Share

4. Sebatas Istri Kedua

Penulis: Almiftiafay
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-11 15:40:51

Tudingannya menggebu-gebu.

Lilia menatap ibu Ivana dengan mata yang basah, bibirnya berusaha mengeluarkan kata untuk menepis tuduhan itu, tapi suara lain lebih dulu menyahut, “Apa yang terjadi?”

Wanita lain yang datang itu merupakan ibunya William, bimbang memandang Lilia dan besannya itu bergantian.

“Perempuan ini yang baru saja membawa Keano, ‘kan?” tanggapnya. “Aku baru saja melihat Keano di kamar dan dia mengatakan dia baru saja pergi dengan ‘Mama Lilia.’”

“Apa?!” Ibunya William terkejut, sepasang bola matanya melebar mendengar hal itu. “B-bagaimana bisa seorang babysitter dipanggil ‘Mama’ oleh cucuku?!”

Ia beralih pandang dari sang besan pada Lilia yang juga sama terkejutnya.

Kalimat-kalimat pembelaan diri yang sempat tersusun di bibirnya seolah tertelan kembali ke tenggorokan.

“Apa itu benar, Lilia?” tanya beliau. “Apa kamu meminta Keano untuk memanggilmu ‘Mama’ setelah kamu menyingkirkan Ivana?”

“Itu tidak benar, Nyonya!” tepis Lilia dengan suara yang gemetar. “Saya tidak membunuh Nona Ivana atau bahkan berani meminta tuan muda untuk memanggil saya ‘Mama’, Nyonya. Saya—”

“Tapi sejak tadi kamu yang bersama dengan Keano!” ujarnya. “Kamu pasti mencuci otak cucuku!”

“Kita semua tahu kalau kamu dulu pernah sengaja membuat Ivana hampir celaka, Lilia,” timpal ibunya Ivana. “Dengan yang terjadi hari ini, apakah kamu masih akan menyebut itu sebagai sebuah ketidaksengajaan?”

“Tapi—”

“Kamu mengkhianati kepercayaan Ivana, Lilia!” tuding beliau masih sama berapi-apinya. “Belum juga genap sehari Ivana meninggal, kamu sudah dengan tidak tahu dirinya memanfaatkan Keano untuk memanggilmu Mama?!”

Bagaimana cara Lilia harus menjelaskan ini?

Ia tak pernah melakukan itu.

Ia sangat menghormati Ivana. Memang dulu ia pernah melakukan sebuah kecerobohan yang membuat Nonanya itu hampir celaka, tapi itu karena ia tak sengaja.

Dan sekalipun ia menyayangi Keano, ia sama sekali tidak pernah meminta atau bahkan memaksa anak itu menyebutnya sebagai ibu.

Lilia mencuri pandang pada William yang duduk di sofa ruang tamu. Pria itu hanya memejamkan mata seakan tengah menikmati keributan yang terjadi di sekitarnya.

“M-maaf m-merahasiakan ini,” sela sebuah suara yang menggagalkan niatan ibunya William kembali bicara.

Pemilik suara manis yang terdengar gugup itu adalah Gretha—adik tiri Ivana—yang berdiri dan menjadikannya sebagai pusat perhatian.

“Ada apa, Gretha?” tanya ibunya.

“A-aku pernah mendengar ini sebelumnya dari Kak Ivana, Ma,” jawabnya. “Kak Ivana bilang kalau sebenarnya … Kak William dan Lilia itu diam-diam sudah menikah.”

“Apa?! Mereka diam-diam menikah?!” ulang ibunya William dengan suara yang meninggi.

“Maksudnya, mereka menikah saat anakku sekarat?!” sambung si besan seraya menatap nyalang Lilia.

“Apa itu benar? Jangan diam saja, Lilia!”

Wanita itu kembali terpancing dan hendak melampiaskan kekesalannya. Keributan saling bersahutan, ricuh setelah Gretha mengutarakan perihal pernikahan itu.

Di saat keadaan seperti tak terkendali, ruangan itu membeku tatkala keheningan William telah berada di titik puncaknya.

