Beranda / Romansa / Amazing brie / 2. Pertemuan Pertama

Share

2. Pertemuan Pertama

Penulis: Himmalelie
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-19 12:37:06

Selembar kain putih ditata rapi dengan tas cantik di atasnya. Brie membidikkan kameranya fokus pada tas tersebut agar mendapatkan kesan bagus dan menarik. Ia berniat menjual tas dan barang-barang layak guna miliknya untuk menambah pemasukan. Setelah mendapatkan foto yang bagus, ia akan mengunggahnya di media sosial untuk promosi. Sebelumnya ia telah berhasil mendapatkan uang setengah juta dari menjual baju-baju bekasnya.

“Pandai juga aku jualan, apa aku buka small business aja, ya.” Brie berceloteh sambil menulis rekapan penjualan pada buku yang sama dengan yang ia gunakan untuk menulis sumpah serapah pada atasannya.

Ponsel pintar Brie berbunyi, ia segera meraih benda berwarna pink itu. Ternyata sebuah pesan dari Erna, teman kantor Brie dulu.

[Hai Brie, aku boleh minta tolong sesuatu gak?] Brie membaca pesan itu dengan pikiran bermacam-macam, apa yang ia bisa bantu untuk temannya itu karena jika bantuan berbentuk materi tentu saja ia tak bisa membantu. Lalu jemarinya menari lincah di atas ponselnya membalas pesan Erna dengan kalimat tanya singkat. Setelah pesan itu terkirim, tidak lama kemudian ponsel Brie kembali berbunyi, namun bukan pesan yang ia terima, melainkan sebuah panggilan langsung oleh Erna.

[Hi Brie, maaf ya aku langsung telpon saja] ujar Erna dari seberang tanpa basa basi.

“Iya Er, apa yang bisa aku bantu nih?” Brie menjawab dengan pertanyaan sesuai dengan pesan yang telah ia kirimkan sebelumnya.

[Brie, ku liat kamu kan sering tuh foto-foto, nah jepretanmu cukup oke. Kebetulan kan aku ada sampingan jualan kue nih, boleh tidak kalau aku minta tolong buat foto produk jualan? Ada komisinya kok.] Jawab Erna secara gamblang. Secara tidak langsung Brie langsung lega, dia khawatir sekali jika Erna menghubungi untuk bantuan materi, yang ia sendiri dalam keterbatasan ekonomi. Sudah menjadi rahasia umum tentang hutang piutang yang menjadi problem rusaknya suatu hubungan pertemanan, bahkan kekeluargaan.

“Wah kue apa nih, Er? Boleh deh kuterima tawaranmu,” Brie merasa cukup senang mendapatkan penawaran dari Erna, soal komisi tidak terlalu ia pikirkan, karena  ada yang tertarik dan berminat menggunakan jasanya saja merupakan apresiasi yang sudah membuat bahagia. Hal ini semakin membuatnya semangat menekuni dunia foto.  

[Soft cookies gitu Brie, nanti bisa langsung ketemu Brie? Sekitar jam 5 sore, nanti lokasi ketemuannya aku kirim lewat chat ya.] Jawab Erna. Brie mengiyakan pertemuan sore nanti, karena memang sedang senggang.

[Nanti langsung ketemu di kafe Bittercoffe ya, kafe baru di jl Sumatera no 40.] Brie membaca pesan masuk dari Erna yang menyebutkan tempat pertemuan mereka nanti.

***

            Brie menuju meja kafe yang sudah ditentukan Erna, dilihatnya Erna sudah berada di tempat seorang diri. Erna melambaikan tangan kea rah Brie, mengisyaratkan bahwa ia menyadari kehadiran Brie.

            “Hai, gimana kabarmu, Brie?” sapa Erna ramah.

            “Baik, lumayan bisa self healing,” kata Brie sembari mengambil kursi untuk duduk.

            “Nah, ini dia Brie yang ku bilang.” Erna mengeluarkan stoples kue dengan taburan chip coklat yang nampak lezat.

“Produkku itu Soft Cookies, keunggulannya gluten free karena menggunakan tepung almond dan tentu saja chewy di mulut,” terang Erna. Ia sangat bersemangat memulai bisnisnya. Ia sendiri bertekad untuk tidak main-main dengan bisnisnya, mengingat beberapa teman kantornya termasuk Brie sudah diberhentikan. Sewaktu-waktu bisa saja gilirannya yang harus hengkang. Paling tidak, ketika kemungkinan buruk itu terjadi, dia sudah memiliki bisnis yang sudah berjalan.

