Beranda / Lainnya / Rahasia Senja / 04 Rahasia Senja

Share

04 Rahasia Senja

Penulis: Iani_p
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-30 15:56:00

_"Saat kita sudah terlihat buruk dimata orang lain. Di saat itu pula, kita harus siap mendengar ucapan yang menyakitkan dan tatapan yang tidak menyenangkan."_

~~~

Senja berjalan terus menuju kamar mandi, untuk membasuh wajahnya yang terasa memanas.

"Senja!!!" Teriakan itu membuat Senja menghentikan langkahnya.

Menatap Asta yang berkeringat. Sepertinya gadis itu dari tadi mencarinya.

"Lu kemana aja? Malah narik Gafi. Terus gua ditinggal. Untung tadi ketemu Gafi. Jadi, gua tanya sama tuh cowok," cerocos Asta tanpa henti.

Senja tidak menyahuti ocehan Asta. Gadis itu memilih memasuki toilet yang tanpa sadar diikuti oleh Asta, masih dengan ocehannya.

Toilet bercat abu itu terlihat elegan. Terdapat tiga bilik yang terbuat dari kaca yang tidak bisa tembus pandang. Senja menuju wastafel berwarna putih bersih itu.

"Parah banget sih!! Yang nyebarin berita hoax kek gitu. Ga mikir apa, itu salah satu pembullyan. Belum aja gua laporin ke guru!!" Kesal Asta.

Senja masih sibuk membasuh wajahnya. "Terus juga, kenapa pacar lu bukannya ngebela. Malah diem aja, mana mulutnya Tio kayak cewek!" Lanjut Asta.

Hembusan nafas kasar terdengar dari mulut gadis berkuncir kuda itu. "Udah lah, Ta. Enggak perlu di keselin. Itu kan pendapat mereka, yang penting enggak sampe lebih dari itu," jelas Senja.

"Ga bisa gitu lah, Nja. Pembullyan dalam bentuk apapun itu, ga bisa kita maklumin. Nanti jadi kebiasaan. Hal kek gitu juga salah satu yang bikin orang mentalnya ke ganggu," protes Asta dengan wajah kesalnya.

Tidak habis pikir dengan logika Senja yang membuat Asta jadi kesal sendiri. Asta tau gadis ceria di sebelahnya itu tidak seperti rumor yang beredar. Tidak mungkin keluarga Senja seperti apa yang digosipkan.

"Btw... Tadi, lu kenapa narik Gafi gitu aja?"

Senja menatap Asta, bingung dengan tindakannya tadi, dan hal itu hanya reflek semata.

"Emm... Ada hal yang gua pengen omongin sama dia. Makanya, gua tarik. Enggak penting juga, Ta. Mending kita ke kantin! perut gua udah bunyi nih," ujar Senja yang mencoba mengalihkan topik. Gadis itu menarik tangan Asta keluar dari toilet.

Asta hanya menurut. Tanpa mau membahas apapun jika sahabatnya sendiri, tidak mau memperpanjang pembahasan mengenai rumor yang terjadi.

Mereka berdua berjalan beriringan tanpa sepatah katapun, hanya saling berpikir dalam hati. Siapa pelaku yang sudah melakukan hal keji seperti itu.

"Lu mau makan apa, Nja?" Tanya Asta setelah keduanya sudah memasuki area kantin.

"Lu yang mau pesenin? Kalo gitu samain aja, gua cari tempat dulu."

Anggukkan dari Asta, membuat Senja melangkah mencari tempat yang kosong. Akhirnya, Senja mendudukkan bokongnya ke kursi itu. Letaknya berada di paling ujung. Karena, hanya tersisa meja dekat jendela yang memperlihatkan taman sekolah yang luas itu.

Tatapan semua murid yang ada di kantin tertuju ke arah gadis berlesung pipi itu. Namun, sebisa mungkin Senja hiraukan.

