Beranda / Lain / Call Me, Reyn / Restu Yang Menjauh

Share

Restu Yang Menjauh

Penulis: Silfiya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-17 14:57:45

“Ja-jadi kau tetangga baruku,” ucapku seraya menetralkan suasana hatiku yang benar-benar terkejut melihat Dania kini telah menjadi tetanggaku.

“Iya sesuai yang aku katakan waktu itu kalau sebentar lagi aku akan pindah, tapi aku tidak menyangka jika kau adalah tetanggaku. Maaf ya kalau aku jadi mengganggu istirahat kalian karena baru sempat hari ini,” jelas panjangnya.

Aku menjadi merasa tidak enak hati karena telah meneriaki Dania seperti tadi. Jika dari awal aku tahu tetangga baruku adalah Dania, sudah pasti aku membantunya bukan justru memarahinya. “Tidak apa-apa kok, aku yang harusnya minta maaf. Aku kira kau ini tetangga-tetangga menyebalkan yang selalu berjoget dangdut di depan rumahku,” jawabku sembari menggaruk tengkukku.

Keempat anak buahku menatap lekat kearahku, sepertinya mereka merasa tersindir atas ucapanku tadi.

“Asyik, ada kak Dania sekarang, yeah nanti beli es krim lagi,” ujar

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Call Me, Reyn   Pertanyaan Yang Mudah, Jawaban Yang Sulit

    “Hei! Anak kecil! Kau sedang apa?” tanyaku pada Rafael yang terlihat sangat sibuk dengan buku gambar yang baru dibelikan Marco kemarin. Rafael hanya menoleh kearahku lalu ia kembali melanjutkan kegiatannya tanpa menjawab pertanyaanku. Aku menjadi penasaran dengan apa yang sedang ia lukis. Aku diam-diam mengambil buku gambar tersebut saat ia sedang sibuk memilih pensil warna yang menurutnya cocok. Ternyata ia sedang menggambarkan diriku bersama Dania serta keempat anak buahku. Aku tahu itu aku dan yang lainnya karena Rafael menuliskan nama-nama kami di atas gambarnya. “Kemarikan gambarku!” Rafael merebut kembali buku gambar yang ada ditanganku. “Ck, jelek sekali gambarmu, apalagi mukaku terlihat bulat sekali di sini. Kepala Umar yang bulat justru terlihat lonjong. Kau ini memang tak pandai menggambar ya,” ledekku padanya. Sementara Rafael mendengus kesal mendengar gambarnya aku katakan jelek, pada kenyataannya tidak

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-17
  • Call Me, Reyn   Menjelma Menjadi Nyamuk

    Uhuk! Uhuk!Aku sangat terkejut sampai-sampai aku tersedak air yang sedang ku minum ketika mendengar pekerjaan baru yang tuan Jeff berikan. Aku tahu profesiku dulu memang pembunuh bayaran dan untuk membunuh Coudry Limantara itu sangatlah mudah, tetapi aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasa sedihnya Rafael jika mengetahuinya.Sedangkan tadi pagi Rafael baru saja mengatakan bahwa dirinya sangat menyayangi ayahnya. Aku benar-benar tidak tega melakukannya.“Aku tidak mau melakukannya!”Bimo menautkan kedua alisnya heran mendengar jawabanku. “Kenapa tidak mau? Bukankah itu pekerjaanmu? Bahkan dikalangan para penjahat-penjahat dan mafia, kau terkenal sebagai pembunuh bayaran yang paling berbahaya, bukan?”“Iya, tapi kali ini aku tidak bisa.”“Kenapa tidak bisa? Ini adalah perintah tuan Jeff dan kau sud

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-17
  • Call Me, Reyn   Partner Satu Hari

