Share

Bab 2

Penulis: Winda Siscaa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-14 17:04:33

Elara Rose terkejut. Matanya melebar saat melihat pria muda di kursi roda. Ia mengira klien yang akan dirawatnya adalah seorang lansia, mungkin pria tua yang sudah uzur. Namun, kenyataan di hadapannya jelas-jelas berbeda. Pria muda itu tampak berusia akhir dua puluhan, dengan mata tajam yang mengintimidasi dan sikapnya begitu dingin.

"Nona Rose, mari saya perkenalkan," ujar Kepala ART dengan senyum formal. "Ini adalah tuan muda kita, Tuan Yuan Edbert Ramiro dan ini Nyonya di rumah ini, ibunya Tuan Muda Yuan."

Elara Rose masih tertegun, ia tidak dapat mengalihkan pandangannya pada sosok pria muda yang duduk di kursi roda itu.

"Apa yang kau lihat?" tanya Yuan sinis, memecah keheningan.

Elara tergagap, tak tahu harus berkata apa. "Ah, maaf, saya hanya... tidak menyangka..."

"Tidak menyangka apa? Bahwa ternyata aku bukan seorang kakek renta?" Pria itu mendengus pelan. "Bagus sekali. Aku sudah muak dengan perawat yang datang dengan ekspektasi mereka sendiri."

"Yuan," ujar wanita anggun di sampingnya, menegur dengan lembut tetapi tegas. "Sopanlah sedikit."

Pria itu—Yuan, seperti yang disebut Kepala ARTnya—mendengus lagi dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Elara Rose masih berusaha mencerna situasi ini, mencoba menarik napas panjang untuk menenangkan diri. 

"Jangan khawatir, Nona Rose." Kepala ART berkata menenangkan. "Bukankah Nyonya sudah menjelaskan apa saja pekerjaan Anda, dan kami yakin Anda bisa melakukannya."

Wanita anggun itu mendekat ke arah Elara Rose, mengulurkan tangan dengan senyum kecil. "Saya ibunya Yuan. Kami berterima kasih karena Anda mengambil pekerjaan ini. Saya harap Anda tidak terlalu memperhatikan sikap putra saya yang kadang sulit ditebak."

Elara Rose menjabat tangan itu dengan sedikit gemetar, lalu menunduk sopan. "Terima kasih atas kesempatan ini, Nyonya. Saya akan melakukan yang terbaik."

Namun, saat ia mengangkat pandangannya lagi, tatapan dingin Yuan masih terpaku padanya. Elara tahu, pekerjaan ini akan jauh lebih rumit daripada yang ia bayangkan.

"Keluar dari rumahku sekarang juga!" Suara berat penuh emosi menggema di ruang tamu mewah yang sunyi.

Yuan Edbert Ramiro, dengan wajah penuh amarah, menatap Elara Rose yang berdiri terpaku dengan wajah yang terkejut.

Elara membeku. Ia tidak tahu harus berkata apa. Baru saja beberapa menit, ia tiba di rumah ini, dan sambutan pertama yang ia terima adalah pengusiran langsung dari seorang pria muda yang tampak begitu angkuh.

"Yuan, cukup!" Suara tegas seorang wanita memotong ketegangan. Seorang wanita paruh baya yang elegan berbalik badan menghadap ke arah lelaki lumpuh itu, melirik dengan tajam. "Dia di sini karena aku mempekerjakannya. Kau harus belajar menerima bantuan."

"Aku tidak butuh perawat, apalagi seorang amatir yang bahkan tidak terlihat profesional!" Yuan membalas, menunjuk Elara Rose dengan gerakan yang tampak frustrasi. "Ini rumahku, dan aku tidak ingin dia di sini."

Elara mengepalkan tangannya di sisi tubuhnya, mencoba menahan rasa malu dan marah. Namun, sebelum ia bisa membuka mulut untuk membela diri, wanita itu—yang ternyata ibu dari pria tersebut—mendekati Yuan.

