Share

Bab 6

Author: Winda Siscaa
last update Last Updated: 2025-01-15 07:12:24

Ketika Elara Rose sadar, ia menemukan dirinya tidur di sofa besar di kamar Yuan. Lampu ruangan menyala redup, menciptakan suasana yang tenang, tapi terasa aneh. Yuan ada di dekatnya masih duduk di kursi roda dan menatapnya dengan ekspresi tak terbaca.

“Tuan Muda Yuan, apa yang sedang terjadi?” Elara bertanya, bingung dengan situasinya.

“Kau tidak ingat?” Yuan membalas dengan nada datar. “Seseorang mencoba menyeretmu keluar tadi. Aku kebetulan melihatnya dari kamera pengawas.”

Elara menelan ludah, mencoba mencerna kata-kata Yuan. “Lalu, bagaimana saya bisa di sini?”

“Aku membawamu ke sini. Tidak ada tempat yang lebih aman di rumah ini selain kamarku,” katanya tanpa ragu. “Kau akan menginap di sini malam ini.”

“Apa? Menginap di sini?” Elara hampir tersedak. Wajahnya memerah karena rasa canggung.

“Tenang saja. Aku bukan pria mesum,” Yuan menambahkan sambil tersenyum tipis. “Lagipula, aku lebih suka membuat hidupmu sulit daripada merusak reputasimu.”

Elara menghela napas panjang. “Baiklah, tapi ini tetap terdengar aneh. Saya akan tidur di sofa saja.”

Yuan mengangkat bahu. “Terserah kau, tapi jangan mengeluh kalau punggungmu sakit besok pagi.”

“Tapi… kira-kira siapa yang berniat menculik gadis miskin seperti saya?” Elara Rose menatap Yuan tajam, tetapi lelaki itu mengalihkan pandangannya.

***

Malam itu, suasana berubah lebih tenang. Yuan tampak lebih santai dari biasanya. Ia tidak lagi mengeluarkan perintah-perintah aneh atau bersikap menyebalkan. Malah, ia mulai membuka pembicaraan tentang hal-hal yang sama sekali tidak pernah Elara duga.

“Kau selalu tampak ceria,” kata Yuan sambil memandang Elara yang sedang merapikan selimut di sofa. “Apa kau tidak pernah merasa lelah?”

Elara tertawa kecil. “Tentu saja saya lelah, Tuan. Tapi saya selalu mencoba melihat sisi baik dari segala hal. Hidup ini sudah cukup sulit. Kalau saya menambahkan rasa kesal ke dalamnya, itu hanya akan membuat semuanya semakin berat.”

Yuan mengangguk pelan, seolah merenungkan kata-kata Elara.

“Aku iri padamu,” gumamnya tiba-tiba.

Elara menatapnya, pupil matanya membesar. “Iri? Kepada saya? Mengapa begitu—bukankah Tuan punya segalanya?”

“Kenapa tidak?” Yuan bersandar di kursi rodanya. “Kau punya semangat yang aku tidak miliki. Kau bisa menghadapi hari-hari sulit tanpa kehilangan senyumanmu. Sementara aku hanya bisa duduk di sini, dengan perasaan marah dan frustrasi.”

Elara tersenyum tipis. “Tuan, setiap orang punya cara masing-masing untuk menghadapi kesulitan. Anda hanya belum menemukan cara Anda sendiri.”

“Dan kau pikir terapi fisik itu jawabannya?” Yuan bertanya, kembali dengan nada skeptis.

“Mungkin,” jawab Elara, “tapi itu hanya akan berhasil kalau Anda benar-benar mencobanya dengan penuh semangat.”

Mereka terus berbicara sepanjang malam. Yuan yang biasanya dingin dan sarkastik mulai menunjukkan sisi dirinya yang berbeda. Ia berbicara tentang masa kecilnya, mimpinya sebelum kecelakaan, dan bagaimana ia merasa kehilangan dirinya sendiri sejak saat itu. Elara mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan komentar-komentar kecil yang membuat Yuan merasa dihargai.

Namun, ada satu momen yang membuat Yuan semakin penasaran dengan gadis itu.

