Share

Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin
Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin
Penulis: Almiftiafay

1. Pengantin Tanpa Nafkah Batin

Penulis: Almiftiafay
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-11 15:35:25

“Tidurlah di kamar Lilia nanti malam, biar bagaimanapun dia adalah istrimu juga. Sama sepertiku, dia juga berhak mendapatkan nafkah batin darimu, William.”

Suara manis yang terdengar menembus pintu kamar membuat Lilia menghentikan langkahnya.

Ia berdiri di luar dengan kedua tangan yang mencengkeram erat keranjang berisi pakaian yang harusnya ia bawa masuk, sebelum ia menyadari bahwa tuan dan nonanya tengah berada di dalam sana.

“Tidak mau, Sayang,” jawab suara bariton seorang pria menyambut permintaan itu. “Aku tidak bisa melakukan itu dengan wanita lain selain kamu.”

“Kamu tidak boleh begitu, William. Karena nanti setelah aku mati, kamu akan hidup dengan Lilia.”

“Tapi kamu tidak akan meninggalkan aku secepat itu, Ivana.”

Lilia termangu dengan tubuh yang terasa kebas. Tuan dan nonanya itu sedang membicarakan dirinya, babysitter anak mereka, yang sekaligus telah menjadi istri kedua William.

Hal itu mereka lakukan untuk memenuhi permintaan Ivana yang kondisinya memburuk akibat leukimia.

Demi memastikan bahwa anak lelakinya dirawat oleh orang yang tepat, Ivana memilih madu dan istri untuk suaminya sendiri, dirinya, Lilia Zamora—babysitter yang telah merawat anak mereka sejak lahir.

Kini, pernikahan itu sudah berjalan selama dua bulan.

Lilia sebenarnya juga tak ingin melakukan itu. Tapi mempertimbangkan Ivana akan memberinya bantuan untuk pengobatan ibunya yang tengah sakit, akhirnya ia terpaksa menerima.

Meski Ivana tidak keberatan seandainya hubungan mereka diketahui oleh keluarga, tapi William tak bersedia. Pria itu memilih untuk merahasiakannya.

Sebagai suami—yang di mata Lilia—sangat mencintai istrinya, Lilia tahu pria itu merasa bertanggung jawab agar keluarganya tidak akan memandang rendah Ivana. William juga tidak ingin memperumit keadaan apalagi jika sampai hal ini terendus pihak luar. Sehingga hanya mereka bertiga saja yang tahu tentang pernikahan itu.

“Ahh—”

Suara lenguhan Ivana membuat Lilia terjaga dari lamunannya.

“Ahh ... jangan menggodaku di sini, Liam. Kita masih di kamar Keano.”

“Sebentar saja, Ivana.”

Tak ingin mendengar lebih jauh akan sesuatu yang mungkin berlanjut di balik pintu kamar itu, Lilia memutuskan untuk pergi dari sana. Urung membawa pakaian Keano—anak lelaki William dan Ivana—ke dalam kamar.

Baru saja berbalik, ia dibuat terkejut saat melihat kemunculan Keano yang tiba-tiba dan berlari menghampirinya.

“Sus Lili, Keano sudah selesai main legonya,” ucapnya. “Sekarang mau masuk.” Jari telunjuknya mengarah pada pintu kamarnya yang tertutup.

“Jangan!” cegah Lilia dengan cepat, mengantisipasi agar Keano tidak masuk dan melihat apa yang ayah dan ibunya lakukan di dalam sana.

Tapi karena melakukan hal itu, tak sengaja keranjang pakaian yang dibawanya jatuh sewaktu ia berlutut dan meraih kedua bahu kecil Keano.

“Kenapa tidak boleh?” tanya Keano, kedua pipinya menggembung kesal.

“Nanti saja masuknya. Bagaimana kalau kita main dulu di luar?” ajaknya. “Mungkin … main tangkap bola?”

“Hm … padahal mau tidur di dalam dan dengar Sus Lili nyanyi untuk Keano.”

Sebelum sempat Lilia berhasil membujuknya, pintu kamar mendadak terbuka.

Lilia menoleh, menjumpai William berdiri di ambang pintu dengan beberapa kancing kemeja teratas yang terbuka sehingga dada bidangnya tampak.

