Share

Bab 5

Author: Winda Siscaa
last update Last Updated: 2024-12-14 17:07:41

Pagi itu, Elara mengetuk pintu kamar Yuan dengan wajah penuh tekad. Setelah kejadian kemarin, ia merasa harus melakukan sesuatu. Bukan untuk membalas Yuan, tetapi untuk membantunya. Di balik sikap dinginnya, Yuan terlihat seperti seseorang yang membutuhkan semangat dan motivasi. Walaupun, pertanyaan mengenai foto itu belum menemukan jawaban, tapi ia memutuskan untuk melupakan rasa penasarannya.

“Tuan Muda,” panggil Elara sambil membuka pintu sedikit. “Saya ingin bicara sebentar.”

“Apa lagi sekarang?” Yuan menjawab dari tempat tidur, suaranya serak karena baru bangun.

Elara masuk, membawa nampan berisi sarapan. “Sarapan dulu, lalu kita bicara. Ini penting.”

Yuan mendengus. “Apa yang bisa lebih penting daripada tidurku?”

“Terapi fisik,” jawab Elara tegas, membuat Yuan langsung menegakkan punggungnya. Wajahnya berubah tajam.

“Terapi fisik?” Yuan mengulang dengan nada mencemooh. “Aku sudah bilang, itu buang-buang waktu.”

“Tuan Muda, Anda harus mencobanya. Saya membaca tentang metode baru yang bisa membantu pemulihan. Anda tidak akan tahu jika tidak mencoba,” kata Elara dengan penuh semangat.

Yuan menatap Elara dengan pandangan skeptis. “Aku tahu kondisiku lebih baik daripada siapa pun, termasuk kamu. Jadi berhenti bersikap seolah-olah kau tahu segalanya, Nona Rose.”

Elara menahan napas, berusaha meredam rasa frustrasinya. “Saya hanya ingin membantu, Tuan. Kalau Anda tidak mau melakukannya demi diri sendiri, pikirkan orang tua Anda. Mereka pasti ingin melihat Anda mencobanya, kembali bersemangat seperti dulu.”

“Sudah cukup!” Yuan memotong dengan nada tegas. “Aku tidak mau membahas ini lagi. Jika kau benar-benar ingin membantuku, berhenti ikut campur.”

Elara menggigit bibirnya, tetapi ia memutuskan untuk tidak memaksa. Ia mengangguk pelan dan meninggalkan sarapan di meja samping tempat tidur Yuan. “Baik, Tuan. Tapi saya harap Anda mau memikirkannya lagi.”

Yuan tidak menjawab. Ia hanya memalingkan wajahnya ke jendela, menatap ke luar dengan ekspresi dingin.

Sehari penuh, Yuan tampak lebih menyebalkan dari biasanya. Ia mulai memberikan tugas-tugas aneh pada Elara, seolah ingin menguji seberapa jauh kesabarannya.

“Aku ingin kau membersihkan perpustakaan,” kata Yuan dengan nada santai sambil menyeruput tehnya di ruang tamu. “Setiap buku harus dikembalikan ke tempatnya, sesuai abjad. Dan jangan lupa membersihkan debu di setiap rak dari yang paling atas.”

Elara menatapnya dengan alis terangkat. “Tuan, perpustakaan itu sangat besar. Anda yakin ingin saya mengerjakannya sendirian?”

“Tentu saja,” Yuan menjawab dengan senyum tipis. “Kau bilang kau bisa melakukan apa saja, kan? Ini kesempatan untuk membuktikannya.”

Elara mendesah, tetapi ia tetap pergi ke perpustakaan. Yuan mengamatinya dari kejauhan sambil menonton rekaman video dari kamera CCTV yang terpasang di dalam perpustakaan. Ia merasa puas melihat Elara sibuk dengan buku-buku tebal yang berdebu di ruang perpustakaan milik keluarga Ramiro yang letaknya berada terpisah dari rumah utama. Namun, ketika ia mendengar suara Elara bersenandung riang sambil membersihkan, Yuan mengerutkan kening.

“Apa yang dia nyanyikan?” tanya Yuan, masih menonton rekaman CCTV yang menampilkan Elara Rose.

