Amazing brie

Amazing brie

last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-09
Oleh:  HimmalelieOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
Belum ada penilaian
13Bab
1.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

Sebuah pesan dari atasan, membuat hidup Brie berubah total. Dipecat dari perusahaan dan banting setir menjadi fotografer freelance, membuat Brie bertemu dengan Edwin untuk suatu pekerjaan. Karakter sifat Edwin mirip dengan mantan atasan Brie yang sangat ia benci, hingga timbul perasaan aneh yang berbanding terbalik dengan perasaannya dulu. Ya, Brie jatuh cinta pada Edwin. Apakah mereka dapat bersama? Apakah semesta merestui mereka?

Lihat lebih banyak

Bab 1

1. Brie

Segelas susu dingin sudah di meja bersama roti panggang yang tidak terpanggang sempurna. Semula Brie menyiapkan sarapannya terburu-buru, namun sepersekian detik situasi buru-buru itu berubah menjadi lambat dan melelahkan setelah Brie menerima pesan dari atasannya.

[Pagi Brie, sesuai dengan keputusan rapat melihat dari penilaian terakhir. Perusahaan memutuskan untuk tidak melanjutkan kontrakmu. Untuk pengembalian ID dan pengambilan surat keterangan kerja bisa langsung ke HRD, ya.]

Brie terduduk lesu dengan masih memakai pakaian kerja yang seharusnya ia kenakan untuk berangkat kerja hari ini, tetapi atasannya memutuskan jika kontrak kerja Brie tidak dilanjutkan sehingga Brie tidak perlu berangkat kerja hari ini atau dengan kata lain Brie diberhentikan atau lebih tepatnya saat ini Brie sudah menjadi pengangguran. Kepalanya pusing luar biasa, banyak hal yang tiba-tiba menghujani pikirannya. Tiba-tiba saja bayangan wajah ibunya, cicilan laptop barunya dan wajah ibu kos muncul berputar-putar di kepalanya.

“ Bagaimana ini?”, desisnya.

Uang tabungannya masih tersisa 10 juta untuk bertahan hidup hingga kembali mendapatkan penghasilan lagi. Mau tak mau dia harus menahan diri untuk super irit dan hemat agar uangnya tidak ludes. Brie bangkit dari duduknya dan mulai mengirimkan lamaran pekerjaan secara daring, dengan berbekal pengalaman kerja sebagai Staff Quality Control untuk perusahaan retail, dia berharap mendapatkan pekerjaan secepatnya. Jangan sampai keluarga, terutama ibunya tahu kalau saat ini dia sudah kehilangan pekerjaan. Brie tidak habis pikir, setelah tiga tahun bekerja, akhirnya ia diberhentikan.

            “Mbak Brie, di kamar?” seperti punya kekuatan sihir, setelah muncul dalam pikiran Brie, saat ini ibu kos Brie sudah berdiri di depan pintu kamar.

            “I-iya, Bu.” Brie berdiri dengan malas, ia menghela napas sangat panjang seolah-olah merasa paling sial di dunia.

            “Mbak Brie, ini ada nasi sayur asem sama es buah. Tadi beli beberapa buat ngelarisin usaha temen, dimakan ya.” Bu Kos menyodorkan kresek hitam kearah Brie.

            Mata Brie tertuju sosok wanita paruh baya berbadan gempal dengan daster bunga-bunga itu dan kemudian mengalihkan pandangan ke kantong kresek di depannya,” Makasih, Bu,” ujar Brie seraya mengambil kantong kresek itu dengan riang. Brie yang semula enggan membuka pintu, kini merasa beruntung telah membuka pintu.

            “Sama-sama, Mbak Brie. Kalau mau nambah nasi bisa ambil ke rumah Ibu, ya.” Ibu Kos berjalan kembali ke rumahnya. Tiba-tiba saja di mata Brie, Ibu Kos sudah seperti Bundadari baik hati di sinetron Bidadari.

            Brie mengeluarkan isi kantong kresek dan meletakkannya di atas meja lipat. Matanya tak lepas dari nasi sayur asem dan es buah yang sudah siap ia santap.

            “Ibu Kos baik banget, masa iya aku tega nunggak bayar kosan dengan alasan lagi nganggur, sih.”  Satu sendok penuh berisi potongan buah naga dan melon berhasil masuk ke mulutnya.