Menyadari alis berkerut William yang tak suka saat keluar dari kamar membuat Lilia dengan cepat menunduk. Menghindari tajam iris kelam pria itu yang melihat kekacauan di lantai.

“Masuk sini, Keano!” ucap pria itu pada anak lelakinya. “Mama ada di dalam.”

“Okay, Papa.”

Setelah Keano menghilang di balik pintu kamar, William menghampiri Lilia yang memilih untuk memasukkan kembali pakaian itu ke dalam keranjang.

“Kenapa pakaian bersih itu bisa berantakan?” tanyanya dingin.

“M-maaf, Tuan,” jawab Lilia tak berani mengangkat wajahnya. “S-saya tidak sengaja menjatuhkannya.”

“Kamu menguping apa yang aku dan Ivana lakukan?”

“Ti-tidak,” tepis Lilia, memilih berbohong untuk melindungi diri.

William terdengar mendengus, Lilia sempat mencuri pandang padanya yang membuang wajah sebelum pergi dari hadapannya yang masih berlutut di lantai.

Lilia tak ingin ambil pusing dan memilih untuk merapikan semua pakaian yang berantakan itu, terpaksa harus mencucinya sekali lagi.

Sembari menunggu laundry selesai, ia menyempatkan diri menyiapkan bahan makanan untuk tuan kecilnya besok.

Sudah cukup larut saat akhirnya Lilia mengeluarkan pakaian-pakaian milik Keano dari mesin pengering dan menempatkannya ke dalam keranjang lain.

‘Akan aku lanjutkan besok lagi,’ putusnya.

Lilia masuk ke dalam kamarnya yang ada di sisi belakang rumah itu. Merebahkan dirinya ke atas tempat tidur yang ukurannya tak begitu besar, angannya seakan tak bisa diam.

Terombang-ambing ke sana ke mari memikirkan keadaan ibunya yang koma di atas ranjang pesakitan, atau sekilas terisi wajah benci William yang belum lama ini ia lihat.

Semua itu seperti sedang menyiksa benaknya hingga lelah dan tanpa sadar ia jatuh dalam lelap.

Saat nihil suara harusnya mengisi tidurnya, ia dibuat terjaga sewaktu mendengar suara pintu yang diketuk.

Lilia duduk menegakkan punggungnya. Napasnya terengah saat melihat pintu kamarnya terbuka dari luar.

‘William?!’ batin Lilia terkejut.

Pria yang berdiri di ambang pintu itu adalah William Quist.

Ia bergegas bangun dan menundukkan kepalanya pada William, “Maaf, saya ketiduran,” katanya. “Saya akan melihat keadaan Keano, Tuan.”

“Aku datang ke sini bukan untuk memintamu melihat Keano,” jawab pria itu.

“M-maksud Anda?” tanya Lilia gugup. Tubuhnya gemetar di bawah tatapan tajam William.

“Bukankah kamu tahu apa yang harusnya dilakukan oleh dua orang yang sudah menikah?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Rna 1122
kasian lilia , awas aja lu nanti bucin ya
goodnovel comment avatar
Eva
Baru baca bab pertama udah sakit hati banget, nggak enak banhet jadi Lilia. Serba salah dan serba bingung
goodnovel comment avatar
Diahayu Aristiani
gak usah jutek gitu sama lilia. klo gak ada lilia ntar cari2.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    2. Terintimidasi Sentuhannya

    Lilia melihat pria itu sedikit berbalik untuk menutup pintu sehingga ruangan ini seolah menjebak mereka hanya berdua saja.Ia merasa tubuhnya nyeri mendengar yang baru saja dikatakan oleh William. ‘Yang dilakukan oleh dua orang yang sudah menikah’ itu, Lilia tahu betul apa artinya.Hubungan suami istri, seperti yang tadi diminta oleh Ivana, bukan?Lilia ketakutan, pandangan William tajam mengintimidasinya. Sesuatu yang gelap tersembunyi di balik iris dan wajahnya yang rupawan.Dadanya bertalu ribut sehingga Lilia membawa langkahnya mundur untuk menghindarinya. Membawa dirinya sejauh mungkin dari William jika perlu.“Apa sekarang kamu sedang menolakku?” tanya pria itu. Tak mendapati jawaban, William menekan saat mengucap, “Jangan salah, aku datang ke sini karena istriku yang meminta,” katanya. “Bukan karena keinginanku sendiri. Jadi lakukan ini sebagai cara kita memenuhi apa yang diinginkan oleh Ivana.”Kalimatnya telah menegaskan dengan kuat bahwa tak ada wanita lain yang dicintai ole