"Cukup, Yuan," kata ibunya dengan nada tegas. "Kau tidak dalam posisi untuk memilih sekarang. Kau tahu betul betapa sulitnya mencari seseorang yang mau merawatmu setelah semua yang kau lakukan pada perawat-perawat sebelumnya. Kalau kau ingin aku berhenti ikut campur, buktikan bahwa kau bisa mengurus dirimu sendiri."

Yuan mendengus, wajahnya memerah karena amarah. "Aku bisa mengurus diriku sendiri. Aku hanya tidak mau dia di sini."

"Itu bukan keputusanmu kali ini!" Ibunya menegaskan sebelum menoleh ke arah kepala ART  yang berdiri di belakang kursi roda. "Bantu Nona Rose menyesuaikan diri. Pastikan dia tahu tanggung jawabnya di rumah ini."

Elara hanya bisa mengangguk pelan, meskipun rasa gugup menyelimuti dirinya. Wanita yang tampak seperti kepala ART itu mendekatinya dengan senyum tipis.

"Ikut saya, Nona," katanya lembut. "Mari kita bicara sebentar di dapur."

Di dapur yang luas dan berkilauan, kepala ART, seorang wanita berusia lima puluhan dengan wajah ramah, menuangkan teh hangat untuk Elara.

"Jangan terlalu diambil hati, Nona Rose," katanya, menyodorkan cangkir itu. "Tuan Muda memang menjadi temperamental sejak kecelakaan itu."

Elara menerima teh itu dengan kedua tangan, mencoba meredakan detak jantungnya yang masih cepat. "Dia... memang selalu seperti itu?" tanyanya ragu-ragu.

Wanita itu mengangguk. "Dia orang yang baik dan hangat, tapi kecelakaan itu mengubah segalanya. Kehilangan kemampuan berjalan membuatnya merasa dunia ini tidak adil. Semua perawat sebelumnya tidak ada yang tahan lebih dari seminggu karena sikapnya. Tapi jangan khawatir, kalau Nona butuh bantuan, saya dan staf lain akan mendukung."

Elara menarik napas dalam-dalam. Ia tidak boleh menyerah secepat ini. Pekerjaan ini adalah harapannya untuk bertahan hidup di kota.

Sementara itu, Yuan dan ibunya masih berdebat di ruang tamu. Pria itu melipat tangannya dengan ekspresi keras kepala, sementara ibunya tetap berdiri di depannya dengan penuh wibawa.

"Kenapa kau selalu membuat semuanya sulit?" tanya ibunya dengan nada lebih lembut, mencoba meredakan suasana.

"Karena aku tidak butuh orang lain," balas Yuan, suaranya rendah tapi penuh emosi. "Aku sudah cukup dengan semua ini. Kenapa kau harus memaksaku?"

"Karena aku peduli padamu," jawab ibunya tanpa ragu. "Dan karena aku tahu kau lebih baik dari ini. Yuan, biarkan dia membantu. Kalau kau tidak ingin berbicara dengannya, setidaknya beri dia kesempatan untuk bekerja dengan tenang."

Yuan tidak menjawab. Ia hanya menatap ibunya dengan pandangan tajam sebelum akhirnya memalingkan wajahnya. "Baik. Tapi kalau dia membuat satu kesalahan saja, aku akan memecatnya."

Ibunya mengangguk, meski jelas ia tahu ini bukan hal  yang mudah. Ia melangkah pergi, meninggalkan Yuan sendirian di ruang tamu besar yang terasa lebih sunyi dari sebelumnya.

Sore itu, Elara Rose berdiri di depan pintu kamar Yuan dengan Kepala ART di sisinya. Wanita berpakaian rapi itu mengetuk pintu perlahan, lalu membukanya tanpa menunggu jawaban.

"Tuan Muda, ini Nona Rose," katanya dengan nada formal. "Dia akan mulai bekerja hari ini."