“Aku nggak habis pikir emang sama si Ridwan, manajer setengah mateng tapi bikin porak-poranda kantor. Masa anak-anak lama yang udah senior pada diberhentiin. Bagaimana bisa santai, kalau di kantor kebanyakan anak baru yang belum bener-bener bisa diandelin dalam pekerjaan, senior yang tinggal beberapa biji yang kerepotan ngajarin mulu. Ridwan mah ngomel sama nyuruh doang.” Erna tidak bisa menyembunyikan emosi kesalnya, beberapa kali dia menampar meja.

“Wah kacau balau ya, untung aku udah dipecat,” kelakar Brie sambil menyesap es kopi pesanannya. Disitulah Brie bersyukur karena memang sudah jalannya ia keluar dari kantor tersebut.

“Brie, fee-nya gue transfer minggu depan ya,” tukas Erna.

“Ok. Aku kerjain dulu, nanti hasilnya ku kirim kalau uda kelar,” jawab Brie.    

“Brie, aku ke toilet dulu ya, kebelet banget, nih,” tukas Erna. Ia langsung memutar badannya dengan sangat cepat untuk bergegas mencari toilet, namun, hal tak terduga terjadi. Ia tak menyadari dari arah belakang ada seorang laki-laki yang berjalan keluar.

Bugh … pundak Erna bertabrakan dengan dada laki-laki itu.

“Aduh!” Erna meringis memegang pundaknya. Matanya menatap laki-laki di hadapannya. Lelaki itu memegang dada yang ditabrak Erna. Brie mengawasi lelaki itu, dia khawatir si Erna kena semprot karena kecerobohannya, namun tidak ada reaksi apapun. Cukup dingin dan agak jumawa tampangnya.

Amit-amit jangan sampai aku berurusan dengan cowok kayak gitu,” ujar Brie dalam hati, sambil mengamati dari jauh lelaki yang bertabrakan dengan Erna itu. Galak dan bossy begitulah Brie menggambarkan laki-laki itu. Seketika ia berdoa untuk dijauhkan dari orang dengan karakter seperti itu. Salah satu yang Brie syukuri setelah diberhentikan dari pekerjaannya adalah terlepas dari atasan yang bossy. Melihat laki-laki itu tadi, membuatnya teringat pada atasannya yang hampir setiap hari menjadi bahan obrolan oleh teman-teman kantornya karena hampir setiap pula ada yang diomeli dan kena semprot untuk masalah yang seharusnya masih bisa dibicarakan dengan kepala dingin.

            Pernah dulu, si Atasan itu melakukan kesalahan di depan karyawan-karyawan lain. Giliran diingatkan oleh bawahannya, bukan ucapan terima kasih yang dilontarkan, melainkan kata-kata gengsi yang menunjukkan ketidaksenangannya. Setelah itu, si Atasan menjadi omongan selama seminggu penuh. Jika teringat hal memalukan itu, Brie tetap tergelitik karena menurutnya menertawakan atasan yang bertingkah menggelikan adalah hiburan.

***

            Erna kembali dari toilet sambil memegangi pundaknya yang sakit setelah insiden tabrakan tadi. Sesekali ia memijat pundaknya yang linu, berharap segera terobati.

            “Er, aku ada koyo, nih. Kasian amat, mau kencing aja malah tabrakan sama gorila,” kelakar Brie sembari menyodorkan koyo. Mereka terkekeh bersama. Namun, Erna tiba-tiba berhenti tertawa dan memberi isyarat tangan pada Brie untuk berhenti tertawa karena laki-laki yang ditabrak Erna sedang berjalan melewati mereka. Si Laki-laki itu berjalan melewati mereka tanpa menoleh, kali ini ia tidak sendiri karena ia berjalan bersama beberapa temannya yang baru saja datang.

            “Widih, cakep-cakep bener itu temen-temennya,” celetuk Erna.

            “Iya, Er. Nggak kayak si Gorila,” sahut Brie.