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    3. Nona Telah Berpulang

    Lilia tertegun cukup lama mendengar William.‘Nona Ivana ... meninggal?’ batinnya, merasakan sensasi perih yang tiba-tiba menusuk ulu hatinya. Ia bangun dan mengangkat Keano ke gendongannya untuk mendekat ke arah kamar.Saat hampir melewati William yang baru saja mengakhiri panggilannya—entah dengan siapa itu—Lilia terkejut karena pria itu justru membentaknya.“Apa kamu bodoh?!” hardiknya. “Kenapa kamu malah membawa Keano untuk masuk?”“S-saya—” Lilia mendekap Keano semakin erat saat anak itu sepertinya lebih terkejut mendengar suara ayahnya yang meninggi. “Saya hanya ingin Keano melihat saat-saat terakhir Nona Ivana, Tuan,” jawab Lilia akhirnya.Tapi William tak menerima alasan itu. Ia meraih lengan Lilia dan menariknya pergi menjauh dari pintu.“Jangan sampai Keano melihat ini!” peringatnya sungguh-sungguh. “Bawa dia pergi sampai aku memintamu membawanya pulang!”“Kenapa Papa berteriak?!” tanya Keano—yang barangkali menganggap seruan William ditujukan untuknya.Ia nyaris jatuh dari

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    4. Sebatas Istri Kedua

    Tudingannya menggebu-gebu.Lilia menatap ibu Ivana dengan mata yang basah, bibirnya berusaha mengeluarkan kata untuk menepis tuduhan itu, tapi suara lain lebih dulu menyahut, “Apa yang terjadi?”Wanita lain yang datang itu merupakan ibunya William, bimbang memandang Lilia dan besannya itu bergantian.“Perempuan ini yang baru saja membawa Keano, ‘kan?” tanggapnya. “Aku baru saja melihat Keano di kamar dan dia mengatakan dia baru saja pergi dengan ‘Mama Lilia.’”“Apa?!” Ibunya William terkejut, sepasang bola matanya melebar mendengar hal itu. “B-bagaimana bisa seorang babysitter dipanggil ‘Mama’ oleh cucuku?!”Ia beralih pandang dari sang besan pada Lilia yang juga sama terkejutnya.Kalimat-kalimat pembelaan diri yang sempat tersusun di bibirnya seolah tertelan kembali ke tenggorokan.“Apa itu benar, Lilia?” tanya beliau. “Apa kamu meminta Keano untuk memanggilmu ‘Mama’ setelah kamu menyingkirkan Ivana?”“Itu tidak benar, Nyonya!” tepis Lilia dengan suara yang gemetar. “Saya tidak membu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    5. Memutuskan Untuk Berhenti

    “T-terima kasih,” ucap Lilia sungkan. Ia menunduk menghindari tatapan itu, berpikir bahwa barangkali Nicholas tak nyaman melihatnya memiliki luka yang mencolok seperti ini.Pria itu mengangguk tak keberatan sebelum kembali memacu mobilnya menuju rumah sakit. Hampir tak ada percakapan yang terjadi.Lilia juga tak berani membuka suara mengingat dirinya yang memang tak setara dengan pria di balik kemudi itu.Status sosial mereka berbeda. Hanya kebetulan yang membuat mereka bertemu dan pria itu tak keberatan mengantarnya.Tak berapa lama kemudian mereka tiba di rumah sakit, meninggalkan mobil di parkiran, langkah mereka berhenti di depan ruang ICU.Jendela besar itu menunjukkan keberadaan ibunya yang belum bangun pasca operasi.“Apa yang terjadi, Lilia?” tanya Nicholas yang berdiri di samping kanannya.“Ibu saya jatuh di kamar mandi, Tuan,” jawabnya. “Ada pendarahan di kepalanya. Setelah operasi itu berhasil, ternyata dokter menemukan sakit lain di tubuh Ibu yang membuat beliau masih belu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    6. Di Atas Ranjang William Quist

