Share

Bab 4

Penulis: Winda Siscaa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-14 17:06:25

"Aku ingin kau membantuku pergi ke lantai dua.” Yuan melipat tangannya, ekspresi wajahnya penuh tantangan.

Elara mengerutkan kening. “Lantai dua? Tapi… untuk apa Tuan Muda ingin ke lantai dua? Bukankah kamar Tuan sudah dilengkapi dengan semua fasilitas?”

“Tentu saja,” Yuan menjawab sambil mengangkat alis. “Tapi ada sesuatu yang aku butuhkan di sana. Lagipula, aku ingin memastikan kau cukup kompeten. Jadi, ayo.”

Ia memutar kursi rodanya ke arah tangga, roda-roda besinya menimbulkan suara bergemuruh di lantai marmer. Elara menatap tangga panjang yang melengkung ke atas dengan hati berdebar.

“Tapi… ada lift, kan?” tanya Elara ragu.

“Tidak ada,” Yuan menjawab dengan nada datar, lalu menoleh dengan senyuman kecil. “Itulah tantangannya. Kau harus membawaku ke atas.”

“APA?!” Elara membulatkan matanya. “Tuan bercanda, kan?”

Yuan hanya mengangkat bahu dengan santai. “Aku tidak pernah bercanda dengan ucapanku. Kau bilang kau bisa melakukan apa saja, bukan?”

Elara menghela napas, berusaha meredam rasa frustrasinya. Sebelum ia sempat membalas, kepala ART muncul dari dapur, memandang mereka dengan heran.

“Ada apa, Tuan Muda?”

“Tidak ada,” Yuan menjawab ringan. “Aku hanya ingin Nona Rose membuktikan bahwa dia layak bekerja di sini.”

Kepala ART tampak ragu sejenak sebelum melempar kode pada Elara tentang apa yang diinginkan Yuan. Awalnya ragu, tapi kepala ART itu pun mencoba menghalangi niat Yuan. “Tuan, sebaiknya Anda tidak terlalu memaksakan diri. Kalau anda butuh sesuatu dari lantai dua, saya akan mengambilnya untuk anda. ATau… kita gunakan lift saja.”

Elara Rose terkesiap, ia berkata, “Kata… Tuan Yuan, di sini tidak ada lift?”

Kepala ART menatap penuh arti pada Elara. “Ada di sebelah… “

“Dia harus belajar mandiri tanpa bantuan mesin apalagi orang lain. Bukankah begitu, Nona Rose?” Yuan menatap Elara dengan tatapan penuh provokasi.

Elara mengepalkan tangan di sisi tubuhnya, mencoba menenangkan detak jantungnya yang mulai naik. Ia menatap tangga, Yuan tersenyum samar menunggu reaksinya dengan penuh kesabaran palsu.

“Oke,” kata Elara pada akhirnya, suaranya terdengar tegas meskipun tangannya gemetar. “Kalau itu yang Tuan inginkan, saya akan melakukannya.”

Yuan terkejut sejenak, tetapi ia menyembunyikan ekspresi itu dengan senyum mengejek. “Bagus. Mari kita lihat seberapa jauh kau bisa bertahan.”

“Tttapi, Tuan… terlalu berbahaya kalau Nona Rose tidak mampu menahan berat tubuh anda,” cegah Kepala ART.

Elara menggigit bibirnya, matanya tertuju pada kursi roda berat itu. Ia tahu ini tidak masuk akal, tapi ia juga tahu bahwa menyerah hanya akan membuat Yuan semakin merasa menang.

Elara berdiri di depan tangga, mencoba mengatur strategi untuk menyelesaikan tantangan ini. Yuan menatapnya dengan senyum licik, sementara kepala ART menyaksikan dari kejauhan, wajahnya mencerminkan kekhawatiran, jelas terlihat cemas, namun tidak berani melawan keputusan Yuan.

“Baik,” kata Elara dengan suara mantap meski tangannya sedikit gemetar. “Kalau itu yang Tuan inginkan, saya akan melakukannya.”

Yuan menaikkan alis. Ia tampak terkejut bahwa seorang Elara Rose yang bertubuh mungil dan terlihat lemah benar-benar mau menerima tantangan itu, tetapi ia segera menyembunyikan keterkejutannya dengan senyum mengejek.

“Bagus,” katanya ringan. “Mari kita lihat apakah kau benar-benar sanggup.”

Kepala ART menghampiri mereka. “Tuan, saya benar-benar menyarankan agar kita menggunakan lift saja. Ini terlalu berisiko, saya mengkhawatirkan keselamatan Tuan.”