Elara tersenyum. “Lagu favoritku ini, selalu membantuku tetap semangat saat bekerja.”

“Semangat?” Yuan mengulang dengan nada sinis. “Apa dia tidak merasa kesal karena aku memberinya tugas berat ini?”

Yuan tidak tahan lagi melihat Elara Rose menikmati semua siksaan darinya. Ia meminta bantuan seorang staff untuk membawanya ke perpustakaan. Yuan mengamatinya diam-diam tanpa sepengetahuan gadis itu. Ia memberi isyarat pada staff yang mengantarnya untuk pergi meninggalkan mereka berdua. Kemudian, Yuan memutar roda dengan kedua tangannya perlahan, mendekati Elara.

Gadis itu terus saja bersenandung dengan headset yang ternyata terpasang di kedua telinganya. Senyum Elara Rose masih mengembang, ia mengerjakan tugas itu dengan senang hati tanpa mengeluh. Yuan mengamatinya sejak tadi.

“Apa kau selalu seperti ini? Tetap ceria meskipun harus menghadapi sesuatu yang berat, apa kau tidak kesal dengan semua kesulitan yang kau temui?”

“Oh, tentu saja saya kesal,” jawab Elara santai. “Tapi saya juga tahu kalau saya membiarkan rasa kesal itu menang, Artinya—saya gagal untuk satu kesempatan yang saya punya. Jadi, saya memilih untuk menikmatinya saja. Karena seringkali kesempatan tidak terjadi dua kali dalam hidup ini.”

Yuan menatap Elara dengan ekspresi bingung sekaligus kagum. “Kau memang aneh, Nona Rose.”

Elara tertawa kecil, lalu mengurangi volume musik dari gawainya, menoleh ke arah sumber suara seorang pria.

“Tuuuan Muda Yuan. Sejak kapan anda ada di sini?”

Yuan tersenyum, dan itu pertama kalinya Elara melihatnya penuh ketulusan. Elara Rose menunduk, ia lalu meralat kalimatnya karena khawatir Yuan akan marah. “Maaf, Tuan. Maksud saya—mengapa Tuan Muda ke sini?”

“Jadi, kau melarangku datang ke perpustakaan ini?”

Elara Rose memundurkan langkahnya. “Tttidak, Tuan. Tentu saja Tuan Muda boleh ke sini kapan pun Tuan mau, saya hanya ingin bilang kalau di sini banyak debu. Sebaiknya Tuan kembali lagi nanti, setelah saya selesai membersihkan seluruh tempat ini.”

“Aku baru tahu ada gadis sepertimu, Nona Rose,” gumamnya.

“Dan saya juga baru tahu ada pria seperti anda, definisi dari pria yang penuh tantangan hidup.” Elara masih tertunduk, tapi keberanian membuatnya ingin meluapkan isi hatinya pada sang Majikan. “Tapi, anda jangan senang dulu. Saya pasti bisa menaklukkan semua tantangan yang anda berikan, karena saya tidak akan membuat anda menang.”

Yuan mendengus, tetapi sudut bibirnya sedikit terangkat. Ia segera menyembunyikan senyumnya dan kembali ke rumah utama, meninggalkan Elara yang terus sibuk di perpustakaan.

Sore harinya, Yuan memanggil Elara ke ruang kerjanya. “Aku butuh kau mengetik beberapa dokumen untukku. Komputer sudah menyala, dan file-file ada di desktop.”

Elara mengangguk dan duduk di kursi, mulai membuka file yang dimaksud. Ia mengetik dengan cepat, tetapi tiba-tiba layar komputer menampilkan pesan error.

“Tuan Yuan, komputer ini bermasalah. Saya tidak bisa membuka file-nya,” kata Elara sambil memutar kursi ke arah Yuan.

Yuan mendekat dengan kursi rodanya dan memeriksa layar. “Coba restart,” katanya pendek.

Elara menurut, tetapi setelah komputer menyala kembali, masalahnya tetap sama. Ia menoleh ke Yuan dengan wajah bingung. “Sepertinya ini bukan masalah kecil, Tuan. Apa Anda punya teknisi yang biasa menangani ini?”