    Lilia tahu William sedikit mabuk. Ia bisa menghidu bau alkohol yang menguar dari bibirnya saat mereka berdiri dalam jarak sedekat ini.Pria itu menunduk mensejajari pandangannya saat tawa lirihnya baru saja terdengar.“Kamu tidak memiliki hak untuk memutuskan apakah kamu bisa pergi dari rumah ini atau bertahan, Lilia Zamora,” ucapnya tegas.Lilia tak sempat menjawab apa yang dikatakan oleh pria itu sebab William lebih dulu menariknya dan membuatnya terhempas di atas ranjang.“Apa kamu mau pergi dari sini karena ingin hidup dengan Nicholas?” tanyanya. “Apa yang kamu lakukan dengannya tadi? Kalian bersenang-senang di luar saat aku tidak di rumah?”Pertanyaan datang bertubi-tubi seiring William yang naik ke atas tempat tidur. Pria itu menunduk di atas Lilia yang wajahnya seketika pias. Ia mencoba melepaskan diri, tetapi itu sia-sia sebab William telah membuatnya terkunci tak bisa bergerak.“T-tidak,” jawab Lilia dalam ketidakberdayaan. “Saya benar-benar hanya pergi ke rumah sakit untuk m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    7. Sesak Hati Memerangkap

    Kepala Lilia terasa pening saat ia menengadahkan wajah untuk menatap sejenak langit muram siang ini. Ia meriang sejak kemarin tetapi masih memaksakan diri untuk menjenguk ibunya di rumah sakit. Sudah sekitar lebih dari dua minggu pasca ia meninggalkan rumah William. Ia diterima menjadi seorang guru tambahan di sebuah taman kanak-kanak. Meski dulu ia menjadi pelayan di rumah keluarga Roseanne—rumah keluarga Ivana—tetapi ia diizinkan untuk tetap melanjutkan pendidikan. Berkat itu jugalah ia memiliki bekal untuk menata ulang hidupnya. Menapaki lantai pucat di sepanjang lorong yang mengantarnya tiba di depan sebuah jendela besar ruang ICU, sebuah rasa takut memburunya. “Ada apa ini?” tanyanya dalam kebingungan. Ia melihat kepanikan yang terjadi di dalam sana, seorang dokter dan beberapa perawat yang mengerumuni ranjang tempat di mana seorang wanita terbaring tak berdaya. “Ibu ….” sebutnya lirih. “Tidak—” Hatinya terasa hancur melihat ibunya—Alya—yang tubuhnya terguncang saat dokter

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    8. Terbangun Sebagai Wanita Malam

    “Apa?!” Lilia menatap Arya dengan sepasang matanya yang berair. “Ayah mau menjadikan aku sebagai alat penebus utang?!” “Dengan begitu kamu akan sedikit berguna, ‘kan?” balas Arya dengan tawa puas. Pria dengan tato di lehernya itu tampak memindai Lilia selama beberapa saat sebelum ia kembali memandang ayah angkatnya. “Akan aku bawa dulu dia, biar Madam yang menentukannya nanti. Ingat, urusan kita belum selesai!” “Lepas!” teriak Lilia saat pria itu merenggut lengannya dengan kasar dan memaksanya bangkit dari posisinya. Lilia seperti tak diberi kesempatan untuk menolak. Sekujur tubuhnya terasa nyeri, tenaganya seolah terkuras habis untuk bertahan dari serangan Arya beberapa saat yang lalu. Ia pontang-panting diseret keluar dari kamar, langkah kakinya terseok. Telapaknya terasa dingin menapaki lantai dengan tanpa alas. Air mata dan permohonannya diabaikan. Ia melihat sebuah mobil jeep warna hitam yang ada di halaman, yang entah akan membawanya ke mana setelah ini. “Masuk!” titah si

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    9. Bersamaku Atau Hancur?!