Yuan melambaikan tangannya, mengabaikan usul itu. “Kita tidak butuh lift. Aku ingin tahu seberapa tangguh Nona Rose ini.”

Elara memutar otaknya. Membawa Yuan ke lantai dua tanpa alat bantu adalah tugas yang hampir mustahil. Tapi ia tahu, jika ia menolak, Yuan hanya akan semakin menyulitkannya. Bahkan mungkin pria itu juga akan langsung memecatnya saat itu juga. Ia menatap tangga panjang itu, lalu menatap kursi roda Yuan yang pasti berat.

“Baiklah,” katanya dengan nada penuh tekad. “Tapi kita harus melakukan ini dengan cara yang aman.”

“Oh?” Yuan menyandarkan dagunya di tangan. “Aku tertarik mendengar rencanamu.”

Elara berjalan ke arah kepala ART dan berbisik pelan, “Bisakah Anda membantu saya mengangkat kursi roda Tuan Yuan? Saya akan memastikan Tuan Yuan tetap aman.”

Kepala ART tampak ragu, tetapi akhirnya mengangguk. Bersama-sama, mereka memindahkan Yuan dari kursi rodanya ke tangga, Elara memegangi tubuh Yuan untuk menjaga keseimbangannya. Yuan, tentu saja tidak membuat segalanya lebih mudah.

“Kau gemetar, Nona Rose,” sindir Yuan sambil menatap wajah gadis muda di sampingnya dengan keringat yang membasahi keningnya.

“Tentu saja,” balas Elara dengan senyum lelah. “Tuan cukup berat.”

Kepala ART memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan senyum. Yuan mendengus, tapi ia tidak bisa menyangkal fakta bahwa Elara benar-benar berusaha keras. Meski ia merasa kesal karena rencananya untuk membuat Elara menyerah tidak berjalan mulus, ia juga diam-diam terkesan dengan keteguhan hati gadis itu.

Setelah beberapa menit penuh perjuangan, mereka akhirnya sampai di lantai dua. Elara terengah-engah, rambutnya berantakan, tetapi ia tersenyum puas.

“Sudah sampai, Tuan,” katanya sambil mengusap keningnya yang berkeringat. “Apa lagi yang bisa saya bantu?”

Yuan menatapnya lama, lalu mengangkat bahu. “Tidak ada. Aku hanya ingin memastikan kau benar-benar bisa diandalkan.”

Elara hampir saja menjatuhkan diri ke lantai. “Jadi... Tuan tidak benar-benar butuh sesuatu dari sini?”

“Tidak,” jawab Yuan dengan senyum licik. “Aku hanya butuh hiburan.”

Kepala ART menatap Yuan dengan ekspresi campuran antara takjub dan jengkel. “Tuan Muda, saya rasa ini benar-benar tidak perlu...”

“Sudahlah,” potong Yuan. Ia memutar kursi rodanya yang sudah dipindahkan ke atas oleh kepala ART. “Nona Rose, kau boleh kembali ke bawah.”

Elara menatapnya dengan mulut ternganga. Namun, alih-alih memprotes, ia hanya mengangguk, berbalik, dan berjalan turun. Saat ia mencapai dasar tangga, ia bergumam pelan, “Hiburan, ya? Kita lihat siapa yang akan terhibur pada akhirnya.”

Yuan mendengar gumaman itu dan tersenyum samar. Ada sesuatu tentang keberanian Elara yang mulai menarik perhatiannya.

Hari berikutnya, Yuan memutuskan untuk melanjutkan ujiannya pada Elara. Kali ini, ia meminta Elara membersihkan ruang kerjanya, sebuah tempat yang jarang ia biarkan orang lain memasukinya. Ruang itu penuh dengan buku, dokumen, dan beberapa barang pribadi Yuan.

“Pastikan semuanya tetap pada tempatnya,” katanya dengan nada tegas. “Aku tidak ingin ada yang hilang atau rusak.”

“Tentu, Tuan,” jawab Elara sambil mengangguk. “Saya akan sangat berhati-hati.”

Elara mulai bekerja, membersihkan meja dan rak buku dengan hati-hati. Namun, saat ia sedang mengelap rak, sebuah bingkai foto kecil terjatuh ke lantai. Ia buru-buru mengambilnya dan tanpa sengaja melihat foto di dalamnya.

Itu adalah foto Yuan yang tampak berbeda, tersenyum lebar bersama seorang wanita cantik. ElaraRose menatap foto itu dengan rasa ingin tahu. Ia belum pernah melihat Yuan tersenyum seceria seperti itu.