***

Seminggu berlalu, setiap ada notifikasi email maksud Brie langsung sumringah, namun tak lama wajahnya kembali masam. Bukan email undangan wawancara yang ia terima, namun email promo belanja dari E-commerce. Entah berapa kertas yang telah ia habiskan untuk menulis kutukan pada atasannya, seperti memiliki dendam kesumat, ia merasa tidak diperlakukan adil.

Sampai akhirnya ia lelah dan menyudahi kesedihannya adalah saat ia telah puas menangis dan saat itu juga ia menyadari kamarnya sudah seperti kandang babi, sampah dan pakaian berserakan jadi satu. Selama menikmati kesedihannya, ia pantang melakukan apapun. Hanya tiduran saja, makan dengan roti, bahkan melamar pekerjaan melalui online ia lakukan sambil tiduran dan menangis. Begitulah Brie ketika sedang melampiaskan kesedihannya, ia akan menghabiskan rasa sedihnya untuk siap melanjutkan kehidupan.

Brie mengikat rambut panjangnya bersiap-siap membereskan kamarnya agar mendapatkan suasana baru. Barang-barang yang tidak digunakan atau jarang digunakan akan diberikan ke orang lain. Ia ingin kamarnya lebih sedikit isinya, karena dengan kamar yang lebih sedikit barang akan membuatnya lebih damai.

Sebuah kardus besar yang selama ini teronggok di sudut kamar, ia bongkar untuk menyeleksi benda-benda di dalamnya. Di dalam kardus terdapat sebuah sisir rusak, kertas-kertas notes dengan coretan tidak jelas, paku-paku karatan. Kemudian, ia juga menemukan surat cinta dari mantan kekasihnya yang telah mencampakkannya dulu, ” Kenapa aku menyimpan benda-benda semacam ini, sih?”, tanya Brie pada dirinya sendiri. Brie merasa gemas, pantas saja kamarnya terasa penuh dan sesak. Tidak perlu dipilah lagi, ia akan membuangnya.

Mata coklatnya membesar melihat sebuah foto masa kecilnya. Ia mengambil foto itu, tampak Brie kecil dengan topi kepang dan baju kodok berdiri di samping ibunya yang sedang menggendong adik kecilnya . Pikiran Brie kembali ke masa kecil dulu, dia berasal dari kota kecil di Jawa Tengah. Kehidupan masa kecil seperti anak-anak pada umumnya, bedanya, ia hanya memiliki seorang ibu sebagai orang tua. Ayahnya tidak diketahui keberadaannya sejak Brie dan adik semata wayangnya kecil. Dari sekian banyaknya album foto di rumahnya, tidak ada foto keluarga lengkap bersama Ayahnya. Hanya ada ibu, Brie dan adiknya, sesekali ada nenek.

Brie meraih ponselnya, mencari kontak ibunya, namun tak kunjung menghubungi. Ia memandangi foto profil ibunya lama sekali, “ Rindu, Bu,” ujar Brie lirih. Setelah menimbang-nimbang, Brie mengurungkan niatnya untuk menghubungi sang ibu. Rasa takut mengecewakan ibunya lebih besar daripada rasa rindunya. Hatinya lebih sakit melihat ibunya kecewa. Ibunya lebih dari seorang ibu. Seseorang yang sangat berharga dalam hidupnya yang telah membesarkan ia dan adiknya.

Ingatannya kembali ke masa kuliah, saat Brie ikut naik gunung bersama komunitas pecinta alam kampusnya tanpa izin ibunya. Selama dua hari ibunya tak bisa menghubungi Brie, selama itu pula sang ibu panik dan kebingungan mendatangi kosnya. Mata ibunya bengkak menangisi Brie. Namun, ketika Brie pulang ke rumah, sang Ibu dengan murka dan emosi memarahi Brie dengan berurai airmata. Brie tidak mengelak, ia sangat terpukul dan sangat menyesal telah membuat ibunya kecewa dan kelimpungan.

Kini kamarnya sudah cukup rapi dan luas, beberapa barang akan Brie sumbangkan dan banyak barang-barang lain akan ia buang. Ternyata selama ini ia menyimpan lebih banyak barang tidak berguna daripada yang berguna. Setelah selesai merapikan kamar, Brie mengambil secarik kertas dan pulpen. Dia mulai membuat corat coret berupa angka-angka yang nantinya menjadi patokannya bertahan hidup. Ia membuat perencanaan keuangan dengan menyesuaikan dana yang saat ini ada. Hal tersebut tidak pernah ia lakukan sebelumnya.