    “A-apa yang A-Anda lakukan di tempat ini?” tanya Lilia terbata-bata saat pria itu menegakkan punggungnya setelah menyapa Lilia yang kebingungan. Benaknya berkecamuk penuh tanya, benarkah pertemuan mereka memang hanya sebatas kebetulan? ‘Apa memang telah menjadi kebiasaan William datang ke tempat yang menyediakan wanita malam seperti ini?’ Jika benar seperti itu, apakah dia juga sering melakukannya sejak Ivana— “Bukankah harusnya aku yang bertanya?” tanya balik pria itu sehingga mengakhiri kemelut yang ada di dalam dada Lilia. Salah satu alis William yang lebat terangkat, mengisyaratkan sebuah kebingungan, “Kenapa kamu di tempat ini, Lilia? Aah … apa mungkin seperginya kamu dari rumahku hal yang kamu putuskan adalah menjadi wanita malam?” “Tidak,” sangkal Lilia. “S-saya di sini karena ….” Ia menggigit bibirnya, sekujur tubuhnya terasa nyeri saat mengingat lagi apa yang dilakukan oleh Arya—alasan berakhirnya ia di tempat ini. “Karena ayah saya t-tidak bisa membayar utang pada Madam

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20

Bab terbaru

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    367. Obat Pelipur Lara

    "Sudah, semuanya sudah berakhir, tidak ada lagi yang akan menyakiti kamu, menyakiti anak-anak kita, maaf untuk semua kelalaiannya ...."William menunjukkan senyumnya, merekah tapi di mata Lilia penuh rasa kecewa.Mungkin prianya itu merasa bersalah karena telah membiarkan Lilia diculik dan berakhir seperti ini."Kamu juga tidak bersalah," balas Lilia sembari mengusap dagu William, pada sudut bibirnya, pada tegasnya rahang pria miliknya ini. "Kamu sudah menjagaku sebaik mungkin, tapi si jahat itu memang sedang memiliki kesempatan dan membuat semuanya jadi seperti ini.""Terima kasih untuk pengertianmu, Lilia."William menggapai bibir Lilia dengan lembut, tak ingin memberikan pagutan, sebatas kecupan beberapa detik seolah sedang meyakinkannya bahwa semuanya telah baik-baik saja.Saat William menarik wajahnya, ia menghela dalam napasnya sebelum berujar, "Aku harap setelah peristiwa ini kamu tidak semakin terpuruk dalam trauma itu," resahnya sendu."Aku pikir tidak, William," balas Lilia.

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    366. Bangun Dari Antara Hidup Dan Mati

    Setelah merasa terombang-ambing di tengah laut yang sunyi dan tanpa tepian serta dirundung kesendirian dalam waktu yang ia kira berlalu lebih dari satu dasawarsa, Lilia akhirnya bisa melihat dunia yang sebenarnya. Langit-langit kamar asing yang lalu disadarinya sebagai langit-langit ruang rawat tempat ia berbaring, aroma obat-obatan yang menyentuh indera pembaunya, serta hangatnya tangan seorang pria yang ia rindukan, William. Mengerjapkan matanya dengan pelan, Lilia ingat apa yang telah membuatnya berbaring di sini dengan selang infus yang tergantung di lengan kirinya. Tak lain karena ia nyaris saja mati di tangan mantan ayah angkatnya yang kejam. Rasa sesak saat jemari tangan pria itu mencekik lehernya dan membuat napasnya terputus seperti masih tersisa di sana, memberinya sensasi aneh yang membuat Lilia ketakutan bahwa peristiwa itu akan berulang. Ah ... begitukah rasanya ada di ambang batas hidup dan mati? Gelap dingin dan menakutkan? Seperti itu jugakah alam bawah sadar yang

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    365. Akhir Sebuah Kejahatan

