Beranda / Romansa / Amazing brie / 7. Sekotak Coklat Berbentuk Cinta

Share

7. Sekotak Coklat Berbentuk Cinta

Penulis: Himmalelie
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-28 22:34:07

Setelah melewatkan malam-malam dengan begadang untuk mengedit foto, akhirnya Brie dapat memulai tidur malamnya pada pukul 9 malam, tanpa terbangun. Sangat nyenyak.

Bahkan, pukul lima pagi, ketika semua penghuni kos sudah mulai beraktivitas karena sebagian besar adalah pegawai kantor yang bekerja pukul 8 pagi dan pulang pukul 5, Brie masih nyaman berselimut.

Pukul lima lewat lima menit, alarm berbunyi. Brie menggeliat, dengan mata masih menyipit, tangannya meraih ponsel untuk mematikan alarm. Pagi ini, Brie bangun dengan bahagia tanpa beban. Semalam ia telah menghabiskan hampir setengah porsi brownies, akhirnya suasana hati Brie sudah jauh lebih baik.

“Pagi, Mbak Shella. Berangkatnya pagi banget, Mbak,” sapa Brie ke penghuni kamar sebelahnya.

“Iya, Brie. Ada audit hari ini, bikin pusing,”ujar Shella yang terburu-buru memakai flatshoes.

“Hati-hati ya Mbak.” Brie tersenyum melihat tetangga kamarnya itu berlari-lari keluar kos untuk berangkat kerja.

“Ah, menyenangkan sekali jadi pengangguran,” ujar Brie sambil menyeruput segelas susu, kemudian menyuap besar sisa brownies semalam ke mulutnya.

“Brie, enak banget kamu, duduk-duduk santai di hari Selasa yang sibuk ini,” tukas teman kos Brie lainnya.

Brie yang sedang duduk santai di depan kamarnya menyahut,” Enak, Ver, sini ikut leha-leha.”

“Tungguin aku pulang kerja, nanti aku ikutan,” ujar teman kos Brie yang bernama Vera, kemudian langsung berlari ke pintu gerbang.

“Ternyata orang-orang sangat sibuk di pagi hari ya. Serba buru-buru.” Brie menghabiskan susu dan browniesnya, lalu masuk kamar dan mandi.

***

Sudah sekitar lima menit Brie berdiri di depan rak makanan ringan. Matanya menatap sekotak coklat berbentuk cinta dan sebungkus biskuit coklat secara bergantian.

“Kalau aku masih jadi pekerja kantoran dengan gaji stabil setiap bulan, dua cemilan ini langsung masuk keranjang,” ujar Brie dengan bibir manyun. Keuangan yang masih belum stabil, mengharuskannya untuk berpikir matang untuk sekedar membeli makanan.

Pilihan Brie akhirnya menjatuhkan pilihan pada sekotak coklat, dengan pertimbangan coklat akan lebih banyak menurunkan hormon kortisol dan meningkatkan hormon endorfin dan serotonin yang membuat bahagia.

Baru saja tangan Brie akan mengambil kotak coklat tersebut, sebuah tangan sudah menyambar coklat yang memang hanya tersisa satu kotak. Brie langsung menoleh ke arah pemilik tangan yang sudah melenggang ke arah kasir. Matanya menangkap sosok laki-laki dari belakang berpostur atletis dengan kaos polos berwarna putih dan hidungnya mencium aroma Woody yang elegan.

“Ish, sialan,” desis Brie dengan sebal.

Akhirnya Brie membawa biskuit coklat ke kasir, berjalan persis di belakang laki-laki yang telah mengambil coklat incarannya. Ia tak berhenti menggerutu dalam hati saking kesalnya.

“Memang sudah jaman ya, cowok ngemilnya coklat,” gumam Brie lirih. Dengan leluasa Brie mengamati gerak-gerik laki-laki itu dari belakang sambil bersungut-sungut.

“Aduh!” Brie mengaduh ketika seseorang menyenggol lengannya dengan sedikit keras.