“DIAM!” bentaknya lantang. Dorongan napasnya terdengar berat saat ia menyapukan pandang pada semua orang yang ada di sana. “Apa kalian tidak bisa tenang sebentar karena ini masa berduka?”

Seketika keheningan terjadi mendengar suaranya yang sedikit murka.

“Bangun dan pergi dari sana, Lilia!” titahnya pada Lilia yang dengan gegas berdiri dan meninggalkan ruang tamu.

Lilia mengayunkan kakinya untuk pergi ke tepi kolam guna menguraikan sesak akibat tuduhan dari berbagai penjuru.

‘Mereka pasti menganggap aku dan William diam-diam menikah tanpa sepengetahuan Nona Ivana saat dia sakit,’ gumamnya seraya menyeka air matanya. ‘Padahal kami menikah karena permintaannya.’

Dan hal lain yang mengganggunya adalah soal panggilan ‘Mama’ dari Keano. Akan ia tanyakan nanti mengapa ia tiba-tiba memanggilnya ‘Mama Lilia’ seperti itu.

“Lilia,” panggil suara manis yang membuat bahunya menjengit terkejut.

Ia menoleh ke belakang dan menjumpai wanita dengan dress panjang warna hitam tengah berdiri di sana, Gretha.

“Iya, Nona Gretha?”

“Aku minta maaf karena mengatakan hal yang membuat semua orang salah paham,” ujarnya. “Aku hanya bermaksud agar kamu tidak disalahpahami mencuci otak Keano,” terangnya. “Bukankah tidak ada salahnya jika dia memanggilmu ‘Mama’ karena kamu ‘kan memang mamanya?”

Lilia mengangguk membalas senyumnya yang tulus.

Gadis itu mengarahkan selembar tisu seraya berujar, “Cheer up. Kamu lebih cantik kalau tersenyum begitu,” katanya memberi semangat. “Setelah Kak Ivana pergi, aku harus mengucapkan terima kasih karena ke depannya kamu yang akan merawat Keano. Titip keponakanku ya?”

Meski ragu, demi menghargai Gretha yang menjadi satu-satunya orang yang menenangkannya, Lilia mengangguk.

“Baik, Nona.”

***

Gugusan awan kelabu terlihat menutupi cahaya senja saat Lilia berdiri di hadapan nisan yang tanah pemakamannya masih basah.

Selagi William dan Keano tak ada di rumah sejak kemarin sore—tak tahu ke mana perginya, apakah mereka tengah menenangkan diri atau ada hal lain yang dilakukan keduanya di luar—Lilia datang untuk mengunjungi makam nonanya.

Ivana Roseanne, namanya yang cantik kini terukir abadi di batu nisan.

Sebuket bunga baru saja diletakkan Lilia di sana sebelum ia tersenyum getir. “Maaf tidak mengantar kepergian Nona atau ada di samping Anda pada saat-saat terakhir itu, padahal dulu kita sangat dekat.”

Lilia tak akan pernah lupa bahwa masa kecil dan remajanya ia habiskan bersama Ivana setelah ibunya yang seorang pelayan di keluarga Roseanne membawanya untuk tinggal di sana.

Setelah Ivana menikah, mereka terpisah selama satu tahun sebab nonanya itu pindah ke rumah William. Dan mereka kembali berjumpa saat Lilia diminta untuk mengasuh Keano.

Kini semuanya hanya tinggal kenangan, mereka hidup di dunia yang berbeda.

“Sepertinya saya tidak bisa menepati janji saya pada Nona untuk terus menjaga Keano,” ucapnya lirih.

Ingatannya kembali pada pagi hari tadi saat ia dipanggil oleh ibunya William.

Saat Lilia menemuinya, wanita itu terlihat sangat marah.

‘Pergi kamu dari rumah ini!’ hardik beliau. ‘Aku tidak ingin melihatmu ada di sekitar anak dan cucuku, Lilia! Jangan pernah berpikir kamu pantas atau layak menjadi istri William atau ibunya Keano, sedikitpun tidak begitu! Sampai kapanpun, kamu tidak akan pernah bisa kami terima!’ tukasnya menggebu.

Lilia terjaga saat tiba-tiba ada orang lain yang rupanya mengunjungi makam Ivana.