“Kalau kau punya kesempatan, apa yang ingin kau lakukan dalam hidup ini?” Yuan bertanya.

Elara terdiam sejenak sebelum menjawab. “Saya ingin keliling dunia.”

“Keliling dunia?” Yuan mengulangi dengan nada terkejut. “Itu ambisi yang besar.”

“Memang,” Elara mengakui sambil tersenyum. “Tapi saya selalu bermimpi melihat tempat-tempat yang hanya bisa saya baca di buku atau lihat di film dan internet. Saya ingin tahu seperti apa rasanya berjalan di jalanan Paris, melihat aurora di Norwegia, atau berlayar di Kepulauan Karibia.”

Yuan menatap Elara dengan penuh perhatian. Ia menyadari bahwa di balik senyum cerianya, gadis ini menyimpan mimpi-mimpi besar yang mungkin tidak diketahui siapa pun.

“Kau tampaknya lebih dari sekadar perawat biasa,” Yuan berkata pelan.

Elara tersenyum kaku. “Saya hanya seseorang yang mencoba menjalani hidup dengan cara terbaik yang saya bisa, Tuan.”

Yuan tidak mengatakan apa-apa lagi, tetapi pikirannya mulai dipenuhi rasa penasaran. Siapa sebenarnya Elara Rose? Apa yang membuatnya begitu berbeda dari orang lain di sekitarnya?

Ketika malam semakin larut, Yuan melihat Elara tertidur di sofa. Ia memandangnya sejenak, mencoba memahami gadis ini lebih dalam. Ada sesuatu tentang Elara yang membuatnya merasa nyaman, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Tanpa sadar, Yuan meraih selimut dan menutupi tubuh Elara dengan lembut. Ia kemudian memutar roda kursinya kembali ke tempat tidur, tetapi pikirannya masih dipenuhi bayangan gadis itu.

Keesokan harinya, Yuan bangun lebih pagi dari biasanya. Langit masih tampak gelap. Bahkan, belum ada staf yang datang untuk memulai pekerjaan. Melalui telepon, ia meminta seorang asistennya untuk menyelidiki latar belakang Elara. Rasa penasarannya semakin kuat setelah malam itu.

Selang satu jam, pria muda dengan pakaian rapi akhirnya datang menemuinya di ruang kerjanya, Yuan membaca dengan seksama laporan yang lelaki itu berikan. Elara adalah seorang gadis desa yang bekerja di yayasan perekrut tenaga kerja. Utusan itu juga memberikan alamat tempat tinggal Elara Rose di sini. Namun, tidak ada informasi lebih lanjut tentang siapa keluarga ataupun asal usulnya.

Yuan merasa semakin tertarik. “Tidak ada yang aneh, tapi aku merasa dia menyembunyikan sesuatu?”

“Seperti apa itu, Tuan?” tanya lelaki kepercayaannya yang baru saja meletakkan paper bag berwarna hitam di atas meja kerja Yuan.

“Entahlah, aku juga tidak tahu. Tapi, dia berbeda.” Yuan menatap lelaki yang masih berdiri di hadapannya di ruang kerjanya. “Kalau begitu—kau boleh pergi.”

Yuan kembali ke kamarnya, di sana masih terbaring seorang Elara Rose di atas sofa. Yuan menikmati setiap detail wajah gadis itu. Sampai akhirnya, Elara terbangun.

“Tuuuan Yuan … anda sudah bangun?” Ia menggosok-gosok matanya, suaranya parau.

“Sebelum kembali bekerja, kau bersihkan dulu dirimu di kamar mandiku. Aku juga sudah menyiapkan pakaian ganti untukmu.” Ia menyodorkan sebuah paper bag.

Elara menatap aneh ke arah Yuan. Akan tetapi, Yuan segera memberi penjelasan, tidak ingin Elara mencurigainya macam-macam.

“Tadi, aku meminta salah satu orang kepercayaanku untuk membelinya.”

Elara melirik jarum jam dinding dengan ukuran sangat besar yang terpampang di salah satu dinding ruangan. “Masih jam 6 pagi, apakah sudah ada toko pakaian yang buka?”