“Aduh, maaf.. maaf.” Seseorang itu meminta maaf pada Brie sembari memunguti beberapa bungkus makanan ringan yang jatuh dari dekapannya, kemudian langsung mendongak ke arah Brie,” Loh, Kak Brie? Sakit, Kak? Maaf ya Kak.” Tangannya mengusap-usap lengan Brie.

“Nggak apa-apa, kita malah ketemu di sini, Sher.” Brie merespon basa-basi. Otaknya tiba-tiba membuat spekulasi bahwa laki-laki di depannya adalah Edwin, Si Manusia Gorila.

“Bang Edwin, ini tambahannya.” Sherly menyerahkan makanan ringan dalam dekapannya ke meja kasir. Laki-laki yang sedari tadi fokus dengan ponselnya menoleh.

Benar dugaan Brie. Edwin tersenyum simpul ke arah Brie tanpa bersuara, Brie membalas dengan hal yang sama.

Suasana hati Brie mendadak berantakan. Bertemu dengan Edwin benar-benar merusak hari bahagia. Akhirnya Brie memilih untuk mundur dari antrian kasir dengan alasan menambah barang belanja.

“Bisa-bisanya ketemu di sini,” sungut Brie.

Brie berjalan melewati lorong rak produk kecantikan, dilihatnya beberapa produk dan kemudian meletakannya kembali ke tempatnya.

“Sabar, Brie. Jangan kalap.”

Diliriknya keranjang belanjanya untuk memastikan barang belanjaannya sesuai dengan daftar belanja. Tidak boleh kurang, tidak boleh lebih. Dalam daftar belanjanya tidak ada produk perawatan kulit yang perlu ia beli.

“Eh, dompet siapa ini?” Brie mengambil benda asing yang ada di keranjangnya, “Jangan-jangan ada yang abis nyopet terus ditaruh keranjang belanjaku.” Brie mulai panik.

Dibukanya dompet itu, terpampang kartu identitas dengan nama Sherly Mariana. Tentu saja itu milik Sherly, adik Edwin. Tiba-tiba ponsel Brie berdering, terpampang wajah Sherly.

“Halo..”

[Halo Kak Brie, maaf, dompetku jatuh di keranjang belanjamu, nggak?]

“Iya, Sher, aku sadar baru saja. Aku titipkan ke pusat informasi ya.”

[Nggak usah, Kak. Aku susulin aja, Kak Brie dimana sekarang?]

“Masih di dalam supermarket, bagian kosmetik.”

[Oke, Bang Edwin yang bakal kesitu ya, aku mau ke toilet dulu, Kak. Makasih, Kak Brie!]

Sambungan telepon dimatikan, Edwin akan segera menghampiri Brie. Brie membuang napas dengan kasar raut wajahnya merengut dan jari-jarinya kian keras menggenggam keranjang belanja.

“Aku pengen cepat pulang, Ya Allah,” gumam Brie. Tiba-tiba lehernya tegang dan mulutnya terus komat kamit merapal mantera,”Tolong jauhkan hamba dari Manusia Gorila itu.”

“Maaf, permisi..”

Jantung Brie mencelos, diam mematung tanpa berani langsung menoleh untuk memastikan pemilik suara tersebut. Detak jantungnya berdebar tidak beraturan, sedikit lemas dan kehilangan fokus.

***

Bab terkait

  • Amazing brie   8. Pulang

    “Permisi, Mbak. Saya mau ambil sabun cuci muka,” ucap pelanggan supermarket yang merasa kesulitan karena terhalang Brie yang berdiri menutupi deretan sabun muka pria. Sedikit kaget, Brie bergeser lalu mengambil posisi duduk berpura-pura melihat produk di rak bawah yang berisi alat cukur dan minyak rambut. Ada perasaan malu yang menyelimuti, karena telah menyangka Edwin yang sudah menegurnya. “Mau cukuran?” “Ah, nggak..” ucap Brie sambil segera berdiri mendengar ada yang menegurnya lagi. Namun, matanya terbelalak dan seketika membeku. “Cuma mau ambil dompet Sherly,” tukas Edwin yang ternyata sudah di depan Brie. Bahkan, aroma woody dari parfum Edwin dapat menyusup masuk ke hidung Brie. Brie salah tingkah mengambil dompet Sherly yang ada di keranjang belanjanya, sikap kikuknya membuatnya lebih ceroboh sehingga dompet itu jatuh ke lantai. Dengan gelagapan ia langsung menunduk mengambil dompet itu, namun ternyata tangan Edwin lebih dulu sampai menyentuh dompet berwarna merah marun itu