"Nih, Nja. Untung ga ngantri." 

Senja menatap Asta yang sudah membawa nampan berisi mie ayam dan es teh manis.

"Risih ga sih? Mata mereka dari tadi natep ke arah kita sinis banget," kesal Asta sambil duduk di hadapan Senja.

"Mau gimana lagi, Ta? Anggapan mereka tentang gua udah jelek. Jadi, mau ga mau harus terbiasa ditatap sinis setiap hari," jelas Senja.

Asta menganggukkan kepalanya. "Bener juga yang lu bilang. Yaudah lah ya. Mending kita makan. Selamat makan, Senja!" Seru Asta yang sudah mengaduk mie ayamnya.

Senja hanya tersenyum. Keduanya melanjutkan aktivitas makannya. Sampai seseorang ikut duduk di bangkunya.

"Semua meja udah penuh. Gua sama Gafi gabung di bangku kalian, kaga nape-nape pan?"

Keduanya menatap laki-laki yang berbicara itu. Siapa lagi kalau bukan Galuh.

"Gapapa. Asal enggak buat onar aja," jawab Senja. Entah kenapa semenjak kejadian di koridor membuatnya kesal dengan laki-laki bermata tajam itu.

"Maneh, nyindir urangnya?" Tanya Gafi sambil menengok ke arah samping dimana Senja duduk bersebelahan dengannya.

"Kalo lu ngerasa. Bagus!" Ujar Senja yang sudah menatap laki-laki yang terlihat bekas lembam di bibirnya.

"Kalo ga penuh meja di kantin ini. Saya males harus semeja sama cewek ketus kek kamu!" Jelas Gafi yang kembali menatap bakso di mejanya dan memasukkan bakso ke dalam mulutnya dengan wajah kesal.

"Udah kalian berdua ribut aja. Mending buruan dihabisin dikit lagi mau bel tuh." Lerai Galuh.

Asta hanya diam, menatap Gafi yang memasang wajah kesal. Di mata Asta laki-laki itu terlihat tampan, membuat gadis itu senyum-senyum sendiri.

Menyadari hal itu Senja menyenggol kaki Asta. "Aduh! Apa sih, Nja?" Tanya Asta sambil meringis.

"Lu ngapain senyum-senyum kayak orang gila gitu?"

Asta terkekeh pelan."Nanti gua ceritain."

Senja hanya menganggukkan kepalanya. "Pulang sekolah. Ngumpul dirumah Senja ya?" Tanya Galuh.

Tatapan Senja terarah ke laki-laki berambut belah tengah itu. "Rumah gua? Enggak deh. Kayaknya, mending dirumah lu aja."

"Rumah gua lagi banyak sodara, jadi kagak bisa. Udah dirumah lu aja sih," putus Galuh.

"Rumah gua juga lagi di renov. Jadi, takut ga konsen," sambung Asta yang ikut bersuara.

Gafi hanya diam sibuk dengan kuah bakso dihadapannya. "Yaudah. Di rumah lu aja ya, Fi?"

Semburan dari mulut Gafi mengenai tangan Senja. "Ohokk... Hah? Rumah urang?" Tanya Gafi sambil menepuk-nepuk dadanya.

"Ishhh.. Jorok banget sih. Gua cuma nanya. Kenapa malah nyembur ke tangan gua?!" Kesal Senja.

Asta terkekeh geli. "Hahaha... Lu lagi pms ya, Nja? Gua liat dari tadi, marah-marah ke Gafi."

"Ya lu coba di sembur gitu, bakal marah ga?" Emosi Senja. Membuat Asta hanya nyengir kuda.

"Hahaha, Senja. Kasian di kasih kuah bakso bau jigong," ledek Galuh dengan tawa renyahnya.