“Aku bisa melakukan apa saja, tapi kau tidak perlu tahu itu. Lekas mandi dan bersiaplah, sekarang! Lalu keluar lewat gerbang belakang dan masuk kembali dari gerbang depan agar tidak ada yang curiga bahwa kau menginap di sini tadi malam.” Yuan kembali bersikap dingin.

Hari itu, Yuan memutuskan untuk menguji Elara dengan pertanyaan-pertanyaan yang tampaknya biasa, tetapi sebenarnya dirancang untuk menggali informasi lebih dalam.

“Apa kau memang bercita-cita ingin menjadi perawat?” Yuan bertanya saat Elara Rose menemaninya sarapan.

Elara tersenyum kecil. “Tidak juga. Tapi saya suka membantu orang, dan pekerjaan ini memberi saya kesempatan untuk melakukan itu.”

“Kalau begitu, apa impianmu sebenarnya? Kau masih sangat muda untuk meraih banyak hal dari sekarang.” Yuan melanjutkan, mencoba memancing lebih jauh.

Elara terdiam sejenak sebelum menjawab. “Mungkin … membuat sebuah perubahan besar dalam hidup saya. Saya belum tahu caranya, tapi itulah yang saya inginkan dan sedang saya usahakan.”

Jawaban itu membuat Yuan semakin yakin bahwa Elara adalah orang yang istimewa. Namun, sebelum ia bisa bertanya lebih jauh, suara ketukan keras di pintu kamar menginterupsi mereka.

“Yuan! Apa kau di dalam?” Suara Martha, ibunya, terdengar dari balik pintu.

Yuan dan Elara saling berpandangan, wajah mereka berubah tegang. Yuan dengan cepat memberi isyarat kepada Elara untuk tetap diam.

“Ya, Bu. Aku sedang sarapan,” jawab Yuan dengan suara tenang.

Pintu kamar terbuka, dan Martha masuk dengan tatapan curiga. Matanya langsung tertuju pada Elara yang sedang berdiri di sisi meja.

“Apa yang dia lakukan di sini?” tanya Martha tajam.

Elara tampak gugup, tetapi sebelum ia sempat menjawab, Yuan memotong. “Dia membawakanku sarapan. Apa ada yang salah dengan itu?”

Martha menatap mereka berdua dengan pandangan yang sulit dibaca, lalu melirik jarum jam. “Kurasa—jam di kamarmu sudah rusak. Mengapa dia datang se-pagi ini?”

Setelah Martha keluar, Yuan menatap Elara. “Kau lihat? Semua orang di rumah ini memperlakukanku seperti anak kecil, padahal mereka tahu aku bisa melakukan segala hal dengan mudah, meskipun sekarang … aku lumpuh.”

Elara tersenyum tipis, mencoba mencairkan suasana. “Mungkin mereka tidak bermaksud begitu, Tuan. Mereka hanya mengkhawatirkan anda.”

Yuan tidak menjawab, tetapi ada sesuatu dalam cara ia memandang Elara yang membuat gadis itu merasa bahwa sesuatu telah berubah.

Yuan mendekatkan wajahnya ke arah Elara Rose yang masih tertegun. Gadis itu memejamkan kedua matanya dan menahan napas. Di dalam hatinya ia berkata, “Apa yang akan Tuan Yuan lakukan, apakah dia mulai mencintaiku?”

Related chapters

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 7

    Ketika Yuan mendekatkan wajahnya, Elara hampir lupa bagaimana cara bernapas. Namun, bukannya mengatakan sesuatu yang romantis atau menyentuh, Yuan malah berbisik dengan nada serius."Ada kutu di rambutmu," katanya dengan ekspresi datar.Elara membuka matanya lebar-lebar. "Apa? Kutu?" tangannya langsung bergerak panik, mencoba mencari mie yang dimaksud. Ia menyapu rambutnya ke sana ke mari, tetapi tidak menemukan apa pun.Yuan menyandarkan diri di kursi rodanya sambil tertawa kecil. "Tenang saja. Aku bercanda."Elara menatapnya dengan campuran rasa kesal dan malu. "Tuan Yuan! Itu tidak lucu! Saya hampir berpikir Anda akan—""Akan apa?" Yuan memotong, menyeringai penuh kemenangan.Elara mendengus dan memutar badannya. "Lupakan saja."Namun, momen konyol itu segera sirna ketika suara langkah kaki mendekat. Sebelum mereka sempat berkata apa-apa lagi, pintu kamar Yuan terbuka. Seorang wanita cantik dengan rambut panjang berwarna karamel dan gaun elegan berdiri di sana. Ia memancarkan aura