“Untung aja ibu selalu ngajarin anak-anaknya buat nabung, dan untungnya aku nurut kata ibu,” ujar Brie.

            Berputar-putar, menukik tajam dan berbalik arah. Mungkin seperti itulah isi pikiran Brie yang sedang mencari cara untuk menghasilkan uang, meski tidak memiliki pekerjaan. Beberapa tangannya memukul-mukul meja, berusaha keras mencari ide. Walau dengan memukul meja hanya membuat tangannya sakit.

Ting!

Seolah ada bunyi bel di atas kepala Brie, ia langsung tersenyum lebar mendapatkan ide untuk bertahan hidup. Mata Brie tertuju pada kameranya yang teronggok menganggur di mejanya. Diraihnya kamera itu, dan dicoba beberapa kali untuk memastikan masih berfungsi dengan baik.

“Semoga keberuntungan berpihak padaku!”

***

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
13 Bab
1. Brie
Segelas susu dingin sudah di meja bersama roti panggang yang tidak terpanggang sempurna. Semula Brie menyiapkan sarapannya terburu-buru, namun sepersekian detik situasi buru-buru itu berubah menjadi lambat dan melelahkan setelah Brie menerima pesan dari atasannya.[Pagi Brie, sesuai dengan keputusan rapat melihat dari penilaian terakhir. Perusahaan memutuskan untuk tidak melanjutkan kontrakmu. Untuk pengembalian ID dan pengambilan surat keterangan kerja bisa langsung ke HRD, ya.]Brie terduduk lesu dengan masih memakai pakaian kerja yang seharusnya ia kenakan untuk berangkat kerja hari ini, tetapi atasannya memutuskan jika kontrak kerja Brie tidak dilanjutkan sehingga Brie tidak perlu berangkat kerja hari ini atau dengan kata lain Brie diberhentikan atau lebih tepatnya saat ini Brie sudah menjadi pengangguran. Kepalanya pusing luar biasa, banyak hal yang tiba-tiba menghujani pikirannya. Tiba-tiba saja bayangan wajah ibunya, cicilan laptop barunya dan wajah ibu kos munc
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-19
Baca selengkapnya
2. Pertemuan Pertama
Selembar kain putih ditata rapi dengan tas cantik di atasnya. Brie membidikkan kameranya fokus pada tas tersebut agar mendapatkan kesan bagus dan menarik. Ia berniat menjual tas dan barang-barang layak guna miliknya untuk menambah pemasukan. Setelah mendapatkan foto yang bagus, ia akan mengunggahnya di media sosial untuk promosi. Sebelumnya ia telah berhasil mendapatkan uang setengah juta dari menjual baju-baju bekasnya.“Pandai juga aku jualan, apa aku buka small business aja, ya.” Brie berceloteh sambil menulis rekapan penjualan pada buku yang sama dengan yang ia gunakan untuk menulis sumpah serapah pada atasannya.Ponsel pintar Brie berbunyi, ia segera meraih benda berwarna pink itu. Ternyata sebuah pesan dari Erna, teman kantor Brie dulu.[Hai Brie, aku boleh minta tolong sesuatu gak?] Brie membaca pesan itu dengan pikiran bermacam-macam, apa yang ia bisa bantu untuk temannya itu karena jika bantuan berbentuk materi tentu saja ia tak bis
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-19
Baca selengkapnya
3. Edwin
“Hari ini kita buka pertama pukul sepuluh ya, jadi pastikan ketika kafe dibuka semua sudah siap. Barista siap, dapur juga siap,” kata Sherly memberi arahan ke semua pegawai kafe Bittercoffe. Satu jam menuju opening, ia cukup gugup. Gadis dua puluh tahun itu memberanikan diri untuk berwirausaha, tentu saja berdua dengan abangnya, Edwin. Keinginan Sherly membuka kafe memang sudah sejak satu tahun lalu, yang kemudian disetujui Edwin.Tidak mudah bekerja sama dengan Edwin yang perfeksionis dan sedikit otoriter. Sherly yang manja, tiba-tiba menjadi sosok yang paling semangat membangun bisnis. Edwin tentu saja tidak langsung mengabulkan permintaan adiknya untuk membuka bisnis kuliner, dia ingin melihat kesungguhan Sherly. Setahun lalu, setelah mengutarakan keinginannya pada Edwin, Sherly diberi tantangan untuk mengumpulkan uang 20 juta dengan metode Sinking Fund, dimana setiap bulannya Sherly diwajibkan menyisihkan uang sesuai dengan kesepakatan untuk mencapai