Beberapa saat mereka mencuri-curi pandang ke arah gerombolan tadi, hingga akhirnya Brie terkejut karena matanya bertemu dengan si Laki-laki Gorila. Ia langsung membuang muka, lalu sibuk mencari-cari ponselnya. Mendadak mukanya memerah dan malu. Erna tertawa melihat tingkah Brie yang salah tingkah.

            Brie kembali berkutat ke kue-kue Erna. Ia menata komposisi tatanan kue tersebut, dan kembali membidikkan kamera ke kue-kue cantik dan menggiurkan tersebut. Sebenarnya, Brie sudah tak sabar ingin segera menyelesaikan sesi foto tersebut, karena Erna membolehkan kuenya dibawa pulang Brie. Bagi Brie, yang sangat menyukai kue-kue manis tentu saja menjadi sebuah tawaran yang menyenangkan.

Bab terkait

  • Amazing brie   3. Edwin

    “Hari ini kita buka pertama pukul sepuluh ya, jadi pastikan ketika kafe dibuka semua sudah siap. Barista siap, dapur juga siap,” kata Sherly memberi arahan ke semua pegawai kafe Bittercoffe. Satu jam menuju opening, ia cukup gugup. Gadis dua puluh tahun itu memberanikan diri untuk berwirausaha, tentu saja berdua dengan abangnya, Edwin. Keinginan Sherly membuka kafe memang sudah sejak satu tahun lalu, yang kemudian disetujui Edwin.Tidak mudah bekerja sama dengan Edwin yang perfeksionis dan sedikit otoriter. Sherly yang manja, tiba-tiba menjadi sosok yang paling semangat membangun bisnis. Edwin tentu saja tidak langsung mengabulkan permintaan adiknya untuk membuka bisnis kuliner, dia ingin melihat kesungguhan Sherly. Setahun lalu, setelah mengutarakan keinginannya pada Edwin, Sherly diberi tantangan untuk mengumpulkan uang 20 juta dengan metode Sinking Fund, dimana setiap bulannya Sherly diwajibkan menyisihkan uang sesuai dengan kesepakatan untuk mencapai

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-19
  • Amazing brie   4. Proyek Bittersweet

    Hari ini adalah seminggu setelah pertemuan Brie dengan Erna – klien pertama Brie. Kamar kos yang sudah dibersihkan dan dirapikan minggu lalu, kini bak kapal pecah setelah Brie menyelesaikan tugas pertamanya sebagai fotografer. Dua hari yang lalu Brie mengirimkan file foto-foto produk yang sudah final kepada Erna, ia berharap tidak ada permintaan revisi.[Brie, aku suka banget hasilnya! Barusan udah aku transfer ya.] Brie membaca pesan dari Erna, ujung bibirnya tidak terhenti menyungging. Dia benar-benar bahagia dan hampir tak percaya, hobi yang ia tekuni dapat menghasilkan uang. Tak henti-hentinya ia mengucapkan rasa syukur, apalagi setelah melihat nominal uang di rekeningnya bertambah setelah sekian lama berkurang karena tidak ada pemasukan. Walau nominal yang masuk belum banyak, namun tetap saja ia merasa mendapatkan angina segar.[Oh iya Brie, kalau aku rekomendasiin jasamu di komunitas bisnis, kamu tak keberatan, kan?][ Dengan senang hati! Makasih ya,

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-19
  • Amazing brie   5. Manusia Gorila

    Terdengar suara uang koin yang saling beradu sejak tadi dari kamar Brie. Ia mengumpulkan semua uang koin yang ia miliki setelah melakukan pencarian di sudut-sudut kamarnya. Brie memang gemar mengumpulkan uang koin dalam wadah plastik bekas toples sosis, selain itu terkadang ada saja uang koin yang terjatuh dari sakunya namun sengaja tidak ia ambil agar menjadi harta karun yang akan ia korek-korek. Setidaknya terkumpul uang koin sebesar tiga ratus ribu yang terkumpul selama dua bulan. Setelah dirapikan dalam bungkus plastik, kumpulan uang itu akan ia tukarkan ke toko waralaba untuk mendapatkan uang kertas.Hari ini Brie sudah berjanji bertemu Sherly di Bittercoffee untuk menyerahkan hasil pekerjaannya. Setelah menukarkan uang di toko waralaba, Brie langsung menuju Bittersweet, sepanjang jalan ia berharap hasil kerjanya dapat diterima dengan baik tanpa ada masalah. Berkali-kali ia menarik napas panjang, jantungnya berdesir kencang tak karuan. Perasaan ini mengingatkannya saat p

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-19
  • Amazing brie   6. Dasar Pembohong!