    Last Updated : 2025-01-17
  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 8

    Sementara di rumah majikannya, Fiona duduk di sebelah Yuan saat acara dimulai. Ia terus berbicara tentang masa lalu mereka, memancing setiap orang untuk turut berkomentar tentang hubungan mereka di masa lalu. Alan tetapi, ada sesuatu yang mengganjal di hati Yuan."Kau ingat saat kita pergi ke Paris?" Fiona berkata dengan nada manis. "Itu salah satu kenangan terbaikku ….""Ya, aku ingat semuanya," jawab Yuan singkat, tatapannya kosong.Pada intinya, acara itu sengaja dibuat oleh Fiona agar keluarga Ramiro kembali menjalin kedekatan dengan keluarganya. Sikap manisnya yang menjebak setiap orang pun menuai pujian. Akan tetapi, mereka tidak tahu apakah Fiona benar tulus dengan tindakannya.Di tempat lain, Elara tersenyum puas. Ia mengepalkan tangannya, lalu membuat gerakan sambil berteriak kecil. “Yes!”Elara kembali ke rumah majikannya. Ia mulai memikirkan sesuatu di sepanjang perjalanan menuju rumah keluarga Ramiro.“Aku lega, tapi … begitu pekerjaan selesai, aku harus segera pulang. Ak

    Last Updated : 2025-01-18
  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 9

    Fiona melangkah keluar dengan senyum terselubung di wajahnya. Ia tahu, permainan ini belum selesai. Yuan mungkin sudah berubah, tapi ia percaya bahwa ada celah yang bisa dimanfaatkan. Bagaimanapun juga, ia takkan mundur sebelum tujuannya tercapai—mengukuhkan dirinya sebagai bagian dari keluarga Ramiro.Sementara, Yuan meminta diantar ke kamarnya oleh Elara Rose. Fiona justru menelpon seseorang untuk melancarkan rencananya.“Buat semuanya tanpa jejak, se-natural mungkin. Cari wanita yang bersedia menjadi umpan untuknya.” Fiona tampak celingukan, khawatir seseorang mendengar percakapannya.“Baik, Nona. Semua sesuai dengan keinginan Anda.”Panggilan berakhir. Fiona menatap Yuan yang baru saja keluar dari lift lantai dua menuju ke kamarnya, dibantu Elara. Senyuman licik menghias di wajah Fiona.Mereka masuk ke kamar Yuan. Setelah itu, Yuan meminta Elara membawakan makanan untuk sarapan, karena tadi ia tidak sempat makan akibat ulah Fiona.“Elara,” panggil Yuan sebelum Elara sempat keluar

    Last Updated : 2025-01-21
  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 10

    Detik itu juga, seluruh isi ruangan seakan membeku. Fiona pun tertegun, mulutnya sedikit terbuka, sementara Elara mematung di tempatnya, matanya membelalak.“Yuan?” gumam Elara pelan, hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya.Yuan berjalan perlahan menuju mikrofon, tubuhnya tegak, meskipun gerakannya tampak sedikit canggung. Terdengar bisik-bisik dari tamu yang hadir, seolah mereka juga tidak percaya dengan apa yang mereka saksikan.“Selamat malam, semuanya,” ulang Yuan, suaranya tegas. “Terima kasih telah datang ke acara malam ini. Saya tidak tahu bagaimana harus mengungkapkan rasa syukur atas dukungan dan kepercayaan yang diberikan kepada saya.”Ruangan langsung hening. Semua tamu, bahkan Fiona, memandang Yuan dengan ekspresi campuran antara keterkejutan dan kekaguman.Fiona akhirnya sadar dari keterkejutannya dan melangkah maju dengan langkah cepat. “Yuan? Bagaimana mungkin…?” tanyanya dengan suara pelan namun tajam, nyaris berbisik. “Kau bilang belum bisa berdiri tanpa bantu

