Call Me, Reyn

Call Me, Reyn

last updateHuling Na-update : 2022-01-14
By:  SilfiyaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Mga Ratings. 2 Rebyu
23Mga Kabanata
2.5Kviews
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Synopsis

Namaku Reyner Zelyoorh, tetapi aku tidak menyukai namaku bahkan aku tidak menyukai hidupku. Cukup panggil aku dengan kata, Reyn. Aku yang tidak menyukai hidupku ini justru dipertemukan dengan mereka yang sangat mencintai hidupnya. Orang-orang aneh dengan seribu tingkah lakunya itu membuat aku menyadari makna hidup yang sesungguhnya. Diawali dengan penculikan yang ku lakukan bersama keempat anak buahku membuatku menemukan dunia baru yang lebih indah dari duniaku yang selalu kelam dan suram. Lantas bagaimana jika orang-orang yang baru saja aku sayangi tiba-tiba dalam bahaya akibat perjanjian konyol yang ku lakukan?

view more

Kabanata 1

Tentangku

“Reyn! Ada yang mencarimu!”

Aku menghembuskan napas dengan kasar mendengar ada seseorang yang mencariku. Aku tahu siapa yang dimaksudkan oleh temanku. Para mafia-mafia itu memang selalu saja mengganggu istirahat siangku.

Aku sama sekali tak beranjak dari tempatku. Aku masih asyik memejamkan mataku seraya merebahkan tubuhku di sebuah sofa usang, tak peduli dengan perkataan teman-temanku.

“Tuan Reyner, bisakah berbicara dengan anda sebentar?”

Aku membuka mataku dan melihat seseorang yang mengenakan setelan jas hitam sedang berdiri tepat di sebelah kananku. Aku kembali menghela napas kasarku melihat pria yang terus saja menatapku itu.

“Reyn! Cukup panggil Reyn, tak perlu nama asliku,” kesalku pada pria tersebut.

“Baiklah, Tuan Reyn.”

“Mau apa?” tanyaku dengan memalingkan wajah kearah lain. Aku merasa muak melihat pria-pria seperti itu yang selalu saja menggangguku. Ingin rasanya sehari tidak diganggu dengan manusia kalangan atas yang selalu mengutamakan harta dan tahta di atas segalanya.

“Aku datang jauh ke sini hanya untuk bertemu denganmu. Ada tawaran yang menarik dari tuanku untukmu. Ku harap kau bisa meluangkan waktumu sedikit saja untuk berbicara denganku.”

“Ck, basa - basimu terlalu panjang,” decak kesalku. “Langsung saja ke intinya? Siapa yang harus ku bunuh? Lalu apa keuntunganku?” Pria itu menyunggingkan senyum sinisnya padaku.

“Tuanku tidak menyuruhmu untuk membunuh siapapun.”

“Lalu?”

“Menculik anak.”

Pfftt!

Aku tak kuasa menahan tawaku mendengar pernyataannya yang seperti lelucon. Aku adalah pembunuh bayaran paling bahaya dan terkenal kejam. Dengan seenaknya ia memintaku untuk melakukan penculikan apalagi terhadap anak kecil.

“Bung, sepertinya kau perlu obat.”

“Aku sedang tidak bercanda!”

Ia sedikit menaikkan nada suaranya yang terdengar menggema ke seluruh penjuru ruangan di gedung kosong yang sedang aku tempati.

“Lucu sekali leluconnya, Bung. Aku sampai tak bisa menahan tawaku.” Aku sengaja meledeknya yang sudah bermuka merah seperti ingin menelanku hidup-hidup.

“Aku tidak mau menuruti perintah tuanmu. Kau perintah saja preman-preman jalanan untuk melakukan penculikan sesuai keinginan tuanmu. Tentunya bukan aku,” tolakku. Meskipun aku penjahat, setidaknya penjahat sepertiku masih punya harga diri.

“Tapi tuanku mempunyai penawaran yang menarik untukmu,” sambungnya.

Aku tetap tak berekspresi apapun. “Tawaran seperti apa yang membuatku mengubah keputusanku?” tanyaku seraya meraih pemantik api yang ada di meja dan mengarahkannya pada rokok-ku.

“75% saham terbesar dari Frent Corporation.”

Aku menghentikan kegiatan menghisap nikotin-ku kala mendengar penawaran yang cukup menarik di telingaku. Pasalnya, perusahaan yang bergerak di bidang properti itu sedang naik daun dan terkenal dengan perusahaan terkaya nomor dua di dunia. Bahkan sudah berpuluh-puluh cabang diberbagai negara salah satunya di Indonesia.