    Pemantik yang dibawa oleh Niel itu mengeluarkan api, menyala di hadapan Arya yang wajahnya pias. Saat pria itu berpikir bahwa Niel benar akan membakarnya, dugaannya salah. Pemuda itu justru menariknya kembali. Ia memang membakar sesuatu, tapi bukan dirinya. Melainkan rokok yang terselip di antara jari tengah dan jari telunjuknya, lalu menyesapnya. Aksi itu membuat tawa Zain terdengar, begitu juga dengan Alaric yang lebih patut disebut sebagai 'mencemoohnya'. "Lihat, bukankah dia sangat bodoh?" tanya Niel, asap mengepul keluar dari bibirnya saat ia menunjuk pada Arya. "Dia benar-benar berpikir kalau yang aku tuangkan ke tubuhnya itu adalah bahan bakar." Dagunya mengedik pada Arya yang berekspresi penuh kebingungan. Pria itu mengendus tubuhnya sendiri, bahu kanan dan kirinya, pada tangan dan juga sekitarnya yang tak mengeluarkan aroma apapun selayaknya aroma bahan bakar. Yang disiramkan oleh Niel itu bukanlah bensin atau sesuatu sejenisnya, tapi air minum. Di saat seperti ini, si

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    364. Membalas Rasa Sakit

    Setelah William pergi dari hadapannya, Arya berpikir ia akan bebas dan bisa melarikan diri dari sini. Namun, harapan itu ditolak mentah-mentah oleh semesta, sebab pria berjas yang ada di seberang sana yang tadi memanggil William itu adalah batu sandungan barunya. Setahu Arya, pria itu adalah atasan mantan istrinya—Alya—Alaric Roseanne namanya. Mengejutkannya, pria itu tak selembut yang terlihat. Ia tampak bersahaja dan tenang, tetapi sepertinya Arya salah. Di dalam diri seseorang yang tenang, bukankah tak ada yang tahu apa yang hidup di dalamnya? Dan yang hidup di dalam ketenangan seorang Alaric adalah badai, badai yang menakutkan. Dengan telinganya ia mendengar Alaric yang mengatakan pada pemuda yang berdiri di sebelahnya, yang matanya menyipit seperti serigala. "Bawa dia ke sini, Zain! Biar aku bisa melihat wajahnya dengan jelas, iblis seperti apa yang menyakiti anakku." Pemuda yang disebut sebagai 'Zain' itu mengangguk sebelum kakinya yang ditopang oleh Oxford mengayun ke ara

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    363. Tak Ada Yang Aku Inginkan Selain Lilia Membuka Mata

    Kepala William terasa berat, ia menunduk memandang lantai tempat ia berpijak sebelum langkah kaki seseorang berhenti di depannya. "Tuan William," sapanya sebelum pemilik suara tersebut duduk di sampingnya, Giff. "Sudah ada kabar dari Nona Lilia?" William menggeleng, "Belum," jawabnya. "Aku harap yang keluar dari sana adalah kabar yang baik." Kepalanya terangkat, matanya tampak berkabut kala memandang pintu ruang IGD yang dilalui banyak orang. "Pasti, pasti yang dibawa oleh dokter adalah kabar yang baik." Giff menyerahkan selembar tisu pada William yang menerimanya dengan bingung. Wajahnya yang tampak kosong itu menatap Giff seolah sedang bertanya, 'Untuk apa?' "Bersihkan wajah Anda," ucap Giff seolah tahu makna tatapan matanya itu. "Ada darah di pipi Anda, Tuan William." William tersenyum miris, "Ini darah milik Lilia, Giff." Giff mengangguk, ia pun tahu bahwa itu adalah darah milik Lilia. Mereka melihat dengan jelas bagaimana Lilia meregang nyawa di tangan mantan ayah angkat

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    362. Lilia-ku, Jangan Tinggalkan Aku

    Tangan William membeku di udara. Panggilan yang datang dari suara yang tak asing itu membuat William seperti mendapatan kembali akal sehatnya. Kebencian yang tadi bertumpuk dan membuat kepalanya berat itu berangsur melemah hingga tangannya perlahan turun meski kepalan pada jemarinya tak teruraikan. Melalui sudut matanya, ia melihat kedatangan ayah mertuanya, Tuan Alaric. Beliau pasti datang ke sini setelah Giff—atau mungkin Niel—memberi tahunya bahwa Lilia dalam bahaya dan menyusul ke tempat ini. Suara yang memanggil William agar tak menuruti egonya untuk memukuli Arya itu adalah Tuan Alaric. “Tinggalkan dia!” pinta beliau. “Bawa Lilia pergi dari sini!” Mendengar nama Lilia membuat William beringsut pergi dari sana, meninggalkan Arya yang entah akan jadi apa di tangan Tuan Alaric setelah ini. Baginya sudah cukup. Saat Arya itu mengatakan agar sebaiknya William membunuhnya saja membuat ia tahu pria itu telah mendapatkan pelajarannya. William berlari menuju pada Lilia yang terkul