    Last Updated : 2025-01-22
  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 11

    Elara berdiri mematung di depan kamar Yuan. Pikirannya dipenuhi oleh rasa bersalah, campur aduk dengan kekhawatiran. Dia menatap pintu kamar yang tertutup rapat, dengan bayangan Yuan yang tampak frustasi terlintas di benaknya. Alex yang berdiri di sebelahnya menghela napas panjang.“Elara,” panggil Alex perlahan. “Jangan terlalu keras pada diri sendiri, kau tahu ini bukan salahmu, kan?”Elara menoleh, matanya berkaca-kaca.“Tapi jika aku tidak membuat kesalahan saat acara tadi ... mungkin dia tidak akan memaksakan diri seperti itu.”“Jangan menyalahkan dirimu terus-menerus,” jawab Alex tegas. “Yuan memang keras kepala. Jika dia memutuskan sesuatu, tidak ada yang bisa menghentikannya.”Sebelum Elara sempat menjawab, suara sepatu heels yang nyaring semakin mendekat. Fiona muncul di ujung lorong dengan senyum manis yang—dalam situasi ini—lebih terlihat seperti ejekan.“Oh, aku dengar Yuan jatuh, ya?” Fiona bersuara ceria yang berlebihan, matanya langsung menangkap Elara dengan tatapan t

    Last Updated : 2025-01-27
  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 12

    Martha menyeret Elara Rose menuju ke taman dengan ekspresi tegas, tak peduli betapa Elara mencoba menjelaskan sesuatu. Sesampainya di halaman rumput yang luas itu, Martha melipat tangan di dada, berdiri dengan tatapan yang tajam.“Elara, kamu tidak bisa pergi begitu saja,” kata Marta, dingin.“Tapi, Nyonya Marta, saya sudah diberhentikan oleh Tuan Muda Yuan. Saya hanya mematuhi perintah.” Elara menjawab dengan suara bergetar, berusaha tetap sopan.Martha menggeleng, matanya menyipit. Kemudian, ia meraih bahu Elara Rose, membimbingnya agar duduk di kursi taman.“Dengar baik-baik, Elara. Kamu masih terikat kontrak dengan keluarga ini. Gaji untuk masa kerja ke depan sudah kami bayarkan ke agensi. Jadi, kalau kamu memutuskan pergi, berarti kamu melanggar kontrak. Ada denda dan sanksi atas pelanggaran tersebut.”Elara terdiam, wajahnya memucat. Ia tahu kalau dirinya akan dikenai penalti besar. Uang yang jelas tidak ia miliki.“Tapi ….” Elara mencoba mencari celah, tapi Marta memotongnya ce

    Last Updated : 2025-01-29
  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 13

    Martha menggenggam dokumen dengan tangan yang sedikit bergetar. Matanya menatap tajam ke arah Elara Rose, yang berdiri dengan wajah pucat, tak tahu harus berkata apa. Victor menghela napas panjang, sementara Yuan hanya memandang Fiona dengan sorot mata dingin."Jadi ini?" Martha menunjuk dokumen itu. "Kau memalsukan umur dan ijazah perawat? Kau bahkan belum lulus dari Universitas?"Elara tertegun, napasnya tersengal. "Nyonya Martha, saya bisa jelaskan—""Jelaskan apa?" Martha memotong dengan suara yang penuh kemarahan. "Bahwa kau hanyalah gadis desa yang memalsukan dokumen agar bisa bekerja di keluarga kami? Bagaimana kami bisa percaya pada seseorang yang bahkan berbohong tentang identitasnya?"Elara merasa tubuhnya lemas. Ia memang salah, tapi tidak ada tujuan lain selain bisa mendapatkan penghasilan untuk bertahan hidup. Namun, sepertinya kali ini Martha benar-benar tidak respect lagi padanya."Saya benar-benar tidak bermaksud menipu, Nyonya. Saya hanya ... terpaksa melakukannya kar

    Last Updated : 2025-01-30
  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 14