    Brie berdiri mematung di pinggir jalan. Begitu selesai mengutarakan petuahnya, Edwin langsung kembali ke kafe tanpa menunggu jawaban dari Brie. Sedangkan Brie memang tidak mampu membuat jawaban dari serangan Edwin yang tiba-tiba. Mental Brie ambruk begitu saja. “Permisi, Neng Brie?” “Ah-iya, Pak.” Jawab Brie parau, sambil mengusap mata. “Maaf, Neng. Tadi Bapak antri bensinnya lama banget, jadi Neng lama nunggunya.” Tukas Bapak Ojek. “Oh iya, nggak apa-apa, Pak. Saya nggak buru-buru, kok.” Si Bapak Ojek mengendarai motornya dengan hati-hati, namun tetap gesit. Sepanjang jalan Brie melamun,

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-27
  • Amazing brie   7. Sekotak Coklat Berbentuk Cinta

    Setelah melewatkan malam-malam dengan begadang untuk mengedit foto, akhirnya Brie dapat memulai tidur malamnya pada pukul 9 malam, tanpa terbangun. Sangat nyenyak.Bahkan, pukul lima pagi, ketika semua penghuni kos sudah mulai beraktivitas karena sebagian besar adalah pegawai kantor yang bekerja pukul 8 pagi dan pulang pukul 5, Brie masih nyaman berselimut.Pukul lima lewat lima menit, alarm berbunyi. Brie menggeliat, dengan mata masih menyipit, tangannya meraih ponsel untuk mematikan alarm. Pagi ini, Brie bangun dengan bahagia tanpa beban. Semalam ia telah menghabiskan hampir setengah porsi brownies, akhirnya suasana hati Brie sudah jauh lebih baik.“Pagi, Mbak Shella. Berangkatnya pagi banget, Mbak,” sapa Brie ke penghuni kamar sebelahnya.“Iya, Brie. Ada audit hari ini, bikin pusing,”ujar Shella yang terburu-buru memakai flatshoes.“Hati-hati ya Mbak.” Brie tersenyum melihat tetangga kamarnya itu berl

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-28
  • Amazing brie   8. Pulang

    “Permisi, Mbak. Saya mau ambil sabun cuci muka,” ucap pelanggan supermarket yang merasa kesulitan karena terhalang Brie yang berdiri menutupi deretan sabun muka pria. Sedikit kaget, Brie bergeser lalu mengambil posisi duduk berpura-pura melihat produk di rak bawah yang berisi alat cukur dan minyak rambut. Ada perasaan malu yang menyelimuti, karena telah menyangka Edwin yang sudah menegurnya. “Mau cukuran?” “Ah, nggak..” ucap Brie sambil segera berdiri mendengar ada yang menegurnya lagi. Namun, matanya terbelalak dan seketika membeku. “Cuma mau ambil dompet Sherly,” tukas Edwin yang ternyata sudah di depan Brie. Bahkan, aroma woody dari parfum Edwin dapat menyusup masuk ke hidung Brie. Brie salah tingkah mengambil dompet Sherly yang ada di keranjang belanjanya, sikap kikuknya membuatnya lebih ceroboh sehingga dompet itu jatuh ke lantai. Dengan gelagapan ia langsung menunduk mengambil dompet itu, namun ternyata tangan Edwin lebih dulu sampai menyentuh dompet berwarna merah marun itu

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-06
  • Amazing brie   9. Memori Lama

    Brie yang masih kecil semakin bingung dengan jawaban ayahnya, kaki kecilnya melangkah perlahan mendekati ibunya yang sedang menangis tersedu.“Buk, kenapa?” tangan kecil Brie menyentuh punggung ibunyaIbunya menoleh, langsung memeluk Brie. Seketika tangisnya semakin kencang. Dalam pelukan ibunya, Brie diselimuti tanda tanya besar dengan situasi yang terjadi.“Kenapa menangis, Buk?” kembali Brie melontarkan pertanyaan. Tangis ibunya mereda, namun tak kuasa menjawab pertanyaan anaknya. Hanya memeluk dan mencium Brie.“Brie sayang, sini, Nduk.” Mbah muncul dari pintu dapur, melambaikan tangan ke arah Brie.Brie kecil langsung berlari ke arah wanita baya itu.“Mbah, ibuk kenapa sih?” pertanyaan Brie kembali muncul saat sudah dalam pangkuan Mbahnya.“Ibumu lagi capek, jangan diganggu dulu ya.”“Kata ayah, ibuk sedang gila. Masa ibuk gila, Mbah?”Mendengar kata-kata cucunya, wanita tua itu terdiam tak menjawab. Tangannya terus membelai lembut kepala Brie. Entah sudah berapa kali anak dan me