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-19
Baca selengkapnya
4. Proyek Bittersweet
Hari ini adalah seminggu setelah pertemuan Brie dengan Erna – klien pertama Brie. Kamar kos yang sudah dibersihkan dan dirapikan minggu lalu, kini bak kapal pecah setelah Brie menyelesaikan tugas pertamanya sebagai fotografer. Dua hari yang lalu Brie mengirimkan file foto-foto produk yang sudah final kepada Erna, ia berharap tidak ada permintaan revisi.[Brie, aku suka banget hasilnya! Barusan udah aku transfer ya.] Brie membaca pesan dari Erna, ujung bibirnya tidak terhenti menyungging. Dia benar-benar bahagia dan hampir tak percaya, hobi yang ia tekuni dapat menghasilkan uang. Tak henti-hentinya ia mengucapkan rasa syukur, apalagi setelah melihat nominal uang di rekeningnya bertambah setelah sekian lama berkurang karena tidak ada pemasukan. Walau nominal yang masuk belum banyak, namun tetap saja ia merasa mendapatkan angina segar.[Oh iya Brie, kalau aku rekomendasiin jasamu di komunitas bisnis, kamu tak keberatan, kan?][ Dengan senang hati! Makasih ya,
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-19
Baca selengkapnya
5. Manusia Gorila
Terdengar suara uang koin yang saling beradu sejak tadi dari kamar Brie. Ia mengumpulkan semua uang koin yang ia miliki setelah melakukan pencarian di sudut-sudut kamarnya. Brie memang gemar mengumpulkan uang koin dalam wadah plastik bekas toples sosis, selain itu terkadang ada saja uang koin yang terjatuh dari sakunya namun sengaja tidak ia ambil agar menjadi harta karun yang akan ia korek-korek. Setidaknya terkumpul uang koin sebesar tiga ratus ribu yang terkumpul selama dua bulan. Setelah dirapikan dalam bungkus plastik, kumpulan uang itu akan ia tukarkan ke toko waralaba untuk mendapatkan uang kertas.Hari ini Brie sudah berjanji bertemu Sherly di Bittercoffee untuk menyerahkan hasil pekerjaannya. Setelah menukarkan uang di toko waralaba, Brie langsung menuju Bittersweet, sepanjang jalan ia berharap hasil kerjanya dapat diterima dengan baik tanpa ada masalah. Berkali-kali ia menarik napas panjang, jantungnya berdesir kencang tak karuan. Perasaan ini mengingatkannya saat p
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-19
Baca selengkapnya
6. Dasar Pembohong!
Brie berdiri mematung di pinggir jalan. Begitu selesai mengutarakan petuahnya, Edwin langsung kembali ke kafe tanpa menunggu jawaban dari Brie. Sedangkan Brie memang tidak mampu membuat jawaban dari serangan Edwin yang tiba-tiba. Mental Brie ambruk begitu saja.           “Permisi, Neng Brie?”            “Ah-iya, Pak.” Jawab Brie parau, sambil mengusap mata.            “Maaf, Neng. Tadi Bapak antri bensinnya lama banget, jadi Neng lama nunggunya.” Tukas Bapak Ojek.            “Oh iya, nggak apa-apa, Pak. Saya nggak buru-buru, kok.”            Si Bapak Ojek mengendarai motornya dengan hati-hati, namun tetap gesit. Sepanjang jalan Brie melamun,
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-27
Baca selengkapnya
7. Sekotak Coklat Berbentuk Cinta
Setelah melewatkan malam-malam dengan begadang untuk mengedit foto, akhirnya Brie dapat memulai tidur malamnya pada pukul 9 malam, tanpa terbangun. Sangat nyenyak.Bahkan, pukul lima pagi, ketika semua penghuni kos sudah mulai beraktivitas karena sebagian besar adalah pegawai kantor yang bekerja pukul 8 pagi dan pulang pukul 5, Brie masih nyaman berselimut.Pukul lima lewat lima menit, alarm berbunyi. Brie menggeliat, dengan mata masih menyipit, tangannya meraih ponsel untuk mematikan alarm. Pagi ini, Brie bangun dengan bahagia tanpa beban. Semalam ia telah menghabiskan hampir setengah porsi brownies, akhirnya suasana hati Brie sudah jauh lebih baik.“Pagi, Mbak Shella. Berangkatnya pagi banget, Mbak,” sapa Brie ke penghuni kamar sebelahnya.“Iya, Brie. Ada audit hari ini, bikin pusing,”ujar Shella yang terburu-buru memakai flatshoes.“Hati-hati ya Mbak.” Brie tersenyum melihat tetangga kamarnya itu berl
