih berlogo SMA itu sudah keluar kesana-sini. Terlebih lagi, laki-laki bermata tajam bagaikan pisau itu hanya membayar gorengan seharga seribu rupiah. Padahal, Revan mengambil gorengan dua buah. "Gimana? Udah dapet infonya?" Revan sudah duduk di antara sahabat-sahabatnya, di paling ujung kantin. "Belum, Van. Hari ini aja, ga ada yang nyoba ngebully Senja. Keliatannya har

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-25
  • Rahasia Senja    13 Rahasia Senja

    _"Kita tidak akan mudah untuk bisa mengubah pandangan buruk orang lain, terhadap diri kita sendiri."_~~~Suasana di koridor dekat ruang BK terlihat ramai. Semua siswa-siswi saling berbondong-bondong memperhatikan dua siswa yang wajahnya sudah babak belur, dan ketiga teman Revan yang memasang wajah masamnya."Lu liat sendiri, pan? Revan yang berantem, mereka bertiga kena imbasnye. Lu masih mau temenan sama mereka?" Ujar laki-laki berkacamata minus itu.Gafi yang sedang berdiri duduk di pinggir lapangan, dengan bola voli ditangannya. "Nanti lu kebawa jeleknya," lanjut Galuh yang menepuk pundak kokoh laki-laki tinggi itu."Revan berantem, pasti ada sebabnya. Urang teh, tetep mau jadi temen mereka," jawab Gafi."Terserah, lo aja dah! Tapi inget, Fi. Sekalipun mereka baik, di mata orang lain mereka udah buruk. Lu kaga bisa ubah

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-01
  • Rahasia Senja    14 Rahasia Senja

    _"Cemburu berlebihan itu tidak baik."_~~~Suara riuh kian memenuhi tribun penonton. Di karenakan, sore ini sepulang sekolah diadakan pertandingan latihan basket. Banyak siswa-siswi yang saling bersorak menyebutkan pemain yang mereka dambakan.Sama seperti Senja, yang meneriaki nama Aldi dengan semangat. Sedangkan Asta, gadis bermata coklat gelap itu sibuk menatap lapangan voli yang bersebelahan dengan lapangan basket SMA Garuda itu."Nja!" Teriak Asta."Kenapa, Ta?" Tanya Senja.Gadis berkuncir kuda itu langsung duduk di kursinya. Menatap Asta yang juga sedang menatapnya. "Gafi, ikut eskul voli?"Mendengar penuturan sahabatnya, mata Senja mulai mengedarkan pandangannya dan benar saja. Laki-laki bermata almond itu sedang berbaris dengan anggota eskul voli yang lain."Iya mungkin. Emang kena

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-02
  • Rahasia Senja    15 Rahasia Senja

    _"Dibandingkan itu rasanya tidak menyenangkan."_~~~Mobil abu-abu Porsche Macan 2.0. terparkir manis di bagasi rumah Senja. Bersebelahan dengan motor vespa berwarna putih coklat itu. Helaan nafasnya berhembus bersamaan dengan dinginnya sore itu.Langkah kaki gadis itu, menginjak anak tangga satu persatu dihadapannya. Pintu kayu berwarna putih kini, sudah berada tepat dihadapannya. Jari jemari lentik itu, mulai membuka knop pintu dengan perlahan.Sambutan suara bising terdengar begitu nyaring di ruang tengah. Gadis berhodie itu menghela nafasnya. Langkahnya semakin cepat, sampai mata indahnya itu menangkap sosok yang tidak begitu asing yang sedang berdebat hebat."Sampai kapan, hah?! Sampai kapan kamu mau buat mama kesulitan, Van?" Suara itu terdengar begitu frustasi da

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-04
  • Rahasia Senja    16 Rahasia Senja

    _"Cemburu tanpa status itu tidak mengenakan."_~~~ Pagi itu cuaca begitu mendukung, untuk kegiatan pelajaran olahraga kelas 10 IPA 2. Semua murid sudah berbaris di lapangan mendengarkan instruksi dari Pak Sanusi—guru olahraga. Guru berbadan tegap bak atlet itu sedang memberikan arahan. "Baik semuanya. Bapak, akan mengambil nilai. Hari ini, pengambilan nilai voli. Yang saya sebut namanya, nanti baris ke samping di sebelah sana," jelas Pak Sanusi. Semuanya menganggukkan kepalanya. "Yang mau latihan, bisa berada di sisi lapangan sebelah kiri saya. Oke, siap semuanya?" "Siap, Pak!" Jawab mereka serempak. Semuanya bubar, berhamburan dari barisan. Ada yang duduk-duduk santai di pinggir lapangan. Ada