Seorang pria yang baru datang itu meletakkan sebuket bunga di dekat nisan dan mengatakan, “Maaf kemarin tidak mengantarmu berpulang karena aku masih ada di luar negeri,” ujarnya. “Selamat jalan, Ivana.”

Itu adalah Nicholas, kakaknya William.

Lilia yang tak ingin mengganggunya pun pamit seraya menundukkan kepala, “Saya permisi, Tuan Nicholas.”

“Pulang denganku saja, Lilia,” cegahnya. “Aku akan mengantarmu pulang.”

“T-tapi—” Lilia ragu untuk mengatakannya. “Saya tidak langsung kembali ke rumah Tuan William, saya ingin pergi ke rumah sakit untuk melihat ibu saya.”

“Aku tidak keberatan untuk mengantarmu,” ucapnya. “Ayo.”

Sungkan menolak tawaran tersebut, apalagi tahu bahwa Nicholas adalah pria yang baik, akhirnya Lilia mengekori langkahnya. Ia masuk ke dalam mobil yang melaju meninggalkan sekitaran pemakaman.

Dalam perjalanan menuju ke rumah sakit itu, Nicholas sempat memberhentikan mobilnya di halaman sebuah apotek.

Lilia tak tahu apa yang dilakukannya hingga pria itu kembali dengan sebuah kantong plastik berukuran kecil. Yang mengejutkan, jemari besar pria itu menyentuh dagunya agar mereka saling menukar pandang.

Sentuhannya lembut, sangat jauh berbeda dengan perlakuan William tempo hari.

Lilia hampir bertanya apa yang sedang ia lakukan itu sebelum Nicholas meletakkan sebuah plester luka di sudut bibirnya yang memang memar akibat tamparan ibunya Ivana kemarin.

“Ada luka di sana,” katanya. “Mungkin tidak bisa hilang begitu saja, tapi setidaknya itu bisa menyembunyikannya sementara waktu saat kamu bertemu dengan banyak orang.”

Lilia meremas tangannya, gemuruh liar seakan memerangkapnya dalam teduh tulusnya mata seorang Nicholas Quist.

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Nissya
Ya ampun Si nenek sihir itu ..... minta di lempar ke pedalaman kayaknya
goodnovel comment avatar
Eva
Ohh ternyata si Garet tu adik tirinya Ivana. Plot twist nya pasti sebenarnya dia yang suka sama William dan pingin gantiin Ivana. Tapi dia pasti pinter cari muka. Apakah ini jadinya cinta segi empat? Willian Lilia Nocholas Gretha. Sepertinya masalah percintaan kali ini akan rumit
goodnovel comment avatar
Diahayu Aristiani
si kereta kayak nya suka sama william. dia dan emak nya bikin drama buat ngusir lilia. sok jadi malaikat padahal iblis
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    5. Memutuskan Untuk Berhenti

    “T-terima kasih,” ucap Lilia sungkan. Ia menunduk menghindari tatapan itu, berpikir bahwa barangkali Nicholas tak nyaman melihatnya memiliki luka yang mencolok seperti ini.Pria itu mengangguk tak keberatan sebelum kembali memacu mobilnya menuju rumah sakit. Hampir tak ada percakapan yang terjadi.Lilia juga tak berani membuka suara mengingat dirinya yang memang tak setara dengan pria di balik kemudi itu.Status sosial mereka berbeda. Hanya kebetulan yang membuat mereka bertemu dan pria itu tak keberatan mengantarnya.Tak berapa lama kemudian mereka tiba di rumah sakit, meninggalkan mobil di parkiran, langkah mereka berhenti di depan ruang ICU.Jendela besar itu menunjukkan keberadaan ibunya yang belum bangun pasca operasi.“Apa yang terjadi, Lilia?” tanya Nicholas yang berdiri di samping kanannya.“Ibu saya jatuh di kamar mandi, Tuan,” jawabnya. “Ada pendarahan di kepalanya. Setelah operasi itu berhasil, ternyata dokter menemukan sakit lain di tubuh Ibu yang membuat beliau masih belu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    6. Di Atas Ranjang William Quist