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-28
Baca selengkapnya
8. Pulang
“Permisi, Mbak. Saya mau ambil sabun cuci muka,” ucap pelanggan supermarket yang merasa kesulitan karena terhalang Brie yang berdiri menutupi deretan sabun muka pria. Sedikit kaget, Brie bergeser lalu mengambil posisi duduk berpura-pura melihat produk di rak bawah yang berisi alat cukur dan minyak rambut. Ada perasaan malu yang menyelimuti, karena telah menyangka Edwin yang sudah menegurnya. “Mau cukuran?” “Ah, nggak..” ucap Brie sambil segera berdiri mendengar ada yang menegurnya lagi. Namun, matanya terbelalak dan seketika membeku. “Cuma mau ambil dompet Sherly,” tukas Edwin yang ternyata sudah di depan Brie. Bahkan, aroma woody dari parfum Edwin dapat menyusup masuk ke hidung Brie. Brie salah tingkah mengambil dompet Sherly yang ada di keranjang belanjanya, sikap kikuknya membuatnya lebih ceroboh sehingga dompet itu jatuh ke lantai. Dengan gelagapan ia langsung menunduk mengambil dompet itu, namun ternyata tangan Edwin lebih dulu sampai menyentuh dompet berwarna merah marun itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-06
Baca selengkapnya
9. Memori Lama
Brie yang masih kecil semakin bingung dengan jawaban ayahnya, kaki kecilnya melangkah perlahan mendekati ibunya yang sedang menangis tersedu.“Buk, kenapa?” tangan kecil Brie menyentuh punggung ibunyaIbunya menoleh, langsung memeluk Brie. Seketika tangisnya semakin kencang. Dalam pelukan ibunya, Brie diselimuti tanda tanya besar dengan situasi yang terjadi.“Kenapa menangis, Buk?” kembali Brie melontarkan pertanyaan. Tangis ibunya mereda, namun tak kuasa menjawab pertanyaan anaknya. Hanya memeluk dan mencium Brie.“Brie sayang, sini, Nduk.” Mbah muncul dari pintu dapur, melambaikan tangan ke arah Brie.Brie kecil langsung berlari ke arah wanita baya itu.“Mbah, ibuk kenapa sih?” pertanyaan Brie kembali muncul saat sudah dalam pangkuan Mbahnya.“Ibumu lagi capek, jangan diganggu dulu ya.”“Kata ayah, ibuk sedang gila. Masa ibuk gila, Mbah?”Mendengar kata-kata cucunya, wanita tua itu terdiam tak menjawab. Tangannya terus membelai lembut kepala Brie. Entah sudah berapa kali anak dan me
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-10
Baca selengkapnya
10. Ibuk
Brie duduk di teras rumahnya sambil mengecek pesan dari para calon klien yang mengajukan kerja sama. Beberapa sudah sepakat untuk bekerja sama yang akan dimulai minggu depan setelah Brie kembali ke rantau.“Nduk, ayo sarapan, udah ada nasi pecel sama lele goreng di meja,” ujar ibu dua anak itu.“Bentar, Buk.”Setelah mendengar jawaban dari anak sulungnya, wanita itu kembali masuk ke dalam rumah. Sedangkan Brie melanjutkan mengecek pesan dan membalas pesan dari calon kliennya.Udara pagi di desa terasa sangat segar dan menyenangkan paru-paru, setelah berbulan-bulan berada di kota besar yang lebih banyak polusi. Brie menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan, benar-benar kenikmatan hidup.“Ngapain Mbak?” tanya Anita yang tiba-tiba muncul dari arah luar.“Dari mana aja kamu?” tanpa menjawab adiknya, Brie malah melemparkan pertanyaan pada Anita.“Abis olahraga pagi di alun-alun sama temen, sekalian ambil HP,” ujar Anita.Brie menatap Anita dari atas sampai bawah. Baju setelan b
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-15
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status