Wajah Senja sudah merah padam. "Berisik!" Tukas Senja

"Sorry. Maneh da tiba-tiba ngomong begitu. Urang teh jadi kaget," ujar Gafi yang sudah selesai meminum air putih entah milik siapa.

Senja hanya diam. Gadis itu mengambil tisu dan membersihkan tangannya. 

"Heh.. lu minum aer gua?" Tanya Galuh.

"Maneh beli lagi gih. Ntar urang yang bayar," jawab Gafi santai.

"Udah-udah. Dari tadi ada aja yang diributin. Mending pikirin lagi, mau kerja kelompok di rumah siapa," lerai Asta.

Senja yang marah karna tersembur kuah bakso, dan Galuh yang air putihnya diminum oleh Gafi. Membuat Asta lelah.

"Jangan di rumah urang. Jarak rumah urang teh ke sekolah jauh. Mending di rumah Senja aja, kayak kesepakatan awal," imbuh Gafi.

"Huuuh. Yaudah, di gua." Pasrah Senja. Daripada harus berdebat lagi.

"Oke. Gua nebeng ya?" Ujar Galuh.

"Lu ngomong ama siapa?" Tanya Asta yang sudah mengernyitkan dahinya.

Galuh menggaruk kepalanya. "Hehe. Siapa aja yang sedia nebengin gua," jawab Galuh yang sudah menatap gadis berambut tergerai itu.

"Maneh teh jalan kaki wae. Biar seger," celetuk Gafi dengan senyum miringnya.

"Lu aja, gua ogah!" Tolak Galuh sambil menunjuk Gafi.

Yang ditunjuk hanya menaikkan kedua bahunya. "Yaudah, Asta sama lu bareng gua aja. Lu bawa kendaraan kan?" Tanya Senja ke Gafi.

"Iya bawa. Nanti urang buntutin dari belakang," jelas Gafi.

"Oke. Awas aja sampe lu kabur!" Tegas Senja sambil menatap laki-laki itu.

"Tenang aja. Urang mah da bisa di percaya. Kalo maneh ga percaya. Maneh bareng urang we," jelas Gafi dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Ga usah. Gua percaya."

Bunyi bel berdering, membuat semua murid saling berhamburan. Termasuk mereka berempat.

Bab terkait

  • Rahasia Senja    05 Rahasia Senja

    _"Sikapnya terkadang menyebalkan. Tapi, dia mau membela orang yang terbully."_ ~~~ Senja sudah berjalan keluar koridor. Gadis itu sudah melepas kuncirannya. Menaruh kunciran di lengannya. Banyak mata yang menatap gadis itu sinis. Tapi, Senja sebisa mungkin tidak emosi. Gadis berambut bergelombang sebahu itu berjalan sendirian. Karena, sahabatnya sudah keluar terlebih dahulu. Rangkulan di pundak Senja membuatnya terkejut dan menatap laki-laki tinggi itu, yang tersenyum ke arahnya. "Kenapa?" Tanyanya. Gadis itu tersenyum tipis. Menampilkan lesung pipinya meski hanya sedikit. "Gapapa. Mau kemana?" Tanya balik Senja. Kin

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • Rahasia Senja    06 Rahasia Senja

    _"Masalah datang tanpa diduga."_~~~ Sesampainya di atas. Terlihat begitu simple. Kursi tertata sedemikian rupa. Dengan meja bulat berisi kursi untuk empat orang. Karena, hari ini kafe itu lumayan ramai. Mereka berempat akhirnya memilih tempat yang ada paling ujung. Gaya modern kekinian begitu terasa di kafe kenangan itu. Untuk bagian lantai dua merupakan kafe outdoor. Lebih terlihat alami. Dinding-dinding kafe terlihat seperti batu bata asli. Padahal, itu hanya wallpaper biasa. Di dinding itu juga terpasang bingkai tulisan motivasi dan sejenisnya. "Urang teh, henteu resep sebenernya. Kalo harus kerja kelompok di dieu," ujar Gafi yang sudah menatap Senja intens. Setelah mereka berempat duduk di bangku paling pojok. Kerutan di dahi Senja terl