    Lilia tahu William sedikit mabuk. Ia bisa menghidu bau alkohol yang menguar dari bibirnya saat mereka berdiri dalam jarak sedekat ini.Pria itu menunduk mensejajari pandangannya saat tawa lirihnya baru saja terdengar.“Kamu tidak memiliki hak untuk memutuskan apakah kamu bisa pergi dari rumah ini atau bertahan, Lilia Zamora,” ucapnya tegas.Lilia tak sempat menjawab apa yang dikatakan oleh pria itu sebab William lebih dulu menariknya dan membuatnya terhempas di atas ranjang.“Apa kamu mau pergi dari sini karena ingin hidup dengan Nicholas?” tanyanya. “Apa yang kamu lakukan dengannya tadi? Kalian bersenang-senang di luar saat aku tidak di rumah?”Pertanyaan datang bertubi-tubi seiring William yang naik ke atas tempat tidur. Pria itu menunduk di atas Lilia yang wajahnya seketika pias. Ia mencoba melepaskan diri, tetapi itu sia-sia sebab William telah membuatnya terkunci tak bisa bergerak.“T-tidak,” jawab Lilia dalam ketidakberdayaan. “Saya benar-benar hanya pergi ke rumah sakit untuk m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    7. Sesak Hati Memerangkap

    Kepala Lilia terasa pening saat ia menengadahkan wajah untuk menatap sejenak langit muram siang ini. Ia meriang sejak kemarin tetapi masih memaksakan diri untuk menjenguk ibunya di rumah sakit. Sudah sekitar lebih dari dua minggu pasca ia meninggalkan rumah William. Ia diterima menjadi seorang guru tambahan di sebuah taman kanak-kanak. Meski dulu ia menjadi pelayan di rumah keluarga Roseanne—rumah keluarga Ivana—tetapi ia diizinkan untuk tetap melanjutkan pendidikan. Berkat itu jugalah ia memiliki bekal untuk menata ulang hidupnya. Menapaki lantai pucat di sepanjang lorong yang mengantarnya tiba di depan sebuah jendela besar ruang ICU, sebuah rasa takut memburunya. “Ada apa ini?” tanyanya dalam kebingungan. Ia melihat kepanikan yang terjadi di dalam sana, seorang dokter dan beberapa perawat yang mengerumuni ranjang tempat di mana seorang wanita terbaring tak berdaya. “Ibu ….” sebutnya lirih. “Tidak—” Hatinya terasa hancur melihat ibunya—Alya—yang tubuhnya terguncang saat dokter

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    8. Terbangun Sebagai Wanita Malam

    “Apa?!” Lilia menatap Arya dengan sepasang matanya yang berair. “Ayah mau menjadikan aku sebagai alat penebus utang?!” “Dengan begitu kamu akan sedikit berguna, ‘kan?” balas Arya dengan tawa puas. Pria dengan tato di lehernya itu tampak memindai Lilia selama beberapa saat sebelum ia kembali memandang ayah angkatnya. “Akan aku bawa dulu dia, biar Madam yang menentukannya nanti. Ingat, urusan kita belum selesai!” “Lepas!” teriak Lilia saat pria itu merenggut lengannya dengan kasar dan memaksanya bangkit dari posisinya. Lilia seperti tak diberi kesempatan untuk menolak. Sekujur tubuhnya terasa nyeri, tenaganya seolah terkuras habis untuk bertahan dari serangan Arya beberapa saat yang lalu. Ia pontang-panting diseret keluar dari kamar, langkah kakinya terseok. Telapaknya terasa dingin menapaki lantai dengan tanpa alas. Air mata dan permohonannya diabaikan. Ia melihat sebuah mobil jeep warna hitam yang ada di halaman, yang entah akan membawanya ke mana setelah ini. “Masuk!” titah si

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    9. Bersamaku Atau Hancur?!