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-06
  • Amazing brie   9. Memori Lama

    Brie yang masih kecil semakin bingung dengan jawaban ayahnya, kaki kecilnya melangkah perlahan mendekati ibunya yang sedang menangis tersedu.“Buk, kenapa?” tangan kecil Brie menyentuh punggung ibunyaIbunya menoleh, langsung memeluk Brie. Seketika tangisnya semakin kencang. Dalam pelukan ibunya, Brie diselimuti tanda tanya besar dengan situasi yang terjadi.“Kenapa menangis, Buk?” kembali Brie melontarkan pertanyaan. Tangis ibunya mereda, namun tak kuasa menjawab pertanyaan anaknya. Hanya memeluk dan mencium Brie.“Brie sayang, sini, Nduk.” Mbah muncul dari pintu dapur, melambaikan tangan ke arah Brie.Brie kecil langsung berlari ke arah wanita baya itu.“Mbah, ibuk kenapa sih?” pertanyaan Brie kembali muncul saat sudah dalam pangkuan Mbahnya.“Ibumu lagi capek, jangan diganggu dulu ya.”“Kata ayah, ibuk sedang gila. Masa ibuk gila, Mbah?”Mendengar kata-kata cucunya, wanita tua itu terdiam tak menjawab. Tangannya terus membelai lembut kepala Brie. Entah sudah berapa kali anak dan me

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-10
  • Amazing brie   10. Ibuk

    Brie duduk di teras rumahnya sambil mengecek pesan dari para calon klien yang mengajukan kerja sama. Beberapa sudah sepakat untuk bekerja sama yang akan dimulai minggu depan setelah Brie kembali ke rantau.“Nduk, ayo sarapan, udah ada nasi pecel sama lele goreng di meja,” ujar ibu dua anak itu.“Bentar, Buk.”Setelah mendengar jawaban dari anak sulungnya, wanita itu kembali masuk ke dalam rumah. Sedangkan Brie melanjutkan mengecek pesan dan membalas pesan dari calon kliennya.Udara pagi di desa terasa sangat segar dan menyenangkan paru-paru, setelah berbulan-bulan berada di kota besar yang lebih banyak polusi. Brie menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan, benar-benar kenikmatan hidup.“Ngapain Mbak?” tanya Anita yang tiba-tiba muncul dari arah luar.“Dari mana aja kamu?” tanpa menjawab adiknya, Brie malah melemparkan pertanyaan pada Anita.“Abis olahraga pagi di alun-alun sama temen, sekalian ambil HP,” ujar Anita.Brie menatap Anita dari atas sampai bawah. Baju setelan b

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-15
  • Amazing brie   11. Ayah

    Wanita itu berhenti mencuci piring, terdiam sejenak. Pertanyaan anak sulungnya membuatnya terkejut, dengan kondisi tidak siap menjawab, ia menoleh dan menatap Brie. “Kenapa memangnya, Nduk?” “Nggak apa-apa, Buk.” Brie berdiri dari duduknya, dan melenggang masuk kamar. Ia paham betul pertanyaannya membuat ibunya tidak nyaman, ada perasaan canggung yang membuatnya enggan melanjutkan pertanyaannya. Ahmad Basri, ayah Brie, seorang anak juragan tembakau yang kaya raya. Semua orang segan dengan keluarga Basri. Tidak ada satupun materi yang tidak terpenuhi, semua keinginan Ahmad selalu dapat ia peroleh. Termasuk menikahi seorang gadis sederhana, Maryamah, ibu Brie. Awalnya ia dapat membina hidup bahagia bersama anak-anak dan istrinya. Namun, sifat egoisnya selalu tertanam dari dulu. Ahmad memiliki ketertarikan dengan gadis lain, dan berniat untuk poligami. Sayangnya, Maryamah menolak mentah-mentah permintaan semuanya. Tentu saja Ahmad berang, keinginannya harus selalu terpenuhi, dan hasr