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-10
  • Rahasia Senja    07 Rahasia Senja

    _"Terkadang, apa yang kita harapkan tidak berjalan dengan baik."_~~~ Kepulan asap berbau tembakau itu, menari mengerumuni beberapa orang yang sedang duduk santai di atas meja tak terpakai. Bangunan yang sudah terbengkalai di belakang sekolah, terlihat begitu berantakan. Kursi yang sudah rusak tergeletak begitu saja. Tembok di sekeliling bangunan terlihat penuh dengan coretan. Wajah dingin terlihat jelas, rahang tegasnya menampilkan amarah yang tertahan. Laki-laki dengan penampilan acak-acakan itu sedang asik menyesap rokoknya. Sedangkan beberapa orang lainnya saling bercengkraman. "Eh, Van. Muka lu napa ditekuk gitu?" Tanya laki-laki botak itu sambil merangkul leher lawan bicaranya. "Kita harus pantau terus, pelaku yang nyebarin berita

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • Rahasia Senja    08 Rahasia Senja

    _"Terkadang membahagiakan seseorang yang kita sayang, bisa dengan cara sederhana."_~~~"Nja," panggilan itu memotong ucapan Senja. Keduanya menatap sumber suara. Yang ternyata laki-laki dengan baju basketnya. Siapa lagi kalau bukan Aldi.Tatapan tajam dari Gafi terarah ke laki-laki yang berada tepat di belakang Senja. Rasa kesalnya masih terasa sampai saat ini."Aldi? Kok kamu tau aku di sini?" Tanya Senja. Ucapan gadis itu terdengar oleh pendengaran Gafi. Membuatnya berdecak kesal.Aldi tersenyum membuat matanya semakin menyipit. "Dari Asta. Aku tanya soal kamu ke dia. Yuk pulang," ujar Aldi sambil menyentuh jari-jemari Senja dengan lembut.Senja memikirkan ucapan laki-laki bermata sipit itu. Mana mungkin Asta

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-13
  • Rahasia Senja    09 Rahasia Senja

    _"Apa yang menurut kita benar, belum tentu benar di mata orang lain."_~~~Aldi sudah menatap nasi goreng buatannya yang tidak terlihat buruk. Senyum lebarnya kini terpancar dengan jelas. Laki-laki sipit itu sedang duduk di meja makan yang terdapat enam kursi. Meja berbentuk oval itu terbuat dari kayu yang atasnya terdapat kaca.Tangan besarnya kini mengambil buah berwarna merah. Rumah ini terlihat begitu sepi, dan baru kali ini Aldi menginjakkan kakinya di dalam rumah Senja. Biasanya, hanya sampai parkiran saja. Foto-foto terpajang rapih di dinding. Ada juga yang tersusun di sudut meja.Tatapan Aldi terarah pada satu orang anak laki-laki yang sepertinya, ia mengenali wajah itu. Tapi, perasaannya berkata itu tidak mungkin. Bisa saja, ia salah orang. Karena, di sekolah pun keduanya tidak saling berinteraksi

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17
  • Rahasia Senja    10 Rahasia Senja

    "Semua rencana butuh proses, yang tertata, tersusun dan yang terpenting tidak tergesa-gesa."~~~ Pagi itu cuaca terlihat begitu cerah. Jalanan Ibukota Jakarta terasa begitu ramai. Klakson kendaraan saling bersautan. Laki-laki bermata coklat gelap berbentuk almond itu sedang berdesak-desakan di dalam kendaraan umum. Motornya mogok. Karena, semalam ia terjebak banjir dan terpaksa menerobos. Mengakibatkan mesin motornya mati. Sialnya lagi, ia harus mendorong motornya sampai rumah. Rasa pegal di kakinya semakin terasa. Sejak semalam ia harus jalan sejauh itu, ditambah lagi hujan cukup deras. Sekarang harus berdiri berhimpitan seperti ini. Rasanya kakinya ingin lepas. Seharusnya ia sudah bisa menempuh waktu 15 menit untuk sampai di sekolahny