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-10
  • Amazing brie   10. Ibuk

    Brie duduk di teras rumahnya sambil mengecek pesan dari para calon klien yang mengajukan kerja sama. Beberapa sudah sepakat untuk bekerja sama yang akan dimulai minggu depan setelah Brie kembali ke rantau.“Nduk, ayo sarapan, udah ada nasi pecel sama lele goreng di meja,” ujar ibu dua anak itu.“Bentar, Buk.”Setelah mendengar jawaban dari anak sulungnya, wanita itu kembali masuk ke dalam rumah. Sedangkan Brie melanjutkan mengecek pesan dan membalas pesan dari calon kliennya.Udara pagi di desa terasa sangat segar dan menyenangkan paru-paru, setelah berbulan-bulan berada di kota besar yang lebih banyak polusi. Brie menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan, benar-benar kenikmatan hidup.“Ngapain Mbak?” tanya Anita yang tiba-tiba muncul dari arah luar.“Dari mana aja kamu?” tanpa menjawab adiknya, Brie malah melemparkan pertanyaan pada Anita.“Abis olahraga pagi di alun-alun sama temen, sekalian ambil HP,” ujar Anita.Brie menatap Anita dari atas sampai bawah. Baju setelan b

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-15

Bab terbaru

  • Amazing brie   13. Sebuah Kenyataan

    Seringkali terjadi di kehidupan, sesuatu yang tidak diinginkan datang disaat tidak ada kesiapan untuk menghadapinya. Sepanjang di perjalanan kembali ke kota rantau, Brie tidak tenang dan gelisah. Anita duduk di sampingnya, sedang memandang keluar jendela gerbong kereta dengan antusias, sesekali ia mengambil video dan berkali-kali mengambil foto wajahnya sendiri.Brie menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan kasar. Sekitar dua jam lagi sampai di kota tujuan, dan Brie masih berusaha menata hati dan kalimat yang akan diucapkannya pada Anita bahwa dirinya sudah tidak bekerja di kantor lamanya. Memang ada perasaan mengganjal, yaitu takut mengecewakan. Awalnya Brie hanya takut ibunya yang kecewa, namun kini ia juga takut jika Anita akan kecewa karena telah menaruh harapan pada Brie untuk membantu mencarikan pekerjaan di perusahaan tempat Brie bekerja dulu.“Mbak, ayo foto berdua!” Anita menarik lengan Brie, dengan tangan kiri masih memegang ponsel.“Males, ngantuk.” Tolak Brie samb

  • Amazing brie   12. Langit Jingga

    Jumat malam, beberapa pesan dan telepon masuk ke ponsel Brie. Bukan Edwin, melainkan beberapa tawaran pekerjaan. Beberapa klien mendesak untuk pengerjaan dalam waktu dekat, bahkan untuk hari Minggu ini. Brie mengurut kepala, ia memang butuh dana, tapi klien banyak maunya. Ketika tawarannya untuk hari lain, ditolak oleh klien, Brie tidak memaksa. Ia akan rela melepas klien itu, karena ia masih ingin bersama keluarga.Untung saja masih ada beberapa klien yang masih bersabar untuk pengerjaan minggu depan, ketika Brie sudah kembali ke rantau. Brie selalu bersyukur dengan adanya klien yang masih memilihnya. Ia percaya, klien baik hati seperti itu datang padanya tak lepas dari doa ibunya, walau sebenarnya ibunya tak mengetahui status pekerjaannya sekarang.“Mbak, fotoin aku, dong!” Pinta Anita yang tiba-tiba muncul hanya melongokkan kepala dari balik pintu kamar Brie.Brie bangkit dari tempat tidur, membuka pintu dan melihat sang Adik sudah mengenakan topi toga, baju kebaya lengkap dengan h