    Selama di perjalanan pulang, kami sama-sama terdiam. Suasana di dalam mobil sangat sunyi tanpa satu patah kata yang terucap, yang terdengar hanya bisingnya kemacetan di ibukota karena hari yang semakin gelap.Aku mengedarkan pandanganku ke mereka yang sedang berjalan kaki beramai-ramai di bahu jalan. Mereka adalah para pekerja yang ingin segera pulang ke rumah masing-masing untuk berkumpul kembali bersama keluarga tercinta mereka.Aku kembali fokus mengendarai mobilku yang terjebak diantara mobil-mobil lainnya. Aku hanya bisa melajukan mobilku perlahan-lahan dan hanya bergerak beberapa meter dalam lima menit. Kemacetan sore ini semakin parah dan biasanya akan lebih ramai bila menjelang petang.Sementara aku masih bingung harus mengatakan apa pada Dania untuk membuka pembicaraan diantara kita dan sepertinya Dania juga begitu.“Reyn.”Akhirnya Dania-lah yang memulai per

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-04
  • Call Me, Reyn   Mengabulkan Permintaan

    Aku dan Ganan sedang menonton pertandingan sepak bola di ruang tengah karena ada tim kesukaan kami. Tak sengaja aku dan Ganan mendengar suara rintihan Rafael yang cukup keras hingga terdengar sampai ruang tengah.Aku buru-buru ke kamar Rafael yang diikuti oleh Ganan di belakangku. Aku takut terjadi apa-apa dengannya. Ternyata Rafael sedang tidur, sepertinya ia sedang bermimpi buruk tentang ayahnya.Aku dan Ganan menghampiri Rafael dan menggoyangkan tubuhnya agar terbangun.“Rafa, bangun.”Rafael terus meronta-ronta dalam tidurnya dan menyebut-nyebut ayahnya. Aku dan Ganan menjadi bingung. Ganan terus menggoyangkan tubuh Rafael.“Jangan tinggalkan aku, Ayahhhhhh ... ”Rafael tersentak dari tidurnya. Napasnya memburu tak beraturan. Aku menyuruhnya duduk agar menetralkan suasana hatinya. Ku lihat keringat yang m

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-06
  • Call Me, Reyn   Siapapun, Tolong Reyn

    “Paman! Lepaskan kak Reyn, dia tidak jahat,” ujar Rafael yang memelukku erat. Sementara aku tak bisa membalas pelukannya karena kedua tanganku sibuk dipegangi oleh bodyguard-bodyguard itu.“Tuan muda, ini adalah perintah untuk menangkap siapapun yang menculikmu,” ucap salah satu dari mereka. Bodyguard-bodyguard itu terus saja mencekal tanganku.“Sudahlah tidak apa-apa, bukankah kau ingin melihat ayahmu. Sana masuk! Jangan hiraukan aku,” ujarku kepada Rafael. Namun, anak itu menggelengkan kepalanya cepat. “Aku tidak mau meninggalkanmu, aku takut mereka menyakitimu,” jawabnya.“Ck, cepatlah masuk!”Aku pun akhirnya memberontak dan menghajar para bodyguard-bodyguard itu. Lima melawan satu, tidak masalah bagiku. Aku pikir dengan aku menyerahkan diri kepada mereka, lalu Rafael bisa menemui ayahnya. Namun, Rafael justru ingin menemui

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-06
  • Call Me, Reyn   Coudry Limantara

    Rafael yang sedang menundukkan kepalanya, seketika mendongak mendengar ada suara yang memanggil namanya. Rafael sangat terkejut melihat mata Coudry Limantara yang terbuka sedikit demi sedikit. Bukan hanya Rafael yang terkejut, para bodyguard-bodyguard ini juga sangat terkejut. Mereka sampai menghentikan langkahnya dan lupa dengan keberadaanku.Tangan Coudry Limantara bergerak dan meraih pucuk kepala Rafael. Rafael memeluk erat tubuh ayahnya dengan tangisan yang semakin pecah.“Ka-kau tidak apa-apa?” tanya Coudry Limantara dengan terbata-bata karena suaranya yang serak. Rafael menggelengkan kepalanya seraya tersenyum. Tangan Coudry Limantara mengusap air mata yang mengalir membasahi pipi Rafael.“Aku selama ini baik-baik saja, Ayah. Ada kakak baik yang selama ini merawatku, memenuhi semua kebutuhanku bahkan sangat menyayangiku sama seperti ayah.”Aku yang mendengar semua penutu

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-06
  • Call Me, Reyn   Deg-degan