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-24
  • Amazing brie   12. Langit Jingga

    Jumat malam, beberapa pesan dan telepon masuk ke ponsel Brie. Bukan Edwin, melainkan beberapa tawaran pekerjaan. Beberapa klien mendesak untuk pengerjaan dalam waktu dekat, bahkan untuk hari Minggu ini. Brie mengurut kepala, ia memang butuh dana, tapi klien banyak maunya. Ketika tawarannya untuk hari lain, ditolak oleh klien, Brie tidak memaksa. Ia akan rela melepas klien itu, karena ia masih ingin bersama keluarga.Untung saja masih ada beberapa klien yang masih bersabar untuk pengerjaan minggu depan, ketika Brie sudah kembali ke rantau. Brie selalu bersyukur dengan adanya klien yang masih memilihnya. Ia percaya, klien baik hati seperti itu datang padanya tak lepas dari doa ibunya, walau sebenarnya ibunya tak mengetahui status pekerjaannya sekarang.“Mbak, fotoin aku, dong!” Pinta Anita yang tiba-tiba muncul hanya melongokkan kepala dari balik pintu kamar Brie.Brie bangkit dari tempat tidur, membuka pintu dan melihat sang Adik sudah mengenakan topi toga, baju kebaya lengkap dengan h

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-02
  • Amazing brie   13. Sebuah Kenyataan

    Seringkali terjadi di kehidupan, sesuatu yang tidak diinginkan datang disaat tidak ada kesiapan untuk menghadapinya. Sepanjang di perjalanan kembali ke kota rantau, Brie tidak tenang dan gelisah. Anita duduk di sampingnya, sedang memandang keluar jendela gerbong kereta dengan antusias, sesekali ia mengambil video dan berkali-kali mengambil foto wajahnya sendiri.Brie menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan kasar. Sekitar dua jam lagi sampai di kota tujuan, dan Brie masih berusaha menata hati dan kalimat yang akan diucapkannya pada Anita bahwa dirinya sudah tidak bekerja di kantor lamanya. Memang ada perasaan mengganjal, yaitu takut mengecewakan. Awalnya Brie hanya takut ibunya yang kecewa, namun kini ia juga takut jika Anita akan kecewa karena telah menaruh harapan pada Brie untuk membantu mencarikan pekerjaan di perusahaan tempat Brie bekerja dulu.“Mbak, ayo foto berdua!” Anita menarik lengan Brie, dengan tangan kiri masih memegang ponsel.“Males, ngantuk.” Tolak Brie samb

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-09
  • Amazing brie   1. Brie

    Segelas susu dingin sudah di meja bersama roti panggang yang tidak terpanggang sempurna. Semula Brie menyiapkan sarapannya terburu-buru, namun sepersekian detik situasi buru-buru itu berubah menjadi lambat dan melelahkan setelah Brie menerima pesan dari atasannya.[Pagi Brie, sesuai dengan keputusan rapat melihat dari penilaian terakhir. Perusahaan memutuskan untuk tidak melanjutkan kontrakmu. Untuk pengembalian ID dan pengambilan surat keterangan kerja bisa langsung ke HRD, ya.]Brie terduduk lesu dengan masih memakai pakaian kerja yang seharusnya ia kenakan untuk berangkat kerja hari ini, tetapi atasannya memutuskan jika kontrak kerja Brie tidak dilanjutkan sehingga Brie tidak perlu berangkat kerja hari ini atau dengan kata lain Brie diberhentikan atau lebih tepatnya saat ini Brie sudah menjadi pengangguran. Kepalanya pusing luar biasa, banyak hal yang tiba-tiba menghujani pikirannya. Tiba-tiba saja bayangan wajah ibunya, cicilan laptop barunya dan wajah ibu kos munc

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-19
  • Amazing brie   2. Pertemuan Pertama