  • Amazing brie   11. Ayah

    Wanita itu berhenti mencuci piring, terdiam sejenak. Pertanyaan anak sulungnya membuatnya terkejut, dengan kondisi tidak siap menjawab, ia menoleh dan menatap Brie. “Kenapa memangnya, Nduk?” “Nggak apa-apa, Buk.” Brie berdiri dari duduknya, dan melenggang masuk kamar. Ia paham betul pertanyaannya membuat ibunya tidak nyaman, ada perasaan canggung yang membuatnya enggan melanjutkan pertanyaannya. Ahmad Basri, ayah Brie, seorang anak juragan tembakau yang kaya raya. Semua orang segan dengan keluarga Basri. Tidak ada satupun materi yang tidak terpenuhi, semua keinginan Ahmad selalu dapat ia peroleh. Termasuk menikahi seorang gadis sederhana, Maryamah, ibu Brie. Awalnya ia dapat membina hidup bahagia bersama anak-anak dan istrinya. Namun, sifat egoisnya selalu tertanam dari dulu. Ahmad memiliki ketertarikan dengan gadis lain, dan berniat untuk poligami. Sayangnya, Maryamah menolak mentah-mentah permintaan semuanya. Tentu saja Ahmad berang, keinginannya harus selalu terpenuhi, dan hasr

  • Amazing brie   10. Ibuk

    Brie duduk di teras rumahnya sambil mengecek pesan dari para calon klien yang mengajukan kerja sama. Beberapa sudah sepakat untuk bekerja sama yang akan dimulai minggu depan setelah Brie kembali ke rantau.“Nduk, ayo sarapan, udah ada nasi pecel sama lele goreng di meja,” ujar ibu dua anak itu.“Bentar, Buk.”Setelah mendengar jawaban dari anak sulungnya, wanita itu kembali masuk ke dalam rumah. Sedangkan Brie melanjutkan mengecek pesan dan membalas pesan dari calon kliennya.Udara pagi di desa terasa sangat segar dan menyenangkan paru-paru, setelah berbulan-bulan berada di kota besar yang lebih banyak polusi. Brie menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan, benar-benar kenikmatan hidup.“Ngapain Mbak?” tanya Anita yang tiba-tiba muncul dari arah luar.“Dari mana aja kamu?” tanpa menjawab adiknya, Brie malah melemparkan pertanyaan pada Anita.“Abis olahraga pagi di alun-alun sama temen, sekalian ambil HP,” ujar Anita.Brie menatap Anita dari atas sampai bawah. Baju setelan b

  • Amazing brie   9. Memori Lama

    Brie yang masih kecil semakin bingung dengan jawaban ayahnya, kaki kecilnya melangkah perlahan mendekati ibunya yang sedang menangis tersedu.“Buk, kenapa?” tangan kecil Brie menyentuh punggung ibunyaIbunya menoleh, langsung memeluk Brie. Seketika tangisnya semakin kencang. Dalam pelukan ibunya, Brie diselimuti tanda tanya besar dengan situasi yang terjadi.“Kenapa menangis, Buk?” kembali Brie melontarkan pertanyaan. Tangis ibunya mereda, namun tak kuasa menjawab pertanyaan anaknya. Hanya memeluk dan mencium Brie.“Brie sayang, sini, Nduk.” Mbah muncul dari pintu dapur, melambaikan tangan ke arah Brie.Brie kecil langsung berlari ke arah wanita baya itu.“Mbah, ibuk kenapa sih?” pertanyaan Brie kembali muncul saat sudah dalam pangkuan Mbahnya.“Ibumu lagi capek, jangan diganggu dulu ya.”“Kata ayah, ibuk sedang gila. Masa ibuk gila, Mbah?”Mendengar kata-kata cucunya, wanita tua itu terdiam tak menjawab. Tangannya terus membelai lembut kepala Brie. Entah sudah berapa kali anak dan me