    “A-apa yang A-Anda lakukan di tempat ini?” tanya Lilia terbata-bata saat pria itu menegakkan punggungnya setelah menyapa Lilia yang kebingungan. Benaknya berkecamuk penuh tanya, benarkah pertemuan mereka memang hanya sebatas kebetulan? ‘Apa memang telah menjadi kebiasaan William datang ke tempat yang menyediakan wanita malam seperti ini?’ Jika benar seperti itu, apakah dia juga sering melakukannya sejak Ivana— “Bukankah harusnya aku yang bertanya?” tanya balik pria itu sehingga mengakhiri kemelut yang ada di dalam dada Lilia. Salah satu alis William yang lebat terangkat, mengisyaratkan sebuah kebingungan, “Kenapa kamu di tempat ini, Lilia? Aah … apa mungkin seperginya kamu dari rumahku hal yang kamu putuskan adalah menjadi wanita malam?” “Tidak,” sangkal Lilia. “S-saya di sini karena ….” Ia menggigit bibirnya, sekujur tubuhnya terasa nyeri saat mengingat lagi apa yang dilakukan oleh Arya—alasan berakhirnya ia di tempat ini. “Karena ayah saya t-tidak bisa membayar utang pada Madam

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    10. Belongs To Him

    Pria tua yang hampir menindihnya itu limbung saat Lilia menendang bagian sensitif di kedua pangkal pahanya. Selagi ia mengaduh kesakitan, Lilia memandang William dengan matanya yang basah. Air mata tak hentinya mengalir, rasa takut, frustrasi, ingin lari … semuanya bercampur menjadi satu, memburunya seperti rusa kecil yang dikejar pemangsa. “Tuan William,” panggil Lilia yang membuat pria itu urung pergi. Ia menoleh pada Lilia dengan kepalanya yang condong beberapa derajat ke kiri. “Saya setuju,” kata Lilia. “Tolong bawa saya pergi dari sini,” pintanya, menelan rasa malu padahal baru saja menolak tawarannya mentah-mentah. William menunjukkan seulas senyum tipisnya saat menghadapkan tubuhnya pada Lilia seraya bertanya, “Apapun resikonya, Lilia?” Lilia mengangguk sembari menyilangkan kedua tangannya di depan tubuh. “Apapun yang aku minta, kamu akan menerimanya?” William mempertegasnya. “Saya menerimanya,” jawab Lilia, suaranya sarat akan putus asa. Ia sungguh tak ingin berada l

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    11. Keano-ku Sayang, Keano-ku Malang

    “Dia pernah menjalani rawat inap di rumah sakit sebelum dibawa pulang dan melakukan rawat jalan di rumah,” terang Agni. “Saat itu kondisinya cukup buruk, bahkan sampai hari ini. Tuan Muda Keano tidak mau makan sejak Anda pergi, dan tidak mau bertemu dengan Tuan William sama sekali.” Kalimat Agni memasung bibirnya kian hebat, air mata tak kuasa terbendung dan luruh saat Lilia satu langkah mendekat pada keano. “K-kenapa Keano tidak mau bertemu dengan Tuan William, Bu Agni?” tanya Lilia setelah ia menata kata. “Dia sangat marah pada Tuan William karena menganggap Tuan lah yang membuat Anda pergi dari rumah,” jawabnya. “Dia melihat Anda menangis dari kamar Tuan pada hari Anda pergi dari rumah ini.” Sesak menggelegak kala ia mendapati Keano secara langsung, dalam pandangannya bahwa kondisinya memprihatinkan. Tubuhnya sangat kurus, anak itu kehilangan banyak berat badan. Pipinya yang dulu ia cium tiap malam itu berubah tirus. Seolah Lilia tengah melihat orang lain, bukan Keano kesayang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    12. Sayang Mama Selama-lamanya