    Selembar kain putih ditata rapi dengan tas cantik di atasnya. Brie membidikkan kameranya fokus pada tas tersebut agar mendapatkan kesan bagus dan menarik. Ia berniat menjual tas dan barang-barang layak guna miliknya untuk menambah pemasukan. Setelah mendapatkan foto yang bagus, ia akan mengunggahnya di media sosial untuk promosi. Sebelumnya ia telah berhasil mendapatkan uang setengah juta dari menjual baju-baju bekasnya.“Pandai juga aku jualan, apa aku buka small business aja, ya.” Brie berceloteh sambil menulis rekapan penjualan pada buku yang sama dengan yang ia gunakan untuk menulis sumpah serapah pada atasannya.Ponsel pintar Brie berbunyi, ia segera meraih benda berwarna pink itu. Ternyata sebuah pesan dari Erna, teman kantor Brie dulu.[Hai Brie, aku boleh minta tolong sesuatu gak?] Brie membaca pesan itu dengan pikiran bermacam-macam, apa yang ia bisa bantu untuk temannya itu karena jika bantuan berbentuk materi tentu saja ia tak bis

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-19

Bab terbaru

  • Amazing brie   13. Sebuah Kenyataan

    Seringkali terjadi di kehidupan, sesuatu yang tidak diinginkan datang disaat tidak ada kesiapan untuk menghadapinya. Sepanjang di perjalanan kembali ke kota rantau, Brie tidak tenang dan gelisah. Anita duduk di sampingnya, sedang memandang keluar jendela gerbong kereta dengan antusias, sesekali ia mengambil video dan berkali-kali mengambil foto wajahnya sendiri.Brie menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan kasar. Sekitar dua jam lagi sampai di kota tujuan, dan Brie masih berusaha menata hati dan kalimat yang akan diucapkannya pada Anita bahwa dirinya sudah tidak bekerja di kantor lamanya. Memang ada perasaan mengganjal, yaitu takut mengecewakan. Awalnya Brie hanya takut ibunya yang kecewa, namun kini ia juga takut jika Anita akan kecewa karena telah menaruh harapan pada Brie untuk membantu mencarikan pekerjaan di perusahaan tempat Brie bekerja dulu.“Mbak, ayo foto berdua!” Anita menarik lengan Brie, dengan tangan kiri masih memegang ponsel.“Males, ngantuk.” Tolak Brie samb

  • Amazing brie   12. Langit Jingga

    Jumat malam, beberapa pesan dan telepon masuk ke ponsel Brie. Bukan Edwin, melainkan beberapa tawaran pekerjaan. Beberapa klien mendesak untuk pengerjaan dalam waktu dekat, bahkan untuk hari Minggu ini. Brie mengurut kepala, ia memang butuh dana, tapi klien banyak maunya. Ketika tawarannya untuk hari lain, ditolak oleh klien, Brie tidak memaksa. Ia akan rela melepas klien itu, karena ia masih ingin bersama keluarga.Untung saja masih ada beberapa klien yang masih bersabar untuk pengerjaan minggu depan, ketika Brie sudah kembali ke rantau. Brie selalu bersyukur dengan adanya klien yang masih memilihnya. Ia percaya, klien baik hati seperti itu datang padanya tak lepas dari doa ibunya, walau sebenarnya ibunya tak mengetahui status pekerjaannya sekarang.“Mbak, fotoin aku, dong!” Pinta Anita yang tiba-tiba muncul hanya melongokkan kepala dari balik pintu kamar Brie.Brie bangkit dari tempat tidur, membuka pintu dan melihat sang Adik sudah mengenakan topi toga, baju kebaya lengkap dengan h