“Kau pikir aku mempekerjakanmu hanya untuk mengetik?” Yuan membalas dengan nada mengejek. “Cari cara untuk memperbaikinya sendiri. Kau kan pintar, bukan?”

Elara menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. “Baik, Tuan. Saya akan coba mencari solusinya.”

Yuan menyilangkan tangan di dadanya, mengamati Elara yang sibuk mencari tahu cara memperbaiki komputer. Meskipun ia merasa puas bisa menyulitkan Elara, ada bagian kecil dalam dirinya yang merasa terhibur melihat usaha keras gadis itu. Hingga lngit gelap, Elara belum juga bisa membenahi komputer Yuan. Jelas saja, toh dia seorang perawat bukan teknisi komputer.

Elara mengetuk pintu kamar Yuan. “Tuan, saya belum bisa memperbaiki komputer anda. Bagaimana kalau besok saya panggilkan teknisi. Ini sudah jam 7 malam, Tuan. Saya harus pulang.”

“Aku tidak mengizinkanmu pulang sebelum komputerku bisa dioperasikan dengan normal,” sahut Yuan dari dalam kamarnya.

Elara tampak kecewa, wajahnya sendu. Ia berjalan ke arah dapur, meninggalkan kamar Yuan.

“Nona Rose, mengapa masih di sini? Bukankah seharusnya kau sudah pulang jam 3 sore tadi?” tanya Kepala ART yang sibuk mengatur staf dapur untuk menyiapkan makan malam keluarga Ramiro.

“Itu dia masalahnya—Tuan Muda Yuan tidak mengizinkanku pulang.”

“Keterlaluan, semakin hari dia semakin menikmati kesulitanmu sebagai hiburan baginya.” Wanita itu mengusap lengan Elara lembut. “Tunggu di sini sebentar, aku akan mengadukannya kepada Nyonya Martha.”

Elara mengangguk setuju. Sementara Kepala ART pergi menemui Martha Ramiro, seseorang menutup kepalanya dengan kain hitam lalu menariknya pergi dari dapur.

Related chapters

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 6

    Ketika Elara Rose sadar, ia menemukan dirinya tidur di sofa besar di kamar Yuan. Lampu ruangan menyala redup, menciptakan suasana yang tenang, tapi terasa aneh. Yuan ada di dekatnya masih duduk di kursi roda dan menatapnya dengan ekspresi tak terbaca.“Tuan Muda Yuan, apa yang sedang terjadi?” Elara bertanya, bingung dengan situasinya.“Kau tidak ingat?” Yuan membalas dengan nada datar. “Seseorang mencoba menyeretmu keluar tadi. Aku kebetulan melihatnya dari kamera pengawas.”Elara menelan ludah, mencoba mencerna kata-kata Yuan. “Lalu, bagaimana saya bisa di sini?”“Aku membawamu ke sini. Tidak ada tempat yang lebih aman di rumah ini selain kamarku,” katanya tanpa ragu. “Kau akan menginap di sini malam ini.”“Apa? Menginap di sini?” Elara hampir tersedak. Wajahnya memerah karena rasa canggung.“Tenang saja. Aku bukan pria mesum,” Yuan menambahkan sambil tersenyum tipis. “Lagipula, aku lebih suka membuat hidupmu sulit daripada merusak reputasimu.”Elara menghela napas panjang. “Baiklah

    Last Updated : 2025-01-15
  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 1

    "Elara, dengarkan Ayah! Anak Pak Lurah itu lelaki baik, masa depanmu akan terjamin kalau kau menikah dengannya," Suara berat dari ruang tamu memecah keheningan pagi itu.Elara Rose menggeleng tegas, matanya memancarkan tekad yang kuat."Ayah, aku sudah bilang. Aku ingin kuliah, aku ingin mengejar mimpiku menjadi tour guide internasional!" Suaranya bergetar, separuh karena emosi, separuh karena takut membuat suasana semakin memanas."Tour guide? Apa kau tidak waras, Elara? Hidup di kota itu keras, dan kau tahu keluarga kita tidak punya cukup uang untuk itu!" Suara lembut tapi sarat kekhawatiran menyela. "Anak Pak Lurah itu mau melamarmu. Kau tidak perlu susah payah lagi kalau menikah dengannya.""Ayah, Ibu, tolong mengerti. Aku tidak mau menikah hanya demi uang. Aku ingin punya hidupku sendiri, dan aku sudah menabung. Aku bisa membiayai kuliahku!" Elara bersikeras, meski hatinya agak ragu melihat wajah kecewa di depannya.Tangan besar menghantam meja kayu, membuat gelas teh bergetar. "