    “K-kenapa kalian memanggilku Nona?” tanya Lilia sekali lagi, dibuat bingung dengan julukan barunya. Namun alih-alih memberi jawaban pasti, beberapa pelayan yang berdiri di sekitarnya hanya menunjukkan seulas senyum saat menjawab, “Bukankah memang seperti itu seharusnya?” “Tidak—” Lilia menggelengkan kepalanya. “Aku tidak mau kalian memanggilku seperti itu karena aku bukan ‘Nona’,” ucapnya sungguh-sungguh. “Peraturan tidak akan diubah, Nona Lilia,” sahut Agni—kepala pelayan—yang berdiri tak jauh darinya. Wanita paruh baya itu tersenyum saat mendekat. “Kami akan tetap memanggil Anda seperti itu.” “A-aturan apa?” tanyanya memperjelas, tapi mereka seolah sepakat untuk tak membuka mulut. ‘Aturan apa maksudnya?’ batinnya. ‘Apa William yang meminta mereka begitu?’ Tapi mungkin ini menjelaskan kenapa sejak kedatangannya semalam Agni begitu sopan dan formal padanya. ‘Aneh sekali ….’ Lilia tidak suka dengan julukan itu, nanti akan ia desak Agni untuk jujur kenapa dirinya dipanggil seba

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23

Bab terbaru

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    181. Blank Space—Ruang-ruang Kosong Di Dalam Hati

    “H-harusnya seperti itu, Pa,” tanggap Lilia dengan gugup. “Ada banyak kenangan yang bertumpang tindih. Ada William yang terlihat membenciku, ada kalanya juga aku menemukan dia terlihat tersenyum dengan manis, aku bingung harus mempercayai ingatanku yang mana. Aku ingin ingat semuanya.”Tuan Alaric yang mendengar Lilia hanya terus tersenyum. Pria paruh baya itu seperti tak keberatan mendengarnya siang hari ini atau bahkan hingga nanti matahari tak terlihat lagi.Salah satu tangan beliau mengarah ke depan, menyinggahi lengan Lilia dan memberinya usapan lembut.“Bukankah Papa sudah bilang agar kamu pelan-pelan saja mengingat semuanya?” kata beliau. “Jika kamu paksakan, bisa-bisa semua ingatan itu rusak dan selamanya kamu tidak akan bisa mengingat William atau Keano, Nak ….”Lilia tak menjawab selain hanya terus menunduk, sedang Tuan Alaric menarik tangannya saat suaranya yang hangat kembali terdengar. “Jika ingatanmu rusak, kamu bisa tak lagi menderita hilang ingatan semenatara, tetapi s

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    180. Bunga Lili Untuk Lilia

    “T-tapi, benar ini sama dengan punya Papa?” ulang Lilia atas kalimat Keano.“Iya, Mama,” jawab Keano seraya menganggukkan kepalanya dengan yakin. “Cincin itu Mama dapat saat Mama dan Papa ada di rooftop,” terangnya.Meski Lilia mendengar anak lelakinya itu dengan saksama, tapi ia tak bisa mendapatkan kenangan akan hari itu.Satu hal yang jelas, saat ia menunduk dan mengamati cincin itu … cincinnya sangat cantik.Cincin bunga lili. Jika benar itu berasal dari William, ‘Apa itu agar mirip dengan namaku? Bunga lili untuk Lilia?’Berhenti membatin, Lilia menggeleng menyangkal pendapatnya sendiri.‘Tidak mungkin begitu, aku hanya mencocokkannya saja.’Lilia hampir meminta agar Keano menceritakan tentang hal itu lagi sebelum ia mendengar suara Tuan Alaric yang memasuki ruang tengah seraya berujar, “Keano benar, Nak,” katanya. “Papa pernah melihat kamu memakai cincin itu yang memang serasi dengan cincin milik William yang masih dipakainya sampai hari ini. Kalungnya juga sangat cantik.”Lewat

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    179. Sekelumit Kisah Tentang Permata Berwarna Amethyst

    Tuan Alaric pergi melewati mereka setelah mengatakan hal itu.Suara langkah kakinya lambat laun tak terdengar di kejauhan, kepergiannya jelas bersama dengan Zain sebab samar dari tempat Gretha berdiri ia mendengar suara pria itu yang menyapa, ‘Selamat malam’ kepada ayahnya.Gretha mendorong napasnya seraya memandang sang Ibu. “Apa maksudnya itu, Ma?” tanyanya. “Memangnya bagaimana cara Mama dan Papa menikah dulu?”“Kamu tidak perlu tahu,” jawab Nyonya Bertha. “Yang penting kamu hidup enak ‘kan sampai hari ini?”Nyonya Bertha hampir pergi sebelum Gretha mencegahnya.“Aku penasaran dengan Papa kandungku,” ucapnya yang seketika membuat sang Ibu terhenti langkahnya, membeku di tempatnya berdiri dan menatap Gretha dengan leher yang bergerak kaku. “Selama ini aku tidak pernah melihat Papa kandungku. Mama bilang kalau Papa sudah mati, apa memang benar begitu, atau ada hal lain yang Mama sembunyikan dariku?”Nyonya Bertha tak menjawab. Ia menghindari tatapan penuh rasa penasaran anak perempua