  • Amazing brie   11. Ayah

    Wanita itu berhenti mencuci piring, terdiam sejenak. Pertanyaan anak sulungnya membuatnya terkejut, dengan kondisi tidak siap menjawab, ia menoleh dan menatap Brie. “Kenapa memangnya, Nduk?” “Nggak apa-apa, Buk.” Brie berdiri dari duduknya, dan melenggang masuk kamar. Ia paham betul pertanyaannya membuat ibunya tidak nyaman, ada perasaan canggung yang membuatnya enggan melanjutkan pertanyaannya. Ahmad Basri, ayah Brie, seorang anak juragan tembakau yang kaya raya. Semua orang segan dengan keluarga Basri. Tidak ada satupun materi yang tidak terpenuhi, semua keinginan Ahmad selalu dapat ia peroleh. Termasuk menikahi seorang gadis sederhana, Maryamah, ibu Brie. Awalnya ia dapat membina hidup bahagia bersama anak-anak dan istrinya. Namun, sifat egoisnya selalu tertanam dari dulu. Ahmad memiliki ketertarikan dengan gadis lain, dan berniat untuk poligami. Sayangnya, Maryamah menolak mentah-mentah permintaan semuanya. Tentu saja Ahmad berang, keinginannya harus selalu terpenuhi, dan hasr

  • Amazing brie   10. Ibuk

    Brie duduk di teras rumahnya sambil mengecek pesan dari para calon klien yang mengajukan kerja sama. Beberapa sudah sepakat untuk bekerja sama yang akan dimulai minggu depan setelah Brie kembali ke rantau.“Nduk, ayo sarapan, udah ada nasi pecel sama lele goreng di meja,” ujar ibu dua anak itu.“Bentar, Buk.”Setelah mendengar jawaban dari anak sulungnya, wanita itu kembali masuk ke dalam rumah. Sedangkan Brie melanjutkan mengecek pesan dan membalas pesan dari calon kliennya.Udara pagi di desa terasa sangat segar dan menyenangkan paru-paru, setelah berbulan-bulan berada di kota besar yang lebih banyak polusi. Brie menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan, benar-benar kenikmatan hidup.“Ngapain Mbak?” tanya Anita yang tiba-tiba muncul dari arah luar.“Dari mana aja kamu?” tanpa menjawab adiknya, Brie malah melemparkan pertanyaan pada Anita.“Abis olahraga pagi di alun-alun sama temen, sekalian ambil HP,” ujar Anita.Brie menatap Anita dari atas sampai bawah. Baju setelan b

  • Amazing brie   9. Memori Lama

    Brie yang masih kecil semakin bingung dengan jawaban ayahnya, kaki kecilnya melangkah perlahan mendekati ibunya yang sedang menangis tersedu.“Buk, kenapa?” tangan kecil Brie menyentuh punggung ibunyaIbunya menoleh, langsung memeluk Brie. Seketika tangisnya semakin kencang. Dalam pelukan ibunya, Brie diselimuti tanda tanya besar dengan situasi yang terjadi.“Kenapa menangis, Buk?” kembali Brie melontarkan pertanyaan. Tangis ibunya mereda, namun tak kuasa menjawab pertanyaan anaknya. Hanya memeluk dan mencium Brie.“Brie sayang, sini, Nduk.” Mbah muncul dari pintu dapur, melambaikan tangan ke arah Brie.Brie kecil langsung berlari ke arah wanita baya itu.“Mbah, ibuk kenapa sih?” pertanyaan Brie kembali muncul saat sudah dalam pangkuan Mbahnya.“Ibumu lagi capek, jangan diganggu dulu ya.”“Kata ayah, ibuk sedang gila. Masa ibuk gila, Mbah?”Mendengar kata-kata cucunya, wanita tua itu terdiam tak menjawab. Tangannya terus membelai lembut kepala Brie. Entah sudah berapa kali anak dan me