    Last Updated : 2024-12-14
  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 2

    Elara Rose terkejut. Matanya melebar saat melihat pria muda di kursi roda. Ia mengira klien yang akan dirawatnya adalah seorang lansia, mungkin pria tua yang sudah uzur. Namun, kenyataan di hadapannya jelas-jelas berbeda. Pria muda itu tampak berusia akhir dua puluhan, dengan mata tajam yang mengintimidasi dan sikapnya begitu dingin."Nona Rose, mari saya perkenalkan," ujar Kepala ART dengan senyum formal. "Ini adalah tuan muda kita, Tuan Yuan Edbert Ramiro dan ini Nyonya di rumah ini, ibunya Tuan Muda Yuan."Elara Rose masih tertegun, ia tidak dapat mengalihkan pandangannya pada sosok pria muda yang duduk di kursi roda itu."Apa yang kau lihat?" tanya Yuan sinis, memecah keheningan.Elara tergagap, tak tahu harus berkata apa. "Ah, maaf, saya hanya... tidak menyangka...""Tidak menyangka apa? Bahwa ternyata aku bukan seorang kakek renta?" Pria itu mendengus pelan. "Bagus sekali. Aku sudah muak dengan perawat yang datang dengan ekspektasi mereka sendiri.""Yuan," ujar wanita anggun di

    Last Updated : 2024-12-14
  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 3

    "A-aapa yang Anda lakukan?!" serunya panik.Yuan mengangkat alis, ekspresi dinginnya berubah menjadi seringai kecil. "Apa menurutmu aku akan meminta hal aneh darimu? Aku hanya ingin berganti pakaian. Kau harus membantu kalau mau bertahan di sini."Wajah Elara memerah. "Tidak perlu melepas pakaian di depan saya seperti itu!"Yuan tertawa lirih, suara rendahnya terdengar mengejek. "Kau akan menjadi perawatku, bukan? Ini bagian dari pekerjaanmu. Jangan bilang kau sudah takut bahkan sebelum mulai."Elara Rose mengintip dari celah jarinya, memastikan Yuan hanya duduk dengan setengah kemejanya yang terbuka. Napasnya bergetar karena malu sekaligus jengkel. Pria ini jelas tahu bagaimana memanipulasi situasi untuk membuatnya tidak nyaman. Namun, ia menolak menyerah begitu saja."Baiklah," katanya akhirnya, menurunkan tangannya dari wajah. "Tapi saya hanya membantu apa yang diperlukan. Tidak lebih."Yuan menatapnya dengan sedikit menarik ujung bibirnya. Sepertinya, ia merasa puas karena bisa me

    Last Updated : 2024-12-14
  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 4

    "Aku ingin kau membantuku pergi ke lantai dua.” Yuan melipat tangannya, ekspresi wajahnya penuh tantangan.Elara mengerutkan kening. “Lantai dua? Tapi… untuk apa Tuan Muda ingin ke lantai dua? Bukankah kamar Tuan sudah dilengkapi dengan semua fasilitas?”“Tentu saja,” Yuan menjawab sambil mengangkat alis. “Tapi ada sesuatu yang aku butuhkan di sana. Lagipula, aku ingin memastikan kau cukup kompeten. Jadi, ayo.”Ia memutar kursi rodanya ke arah tangga, roda-roda besinya menimbulkan suara bergemuruh di lantai marmer. Elara menatap tangga panjang yang melengkung ke atas dengan hati berdebar.“Tapi… ada lift, kan?” tanya Elara ragu.“Tidak ada,” Yuan menjawab dengan nada datar, lalu menoleh dengan senyuman kecil. “Itulah tantangannya. Kau harus membawaku ke atas.”“APA?!” Elara membulatkan matanya. “Tuan bercanda, kan?”Yuan hanya mengangkat bahu dengan santai. “Aku tidak pernah bercanda dengan ucapanku. Kau bilang kau bisa melakukan apa saja, bukan?”Elara menghela napas, berusaha mereda