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    361. Meregang Nyawa

    Dengan sebelah kaki kanannya, William telah membuat Arya terjerembab jatuh hingga terbentur ke dinding. “Akh!” Ia berteriak kesakitan, bingung untuk meraba sebelah mana yang sakit sebab semua bagian tubuhnya terasa remuk. Baik itu bahunya yang ditendang oleh William atau kepala yang tadi telah lebih dulu dihabisi Lilia semasa ia memberikan perlawanan. Napas William naik turun, ia menatap Arya yang tergelatak sembari meraba dadanya dan tertatih lalu bangkit. Manik mereka bertemu di bawah kegelapan yang nyaris memenuhi setiap sisinya jika lampu dari mobil yang ada di seberang sana tidak menyala. “Ah—ini ternyata yang sudah membawa Lilia pergi,” ucap Arya saat ia telah berhasil menegakkan tubuhnya. “Bukankah kamu sebaiknya mengucapkan salam padaku karena aku adalah ayahnya?” “Aku? Mengucapkan salam pada bedebah sepertimu?” BUGH! Tepat setelah William selesai bicara, kakinya kembali membuat Arya terpental. Ia yang telah tumbang ke lantai beringsut menyeret tubuhnya agar berjarak s

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    360. Di Ujung Kematian

    ⚠️⚠️TRIGGER WARNING ⚠️ ⚠️ Bab memuat konten yang mengandung kekerasan dan dapat memicu rasa tidak nyaman. Harap bijak dalam membaca! ———— “Tidak akan!” Lilia kembali menepis tangan Arya, sebisa mungkin ia menutupi bagian depan tubuhya yang telah terekspos. Ia menatap pria di hadapannya itu dengan penuh kebencian, semakin dipandang rasanya ia tak lagi layak disebut manusia. Bukan juga iblis, sebab iblis pun sepertinya tidak ingin dibandingkan dengan betapa kejinya mantan ayah angkatnya itu. Lilia tak ingin berakhir di tangan pria itu meski tubuhnya terasa remuk. Yang paling menyakiti hatinya adalah, bagaimana jika nanti sesuatu yang buruk terjadi pada bayinya yang ada di dalam kandungan? Bagaimana jika Lilia tak bisa menjaganya? Air matanya kembali luruh, berkabut membingkai kedua netranya kala Arya meraih bahunya, berusaha menyingkirkan tangan Lilia yang menyilang di depan dada. Saat pria itu kembali menjamahnya, Lilia dengan segera menunduk, untuk menggigit tangan A

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    359. Perlawanan Ini, Sia-siakah?

    ⚠ ⚠ TRIGGER WARNING ⚠ ⚠ Bab memuat konten yang mengandung kekerasan dan dapat memicu rasa tidak nyaman. Harap bijak dalam membaca! ———— “LEPAS!” Lilia semakin kuat memberontak, berusaha menguraikan tangan keji mantan ayah angkatnya yang masih ada di rambutnya, menyeretnya melewati lantai kasar yang ada di luar ruangan hingga tempat yang lebih lembab yang penuh dengan lumut, yang bisa ia pastikan membuat pakaiannya menjadi kotor dan lusuh. “ARYA!” Seruan Lilia seperti tak diindahkan. Arya tak mendengar permintaannya agar ia dibebaskan, pria itu justru semakin buruk memperlakukannya. Air matanya seperti akan mengering, ketakutan melandanya hingga membuat Lilia seakan memilih untuk menyerah. Di dalam sebuah bangunan yang telah lama tak digunakan itu, akhirnya Arya melepasnya. Pria dengan kaos berkerah hitam itu menatapnya cukup lama, tawa lirihnya yang memuakkan mencemari indera pendengar Lilia sesaat sebelum ia menunduk dan mengulas seberkas senyum di hadapan Lilia

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status