Yuan sedang duduk di kursi rodanya dengan ekspresi dingin, melirik sekilas ke arah Elara Rose.

"Aku tidak ingin dia menggangguku saat ini," katanya sinis.

Kepala ART tersenyum tipis, seperti sudah terbiasa dengan sikap tersebut. "Tentu, Tuan. Kami hanya ingin memastikan semuanya berjalan baik, dia hanya akan menemani Tuan di sini. Saya pastikan, dia tidak akan mengganggu ketenangan Tuan.”

Elara Rose mengumpulkan keberanian untuk melangkah masuk, setelah mendapat kode dari Kepala ART itu. "Saya di sini untuk membantu, Tuan," katanya pelan, meskipun suara hatinya ingin menjerit. "Saya akan melakukan yang terbaik."

Yuan tidak menjawab, hanya memutar kursi rodanya membelakangi mereka. Kepala ART memberi Elara pandangan yang mengatakan, ‘Sabarlah’ sebelum pergi meninggalkannya di kamar Yuan.

Saat pintu ditutup, Elara berdiri di tengah kamar yang luas tapi terasa sangat canggung. Ia memandang punggung Yuan yang membatu. ‘Ini akan menjadi pekerjaan yang panjang’,  pikirnya, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berdebar-debar.

"Baiklah," kata Yuan dingin. "Kalau kau di sini untuk bekerja, buktikan sekarang. Urus aku!”

Elara Rose kembali membulatkan matanya, ia tidak menyangka Yuan akan bersikap seperti itu. Kemudian, ia menutup mata dengan kedua tangannya, tidak berani menatap Yuan yang kini berada di hadapannya. Jantungnya berdegup lebih kencang.

Bab terkait

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 3

    "A-aapa yang Anda lakukan?!" serunya panik.Yuan mengangkat alis, ekspresi dinginnya berubah menjadi seringai kecil. "Apa menurutmu aku akan meminta hal aneh darimu? Aku hanya ingin berganti pakaian. Kau harus membantu kalau mau bertahan di sini."Wajah Elara memerah. "Tidak perlu melepas pakaian di depan saya seperti itu!"Yuan tertawa lirih, suara rendahnya terdengar mengejek. "Kau akan menjadi perawatku, bukan? Ini bagian dari pekerjaanmu. Jangan bilang kau sudah takut bahkan sebelum mulai."Elara Rose mengintip dari celah jarinya, memastikan Yuan hanya duduk dengan setengah kemejanya yang terbuka. Napasnya bergetar karena malu sekaligus jengkel. Pria ini jelas tahu bagaimana memanipulasi situasi untuk membuatnya tidak nyaman. Namun, ia menolak menyerah begitu saja."Baiklah," katanya akhirnya, menurunkan tangannya dari wajah. "Tapi saya hanya membantu apa yang diperlukan. Tidak lebih."Yuan menatapnya dengan sedikit menarik ujung bibirnya. Sepertinya, ia merasa puas karena bisa me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 4

    "Aku ingin kau membantuku pergi ke lantai dua.” Yuan melipat tangannya, ekspresi wajahnya penuh tantangan.Elara mengerutkan kening. “Lantai dua? Tapi… untuk apa Tuan Muda ingin ke lantai dua? Bukankah kamar Tuan sudah dilengkapi dengan semua fasilitas?”“Tentu saja,” Yuan menjawab sambil mengangkat alis. “Tapi ada sesuatu yang aku butuhkan di sana. Lagipula, aku ingin memastikan kau cukup kompeten. Jadi, ayo.”Ia memutar kursi rodanya ke arah tangga, roda-roda besinya menimbulkan suara bergemuruh di lantai marmer. Elara menatap tangga panjang yang melengkung ke atas dengan hati berdebar.“Tapi… ada lift, kan?” tanya Elara ragu.“Tidak ada,” Yuan menjawab dengan nada datar, lalu menoleh dengan senyuman kecil. “Itulah tantangannya. Kau harus membawaku ke atas.”“APA?!” Elara membulatkan matanya. “Tuan bercanda, kan?”Yuan hanya mengangkat bahu dengan santai. “Aku tidak pernah bercanda dengan ucapanku. Kau bilang kau bisa melakukan apa saja, bukan?”Elara menghela napas, berusaha mereda