    Elara menatap tajam ke arah pria asing yang kini berdiri di hadapannya. Ada sesuatu yang tidak beres dengan tatapan licik dan seringai di wajahnya. Meski dia tidak mengenalnya, naluri Elara langsung memperingatkannya bahwa pria ini berbahaya."Saya tidak kenal Anda. Tolong jangan ganggu saya," ucap Elara dengan suara bergetar.Pria itu menyeringai semakin lebar. "Ah, Elara Rose. Gadis desa yang ingin jadi orang kota, ya? Jangan pura-pura tidak kenal. Aku Darwis, anaknya Pak Lurah di kampungmu. Kau pikir bisa lari dari perjodohan ini, setelah semua yang keluargaku berikan pada orang tuamu?"Elara membeku, kenapa lelaki bernama Darwis itu bisa ada di sini? Dia baru saja diusir dari rumah keluarga Ramiro, dan kini orang yang ia hindari justru muncul, menambah masalah."Aku tidak punya urusan denganmu," tegas Elara, mencoba tetap tenang meski jantungnya berdetak kencang. "Dan aku tidak tahu bagaimana kau bisa menemukanku di sini."Darwis mendekat dengan langkah santai. Gayanya yang sok as

    Last Updated : 2025-01-31

Latest chapter

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 15

    Elara menahan napas, tubuhnya meringkuk di antara tumpukan sayuran hijau yang memenuhi bak. Jantungnya berdegup kencang ketika suara langkah kaki mendekat dari arah belakang. Dia menggigit bibirnya, berdoa dalam hati agar tidak ketahuan. Terdengar suara kenek yang berbicara dengan seseorang, "Bagaimana, Bang? Apa kami sudah bisa pergi?" "Sebentar, masih dicek aja, siapa tahu ada barang selundupan," jawab suara berat yang tidak dikenal oleh Elara. Cahaya remang-remang dari lampu jalan menyusup masuk saat orang-orang itu menyingkap lebih banyak lagi terpal penutup sayuran. Elara menunduk lebih dalam, menyatu dengan sayuran yang warnanya kebetulan senada dengan pakaian yang dikenakannya. Sayur-sayur yang lembap menempel di kulitnya, membuat tubuhnya terasa dingin. Pria yang membuka bak tampak memicingkan mata, mencoaba melihat lebih jelas ke dalam. Namun penerangan yang minim membuatnya kesulitan. "Bersih, nggak ada apa-apa," gumamnya. Bak ditutup kembali dengan bunyi berderak yang

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 14

    Elara menatap tajam ke arah pria asing yang kini berdiri di hadapannya. Ada sesuatu yang tidak beres dengan tatapan licik dan seringai di wajahnya. Meski dia tidak mengenalnya, naluri Elara langsung memperingatkannya bahwa pria ini berbahaya."Saya tidak kenal Anda. Tolong jangan ganggu saya," ucap Elara dengan suara bergetar.Pria itu menyeringai semakin lebar. "Ah, Elara Rose. Gadis desa yang ingin jadi orang kota, ya? Jangan pura-pura tidak kenal. Aku Darwis, anaknya Pak Lurah di kampungmu. Kau pikir bisa lari dari perjodohan ini, setelah semua yang keluargaku berikan pada orang tuamu?"Elara membeku, kenapa lelaki bernama Darwis itu bisa ada di sini? Dia baru saja diusir dari rumah keluarga Ramiro, dan kini orang yang ia hindari justru muncul, menambah masalah."Aku tidak punya urusan denganmu," tegas Elara, mencoba tetap tenang meski jantungnya berdetak kencang. "Dan aku tidak tahu bagaimana kau bisa menemukanku di sini."Darwis mendekat dengan langkah santai. Gayanya yang sok as