    Dania sangat terkejut melihatku, memangnya aku kenapa dan apa ada yang salah pada diriku. Aku baru menyadari bahwa aku baru saja bertarung dengan bodyguard-bodyguard menyebalkan itu hingga wajahku luka-luka. Mungkin itu yang membuat Dania terkejut. “Wajahmu kenapa? Kau habis berkelahi ya?” tanyanya yang begitu panik melihat keadaanku. “Iya tadi aku berkelahi dengan orang di jalan,” jawab bohongku. Mana mungkin aku berterus-terang dengan semua yang terjadi padaku. “Oh iya ada apa malam-malam kau ke sini, Dania?” tanyaku. “Tadinya aku mau mengantar makanan untuk makan malam kalian semua, tetapi aku justru melihat kau terluka seperti ini. Kau tunggu di sini sebentar ya, aku akan segera kembali.” Dania berlari memasuki rumahnya yang tepat berhadapan dengan rumahku. Tak lama Dania kembali menemuiku sembari membawa kotak p3k. “Maaf menunggu lama, apa aku boleh mengobati lukam

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-20
  • Call Me, Reyn   Breaking News

    Satu tamparan keras mendarat tepat di pipiku. Namun, aku hanya bisa terdiam. Karena aku tahu jika aku telah melakukan kesalahan. Aku tahu tuan Jeff pasti sudah mengetahui mengenai aku yang diam-diam mempertemukan Rafael dengan Coudry Limantara.“BODOH! SANGAT BODOH!”Aku tak bergeming saat mendengar pria tua yang ada di hadapanku ini tengah murka dengan amarah yang membara. Berbeda dengan keempat anak buahku yang sudah menundukkan kepalanya sejak tadi.“Apa yang ada di otakmu, Reyn!”“Dia hanya ingin bertemu ayahnya, itu saja,” jawabku dengan penuh pembelaan pada diriku sendiri.“Apa kau lupa? Kau ingin penculik! Tak pantas melakukan hal sekonyol itu!”Tuan Jeff terus saja memarahiku, tetapi aku tak memperdulikannya karena yang terpenting aku sudah mempertemukan ayah dan anaknya.“Lalu

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-14

Bab terbaru

  • Call Me, Reyn   Breaking News

    Satu tamparan keras mendarat tepat di pipiku. Namun, aku hanya bisa terdiam. Karena aku tahu jika aku telah melakukan kesalahan. Aku tahu tuan Jeff pasti sudah mengetahui mengenai aku yang diam-diam mempertemukan Rafael dengan Coudry Limantara.“BODOH! SANGAT BODOH!”Aku tak bergeming saat mendengar pria tua yang ada di hadapanku ini tengah murka dengan amarah yang membara. Berbeda dengan keempat anak buahku yang sudah menundukkan kepalanya sejak tadi.“Apa yang ada di otakmu, Reyn!”“Dia hanya ingin bertemu ayahnya, itu saja,” jawabku dengan penuh pembelaan pada diriku sendiri.“Apa kau lupa? Kau ingin penculik! Tak pantas melakukan hal sekonyol itu!”Tuan Jeff terus saja memarahiku, tetapi aku tak memperdulikannya karena yang terpenting aku sudah mempertemukan ayah dan anaknya.“Lalu

  • Call Me, Reyn   Deg-degan

    Dania sangat terkejut melihatku, memangnya aku kenapa dan apa ada yang salah pada diriku. Aku baru menyadari bahwa aku baru saja bertarung dengan bodyguard-bodyguard menyebalkan itu hingga wajahku luka-luka. Mungkin itu yang membuat Dania terkejut. “Wajahmu kenapa? Kau habis berkelahi ya?” tanyanya yang begitu panik melihat keadaanku. “Iya tadi aku berkelahi dengan orang di jalan,” jawab bohongku. Mana mungkin aku berterus-terang dengan semua yang terjadi padaku. “Oh iya ada apa malam-malam kau ke sini, Dania?” tanyaku. “Tadinya aku mau mengantar makanan untuk makan malam kalian semua, tetapi aku justru melihat kau terluka seperti ini. Kau tunggu di sini sebentar ya, aku akan segera kembali.” Dania berlari memasuki rumahnya yang tepat berhadapan dengan rumahku. Tak lama Dania kembali menemuiku sembari membawa kotak p3k. “Maaf menunggu lama, apa aku boleh mengobati lukam

