Share

5. Memutuskan Untuk Berhenti

“T-terima kasih,” ucap Lilia sungkan. Ia menunduk menghindari tatapan itu, berpikir bahwa barangkali Nicholas tak nyaman melihatnya memiliki luka yang mencolok seperti ini.

Pria itu mengangguk tak keberatan sebelum kembali memacu mobilnya menuju rumah sakit. Hampir tak ada percakapan yang terjadi.

Lilia juga tak berani membuka suara mengingat dirinya yang memang tak setara dengan pria di balik kemudi itu.

Status sosial mereka berbeda. Hanya kebetulan yang membuat mereka bertemu dan pria itu tak keberatan mengantarnya.

Tak berapa lama kemudian mereka tiba di rumah sakit, meninggalkan mobil di parkiran, langkah mereka berhenti di depan ruang ICU.

Jendela besar itu menunjukkan keberadaan ibunya yang belum bangun pasca operasi.

“Apa yang terjadi, Lilia?” tanya Nicholas yang berdiri di samping kanannya.

“Ibu saya jatuh di kamar mandi, Tuan,” jawabnya. “Ada pendarahan di kepalanya. Setelah operasi itu berhasil, ternyata dokter menemukan sakit lain di tubuh Ibu yang membuat beliau masih belum sadar sampai hari ini.”

Nicholas terdengar menghela dalam napasnya. Matanya terlihat berbinar membiaskan cahaya lampu saat ia menatap Lilia, “Aku pikir ujianmu sedikit berat,” katanya. “Biasanya ada kebahagiaan yang menunggu di depan sana setelah ujian yang berat, Lilia. Bertahanlah.”

“Terima kasih, Tuan.”

Kalimat itu terdengar sederhana, tetapi terasa hangat. Senyumnya yang tulus seolah memberi semangat agar Lilia menguatkan diri lebih lama.

Beberapa saat berada di sana, Nicholas menepati janjinya untuk mengantarnya pulang. Sekitar pukul delapan malam setelah mereka menerobos macetnya jalanan, akhirnya mereka tiba di halaman rumah William.

“Kalau kamu membutuhkan bantuan, kamu bisa menghubungiku, Lilia,” ujar Nicholas sewaktu mereka keluar dari mobil.

“Terima kasih, Tuan Nicholas,” jawabnya. “Saya merepotkan Anda yang sudah mau mengantar saya ke rumah sakit, bahkan sampai pulang.”

“Tidak masalah.”

“Mama Lilia,” sebut suara Keano yang membuat Lilia terkejut.

Ia menoleh ke arah pintu rumah dan muncullah Keano yang berlari dan seketika itu memeluknya.

“Keano sudah pulang?” tanya Lilia seraya berlutut membalas pelukan anak itu. Ia tak menyangka ternyata William dan Keano sudah ada di rumah.

Pria itu menampakkan batang hidung saat menyusul anak lelakinya keluar. Tapi ia tak sendirian, melainkan bersama dengan Gretha.

“Dari mana, Lilia?” tanya Gretha lebih dulu. “Oh? Sama Kak Nicholas?”

Lilia mencuri pandang pada William setelah Gretha bertanya demikian, menyadari sepasang mata pria itu yang menggelap, dan sepertinya berpikir bahwa ia sengaja pergi dengan Nicholas saat ia tak di rumah.

“S-saya hanya menjenguk Ibu saya, Tuan William,” ujar Lilia setelah berdiri dari berlututnya.

Namun, pria itu tak memberi reaksi. Sedangkan Gretha menoleh pada William sebelum kembali memandang Lilia. “Kalian pergi berdua ke rumah sakit?” tanyanya sekali lagi.

“Hanya kebetulan bertemu,” sahut Nicholas yang sedari tadi hanya diam.

“Aah, begitu. Kalau begitu aku pulang dulu. Bye, Kak Liam,” ucap Gretha pada William yang sekilas membalas lambaian tangannya. “Bye-bye juga, Keano. Kita bersenang-senang lagi lain kali ya.”