“Kau ini ada hubungan apa dengan perusahaan itu?” tanyaku yang juga penasaran, mengapa ada kaki tangan perusahaan ternama seperti itu datang mencariku. Apakah sekarang aku sudah sangat terkenal karena pekerjaanku yang cukup memuaskan saat membunuh seorang pejabat tinggi.

Seketika aku merasa bangga pada diriku sendiri. Walaupun aku tahu, mungkin dosaku terlalu banyak bahkan tuhan pun entah bisa memaafkanku atau tidak. Setidaknya ada hal yang bisa dibanggakan selama aku hidup di dunia yang sangat ku benci ini.

“Tuanku adalah CEO Frent Corporation.”

Aku membelalakkan mataku mendengar pernyataan dari pria yang ada dihadapanku ini. Bisa-bisanya CEO perusahaan besar mengenalku. Seketika aku merasa tersanjung, tetapi aku tidak akan goyah meskipun ia CEO ternama.

“Tawarannya kurang menarik. Bilang pada tuanmu, aku tetap tidak mau,” tegasku yang selalu meninggikan gengsiku meskipun tawarannya benar-benar menarik.

“Aku mohon supaya kau bersedia, tuanku akan memberikan apapun yang kau inginkan.” Ucapannya membuatku besar kepala saja. Baru kali ini ada seorang tangan kanan perusahaan terkenal yang merengek meminta tolong padaku.

“Baiklah, aku menyetujuinya tapi bilang pada tuanmu. Aku ingin bertemu langsung dengannya.” Alhasil aku pun menerima tawaran pria berkulit sawo matang tersebut.

“Tuanku sudah mempersiapkannya matang-matang dan kau akan dibuatkan tim untuk melakukan penculikan tersebut,” jelas panjangnya.

“Tim? Kau kira aku sedang bermain sepak bola.”

“Ini serius, Tuan.”

Wajahnya memperlihatkan raut yang amat serius. Nampaknya ia tidak suka lelucon. Ck, membosankan sekali hidupnya. Hanya terfokus pada pekerjaan dan tuannya saja.

“Baiklah, kau atur saja. Aku akan ikuti permainanmu dan tuanmu itu.” Aku beranjak dari tempatku dan melangkah pergi meninggalkan pria berpakaian rapi itu sendirian.

Aku menghentikan langkahku sejenak dan menoleh kearah pria tersebut. “Dan satu lagi, cukup panggil namaku Reyn. Tak perlu menyebut nama asliku.” Aku kembali melangkahkan kakiku meninggalkan gedung kosong yang sedikit angker itu bersama teman-temanku.

**

“Ini soto mie sesuai pesanannya, Mas.”

Aku yang sedang asyik bermain ponselku seketika mendongakkan kepalaku melihat pedagang soto mie itu menghampiriku dan memberikan sebuah mangkuk pesananku.

“Terima kasih, Mang.”

Aku menerimanya dengan kedua tanganku. Perutku sudah sangat lapar ketika mencium bau aroma soto mie yang membuat cacing-cacing di perutku bersorak gembira.

Aku menaruh ponselku di meja dan segera melahap soto mie yang masih panas itu. Aku tak memperdulikan berisiknya jalanan ibukota yang tengah ramai di siang hari.

Kemacetan yang sering terjadi bukan hal yang asing bagiku. Seluruh penjuru ibukota telah aku lalui sejak kecil hanya seorang diri. Anak jalanan, mungkin itu yang lebih tepat menggambarkan sosok diriku.

Semenjak ayah dan ibuku meninggal dunia akibat kecelakaan maut yang menimpa kami sekitar lima belas tahun lalu, aku tinggal seorang diri di Jakarta. Tanpa ada satupun sanak saudara dan keluarga.

Hidup bagai orang yang tak tahu arah, aku hanya mengikuti kata hatiku untuk melangkah. Terkadang terasa jenuh menjalani kehidupan yang seperti ini.

Aku pernah mencoba bunuh diri dari atas jurang yang curam, tetapi tuhan justru menyelamatkanku dan memberikanku kehidupan yang tak berarti seperti ini lagi.

“Ehem!”