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-18
  • Rahasia Senja    11 Rahasia Senja

    _"Saat orang lain memperlakukan kita secara tidak baik. Bukan berarti, kita melakukan hal yang sama."_~~~Hening tercipta di dalam kelas 10 IPA 2. Sampai suara tegas, menginterupsi ruangan persegi itu."Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh. Selamat pagi semuanya," sapa guru berkacamata tebal itu."Waalaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh. Selamat pagi bu," serempak siswa-siswi di kelas."Baik semuanya. Kumpulkan tugas kelompok kemarin. Untuk tugas kelompok itu, kita bahas minggu depan!"Gafi yang sudah menyatukan semua lembaran soal di kelompoknya, langsung memberikan lembaran tugas itu ke Senja.Gadis berlesung pipi itu tanpa berkata apa pun langsung berdiri meletakkan tugasnya di atas meja. "Oh iya Senja! Bisa bantu ibu?" Tanya Indah, guru fisika itu.Senja menganggukkan kepalanya. "Tolong, ambilkan buku

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • Rahasia Senja    12 Rahasia Senja

    _"Terkadang emosi memenuhi pikiran. Mengakibatkan emosi yang tidak stabil."_~~~ Suara bising di kantin terdengar begitu riuh. Ada yang berebut antrian. Ada yang tertawa terbahak-bahak. Karena, lelucon salah satu di antara mereka. Ada juga yang menjadikan kantin tempat konser dadakan. "Bang. Gorengan satu, ya! Duitnya gua taro meja!" Teriak Revan—biang onar di sekolah. Penampilannya terbilang berantakan. Dasi yang tidak ada di kerah bajunya. Bahkan, baju kemeja putih berlogo SMA itu sudah keluar kesana-sini. Terlebih lagi, laki-laki bermata tajam bagaikan pisau itu hanya membayar gorengan seharga seribu rupiah. Padahal, Revan mengambil gorengan dua buah. "Gimana? Udah dapet infonya?" Revan sudah duduk di antara sahabat-sahabatnya, di paling ujung kantin. "Belum, Van. Hari ini aja, ga ada yang nyoba ngebully Senja. Keliatannya har

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-25

Bab terbaru

  • Rahasia Senja    27 Rahasia Senja

    _"Perlakuan sederhana terkadang membuat bahagia."_~~~Cuaca begitu mendukung untuk beraktivitas di hari libur. Termasuk gadis berambut cepol dengan setelan traningnya. Senja baru saja selesai melakukan yoga. Helaan nafasnya terdengar, peluh yang membanjiri wajahnya begitu terlihat. Gadis itu menengguk botol minum berisi air mineral hingga 'tak tersisa.Bunyi ponsel terdengar nyaring. Senja melirik sebentar ke arah benda pipih yang tergeletak manis di atas meja belajarnya. Selesai menyimpan botol minum, dan mengelap keringatnya ia langsung meraih benda itu. Senyum yang menampilkan lesungnya, kini muncul begitu dalam.Gadis itu langsung menarik handuk, yang tergantung rapih di dekat pintu. Setelah melihat pesan yang entah dari siapa, gadis itu langsung bergegas mandi. Mungkin orang spesial yang akan datang.Sudah hampir setengah jam, akhirnya Senja se

  • Rahasia Senja    26 Rahasia Senja