    Last Updated : 2024-12-14

Latest chapter

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 6

    Ketika Elara Rose sadar, ia menemukan dirinya tidur di sofa besar di kamar Yuan. Lampu ruangan menyala redup, menciptakan suasana yang tenang, tapi terasa aneh. Yuan ada di dekatnya masih duduk di kursi roda dan menatapnya dengan ekspresi tak terbaca.“Tuan Muda Yuan, apa yang sedang terjadi?” Elara bertanya, bingung dengan situasinya.“Kau tidak ingat?” Yuan membalas dengan nada datar. “Seseorang mencoba menyeretmu keluar tadi. Aku kebetulan melihatnya dari kamera pengawas.”Elara menelan ludah, mencoba mencerna kata-kata Yuan. “Lalu, bagaimana saya bisa di sini?”“Aku membawamu ke sini. Tidak ada tempat yang lebih aman di rumah ini selain kamarku,” katanya tanpa ragu. “Kau akan menginap di sini malam ini.”“Apa? Menginap di sini?” Elara hampir tersedak. Wajahnya memerah karena rasa canggung.“Tenang saja. Aku bukan pria mesum,” Yuan menambahkan sambil tersenyum tipis. “Lagipula, aku lebih suka membuat hidupmu sulit daripada merusak reputasimu.”Elara menghela napas panjang. “Baiklah

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 5

    Pagi itu, Elara mengetuk pintu kamar Yuan dengan wajah penuh tekad. Setelah kejadian kemarin, ia merasa harus melakukan sesuatu. Bukan untuk membalas Yuan, tetapi untuk membantunya. Di balik sikap dinginnya, Yuan terlihat seperti seseorang yang membutuhkan semangat dan motivasi. Walaupun, pertanyaan mengenai foto itu belum menemukan jawaban, tapi ia memutuskan untuk melupakan rasa penasarannya.“Tuan Muda,” panggil Elara sambil membuka pintu sedikit. “Saya ingin bicara sebentar.”“Apa lagi sekarang?” Yuan menjawab dari tempat tidur, suaranya serak karena baru bangun.Elara masuk, membawa nampan berisi sarapan. “Sarapan dulu, lalu kita bicara. Ini penting.”Yuan mendengus. “Apa yang bisa lebih penting daripada tidurku?”“Terapi fisik,” jawab Elara tegas, membuat Yuan langsung menegakkan punggungnya. Wajahnya berubah tajam.“Terapi fisik?” Yuan mengulang dengan nada mencemooh. “Aku sudah bilang, itu buang-buang waktu.”“Tuan Muda, Anda harus mencobanya. Saya membaca tentang metode baru

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 4

    "Aku ingin kau membantuku pergi ke lantai dua.” Yuan melipat tangannya, ekspresi wajahnya penuh tantangan.Elara mengerutkan kening. “Lantai dua? Tapi… untuk apa Tuan Muda ingin ke lantai dua? Bukankah kamar Tuan sudah dilengkapi dengan semua fasilitas?”“Tentu saja,” Yuan menjawab sambil mengangkat alis. “Tapi ada sesuatu yang aku butuhkan di sana. Lagipula, aku ingin memastikan kau cukup kompeten. Jadi, ayo.”Ia memutar kursi rodanya ke arah tangga, roda-roda besinya menimbulkan suara bergemuruh di lantai marmer. Elara menatap tangga panjang yang melengkung ke atas dengan hati berdebar.“Tapi… ada lift, kan?” tanya Elara ragu.“Tidak ada,” Yuan menjawab dengan nada datar, lalu menoleh dengan senyuman kecil. “Itulah tantangannya. Kau harus membawaku ke atas.”“APA?!” Elara membulatkan matanya. “Tuan bercanda, kan?”Yuan hanya mengangkat bahu dengan santai. “Aku tidak pernah bercanda dengan ucapanku. Kau bilang kau bisa melakukan apa saja, bukan?”Elara menghela napas, berusaha mereda