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 5

    Pagi itu, Elara mengetuk pintu kamar Yuan dengan wajah penuh tekad. Setelah kejadian kemarin, ia merasa harus melakukan sesuatu. Bukan untuk membalas Yuan, tetapi untuk membantunya. Di balik sikap dinginnya, Yuan terlihat seperti seseorang yang membutuhkan semangat dan motivasi. Walaupun, pertanyaan mengenai foto itu belum menemukan jawaban, tapi ia memutuskan untuk melupakan rasa penasarannya.“Tuan Muda,” panggil Elara sambil membuka pintu sedikit. “Saya ingin bicara sebentar.”“Apa lagi sekarang?” Yuan menjawab dari tempat tidur, suaranya serak karena baru bangun.Elara masuk, membawa nampan berisi sarapan. “Sarapan dulu, lalu kita bicara. Ini penting.”Yuan mendengus. “Apa yang bisa lebih penting daripada tidurku?”“Terapi fisik,” jawab Elara tegas, membuat Yuan langsung menegakkan punggungnya. Wajahnya berubah tajam.“Terapi fisik?” Yuan mengulang dengan nada mencemooh. “Aku sudah bilang, itu buang-buang waktu.”“Tuan Muda, Anda harus mencobanya. Saya membaca tentang metode baru

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 6

    Ketika Elara Rose sadar, ia menemukan dirinya tidur di sofa besar di kamar Yuan. Lampu ruangan menyala redup, menciptakan suasana yang tenang, tapi terasa aneh. Yuan ada di dekatnya masih duduk di kursi roda dan menatapnya dengan ekspresi tak terbaca.“Tuan Muda Yuan, apa yang sedang terjadi?” Elara bertanya, bingung dengan situasinya.“Kau tidak ingat?” Yuan membalas dengan nada datar. “Seseorang mencoba menyeretmu keluar tadi. Aku kebetulan melihatnya dari kamera pengawas.”Elara menelan ludah, mencoba mencerna kata-kata Yuan. “Lalu, bagaimana saya bisa di sini?”“Aku membawamu ke sini. Tidak ada tempat yang lebih aman di rumah ini selain kamarku,” katanya tanpa ragu. “Kau akan menginap di sini malam ini.”“Apa? Menginap di sini?” Elara hampir tersedak. Wajahnya memerah karena rasa canggung.“Tenang saja. Aku bukan pria mesum,” Yuan menambahkan sambil tersenyum tipis. “Lagipula, aku lebih suka membuat hidupmu sulit daripada merusak reputasimu.”Elara menghela napas panjang. “Baiklah

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 1

    "Elara, dengarkan Ayah! Anak Pak Lurah itu lelaki baik, masa depanmu akan terjamin kalau kau menikah dengannya," Suara berat dari ruang tamu memecah keheningan pagi itu.Elara Rose menggeleng tegas, matanya memancarkan tekad yang kuat."Ayah, aku sudah bilang. Aku ingin kuliah, aku ingin mengejar mimpiku menjadi tour guide internasional!" Suaranya bergetar, separuh karena emosi, separuh karena takut membuat suasana semakin memanas."Tour guide? Apa kau tidak waras, Elara? Hidup di kota itu keras, dan kau tahu keluarga kita tidak punya cukup uang untuk itu!" Suara lembut tapi sarat kekhawatiran menyela. "Anak Pak Lurah itu mau melamarmu. Kau tidak perlu susah payah lagi kalau menikah dengannya.""Ayah, Ibu, tolong mengerti. Aku tidak mau menikah hanya demi uang. Aku ingin punya hidupku sendiri, dan aku sudah menabung. Aku bisa membiayai kuliahku!" Elara bersikeras, meski hatinya agak ragu melihat wajah kecewa di depannya.Tangan besar menghantam meja kayu, membuat gelas teh bergetar. "