    _"Hidup itu tidak selalu berjalan dengan mulus. Pasti, selalu ada masalah dalam hidup. Masalah ringan, sedang, hingga masalah yang begitu rumit. Tapi, semua itu punya jalan keluarnya."_~~~"Ikut gua!"Suara berat, membuat gadis berambut pirang itu menatap ketiga orang dihadapannya dengan tatapan aneh."Mau apa sih lu?! Punya urusan sama gua?""Udah lah, lu engga usah banyak bacot!" Bentak laki-laki berkulit sawo matang itu."Ngapain sih?! Gua ga mau!" Berontak gadis itu.Namun, laki-laki bertubuh tinggi itu menyuruh kedua temannya membawa paksa Viola."Bagas!!! Lu mau ngapain gua?"Laki-laki yang dipanggil Bagas itu hanya mengedikan pundaknya, dan berjalan mengikuti kedua temannya itu.Viola, gadis itu mencoba melepas cengkraman kuat dari kedua kakak kelasnya. Namun

  • Rahasia Senja    25 Rahasia Senja

    _"Apa yang kita pikirkan benar, belum tentu benar. Bahkan, bisa saja yang kita anggap tindakan yang benar ternyata malah sebaliknya. Sebuah kesalahan."_~~~Hujan sore di ibukota Jakarta terlihat begitu deras. Awan yang tadinya cerah, kini terlihat begitu gelap. Seharusnya semua siswa-siswi SMA GARUDA sudah pulang sejak sejam yang lalu. Namun, mereka harus menetap di ruang kelas menunggu hujan mereda."Ta, gua perlu ngomong sama lu."Ucapan itu membuyarkan lamunan Asta. Suara berat dan khas itu, menyadarkan Asta bahwa bukan lagi Senja yang duduk di sebelahnya, melainkan Galuh."Hem..."Galuh langsung duduk di sebelah gadis itu, tadi ia meminta Senja untuk berpindah tempat duduk sebentar selagi gadis itu menunggu dijemp

  • Rahasia Senja    24 Rahasia Senja

    _"Apa pun perkataan orang lain, tidak perlu kita hiraukan. Jika itu hanya melukai diri kita. Dengarkan saja yang perlu didengar, anggap angin lalu yang tidak perlu untuk didengar."_~~~Suara riuh terdengar begitu gaduh di kelas IPA 2. Senja yang berjalan dengan penampilan yang sangat berantakan, melewati beberapa temannya yang menatapnya dengan sinis.Cangkang telur serta putih telur bercampur dengan kuningnya, bertengger manis di rambut sebahu gadis itu. Aroma menyengat menusuk indra penciuman semua orang yang ada di dalam ruang kelas.Galuh hanya mengekor dari belakang, sedangkan Gafi hanya diam duduk di kursinya. Laki-laki bermata almond itu tidak lepas memandang Senja yang terlihat tidak baik-baik saja."Bau banget badan lu, Nja. Bikin kelas bau busuk! Bersihin dul

  • Rahasia Senja    23 Rahasia Senja

    _"Orang yang kita anggap akan ada dipihak kita ternyata sama saja dengan yang lain. Rasa kecewa itu benar-benar terasa, menyakitkan."_~~~"Enggak perlu lu anter. Gua kesini sama supir," ujar gadis berambut hitam itu. Sejak Revan dan yang lainnya pergi, keduanya sudah memutuskan untuk duduk di trotoar dekat penjual minuman dingin keliling dan tukang somay."Maneh teh kunaon, sewot terus sama urang? Urang teh punya salah kitu?" Tanya Gafi.Senja menghela nafasnya, ditatap laki-laki yang tingginya 176 cm itu. Memang Gafi tidak pernah melakukan kesalahan. Tapi bagi Senja, laki-laki itu memang harus ia jauhin. Lebih tepatnya jangan sampai berurusan dengan laki-laki dihadapannya ini."Lu enggak punya salah. Gua harap, ucapan gua di sekolah bisa lu lakuin ya? Gua enggak mau p

  • Rahasia Senja    22 Rahasia Senja