“Apa yang kau lakukan?!” Suara keras Yuan mengejutkan Elara. Ia menoleh dan melihat Yuan di pintu, wajahnya merah padam.

“Sssaya... saya tidak sengaja menjatuhkannya,Tuan,” kata Elara gugup. “Maaf, Tuan. Saya hanya...”

“Keluar,” potong Yuan tajam. “Sekarang!!”

Elara terdiam, lalu meletakkan foto itu kembali ke tempatnya dan meninggalkan ruangan dengan langkah pelan. Yuan mengambil foto itu, menatapnya sebentar, lalu meletakkannya kembali dengan gerakan kasar.

Saat malam tiba, Yuan duduk sendirian di ruang kerjanya, pikirannya dipenuhi oleh kejadian hari itu. Ia masih merasa marah, tetapi ada sesuatu yang lain. Entah bagaimana, kehadiran Elara mulai memengaruhi hidupnya. Ia membawa energi baru yang tak terduga, bahkan ketika Yuan mencoba mendorongnya menjauh.

Sementara itu, di kamar kosnya, Elara meregangkan otot-ototnya yang lelah. Ia menghela napas panjang dan berbisik pada dirinya sendiri, “Aku tidak akan menyerah. Kau tidak akan menyingkirkanku semudah itu, Tuan Yuan.”

Elara Rose mencoba mengingat kejadian tadi siang di rumah Yuan. “Sebentar… baru kali ini aku melihatnya semarah itu, meskipun ia memang tidak pernah ramah padaku. Tapi, apa yang membuatnya marah? Siapa wanita yang ada di foto itu bersamanya?”

Bab terkait

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 5

    Pagi itu, Elara mengetuk pintu kamar Yuan dengan wajah penuh tekad. Setelah kejadian kemarin, ia merasa harus melakukan sesuatu. Bukan untuk membalas Yuan, tetapi untuk membantunya. Di balik sikap dinginnya, Yuan terlihat seperti seseorang yang membutuhkan semangat dan motivasi. Walaupun, pertanyaan mengenai foto itu belum menemukan jawaban, tapi ia memutuskan untuk melupakan rasa penasarannya.“Tuan Muda,” panggil Elara sambil membuka pintu sedikit. “Saya ingin bicara sebentar.”“Apa lagi sekarang?” Yuan menjawab dari tempat tidur, suaranya serak karena baru bangun.Elara masuk, membawa nampan berisi sarapan. “Sarapan dulu, lalu kita bicara. Ini penting.”Yuan mendengus. “Apa yang bisa lebih penting daripada tidurku?”“Terapi fisik,” jawab Elara tegas, membuat Yuan langsung menegakkan punggungnya. Wajahnya berubah tajam.“Terapi fisik?” Yuan mengulang dengan nada mencemooh. “Aku sudah bilang, itu buang-buang waktu.”“Tuan Muda, Anda harus mencobanya. Saya membaca tentang metode baru

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 6

    Ketika Elara Rose sadar, ia menemukan dirinya tidur di sofa besar di kamar Yuan. Lampu ruangan menyala redup, menciptakan suasana yang tenang, tapi terasa aneh. Yuan ada di dekatnya masih duduk di kursi roda dan menatapnya dengan ekspresi tak terbaca.“Tuan Muda Yuan, apa yang sedang terjadi?” Elara bertanya, bingung dengan situasinya.“Kau tidak ingat?” Yuan membalas dengan nada datar. “Seseorang mencoba menyeretmu keluar tadi. Aku kebetulan melihatnya dari kamera pengawas.”Elara menelan ludah, mencoba mencerna kata-kata Yuan. “Lalu, bagaimana saya bisa di sini?”“Aku membawamu ke sini. Tidak ada tempat yang lebih aman di rumah ini selain kamarku,” katanya tanpa ragu. “Kau akan menginap di sini malam ini.”“Apa? Menginap di sini?” Elara hampir tersedak. Wajahnya memerah karena rasa canggung.“Tenang saja. Aku bukan pria mesum,” Yuan menambahkan sambil tersenyum tipis. “Lagipula, aku lebih suka membuat hidupmu sulit daripada merusak reputasimu.”Elara menghela napas panjang. “Baiklah