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 3

    "A-aapa yang Anda lakukan?!" serunya panik.Yuan mengangkat alis, ekspresi dinginnya berubah menjadi seringai kecil. "Apa menurutmu aku akan meminta hal aneh darimu? Aku hanya ingin berganti pakaian. Kau harus membantu kalau mau bertahan di sini."Wajah Elara memerah. "Tidak perlu melepas pakaian di depan saya seperti itu!"Yuan tertawa lirih, suara rendahnya terdengar mengejek. "Kau akan menjadi perawatku, bukan? Ini bagian dari pekerjaanmu. Jangan bilang kau sudah takut bahkan sebelum mulai."Elara Rose mengintip dari celah jarinya, memastikan Yuan hanya duduk dengan setengah kemejanya yang terbuka. Napasnya bergetar karena malu sekaligus jengkel. Pria ini jelas tahu bagaimana memanipulasi situasi untuk membuatnya tidak nyaman. Namun, ia menolak menyerah begitu saja."Baiklah," katanya akhirnya, menurunkan tangannya dari wajah. "Tapi saya hanya membantu apa yang diperlukan. Tidak lebih."Yuan menatapnya dengan sedikit menarik ujung bibirnya. Sepertinya, ia merasa puas karena bisa me

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 2

    Elara Rose terkejut. Matanya melebar saat melihat pria muda di kursi roda. Ia mengira klien yang akan dirawatnya adalah seorang lansia, mungkin pria tua yang sudah uzur. Namun, kenyataan di hadapannya jelas-jelas berbeda. Pria muda itu tampak berusia akhir dua puluhan, dengan mata tajam yang mengintimidasi dan sikapnya begitu dingin."Nona Rose, mari saya perkenalkan," ujar Kepala ART dengan senyum formal. "Ini adalah tuan muda kita, Tuan Yuan Edbert Ramiro dan ini Nyonya di rumah ini, ibunya Tuan Muda Yuan."Elara Rose masih tertegun, ia tidak dapat mengalihkan pandangannya pada sosok pria muda yang duduk di kursi roda itu."Apa yang kau lihat?" tanya Yuan sinis, memecah keheningan.Elara tergagap, tak tahu harus berkata apa. "Ah, maaf, saya hanya... tidak menyangka...""Tidak menyangka apa? Bahwa ternyata aku bukan seorang kakek renta?" Pria itu mendengus pelan. "Bagus sekali. Aku sudah muak dengan perawat yang datang dengan ekspektasi mereka sendiri.""Yuan," ujar wanita anggun di

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 1

    "Elara, dengarkan Ayah! Anak Pak Lurah itu lelaki baik, masa depanmu akan terjamin kalau kau menikah dengannya," Suara berat dari ruang tamu memecah keheningan pagi itu.Elara Rose menggeleng tegas, matanya memancarkan tekad yang kuat."Ayah, aku sudah bilang. Aku ingin kuliah, aku ingin mengejar mimpiku menjadi tour guide internasional!" Suaranya bergetar, separuh karena emosi, separuh karena takut membuat suasana semakin memanas."Tour guide? Apa kau tidak waras, Elara? Hidup di kota itu keras, dan kau tahu keluarga kita tidak punya cukup uang untuk itu!" Suara lembut tapi sarat kekhawatiran menyela. "Anak Pak Lurah itu mau melamarmu. Kau tidak perlu susah payah lagi kalau menikah dengannya.""Ayah, Ibu, tolong mengerti. Aku tidak mau menikah hanya demi uang. Aku ingin punya hidupku sendiri, dan aku sudah menabung. Aku bisa membiayai kuliahku!" Elara bersikeras, meski hatinya agak ragu melihat wajah kecewa di depannya.Tangan besar menghantam meja kayu, membuat gelas teh bergetar. "

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status