Mendengar itu membuat Lilia berpikir bahwa kepergian mereka semalam ternyata menghabiskan waktu bersama Gretha.

Alih-alih menanggapi Gretha, Keano justru meraih tangan Lilia, “Mama Lilia, ayo tidur! Keano mengantuk.”

Sepertinya karena melihat satu per satu membubarkan diri, Nicholas pun akhirnya berpamitan. “Aku juga pergi,” katanya pada William yang hanya mengangguk samar.

Setelah mengikuti Keano yang menarik tangannya masuk ke dalam kamar, Lilia lebih dulu memintanya untuk menggosok gigi dan berganti pakaian.

Dibelainya rambut hitam Keano yang berbaring di sampingnya, ia bisikkan, “Apakah Keano bisa berhenti memanggil Sus Lili dengan ‘Mama’?” pinta Lilia.

“Tidak mau,” jawab bocah itu. “Harusnya kemarin Mama Lilia ikut Keano pergi dengan Papa, dan menginap di luar,” ucap Keano saat memeluk Lilia semakin erat.

“Tidak apa-apa, Keano ‘kan sudah dengan Papa?”

“Keano tidak suka, Keano ingin pulang dan bertemu Mama Lilia,” jawabnya. “Apa Mama Lilia janji tidak akan pergi juga seperti Mama Iva yang sudah tidak ada di dalam kamar?”

Tanya itu membawa gelombang kejut yang membuat Lilia sesaat tak bisa berucap. Tapi melihat mata polos Keano yang menunggu jawabannya, ia dengan cepat mengangguk.

“Iya,” jawabnya. “Sekarang tutup mata dulu dan tidur.”

“Nyanyikan lagu untuk Keano, Mama.”

Lilia mengusap rambut hitamnya kembali, ia senandungkan lagu pengantar tidur kesukaannya yang hanya dalam waktu singkat mengantar bocah kecil itu terlelap.

Lilia menatapnya cukup lama, meski senang melihatnya tumbuh, tapi ia pikir ini sudah waktunya untuk pergi.

Lilia hanya tak ingin semakin disalahpahami telah mencuci otak anak ini.

Apalagi mengingat ucapan ibunya William tadi pagi, dirinya dan keluarga ini dipisahkan oleh dinding tinggi yang tak akan bisa ditembus.

Ia menarik dirinya yang tengah dipeluk Keano. Memberinya selimut dan mengecup pipinya sebelum beranjak turun dari tempat tidur.

Lilia membawa langkah kakinya keluar dari kamar, ia sudah membulatkan keputusan bahwa ia akan berhenti menjadi babysitter, berhenti bekerja di rumah ini.

Ia berjalan menuju ke kamar William yang ada di lantai atas. Tiba di depan pintu berdaun dua itu, ia mengetuknya.

“Masuk,” sambut suara bariton William dari dalam sana.

Saat Lilia membuka pintunya, ia melihat William yang berdiri di dekat meja, terlihat baru saja meletakkan gelas minuman dan menoleh pada kedatangannya.

“T-Tuan William,” panggil Lilia gugup.

“Ada apa?”

“S-saya akan berhenti mengasuh Keano mulai besok,” jawabnya. “Saya ingin berhenti, jadi—akh!”

Lilia terperanjat saat tanpa sepengetahuannya William sudah berdiri di hadapannya. Pria itu merenggut dagunya dengan kasar sehingga Lilia menengadah, perutnya seakan membeku saat pria itu menutup pintu dan menguncinya dari dalam ….

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Nissya
kasar banget si will pingin tak jitak saja tu muka nya yg dingin
goodnovel comment avatar
Aya Melodi Agrifina
si manusia uler gretan korek api ngapain sih ah lu bermanis2 muka gtu,nyari perhatian si Willi weleh weleh ya kan??ketauan banget sih ah hahahaha
goodnovel comment avatar
Diahayu Aristiani
apaan sih tuh si kereta ketahuan banget ambil kesempatan gak ada ivana dan lilia. aku dukung lilia sama Nicholas aja deh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status