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 1

    "Elara, dengarkan Ayah! Anak Pak Lurah itu lelaki baik, masa depanmu akan terjamin kalau kau menikah dengannya," Suara berat dari ruang tamu memecah keheningan pagi itu.Elara Rose menggeleng tegas, matanya memancarkan tekad yang kuat."Ayah, aku sudah bilang. Aku ingin kuliah, aku ingin mengejar mimpiku menjadi tour guide internasional!" Suaranya bergetar, separuh karena emosi, separuh karena takut membuat suasana semakin memanas."Tour guide? Apa kau tidak waras, Elara? Hidup di kota itu keras, dan kau tahu keluarga kita tidak punya cukup uang untuk itu!" Suara lembut tapi sarat kekhawatiran menyela. "Anak Pak Lurah itu mau melamarmu. Kau tidak perlu susah payah lagi kalau menikah dengannya.""Ayah, Ibu, tolong mengerti. Aku tidak mau menikah hanya demi uang. Aku ingin punya hidupku sendiri, dan aku sudah menabung. Aku bisa membiayai kuliahku!" Elara bersikeras, meski hatinya agak ragu melihat wajah kecewa di depannya.Tangan besar menghantam meja kayu, membuat gelas teh bergetar. "

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 2

    Elara Rose terkejut. Matanya melebar saat melihat pria muda di kursi roda. Ia mengira klien yang akan dirawatnya adalah seorang lansia, mungkin pria tua yang sudah uzur. Namun, kenyataan di hadapannya jelas-jelas berbeda. Pria muda itu tampak berusia akhir dua puluhan, dengan mata tajam yang mengintimidasi dan sikapnya begitu dingin."Nona Rose, mari saya perkenalkan," ujar Kepala ART dengan senyum formal. "Ini adalah tuan muda kita, Tuan Yuan Edbert Ramiro dan ini Nyonya di rumah ini, ibunya Tuan Muda Yuan."Elara Rose masih tertegun, ia tidak dapat mengalihkan pandangannya pada sosok pria muda yang duduk di kursi roda itu."Apa yang kau lihat?" tanya Yuan sinis, memecah keheningan.Elara tergagap, tak tahu harus berkata apa. "Ah, maaf, saya hanya... tidak menyangka...""Tidak menyangka apa? Bahwa ternyata aku bukan seorang kakek renta?" Pria itu mendengus pelan. "Bagus sekali. Aku sudah muak dengan perawat yang datang dengan ekspektasi mereka sendiri.""Yuan," ujar wanita anggun di

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 3

    "A-aapa yang Anda lakukan?!" serunya panik.Yuan mengangkat alis, ekspresi dinginnya berubah menjadi seringai kecil. "Apa menurutmu aku akan meminta hal aneh darimu? Aku hanya ingin berganti pakaian. Kau harus membantu kalau mau bertahan di sini."Wajah Elara memerah. "Tidak perlu melepas pakaian di depan saya seperti itu!"Yuan tertawa lirih, suara rendahnya terdengar mengejek. "Kau akan menjadi perawatku, bukan? Ini bagian dari pekerjaanmu. Jangan bilang kau sudah takut bahkan sebelum mulai."Elara Rose mengintip dari celah jarinya, memastikan Yuan hanya duduk dengan setengah kemejanya yang terbuka. Napasnya bergetar karena malu sekaligus jengkel. Pria ini jelas tahu bagaimana memanipulasi situasi untuk membuatnya tidak nyaman. Namun, ia menolak menyerah begitu saja."Baiklah," katanya akhirnya, menurunkan tangannya dari wajah. "Tapi saya hanya membantu apa yang diperlukan. Tidak lebih."Yuan menatapnya dengan sedikit menarik ujung bibirnya. Sepertinya, ia merasa puas karena bisa me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14

Bab terbaru

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 6

    Ketika Elara Rose sadar, ia menemukan dirinya tidur di sofa besar di kamar Yuan. Lampu ruangan menyala redup, menciptakan suasana yang tenang, tapi terasa aneh. Yuan ada di dekatnya masih duduk di kursi roda dan menatapnya dengan ekspresi tak terbaca.“Tuan Muda Yuan, apa yang sedang terjadi?” Elara bertanya, bingung dengan situasinya.“Kau tidak ingat?” Yuan membalas dengan nada datar. “Seseorang mencoba menyeretmu keluar tadi. Aku kebetulan melihatnya dari kamera pengawas.”Elara menelan ludah, mencoba mencerna kata-kata Yuan. “Lalu, bagaimana saya bisa di sini?”“Aku membawamu ke sini. Tidak ada tempat yang lebih aman di rumah ini selain kamarku,” katanya tanpa ragu. “Kau akan menginap di sini malam ini.”“Apa? Menginap di sini?” Elara hampir tersedak. Wajahnya memerah karena rasa canggung.“Tenang saja. Aku bukan pria mesum,” Yuan menambahkan sambil tersenyum tipis. “Lagipula, aku lebih suka membuat hidupmu sulit daripada merusak reputasimu.”Elara menghela napas panjang. “Baiklah