    _"Kecewa itu......"_~~~Beberapa menit setelah Gafi meninggalkan rumah Arya. Keempat anak remaja itu asik dengan kartu dan cemilan di atas meja. Sesekali umpatan-umpatan kasar keluar dari bibir mereka."Sial! Kalah lagi gua!" Celetuk Arya.Tama hanya tertawa merasa senang, karena sejak tadi Arya selalu kalah. "Udah, lu mending maen barbie aja," ledek Banu.Hal itu membuat Arya berdecak kesal, dan melempar batal tepat ke wajah tampan laki-laki itu. "Lu kira gua cowok apaan?" Kesalnya.Banu tertawa sambil memegang perutnya yang terasa kram. "Cowok jadi-jadian hahahaha,""Si anjir! Lu kalo ngomong, perlu gua sumpel mulut lu ya?" Omel Arya."Haha

  • Rahasia Senja    21 Rahasia Senja

    _"Apa yang kita lakukan, belum tentu orang lain menyukainnya."_~~~Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi. Gafi sudah duduk di atas motornya. Motor pespa berwarna kream yang jarang ia gunakan. Akhirnya, hari ini ia gunakan.Pandangan tajamnya tidak lepas dari siswa-siswi yang berlalu lalang. Laki-laki berbulu mata lentik itu terlihat sedang menunggu seseorang."Dia aman, ga ada yang bakal macem-macem sama Senja. Kalo dia lagi sama Aldi." Gafi langsung menatap gadis berambut cepol itu dengan alis yang saling bertaut."Dia udah punya pacar, jadi lu ga usah terlalu jagain Senja. Bagi dia, lu cuma orang asing. Mending lu dengerin apa yang dia bilang, jauhin dia. Kalo lu makin deketin dia, masalah Senja makin nambah," lanjut gadis itu.Helaan nafas Gafi bisa dilihat oleh gadis berhidung mancung itu. "Kenapa maneh atau Senja, suka nyuruh urang teh

  • Rahasia Senja    20 Rahasia Senja

    _"Kehilangan seorang sahabat yang begitu berarti, untuk kesekian kalinya."_~~~Jam istirahat sudah terdengar seantero sekolah. Membuat semua siswa-siswi SMA Garuda saling berhamburan. Berbeda dengan hari biasanya, kelas 10 IPA 2 kembali terdengar gaduh."Eh! Lu harus tanggung jawab!" Bentak perempuan berambut bob itu."Tanggung jawab apa lagi?""Jangan mentang-mentang dompetnya udah balik, lu ngelupain gitu aja!" Ujar gadis bernama Anya.Senja menghela nafasnya, Asta ternyata memilih berlalu dari bangkunya meninggalkan Senja begitu saja. Padahal, Senja berharap Asta membelanya."Gua enggak ngelupain kejadian tadi. Tapi, gua emang enggak ngerasa harus bertanggung jawab," jelas Senja.Anya melipat kedua tangannya di dada. "Jelas-jelas dompetnya ada di elo! Emang kita belum buktiin lewat cctv. Tapi bagi gua, bu

  • Rahasia Senja    19 Rahasia Senja

    _"Tuduhan itu belum tentu benar adanya. Kebanyakan orang langsung percaya dengan ucapan orang lain. Tapi, mereka lupa tentang apa yang mereka lihat."_~~~Pagi cerah di hari Kamis. Udara segar berhembus lembut pagi ini. Seragam bercorak batik berwarna abu-abu terpasang rapih di tubuh masing-masing siswa-siswi di SMA Garuda.Riuh suasana koridor terdengar gaduh. Laki-laki berambut belah tengah itu tidak ambil pusing dengan keributan yang terjadi. Ia memilih berlalu dan memasuki kelas IPA 2.Keadaan kelas terlihat sepi. Hanya ada Senja yang sedang membaca novel bersampul pink dan kedua daun telinganya terselip AirPods. Senja tenggelam dengan dunianya sampai tidak sadar dengan tatap Gafi.Sejak gadis itu pingsan, Gafi tidak mengajak gadis itu berbicara

DMCA.com Protection Status