  • Call Me, Reyn   Coudry Limantara

    Rafael yang sedang menundukkan kepalanya, seketika mendongak mendengar ada suara yang memanggil namanya. Rafael sangat terkejut melihat mata Coudry Limantara yang terbuka sedikit demi sedikit. Bukan hanya Rafael yang terkejut, para bodyguard-bodyguard ini juga sangat terkejut. Mereka sampai menghentikan langkahnya dan lupa dengan keberadaanku.Tangan Coudry Limantara bergerak dan meraih pucuk kepala Rafael. Rafael memeluk erat tubuh ayahnya dengan tangisan yang semakin pecah.“Ka-kau tidak apa-apa?” tanya Coudry Limantara dengan terbata-bata karena suaranya yang serak. Rafael menggelengkan kepalanya seraya tersenyum. Tangan Coudry Limantara mengusap air mata yang mengalir membasahi pipi Rafael.“Aku selama ini baik-baik saja, Ayah. Ada kakak baik yang selama ini merawatku, memenuhi semua kebutuhanku bahkan sangat menyayangiku sama seperti ayah.”Aku yang mendengar semua penutu

  • Call Me, Reyn   Siapapun, Tolong Reyn

    “Paman! Lepaskan kak Reyn, dia tidak jahat,” ujar Rafael yang memelukku erat. Sementara aku tak bisa membalas pelukannya karena kedua tanganku sibuk dipegangi oleh bodyguard-bodyguard itu.“Tuan muda, ini adalah perintah untuk menangkap siapapun yang menculikmu,” ucap salah satu dari mereka. Bodyguard-bodyguard itu terus saja mencekal tanganku.“Sudahlah tidak apa-apa, bukankah kau ingin melihat ayahmu. Sana masuk! Jangan hiraukan aku,” ujarku kepada Rafael. Namun, anak itu menggelengkan kepalanya cepat. “Aku tidak mau meninggalkanmu, aku takut mereka menyakitimu,” jawabnya.“Ck, cepatlah masuk!”Aku pun akhirnya memberontak dan menghajar para bodyguard-bodyguard itu. Lima melawan satu, tidak masalah bagiku. Aku pikir dengan aku menyerahkan diri kepada mereka, lalu Rafael bisa menemui ayahnya. Namun, Rafael justru ingin menemui

  • Call Me, Reyn   Mengabulkan Permintaan

    Aku dan Ganan sedang menonton pertandingan sepak bola di ruang tengah karena ada tim kesukaan kami. Tak sengaja aku dan Ganan mendengar suara rintihan Rafael yang cukup keras hingga terdengar sampai ruang tengah.Aku buru-buru ke kamar Rafael yang diikuti oleh Ganan di belakangku. Aku takut terjadi apa-apa dengannya. Ternyata Rafael sedang tidur, sepertinya ia sedang bermimpi buruk tentang ayahnya.Aku dan Ganan menghampiri Rafael dan menggoyangkan tubuhnya agar terbangun.“Rafa, bangun.”Rafael terus meronta-ronta dalam tidurnya dan menyebut-nyebut ayahnya. Aku dan Ganan menjadi bingung. Ganan terus menggoyangkan tubuh Rafael.“Jangan tinggalkan aku, Ayahhhhhh ... ”Rafael tersentak dari tidurnya. Napasnya memburu tak beraturan. Aku menyuruhnya duduk agar menetralkan suasana hatinya. Ku lihat keringat yang m