Samar-samar aku mendengar suara seseorang yang berdeham, aku menoleh ke sumber suara tersebut dan ku lihat pria yang tempo hari mencariku sedang berdiri tepat di sebelahku dan memperhatikanku sedemikian rupa.

Aku berdecak kesal karena selera makanku hilang melihat pria yang mengenakan setelan jas hitam itu lagi. “Kau lagi, sampai bosan aku melihatmu,” gerutuku yang tak dihiraukan olehnya.

“Kau mengganggu acara makanku saja, ada keperluan apa menemuiku?”

“Tuanku ingin bertemu denganmu, sekarang juga!”

Perkataan yang cukup singkat itu membuatku kesal. Apa ia tak bisa melihat aku yang sedang enak-enaknya melahap semangkuk soto mie panas yang ada di tanganku.

“Duduklah! Tunggu aku selesai makan dulu.” Aku kembali melanjutkan acara makan siangku yang sempat terganggu dengan kehadirannya. Pria itu pun duduk di sebelahku tanpa menoleh kearahku sama sekali.

“Siapa namamu?” tanyaku di sela-sela mengunyah makananku.

“Bimo.”

“Oh ksatria pandawa lima ya?”

“Bukan, itu Bima.”

“Ku kira sama.”

Aku melanjutkan memakan soto mie-ku saat merasakan ucapan asalku yang ternyata salah. “Sampai berapa lama aku harus menunggumu menghabiskan makananmu itu, Tuan?” tanyanya padaku.

“Makanku bisa sampai satu jam, terkadang lebih. Apa kau masih mau menungguku?” bohongku padanya dan ia justru mempercayainya.

“Aku akan tetap menunggumu, karena ini perintah majikanku.”

“Wow, sepertinya kau tangan kanan yang cukup setia pada tuanmu. Aku sudah selesai, ayo pergi! Aku tidak ingin kau dimarahi tuanmu itu karena terlalu lama menungguku.”

“Baiklah, Tuan.”