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    178. Ada Saatnya Aku Akan Lelah

    Gretha tertawa mendengar ucapan tersebut. Kedua tangannya bersedekap saat menjawab, “Jangan harap!” ucapnya penuh penekanan. “Aku tidak akan melakukan hal itu. Jika bukan William maka tidak!”“Lalu apa kamu akan membiarkan anak itu lahir tanpa ayah?”“Dia punya ayah, ayahnya adalah William,” jawab Gretha. “Jangan merasa kamu berhak menuntutku ini dan itu hanya karena kamu memasukkan benihmu kedalam tubuhku, Henry!”Henry sejenak terlihat seperti orang linglung. Ia tak bisa meraba apa yang sebenarnya diinginkan oleh Gretha.“Kenapa pemikiranmu aneh sekali, Gretha?” tanya Henry. “Kita berhubungan, anak itu adalah anakku. Kamu juga sudah berjanji memberi kesempatan padaku jika aku melakukan apapun yang kamu mau. Tapi kenapa begini sekarang?” cecar Henry balik, suaranya sarat akan ketidakpuasan dan rasa kecewa yang besar.Seakan apa yang ia lakukan selama ini hanyalah sebuah kesia-siaan yang tak ada artinya di mata Gretha.“Kenapa kamu keras kepala, Gretha?” imbuhnya. “Aku mau bertanggung

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    177. Siapa Ayah Biologisnya?

    William melihat Henry yang kedua telinganya memerah. Tubuhnya bergerak menunjukkan gestur bahwa ia tidak nyaman, seolah ia tengah tertangkap basah padahal tak ada yang menyebut namanya sama sekali.Ada kepanikan yang ia sembunyikan dan dari sanalah sepertinya William telah tahu anak siapa di dalam perut Gretha itu.Ia memandang Giff melalui sudut matanya, sekretarisnya itu seolah tahu apa yang ia pikirkan sehingga memberi anggukan samar.“Kamu tidak perlu tahu, Rey!” jawab Gretha akhirnya. Ia memandang Reynold dengan tatapan sengit sebelum mengayunkan kakinya pergi dari sana, hampir bisa dikatakan berlari kala meninggalkan lobi Velox Corp padahal sebelumnya bersikeras mengatakan ingin ikut seminar.Reynold memandang kepergian Gretha dengan alis lebatnya yang nyaris bersinggungan.“Apakah kamu mengenalnya, Reynold?” tanya William.“Iya. Mantan pacar saya, Tuan,” akunya. “Apakah Anda juga mengenalnya?”“Dia adik tiri dari mendiang istriku.”Reynold terlihat memiringkan kepalanya sekila

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    176. Pertemuan Nona Dan Mantan Pacarnya

    Sehari setelah kembali dari luar kota—tempat di mana Lilia, Keano dan Alya berada—pagi ini William kembali menjalani aktivitas rutinnya.Di lobi Velox Corp, ia berjalan dengan Giff yang ada di belakangnya, sepasang matanya menjumpai sosok tak asing yang duduk di sana.Gretha.Wanita itu terbalut dalam pakaian hamilnya, berdiri dengan gegas saat melihat William yang berjalan melewatinya tanpa peduli.“Kak Liam,” panggil Gretha seraya menghalangi langkah kakinya.William mau tak mau berhenti karena Gretha benar-benar ada di hadapannya.Ia terlihat tak tertarik sesaat sebelum suaranya akhirnya terdengar, “Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya William dengan enggan.“Aku mendapat undangan untuk datang ke seminar yang diselenggarakan di hall milikmu. Sebagai perwakilan,” terang Gretha. “Aku membawa undangannya jika Kak Liam tidak percaya padaku.”William yang mendengar itu menoleh ke sebelah kanannya, pada Giff. “Apa kamu mengundangnya juga, Giff?”“Maaf saya tidak ingat karena undanganny