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 13

    Martha menggenggam dokumen dengan tangan yang sedikit bergetar. Matanya menatap tajam ke arah Elara Rose, yang berdiri dengan wajah pucat, tak tahu harus berkata apa. Victor menghela napas panjang, sementara Yuan hanya memandang Fiona dengan sorot mata dingin."Jadi ini?" Martha menunjuk dokumen itu. "Kau memalsukan umur dan ijazah perawat? Kau bahkan belum lulus dari Universitas?"Elara tertegun, napasnya tersengal. "Nyonya Martha, saya bisa jelaskan—""Jelaskan apa?" Martha memotong dengan suara yang penuh kemarahan. "Bahwa kau hanyalah gadis desa yang memalsukan dokumen agar bisa bekerja di keluarga kami? Bagaimana kami bisa percaya pada seseorang yang bahkan berbohong tentang identitasnya?"Elara merasa tubuhnya lemas. Ia memang salah, tapi tidak ada tujuan lain selain bisa mendapatkan penghasilan untuk bertahan hidup. Namun, sepertinya kali ini Martha benar-benar tidak respect lagi padanya."Saya benar-benar tidak bermaksud menipu, Nyonya. Saya hanya ... terpaksa melakukannya kar

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 12

    Martha menyeret Elara Rose menuju ke taman dengan ekspresi tegas, tak peduli betapa Elara mencoba menjelaskan sesuatu. Sesampainya di halaman rumput yang luas itu, Martha melipat tangan di dada, berdiri dengan tatapan yang tajam.“Elara, kamu tidak bisa pergi begitu saja,” kata Marta, dingin.“Tapi, Nyonya Marta, saya sudah diberhentikan oleh Tuan Muda Yuan. Saya hanya mematuhi perintah.” Elara menjawab dengan suara bergetar, berusaha tetap sopan.Martha menggeleng, matanya menyipit. Kemudian, ia meraih bahu Elara Rose, membimbingnya agar duduk di kursi taman.“Dengar baik-baik, Elara. Kamu masih terikat kontrak dengan keluarga ini. Gaji untuk masa kerja ke depan sudah kami bayarkan ke agensi. Jadi, kalau kamu memutuskan pergi, berarti kamu melanggar kontrak. Ada denda dan sanksi atas pelanggaran tersebut.”Elara terdiam, wajahnya memucat. Ia tahu kalau dirinya akan dikenai penalti besar. Uang yang jelas tidak ia miliki.“Tapi ….” Elara mencoba mencari celah, tapi Marta memotongnya ce

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 11

    Elara berdiri mematung di depan kamar Yuan. Pikirannya dipenuhi oleh rasa bersalah, campur aduk dengan kekhawatiran. Dia menatap pintu kamar yang tertutup rapat, dengan bayangan Yuan yang tampak frustasi terlintas di benaknya. Alex yang berdiri di sebelahnya menghela napas panjang.“Elara,” panggil Alex perlahan. “Jangan terlalu keras pada diri sendiri, kau tahu ini bukan salahmu, kan?”Elara menoleh, matanya berkaca-kaca.“Tapi jika aku tidak membuat kesalahan saat acara tadi ... mungkin dia tidak akan memaksakan diri seperti itu.”“Jangan menyalahkan dirimu terus-menerus,” jawab Alex tegas. “Yuan memang keras kepala. Jika dia memutuskan sesuatu, tidak ada yang bisa menghentikannya.”Sebelum Elara sempat menjawab, suara sepatu heels yang nyaring semakin mendekat. Fiona muncul di ujung lorong dengan senyum manis yang—dalam situasi ini—lebih terlihat seperti ejekan.“Oh, aku dengar Yuan jatuh, ya?” Fiona bersuara ceria yang berlebihan, matanya langsung menangkap Elara dengan tatapan t

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 10

    Detik itu juga, seluruh isi ruangan seakan membeku. Fiona pun tertegun, mulutnya sedikit terbuka, sementara Elara mematung di tempatnya, matanya membelalak.“Yuan?” gumam Elara pelan, hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya.Yuan berjalan perlahan menuju mikrofon, tubuhnya tegak, meskipun gerakannya tampak sedikit canggung. Terdengar bisik-bisik dari tamu yang hadir, seolah mereka juga tidak percaya dengan apa yang mereka saksikan.“Selamat malam, semuanya,” ulang Yuan, suaranya tegas. “Terima kasih telah datang ke acara malam ini. Saya tidak tahu bagaimana harus mengungkapkan rasa syukur atas dukungan dan kepercayaan yang diberikan kepada saya.”Ruangan langsung hening. Semua tamu, bahkan Fiona, memandang Yuan dengan ekspresi campuran antara keterkejutan dan kekaguman.Fiona akhirnya sadar dari keterkejutannya dan melangkah maju dengan langkah cepat. “Yuan? Bagaimana mungkin…?” tanyanya dengan suara pelan namun tajam, nyaris berbisik. “Kau bilang belum bisa berdiri tanpa bantu