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-06

Bab terbaru

  • Rahasia Senja    27 Rahasia Senja

    _"Perlakuan sederhana terkadang membuat bahagia."_~~~Cuaca begitu mendukung untuk beraktivitas di hari libur. Termasuk gadis berambut cepol dengan setelan traningnya. Senja baru saja selesai melakukan yoga. Helaan nafasnya terdengar, peluh yang membanjiri wajahnya begitu terlihat. Gadis itu menengguk botol minum berisi air mineral hingga 'tak tersisa.Bunyi ponsel terdengar nyaring. Senja melirik sebentar ke arah benda pipih yang tergeletak manis di atas meja belajarnya. Selesai menyimpan botol minum, dan mengelap keringatnya ia langsung meraih benda itu. Senyum yang menampilkan lesungnya, kini muncul begitu dalam.Gadis itu langsung menarik handuk, yang tergantung rapih di dekat pintu. Setelah melihat pesan yang entah dari siapa, gadis itu langsung bergegas mandi. Mungkin orang spesial yang akan datang.Sudah hampir setengah jam, akhirnya Senja se

  • Rahasia Senja    26 Rahasia Senja

    _"Hidup itu tidak selalu berjalan dengan mulus. Pasti, selalu ada masalah dalam hidup. Masalah ringan, sedang, hingga masalah yang begitu rumit. Tapi, semua itu punya jalan keluarnya."_~~~"Ikut gua!"Suara berat, membuat gadis berambut pirang itu menatap ketiga orang dihadapannya dengan tatapan aneh."Mau apa sih lu?! Punya urusan sama gua?""Udah lah, lu engga usah banyak bacot!" Bentak laki-laki berkulit sawo matang itu."Ngapain sih?! Gua ga mau!" Berontak gadis itu.Namun, laki-laki bertubuh tinggi itu menyuruh kedua temannya membawa paksa Viola."Bagas!!! Lu mau ngapain gua?"Laki-laki yang dipanggil Bagas itu hanya mengedikan pundaknya, dan berjalan mengikuti kedua temannya itu.Viola, gadis itu mencoba melepas cengkraman kuat dari kedua kakak kelasnya. Namun

  • Rahasia Senja    25 Rahasia Senja

    _"Apa yang kita pikirkan benar, belum tentu benar. Bahkan, bisa saja yang kita anggap tindakan yang benar ternyata malah sebaliknya. Sebuah kesalahan."_~~~Hujan sore di ibukota Jakarta terlihat begitu deras. Awan yang tadinya cerah, kini terlihat begitu gelap. Seharusnya semua siswa-siswi SMA GARUDA sudah pulang sejak sejam yang lalu. Namun, mereka harus menetap di ruang kelas menunggu hujan mereda."Ta, gua perlu ngomong sama lu."Ucapan itu membuyarkan lamunan Asta. Suara berat dan khas itu, menyadarkan Asta bahwa bukan lagi Senja yang duduk di sebelahnya, melainkan Galuh."Hem..."Galuh langsung duduk di sebelah gadis itu, tadi ia meminta Senja untuk berpindah tempat duduk sebentar selagi gadis itu menunggu dijemp

  • Rahasia Senja    24 Rahasia Senja

    _"Apa pun perkataan orang lain, tidak perlu kita hiraukan. Jika itu hanya melukai diri kita. Dengarkan saja yang perlu didengar, anggap angin lalu yang tidak perlu untuk didengar."_~~~Suara riuh terdengar begitu gaduh di kelas IPA 2. Senja yang berjalan dengan penampilan yang sangat berantakan, melewati beberapa temannya yang menatapnya dengan sinis.Cangkang telur serta putih telur bercampur dengan kuningnya, bertengger manis di rambut sebahu gadis itu. Aroma menyengat menusuk indra penciuman semua orang yang ada di dalam ruang kelas.Galuh hanya mengekor dari belakang, sedangkan Gafi hanya diam duduk di kursinya. Laki-laki bermata almond itu tidak lepas memandang Senja yang terlihat tidak baik-baik saja."Bau banget badan lu, Nja. Bikin kelas bau busuk! Bersihin dul