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14

Bab terbaru

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 6

    Ketika Elara Rose sadar, ia menemukan dirinya tidur di sofa besar di kamar Yuan. Lampu ruangan menyala redup, menciptakan suasana yang tenang, tapi terasa aneh. Yuan ada di dekatnya masih duduk di kursi roda dan menatapnya dengan ekspresi tak terbaca.“Tuan Muda Yuan, apa yang sedang terjadi?” Elara bertanya, bingung dengan situasinya.“Kau tidak ingat?” Yuan membalas dengan nada datar. “Seseorang mencoba menyeretmu keluar tadi. Aku kebetulan melihatnya dari kamera pengawas.”Elara menelan ludah, mencoba mencerna kata-kata Yuan. “Lalu, bagaimana saya bisa di sini?”“Aku membawamu ke sini. Tidak ada tempat yang lebih aman di rumah ini selain kamarku,” katanya tanpa ragu. “Kau akan menginap di sini malam ini.”“Apa? Menginap di sini?” Elara hampir tersedak. Wajahnya memerah karena rasa canggung.“Tenang saja. Aku bukan pria mesum,” Yuan menambahkan sambil tersenyum tipis. “Lagipula, aku lebih suka membuat hidupmu sulit daripada merusak reputasimu.”Elara menghela napas panjang. “Baiklah

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 5

    Pagi itu, Elara mengetuk pintu kamar Yuan dengan wajah penuh tekad. Setelah kejadian kemarin, ia merasa harus melakukan sesuatu. Bukan untuk membalas Yuan, tetapi untuk membantunya. Di balik sikap dinginnya, Yuan terlihat seperti seseorang yang membutuhkan semangat dan motivasi. Walaupun, pertanyaan mengenai foto itu belum menemukan jawaban, tapi ia memutuskan untuk melupakan rasa penasarannya.“Tuan Muda,” panggil Elara sambil membuka pintu sedikit. “Saya ingin bicara sebentar.”“Apa lagi sekarang?” Yuan menjawab dari tempat tidur, suaranya serak karena baru bangun.Elara masuk, membawa nampan berisi sarapan. “Sarapan dulu, lalu kita bicara. Ini penting.”Yuan mendengus. “Apa yang bisa lebih penting daripada tidurku?”“Terapi fisik,” jawab Elara tegas, membuat Yuan langsung menegakkan punggungnya. Wajahnya berubah tajam.“Terapi fisik?” Yuan mengulang dengan nada mencemooh. “Aku sudah bilang, itu buang-buang waktu.”“Tuan Muda, Anda harus mencobanya. Saya membaca tentang metode baru

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 4

    "Aku ingin kau membantuku pergi ke lantai dua.” Yuan melipat tangannya, ekspresi wajahnya penuh tantangan.Elara mengerutkan kening. “Lantai dua? Tapi… untuk apa Tuan Muda ingin ke lantai dua? Bukankah kamar Tuan sudah dilengkapi dengan semua fasilitas?”“Tentu saja,” Yuan menjawab sambil mengangkat alis. “Tapi ada sesuatu yang aku butuhkan di sana. Lagipula, aku ingin memastikan kau cukup kompeten. Jadi, ayo.”Ia memutar kursi rodanya ke arah tangga, roda-roda besinya menimbulkan suara bergemuruh di lantai marmer. Elara menatap tangga panjang yang melengkung ke atas dengan hati berdebar.“Tapi… ada lift, kan?” tanya Elara ragu.“Tidak ada,” Yuan menjawab dengan nada datar, lalu menoleh dengan senyuman kecil. “Itulah tantangannya. Kau harus membawaku ke atas.”“APA?!” Elara membulatkan matanya. “Tuan bercanda, kan?”Yuan hanya mengangkat bahu dengan santai. “Aku tidak pernah bercanda dengan ucapanku. Kau bilang kau bisa melakukan apa saja, bukan?”Elara menghela napas, berusaha mereda