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 9

    Fiona melangkah keluar dengan senyum terselubung di wajahnya. Ia tahu, permainan ini belum selesai. Yuan mungkin sudah berubah, tapi ia percaya bahwa ada celah yang bisa dimanfaatkan. Bagaimanapun juga, ia takkan mundur sebelum tujuannya tercapai—mengukuhkan dirinya sebagai bagian dari keluarga Ramiro.Sementara, Yuan meminta diantar ke kamarnya oleh Elara Rose. Fiona justru menelpon seseorang untuk melancarkan rencananya.“Buat semuanya tanpa jejak, se-natural mungkin. Cari wanita yang bersedia menjadi umpan untuknya.” Fiona tampak celingukan, khawatir seseorang mendengar percakapannya.“Baik, Nona. Semua sesuai dengan keinginan Anda.”Panggilan berakhir. Fiona menatap Yuan yang baru saja keluar dari lift lantai dua menuju ke kamarnya, dibantu Elara. Senyuman licik menghias di wajah Fiona.Mereka masuk ke kamar Yuan. Setelah itu, Yuan meminta Elara membawakan makanan untuk sarapan, karena tadi ia tidak sempat makan akibat ulah Fiona.“Elara,” panggil Yuan sebelum Elara sempat keluar

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 8

    Sementara di rumah majikannya, Fiona duduk di sebelah Yuan saat acara dimulai. Ia terus berbicara tentang masa lalu mereka, memancing setiap orang untuk turut berkomentar tentang hubungan mereka di masa lalu. Alan tetapi, ada sesuatu yang mengganjal di hati Yuan."Kau ingat saat kita pergi ke Paris?" Fiona berkata dengan nada manis. "Itu salah satu kenangan terbaikku ….""Ya, aku ingat semuanya," jawab Yuan singkat, tatapannya kosong.Pada intinya, acara itu sengaja dibuat oleh Fiona agar keluarga Ramiro kembali menjalin kedekatan dengan keluarganya. Sikap manisnya yang menjebak setiap orang pun menuai pujian. Akan tetapi, mereka tidak tahu apakah Fiona benar tulus dengan tindakannya.Di tempat lain, Elara tersenyum puas. Ia mengepalkan tangannya, lalu membuat gerakan sambil berteriak kecil. “Yes!”Elara kembali ke rumah majikannya. Ia mulai memikirkan sesuatu di sepanjang perjalanan menuju rumah keluarga Ramiro.“Aku lega, tapi … begitu pekerjaan selesai, aku harus segera pulang. Ak

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 7

    Ketika Yuan mendekatkan wajahnya, Elara hampir lupa bagaimana cara bernapas. Namun, bukannya mengatakan sesuatu yang romantis atau menyentuh, Yuan malah berbisik dengan nada serius."Ada kutu di rambutmu," katanya dengan ekspresi datar.Elara membuka matanya lebar-lebar. "Apa? Kutu?" tangannya langsung bergerak panik, mencoba mencari mie yang dimaksud. Ia menyapu rambutnya ke sana ke mari, tetapi tidak menemukan apa pun.Yuan menyandarkan diri di kursi rodanya sambil tertawa kecil. "Tenang saja. Aku bercanda."Elara menatapnya dengan campuran rasa kesal dan malu. "Tuan Yuan! Itu tidak lucu! Saya hampir berpikir Anda akan—""Akan apa?" Yuan memotong, menyeringai penuh kemenangan.Elara mendengus dan memutar badannya. "Lupakan saja."Namun, momen konyol itu segera sirna ketika suara langkah kaki mendekat. Sebelum mereka sempat berkata apa-apa lagi, pintu kamar Yuan terbuka. Seorang wanita cantik dengan rambut panjang berwarna karamel dan gaun elegan berdiri di sana. Ia memancarkan aura

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status