  • Rahasia Senja    23 Rahasia Senja

    _"Orang yang kita anggap akan ada dipihak kita ternyata sama saja dengan yang lain. Rasa kecewa itu benar-benar terasa, menyakitkan."_~~~"Enggak perlu lu anter. Gua kesini sama supir," ujar gadis berambut hitam itu. Sejak Revan dan yang lainnya pergi, keduanya sudah memutuskan untuk duduk di trotoar dekat penjual minuman dingin keliling dan tukang somay."Maneh teh kunaon, sewot terus sama urang? Urang teh punya salah kitu?" Tanya Gafi.Senja menghela nafasnya, ditatap laki-laki yang tingginya 176 cm itu. Memang Gafi tidak pernah melakukan kesalahan. Tapi bagi Senja, laki-laki itu memang harus ia jauhin. Lebih tepatnya jangan sampai berurusan dengan laki-laki dihadapannya ini."Lu enggak punya salah. Gua harap, ucapan gua di sekolah bisa lu lakuin ya? Gua enggak mau p

  • Rahasia Senja    22 Rahasia Senja

    _"Kecewa itu......"_~~~Beberapa menit setelah Gafi meninggalkan rumah Arya. Keempat anak remaja itu asik dengan kartu dan cemilan di atas meja. Sesekali umpatan-umpatan kasar keluar dari bibir mereka."Sial! Kalah lagi gua!" Celetuk Arya.Tama hanya tertawa merasa senang, karena sejak tadi Arya selalu kalah. "Udah, lu mending maen barbie aja," ledek Banu.Hal itu membuat Arya berdecak kesal, dan melempar batal tepat ke wajah tampan laki-laki itu. "Lu kira gua cowok apaan?" Kesalnya.Banu tertawa sambil memegang perutnya yang terasa kram. "Cowok jadi-jadian hahahaha,""Si anjir! Lu kalo ngomong, perlu gua sumpel mulut lu ya?" Omel Arya."Haha

  • Rahasia Senja    21 Rahasia Senja

    _"Apa yang kita lakukan, belum tentu orang lain menyukainnya."_~~~Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi. Gafi sudah duduk di atas motornya. Motor pespa berwarna kream yang jarang ia gunakan. Akhirnya, hari ini ia gunakan.Pandangan tajamnya tidak lepas dari siswa-siswi yang berlalu lalang. Laki-laki berbulu mata lentik itu terlihat sedang menunggu seseorang."Dia aman, ga ada yang bakal macem-macem sama Senja. Kalo dia lagi sama Aldi." Gafi langsung menatap gadis berambut cepol itu dengan alis yang saling bertaut."Dia udah punya pacar, jadi lu ga usah terlalu jagain Senja. Bagi dia, lu cuma orang asing. Mending lu dengerin apa yang dia bilang, jauhin dia. Kalo lu makin deketin dia, masalah Senja makin nambah," lanjut gadis itu.Helaan nafas Gafi bisa dilihat oleh gadis berhidung mancung itu. "Kenapa maneh atau Senja, suka nyuruh urang teh

  • Rahasia Senja    20 Rahasia Senja

    _"Kehilangan seorang sahabat yang begitu berarti, untuk kesekian kalinya."_~~~Jam istirahat sudah terdengar seantero sekolah. Membuat semua siswa-siswi SMA Garuda saling berhamburan. Berbeda dengan hari biasanya, kelas 10 IPA 2 kembali terdengar gaduh."Eh! Lu harus tanggung jawab!" Bentak perempuan berambut bob itu."Tanggung jawab apa lagi?""Jangan mentang-mentang dompetnya udah balik, lu ngelupain gitu aja!" Ujar gadis bernama Anya.Senja menghela nafasnya, Asta ternyata memilih berlalu dari bangkunya meninggalkan Senja begitu saja. Padahal, Senja berharap Asta membelanya."Gua enggak ngelupain kejadian tadi. Tapi, gua emang enggak ngerasa harus bertanggung jawab," jelas Senja.Anya melipat kedua tangannya di dada. "Jelas-jelas dompetnya ada di elo! Emang kita belum buktiin lewat cctv. Tapi bagi gua, bu

  • Rahasia Senja    19 Rahasia Senja

    _"Tuduhan itu belum tentu benar adanya. Kebanyakan orang langsung percaya dengan ucapan orang lain. Tapi, mereka lupa tentang apa yang mereka lihat."_~~~Pagi cerah di hari Kamis. Udara segar berhembus lembut pagi ini. Seragam bercorak batik berwarna abu-abu terpasang rapih di tubuh masing-masing siswa-siswi di SMA Garuda.Riuh suasana koridor terdengar gaduh. Laki-laki berambut belah tengah itu tidak ambil pusing dengan keributan yang terjadi. Ia memilih berlalu dan memasuki kelas IPA 2.Keadaan kelas terlihat sepi. Hanya ada Senja yang sedang membaca novel bersampul pink dan kedua daun telinganya terselip AirPods. Senja tenggelam dengan dunianya sampai tidak sadar dengan tatap Gafi.Sejak gadis itu pingsan, Gafi tidak mengajak gadis itu berbicara

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status