  • Call Me, Reyn   Partner Satu Hari

    Selama di perjalanan pulang, kami sama-sama terdiam. Suasana di dalam mobil sangat sunyi tanpa satu patah kata yang terucap, yang terdengar hanya bisingnya kemacetan di ibukota karena hari yang semakin gelap.Aku mengedarkan pandanganku ke mereka yang sedang berjalan kaki beramai-ramai di bahu jalan. Mereka adalah para pekerja yang ingin segera pulang ke rumah masing-masing untuk berkumpul kembali bersama keluarga tercinta mereka.Aku kembali fokus mengendarai mobilku yang terjebak diantara mobil-mobil lainnya. Aku hanya bisa melajukan mobilku perlahan-lahan dan hanya bergerak beberapa meter dalam lima menit. Kemacetan sore ini semakin parah dan biasanya akan lebih ramai bila menjelang petang.Sementara aku masih bingung harus mengatakan apa pada Dania untuk membuka pembicaraan diantara kita dan sepertinya Dania juga begitu.“Reyn.”Akhirnya Dania-lah yang memulai per

  • Call Me, Reyn   Menjelma Menjadi Nyamuk

    Uhuk! Uhuk!Aku sangat terkejut sampai-sampai aku tersedak air yang sedang ku minum ketika mendengar pekerjaan baru yang tuan Jeff berikan. Aku tahu profesiku dulu memang pembunuh bayaran dan untuk membunuh Coudry Limantara itu sangatlah mudah, tetapi aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasa sedihnya Rafael jika mengetahuinya.Sedangkan tadi pagi Rafael baru saja mengatakan bahwa dirinya sangat menyayangi ayahnya. Aku benar-benar tidak tega melakukannya.“Aku tidak mau melakukannya!”Bimo menautkan kedua alisnya heran mendengar jawabanku. “Kenapa tidak mau? Bukankah itu pekerjaanmu? Bahkan dikalangan para penjahat-penjahat dan mafia, kau terkenal sebagai pembunuh bayaran yang paling berbahaya, bukan?”“Iya, tapi kali ini aku tidak bisa.”“Kenapa tidak bisa? Ini adalah perintah tuan Jeff dan kau sud

  • Call Me, Reyn   Pertanyaan Yang Mudah, Jawaban Yang Sulit

    “Hei! Anak kecil! Kau sedang apa?” tanyaku pada Rafael yang terlihat sangat sibuk dengan buku gambar yang baru dibelikan Marco kemarin. Rafael hanya menoleh kearahku lalu ia kembali melanjutkan kegiatannya tanpa menjawab pertanyaanku. Aku menjadi penasaran dengan apa yang sedang ia lukis. Aku diam-diam mengambil buku gambar tersebut saat ia sedang sibuk memilih pensil warna yang menurutnya cocok. Ternyata ia sedang menggambarkan diriku bersama Dania serta keempat anak buahku. Aku tahu itu aku dan yang lainnya karena Rafael menuliskan nama-nama kami di atas gambarnya. “Kemarikan gambarku!” Rafael merebut kembali buku gambar yang ada ditanganku. “Ck, jelek sekali gambarmu, apalagi mukaku terlihat bulat sekali di sini. Kepala Umar yang bulat justru terlihat lonjong. Kau ini memang tak pandai menggambar ya,” ledekku padanya. Sementara Rafael mendengus kesal mendengar gambarnya aku katakan jelek, pada kenyataannya tidak

  • Call Me, Reyn   Restu Yang Menjauh

    “Ja-jadi kau tetangga baruku,” ucapku seraya menetralkan suasana hatiku yang benar-benar terkejut melihat Dania kini telah menjadi tetanggaku. “Iya sesuai yang aku katakan waktu itu kalau sebentar lagi aku akan pindah, tapi aku tidak menyangka jika kau adalah tetanggaku. Maaf ya kalau aku jadi mengganggu istirahat kalian karena baru sempat hari ini,” jelas panjangnya. Aku menjadi merasa tidak enak hati karena telah meneriaki Dania seperti tadi. Jika dari awal aku tahu tetangga baruku adalah Dania, sudah pasti aku membantunya bukan justru memarahinya. “Tidak apa-apa kok, aku yang harusnya minta maaf. Aku kira kau ini tetangga-tetangga menyebalkan yang selalu berjoget dangdut di depan rumahku,” jawabku sembari menggaruk tengkukku. Keempat anak buahku menatap lekat kearahku, sepertinya mereka merasa tersindir atas ucapanku tadi. “Asyik, ada kak Dania sekarang, yeah nanti beli es krim lagi,” ujar

DMCA.com Protection Status