  • Amazing brie   8. Pulang

    “Permisi, Mbak. Saya mau ambil sabun cuci muka,” ucap pelanggan supermarket yang merasa kesulitan karena terhalang Brie yang berdiri menutupi deretan sabun muka pria. Sedikit kaget, Brie bergeser lalu mengambil posisi duduk berpura-pura melihat produk di rak bawah yang berisi alat cukur dan minyak rambut. Ada perasaan malu yang menyelimuti, karena telah menyangka Edwin yang sudah menegurnya. “Mau cukuran?” “Ah, nggak..” ucap Brie sambil segera berdiri mendengar ada yang menegurnya lagi. Namun, matanya terbelalak dan seketika membeku. “Cuma mau ambil dompet Sherly,” tukas Edwin yang ternyata sudah di depan Brie. Bahkan, aroma woody dari parfum Edwin dapat menyusup masuk ke hidung Brie. Brie salah tingkah mengambil dompet Sherly yang ada di keranjang belanjanya, sikap kikuknya membuatnya lebih ceroboh sehingga dompet itu jatuh ke lantai. Dengan gelagapan ia langsung menunduk mengambil dompet itu, namun ternyata tangan Edwin lebih dulu sampai menyentuh dompet berwarna merah marun itu

  • Amazing brie   7. Sekotak Coklat Berbentuk Cinta

    Setelah melewatkan malam-malam dengan begadang untuk mengedit foto, akhirnya Brie dapat memulai tidur malamnya pada pukul 9 malam, tanpa terbangun. Sangat nyenyak.Bahkan, pukul lima pagi, ketika semua penghuni kos sudah mulai beraktivitas karena sebagian besar adalah pegawai kantor yang bekerja pukul 8 pagi dan pulang pukul 5, Brie masih nyaman berselimut.Pukul lima lewat lima menit, alarm berbunyi. Brie menggeliat, dengan mata masih menyipit, tangannya meraih ponsel untuk mematikan alarm. Pagi ini, Brie bangun dengan bahagia tanpa beban. Semalam ia telah menghabiskan hampir setengah porsi brownies, akhirnya suasana hati Brie sudah jauh lebih baik.“Pagi, Mbak Shella. Berangkatnya pagi banget, Mbak,” sapa Brie ke penghuni kamar sebelahnya.“Iya, Brie. Ada audit hari ini, bikin pusing,”ujar Shella yang terburu-buru memakai flatshoes.“Hati-hati ya Mbak.” Brie tersenyum melihat tetangga kamarnya itu berl

  • Amazing brie   6. Dasar Pembohong!

    Brie berdiri mematung di pinggir jalan. Begitu selesai mengutarakan petuahnya, Edwin langsung kembali ke kafe tanpa menunggu jawaban dari Brie. Sedangkan Brie memang tidak mampu membuat jawaban dari serangan Edwin yang tiba-tiba. Mental Brie ambruk begitu saja. “Permisi, Neng Brie?” “Ah-iya, Pak.” Jawab Brie parau, sambil mengusap mata. “Maaf, Neng. Tadi Bapak antri bensinnya lama banget, jadi Neng lama nunggunya.” Tukas Bapak Ojek. “Oh iya, nggak apa-apa, Pak. Saya nggak buru-buru, kok.” Si Bapak Ojek mengendarai motornya dengan hati-hati, namun tetap gesit. Sepanjang jalan Brie melamun,

  • Amazing brie   5. Manusia Gorila

    Terdengar suara uang koin yang saling beradu sejak tadi dari kamar Brie. Ia mengumpulkan semua uang koin yang ia miliki setelah melakukan pencarian di sudut-sudut kamarnya. Brie memang gemar mengumpulkan uang koin dalam wadah plastik bekas toples sosis, selain itu terkadang ada saja uang koin yang terjatuh dari sakunya namun sengaja tidak ia ambil agar menjadi harta karun yang akan ia korek-korek. Setidaknya terkumpul uang koin sebesar tiga ratus ribu yang terkumpul selama dua bulan. Setelah dirapikan dalam bungkus plastik, kumpulan uang itu akan ia tukarkan ke toko waralaba untuk mendapatkan uang kertas.Hari ini Brie sudah berjanji bertemu Sherly di Bittercoffee untuk menyerahkan hasil pekerjaannya. Setelah menukarkan uang di toko waralaba, Brie langsung menuju Bittersweet, sepanjang jalan ia berharap hasil kerjanya dapat diterima dengan baik tanpa ada masalah. Berkali-kali ia menarik napas panjang, jantungnya berdesir kencang tak karuan. Perasaan ini mengingatkannya saat p

DMCA.com Protection Status