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

user avatar
Arfi Arfiyan
Ceritanya menarik dan seru banget... Up terus thor, jangan kasih kendor ... ...............
2021-12-20 18:59:46
0
user avatar
Anto Uyab
Wow, ceritanya bagus bgt... Reyn sama Rafael good lah, anak buahnya juga lucu sumpah.. up terus thor ..
2021-12-07 10:49:28
1
23 Kabanata
Tentangku
“Reyn! Ada yang mencarimu!” Aku menghembuskan napas dengan kasar mendengar ada seseorang yang mencariku. Aku tahu siapa yang dimaksudkan oleh temanku. Para mafia-mafia itu memang selalu saja mengganggu istirahat siangku. Aku sama sekali tak beranjak dari tempatku. Aku masih asyik memejamkan mataku seraya merebahkan tubuhku di sebuah sofa usang, tak peduli dengan perkataan teman-temanku. “Tuan Reyner, bisakah berbicara dengan anda sebentar?” Aku membuka mataku dan melihat seseorang yang mengenakan setelan jas hitam sedang berdiri tepat di sebelah kananku. Aku kembali menghela napas kasarku melihat pria yang terus saja menatapku itu. “Reyn! Cukup panggil Reyn, tak perlu nama asliku,” kesalku pada pria tersebut. “Baiklah, Tuan Reyn.” “Mau apa?” tanyaku dengan memalingkan wajah keara
last updateHuling Na-update : 2021-11-11
Magbasa pa
Sebuah Tim Baru
Aku dan Bimo memasuki sebuah gedung bertingkat tinggi. Sekilas aku melihat papan besar yang bertuliskan 'Frent Corporation Indonesia'. Walaupun aku tidak lulus di sekolah dasar, tetapi aku mampu membaca tulisan yang berhuruf kapital itu. “Nina, apa tuan besar ada di ruangannya?” tanya Bimo pada salah satu karyawan kantor yang ia jumpai. “Sepertinya tuan masih ada di ruangannya,” jawab karyawan wanita itu. Lalu Bimo berjalan menuju ruangan yang ada di lantai lima dan aku hanya mengikutinya saja. Ting. Bimo dan aku memasuki sebuah ruangan yang ukurannya cukup besar dan mewah. Pandanganku melihat ke seorang pria paruh baya yang sedang duduk di kursi kerjanya. Ia sepertinya sedang sibuk dengan laptopnya. “Permisi, Tuan,” ucap Bimo dengan begitu sopannya. Pria tua itu menutup layar laptopnya dan berjalan menghampiri kami berdua.
last updateHuling Na-update : 2021-11-11
Magbasa pa
Melancarkan Aksi
12 Oktober 2021. Hari ini hari dimana aku dan keempat anak buahku yang tidak bisa diandalkan itu akan melancarkan aksi kami, yaitu menculik anak semata wayang Coudry Limantara. Aku sudah mempersiapkan matang-matang rencana dan strategi yang bagus serta rencana pengganti jikalau ada kendala atau masalah yang tak terduga. Umar sudah berada di depan sekolah dasar tempat anak Coudry Limantara menempuh pendidikannya. Umar menyamar sebagai pedagang sempol ayam lengkap dengan gerobak dan pakaiannya yang sudah sangat mirip seperti para pedagang jajanan sekolah lainnya. Aku memilih Umar karena dia sangat cocok dengan pekerjaan yang ku berikan untuknya. Umar sangat mendalami perannya bahkan banyak anak lain yang membeli barang dagangannya. Sementara Ganan dan Niky yang akan menghadang para bodyguard khusus anak Coudry Limantara. Kemampuan bela diri Niky yang tak diragukan lagi serta kemamp
last updateHuling Na-update : 2021-11-11
Magbasa pa
Anak Aneh
“Kakaakkk!” Baru saja aku memejamkan mataku dan merebahkan tubuhku di sofa. Anak itu kembali berteriak kencang hingga membuatku terbangun untuk yang kesekian kalinya. Jika bukan karena perjanjianku dengan tuan Jeff, sudah ku kembalikan anak itu ke tempat asalnya. “Ganan! Niky! Umar! Marco!” teriakku memanggil seluruh anak buahku. Mereka pun bergegas menemuiku dengan tergopoh-gopoh. “Ada apa, Reyn?” “Urus anak menyebalkan itu, aku ingin tidur!” titahku. “Siap, Reyn. Serahkan semuanya kepada kami.” Entah dengan cara apa, mereka mampu membuat anak itu bermain dengan tenang tanpa suara gaduh sedikitpun. Aku mengurungkan niatku untuk merebahkan tubuhku kembali, aku meraih ponselku di meja dan mencari kontak Bimo lalu menghubunginya. “Hal
last updateHuling Na-update : 2021-11-11
Magbasa pa
Tingkah Yang Aneh
Setelah pusing memikirkan tingkah-tingkah aneh manusia-manusia yang ada di rumah ini, aku memilih merebahkan tubuhku lagi di sofa. “KAKAK BANJIR!” Aku terperanjat dari tidurku mendengar teriakkan Rafael yang mengatakan bahwa ada banjir. Dan ternyata aku ditipu mentah-mentah oleh anak bau kencur ini. “APA KAU SUDAH GILA?” Rafael hanya menggelengkan kepalanya dengan cepat seraya tersenyum padaku. “Kau ini sedang diculik, seharusnya kau takut bukan malah berkeliaran seperti di rumahmu sendiri apalagi sampai berbelanja segala,” celotehku yang tak didengar olehnya. Ia sibuk menghitungi kemasan es krim yang baru saja ia makan. Percuma aku berbicara panjang lebar jika yang sedang ku ajak berbicara justru mengacuhkanku. “Kak, hari ini aku sudah makan es krim empat.” Dengan seena
last updateHuling Na-update : 2021-11-11