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 3

    "A-aapa yang Anda lakukan?!" serunya panik.Yuan mengangkat alis, ekspresi dinginnya berubah menjadi seringai kecil. "Apa menurutmu aku akan meminta hal aneh darimu? Aku hanya ingin berganti pakaian. Kau harus membantu kalau mau bertahan di sini."Wajah Elara memerah. "Tidak perlu melepas pakaian di depan saya seperti itu!"Yuan tertawa lirih, suara rendahnya terdengar mengejek. "Kau akan menjadi perawatku, bukan? Ini bagian dari pekerjaanmu. Jangan bilang kau sudah takut bahkan sebelum mulai."Elara Rose mengintip dari celah jarinya, memastikan Yuan hanya duduk dengan setengah kemejanya yang terbuka. Napasnya bergetar karena malu sekaligus jengkel. Pria ini jelas tahu bagaimana memanipulasi situasi untuk membuatnya tidak nyaman. Namun, ia menolak menyerah begitu saja."Baiklah," katanya akhirnya, menurunkan tangannya dari wajah. "Tapi saya hanya membantu apa yang diperlukan. Tidak lebih."Yuan menatapnya dengan sedikit menarik ujung bibirnya. Sepertinya, ia merasa puas karena bisa me

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 2

    Elara Rose terkejut. Matanya melebar saat melihat pria muda di kursi roda. Ia mengira klien yang akan dirawatnya adalah seorang lansia, mungkin pria tua yang sudah uzur. Namun, kenyataan di hadapannya jelas-jelas berbeda. Pria muda itu tampak berusia akhir dua puluhan, dengan mata tajam yang mengintimidasi dan sikapnya begitu dingin."Nona Rose, mari saya perkenalkan," ujar Kepala ART dengan senyum formal. "Ini adalah tuan muda kita, Tuan Yuan Edbert Ramiro dan ini Nyonya di rumah ini, ibunya Tuan Muda Yuan."Elara Rose masih tertegun, ia tidak dapat mengalihkan pandangannya pada sosok pria muda yang duduk di kursi roda itu."Apa yang kau lihat?" tanya Yuan sinis, memecah keheningan.Elara tergagap, tak tahu harus berkata apa. "Ah, maaf, saya hanya... tidak menyangka...""Tidak menyangka apa? Bahwa ternyata aku bukan seorang kakek renta?" Pria itu mendengus pelan. "Bagus sekali. Aku sudah muak dengan perawat yang datang dengan ekspektasi mereka sendiri.""Yuan," ujar wanita anggun di

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 1

    "Elara, dengarkan Ayah! Anak Pak Lurah itu lelaki baik, masa depanmu akan terjamin kalau kau menikah dengannya," Suara berat dari ruang tamu memecah keheningan pagi itu.Elara Rose menggeleng tegas, matanya memancarkan tekad yang kuat."Ayah, aku sudah bilang. Aku ingin kuliah, aku ingin mengejar mimpiku menjadi tour guide internasional!" Suaranya bergetar, separuh karena emosi, separuh karena takut membuat suasana semakin memanas."Tour guide? Apa kau tidak waras, Elara? Hidup di kota itu keras, dan kau tahu keluarga kita tidak punya cukup uang untuk itu!" Suara lembut tapi sarat kekhawatiran menyela. "Anak Pak Lurah itu mau melamarmu. Kau tidak perlu susah payah lagi kalau menikah dengannya.""Ayah, Ibu, tolong mengerti. Aku tidak mau menikah hanya demi uang. Aku ingin punya hidupku sendiri, dan aku sudah menabung. Aku bisa membiayai kuliahku!" Elara bersikeras, meski hatinya agak ragu melihat wajah kecewa di depannya.Tangan besar menghantam meja kayu, membuat gelas teh bergetar. "

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status