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    175. Gaun Pengantin Di Balik Kaca

    Karena sekolah masih libur, Lilia dengan diantar oleh Zain pergi ke suatu tempat—tak jauh dari kediaman mereka—untuk melakukan belanja keperluan bulanan saja. Zain bilang padanya bahwa Tuan Alaric tak bisa ikut karena sedang bertemu dengan orang dari Sada Construction, penanggung jawab pembangunan sekolah—projek bersama antara Velox Corp dan Seans Holdings.“Nanti malam Tuan Alaric akan datang ke rumah lagi, Nona Lilia,” ucap pria itu saat mengemudikan mobilnya memasuki sebuah mini mall yang melihatnya dari luar saja sudah membuat Keano senang.“Iya, Pak Zain,” tanggap Lilia.Suaranya membuat sang Ibu yang duduk di depan menoleh ke belakang dan bertanya, “Kenapa serak, Nak? Kamu flu?”“Tidak, Bu. Hanya ... semalam kurang bisa tidur saja.”“Mama, nanti apakah mau main di dalan bersama Keano?” pinta anak lelakinya.“Tapi kita harus berbelanja dulu menemani Oma, ‘kan?”“Tidak apa-apa,” sahut Alya dari depan. “Kamu pergilah saja dengan Keano, Ibu bisa sendiri nanti minta bantu Pak Zain.

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    174. Ellipsism

    Tangan Lilia terasa kaku saat menerima kotak susu dari William. Manik mereka bertemu, iris gelapnya membuat Lilia dengan cepat menghindarinya karena ingatan itu membuat air matanya hampir luruh karena takut.“T-terima kasih,” ucapnya dengan gugup.Lilia tak memandang pria itu lagi saat ia menyiapkan susu hangat untuk Keano.Kebekuan menyergap untuk lebih dari beberapa menit dengan Lilia yang terus meraba, ‘Kenapa dulu dia menatapku dengan penuh benci seperti itu?’ gumamnya dalam hati.“Papa?!” panggil suara manis Keano yang melunturkan ketegangan di tempat itu.“Sayang,” balas William pada Keano kemudian pria itu pergi dari sisi Lilia.Lilia menunduk, meremas cangkir di tangannya kuat-kuat.Inilah yang ia maksudkan, sanggupkah ia dengan segala resikonya termasuk kenangan yang kelam dan tak menyenangkan jika ia benar-benar bisa mengingat William?‘Bagaimana sekarang?’*** Sehari setelah pertemuan yang membuat Lilia menemukan seberkas ingatan tak menyenangkan itu, William akhirnya berp

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    173. Sepucuk Mawar Berduri

    Sabtu pagi yang sedikit mendung saat Lilia berada di halaman rumahnya. Ia tengah menyiram tanaman dan bunga-bunga yang tumbuh di sana dan salah satu mawar yang kapan hari dibeli oleh ibunya dari toko bunga di depan komplek itu telah berbunga meski masih kuncup“Cantik sekali,” gumamnya seorang diri.Ia menyentuhnya dengan hati-hati, menunduk dan menciumnya yang harum.Lilia mengangkat wajah saat mendengar suara langkah kaki seseorang yang berdiri di dekatnya dan menoleh pada kedatangan pria yang pakaiannya segelap langit yang menaungi mereka di atas sana.“William?” sapanya seraya menegakkan tubuhnya sedang pria itu mendekat padanya.“Apa yang kamu lakukan, Lilia?” tanyanya.“Hanya ... menyiram bunga saja.” jawab Lilia. “Anda ingin bertemu dengan Keano?”William mengangguk, “Iya, apa dia sudah bangun? Atau aku yang kepagian?”“Keano sudah bangun Tapi dia ikut Ibu pergi berbelanja sebentar.”“Setiap hari Keano ikut berbelanja?”“T-tidak setiap hari juga,” jawabnya. “Karena kalau diting

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status