  • Amazing brie   8. Pulang

    “Permisi, Mbak. Saya mau ambil sabun cuci muka,” ucap pelanggan supermarket yang merasa kesulitan karena terhalang Brie yang berdiri menutupi deretan sabun muka pria. Sedikit kaget, Brie bergeser lalu mengambil posisi duduk berpura-pura melihat produk di rak bawah yang berisi alat cukur dan minyak rambut. Ada perasaan malu yang menyelimuti, karena telah menyangka Edwin yang sudah menegurnya. “Mau cukuran?” “Ah, nggak..” ucap Brie sambil segera berdiri mendengar ada yang menegurnya lagi. Namun, matanya terbelalak dan seketika membeku. “Cuma mau ambil dompet Sherly,” tukas Edwin yang ternyata sudah di depan Brie. Bahkan, aroma woody dari parfum Edwin dapat menyusup masuk ke hidung Brie. Brie salah tingkah mengambil dompet Sherly yang ada di keranjang belanjanya, sikap kikuknya membuatnya lebih ceroboh sehingga dompet itu jatuh ke lantai. Dengan gelagapan ia langsung menunduk mengambil dompet itu, namun ternyata tangan Edwin lebih dulu sampai menyentuh dompet berwarna merah marun itu

  • Amazing brie   7. Sekotak Coklat Berbentuk Cinta

    Setelah melewatkan malam-malam dengan begadang untuk mengedit foto, akhirnya Brie dapat memulai tidur malamnya pada pukul 9 malam, tanpa terbangun. Sangat nyenyak.Bahkan, pukul lima pagi, ketika semua penghuni kos sudah mulai beraktivitas karena sebagian besar adalah pegawai kantor yang bekerja pukul 8 pagi dan pulang pukul 5, Brie masih nyaman berselimut.Pukul lima lewat lima menit, alarm berbunyi. Brie menggeliat, dengan mata masih menyipit, tangannya meraih ponsel untuk mematikan alarm. Pagi ini, Brie bangun dengan bahagia tanpa beban. Semalam ia telah menghabiskan hampir setengah porsi brownies, akhirnya suasana hati Brie sudah jauh lebih baik.“Pagi, Mbak Shella. Berangkatnya pagi banget, Mbak,” sapa Brie ke penghuni kamar sebelahnya.“Iya, Brie. Ada audit hari ini, bikin pusing,”ujar Shella yang terburu-buru memakai flatshoes.“Hati-hati ya Mbak.” Brie tersenyum melihat tetangga kamarnya itu berl

  • Amazing brie   6. Dasar Pembohong!

    Brie berdiri mematung di pinggir jalan. Begitu selesai mengutarakan petuahnya, Edwin langsung kembali ke kafe tanpa menunggu jawaban dari Brie. Sedangkan Brie memang tidak mampu membuat jawaban dari serangan Edwin yang tiba-tiba. Mental Brie ambruk begitu saja. “Permisi, Neng Brie?” “Ah-iya, Pak.” Jawab Brie parau, sambil mengusap mata. “Maaf, Neng. Tadi Bapak antri bensinnya lama banget, jadi Neng lama nunggunya.” Tukas Bapak Ojek. “Oh iya, nggak apa-apa, Pak. Saya nggak buru-buru, kok.” Si Bapak Ojek mengendarai motornya dengan hati-hati, namun tetap gesit. Sepanjang jalan Brie melamun,

  • Amazing brie   5. Manusia Gorila

    Terdengar suara uang koin yang saling beradu sejak tadi dari kamar Brie. Ia mengumpulkan semua uang koin yang ia miliki setelah melakukan pencarian di sudut-sudut kamarnya. Brie memang gemar mengumpulkan uang koin dalam wadah plastik bekas toples sosis, selain itu terkadang ada saja uang koin yang terjatuh dari sakunya namun sengaja tidak ia ambil agar menjadi harta karun yang akan ia korek-korek. Setidaknya terkumpul uang koin sebesar tiga ratus ribu yang terkumpul selama dua bulan. Setelah dirapikan dalam bungkus plastik, kumpulan uang itu akan ia tukarkan ke toko waralaba untuk mendapatkan uang kertas.Hari ini Brie sudah berjanji bertemu Sherly di Bittercoffee untuk menyerahkan hasil pekerjaannya. Setelah menukarkan uang di toko waralaba, Brie langsung menuju Bittersweet, sepanjang jalan ia berharap hasil kerjanya dapat diterima dengan baik tanpa ada masalah. Berkali-kali ia menarik napas panjang, jantungnya berdesir kencang tak karuan. Perasaan ini mengingatkannya saat p

DMCA.com Protection Status