Magbasa pa
Dania Amanda
Aku mengambil pakaian kotor yang tergeletak begitu saja di kamarku. Senin pagi ini, aku habiskan untuk mencuci pakaianku yang sudah bertumpuk dan hampir menjulang tinggi. Aku lebih suka mencuci pakaianku sendiri daripada harus pergi ke laundry kiloan yang ada di dekat rumah. Aku sudah terbiasa dengan pekerjaan rumah seperti ini. Jika pria seusiaku di luar sana mungkin sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, ada yang bekerja di kantor, ada yang berwirausaha dan ada juga yang bekerja serabutan. Berbeda denganku, aku ini pengangguran yang kaya raya. Meskipun tak punya pekerjaan tetap, tetapi aku bisa merasakan hidup mewah dari kekayaan tuan Jeff. Setelah selesai mencuci pakaian yang sebanyak gunung karena hampir seminggu lebih tidak ku cuci, aku melanjutkan memasak untuk orang-orang malas yang ada di rumah ini. Satupun dari mereka tidak ada yang bisa memasak, hingga akhirnya
last updateHuling Na-update : 2021-11-12
Magbasa pa
Matinya Si Pecundang
“Ayam goreng sudah matang, ayo makan, makan, makan ... ” Aku menutup telingaku mendengar suara nyaring Umar yang sedang bernyanyi di meja makan seraya memukul-mukul meja menggunakan sendok dan garpunya. “Berisik sekali kau!” bentak Niky. Ternyata bukan aku saja yang merasakannya, ketiga teman-teman Umar pun juga merasakan hal yang sama. Mungkin hanya Rafael yang tidak menghiraukannya karena ia sedang sibuk dengan robot yang baru saja ia beli. “Bisa diam tidak! Atau kau mau aku goreng di dalam minyak panas ini!” ancamku agar Umar menghentikan nyanyiannya itu. Umar segera membekap mulutnya sendiri, karena mungkin ia takut aku benar-benar melakukannya. Padahal aku hanya menggertaknya saja. Aku kembali melanjutkan acara memasakku yang sempat terganggu oleh suara berisik Umar. Sementara mereka sedang menunggu m
last updateHuling Na-update : 2021-11-13
Magbasa pa
Luka Apa?
Aku dapat membunuh dua dari mereka dengan parang panjang yang berhasil aku rebut dari mereka. Namun, ada empat orang lagi yang masih sanggup melawanku. Salah satu dari mereka mengarahkan pistol kearah kepalaku. Kini aku terdiam tak bisa melawan, satu langkah saja peluru itu bisa menembus ke otakku. “Bagaimana? Apa kau menyerah?” tanyanya. Aku tidak menjawab pertanyaan konyolnya itu sama sekali. “Satu detik lagi akan ku bunuh kau seperti kau yang telah membunuh Aryo,” ancamnya. Ctakk! Ketika ia akan menembakkan peluru itu kearahku, tiba-tiba ada kaki jenjang yang menendang pistol itu hingga melayang diudara dan jatuh ke lantai. Aku menoleh kearah pemilik kaki jenjang itu yang ternyata adalah Marco. Tidak hanya ia sendiri, bahkan seluruh anak buahku datang untuk menolongku. Ternyata ada gunanya juga mereka, selain hanya
last updateHuling Na-update : 2021-11-14
Magbasa pa
Kenangan Yang Hilang
 Ternyata yang sedang mereka bicarakan semenjak tadi adalah Rafael. “Rafael? Ada apa dengan anak itu?” tanyaku yang menjadi sangat penasaran. “Kita sering melihat banyak bekas luka ditubuhnya. Ada yang dipunggung, ada yang ditangan dan juga ada yang dikaki. Lukanya mirip seperti luka karena benda tajam, sepertinya Rafael mengalami kekerasan fisik selama ini,” jelas Umar. “Kekerasan fisik? Kenapa aku tidak pernah melihatnya?” tanyaku. “Tuan bos, kau tidak pernah memandikan anak itu. Selalu kami yang memandikannya. Jelas kami melihat luka-luka itu. Jika kau tak percaya kau bisa memandikan anak itu agar kau percaya,” usul Marco. Aku menjadi semakin penasaran dengan perkataan mereka. Aku ingin sekali menanyakan langsung kepada Rafael sekaligus memastikan apakah benar Rafael mengalami kekerasan fisik selama ini, tetapi bukan
last updateHuling Na-update : 2021-11-14
Magbasa pa
Trauma Mendalam
 Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 wib. Aku masih belum mengantuk. Seharian aku tidak berbicara dengan Rafael dan keempat anak buahku karena aku masih sangat kesal padanya. Namun, setelah aku pikir kembali. Ternyata semua ini bukan murni kesalahan Rafael. Andaikan saja aku tidak mengambil air minum, mungkin saat ini fotoku masih utuh. Apakah tadi siang aku terlalu keras memarahinya. Aku menjadi merasa bersalah karena telah membentak Rafael hingga ia menangis tersedu-sedu. Aku melangkah menuju kamar Rafael untuk meminta maaf kepadanya. Namun, aku tidak menemukannya di kamar. Aku kembali mencari Rafael di sekeliling rumah. Hingga pandangan mataku mengarah ke kolam renang, aku melihat Rafael yang sedang duduk ditepi kolam renang. Ia tampaknya masih sedih karena kejadian tadi siang. Aku berdiri di tempatku tanpa menghampirinya sama sekali. Aku masih ingin melihatnya da
last updateHuling Na-update : 2021-11-14
Magbasa pa
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status