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 5

    Pagi itu, Elara mengetuk pintu kamar Yuan dengan wajah penuh tekad. Setelah kejadian kemarin, ia merasa harus melakukan sesuatu. Bukan untuk membalas Yuan, tetapi untuk membantunya. Di balik sikap dinginnya, Yuan terlihat seperti seseorang yang membutuhkan semangat dan motivasi. Walaupun, pertanyaan mengenai foto itu belum menemukan jawaban, tapi ia memutuskan untuk melupakan rasa penasarannya.“Tuan Muda,” panggil Elara sambil membuka pintu sedikit. “Saya ingin bicara sebentar.”“Apa lagi sekarang?” Yuan menjawab dari tempat tidur, suaranya serak karena baru bangun.Elara masuk, membawa nampan berisi sarapan. “Sarapan dulu, lalu kita bicara. Ini penting.”Yuan mendengus. “Apa yang bisa lebih penting daripada tidurku?”“Terapi fisik,” jawab Elara tegas, membuat Yuan langsung menegakkan punggungnya. Wajahnya berubah tajam.“Terapi fisik?” Yuan mengulang dengan nada mencemooh. “Aku sudah bilang, itu buang-buang waktu.”“Tuan Muda, Anda harus mencobanya. Saya membaca tentang metode baru

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 4

    "Aku ingin kau membantuku pergi ke lantai dua.” Yuan melipat tangannya, ekspresi wajahnya penuh tantangan.Elara mengerutkan kening. “Lantai dua? Tapi… untuk apa Tuan Muda ingin ke lantai dua? Bukankah kamar Tuan sudah dilengkapi dengan semua fasilitas?”“Tentu saja,” Yuan menjawab sambil mengangkat alis. “Tapi ada sesuatu yang aku butuhkan di sana. Lagipula, aku ingin memastikan kau cukup kompeten. Jadi, ayo.”Ia memutar kursi rodanya ke arah tangga, roda-roda besinya menimbulkan suara bergemuruh di lantai marmer. Elara menatap tangga panjang yang melengkung ke atas dengan hati berdebar.“Tapi… ada lift, kan?” tanya Elara ragu.“Tidak ada,” Yuan menjawab dengan nada datar, lalu menoleh dengan senyuman kecil. “Itulah tantangannya. Kau harus membawaku ke atas.”“APA?!” Elara membulatkan matanya. “Tuan bercanda, kan?”Yuan hanya mengangkat bahu dengan santai. “Aku tidak pernah bercanda dengan ucapanku. Kau bilang kau bisa melakukan apa saja, bukan?”Elara menghela napas, berusaha mereda

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 3

    "A-aapa yang Anda lakukan?!" serunya panik.Yuan mengangkat alis, ekspresi dinginnya berubah menjadi seringai kecil. "Apa menurutmu aku akan meminta hal aneh darimu? Aku hanya ingin berganti pakaian. Kau harus membantu kalau mau bertahan di sini."Wajah Elara memerah. "Tidak perlu melepas pakaian di depan saya seperti itu!"Yuan tertawa lirih, suara rendahnya terdengar mengejek. "Kau akan menjadi perawatku, bukan? Ini bagian dari pekerjaanmu. Jangan bilang kau sudah takut bahkan sebelum mulai."Elara Rose mengintip dari celah jarinya, memastikan Yuan hanya duduk dengan setengah kemejanya yang terbuka. Napasnya bergetar karena malu sekaligus jengkel. Pria ini jelas tahu bagaimana memanipulasi situasi untuk membuatnya tidak nyaman. Namun, ia menolak menyerah begitu saja."Baiklah," katanya akhirnya, menurunkan tangannya dari wajah. "Tapi saya hanya membantu apa yang diperlukan. Tidak lebih."Yuan menatapnya dengan sedikit menarik ujung bibirnya. Sepertinya, ia merasa puas karena bisa me

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 2

    Elara Rose terkejut. Matanya melebar saat melihat pria muda di kursi roda. Ia mengira klien yang akan dirawatnya adalah seorang lansia, mungkin pria tua yang sudah uzur. Namun, kenyataan di hadapannya jelas-jelas berbeda. Pria muda itu tampak berusia akhir dua puluhan, dengan mata tajam yang mengintimidasi dan sikapnya begitu dingin."Nona Rose, mari saya perkenalkan," ujar Kepala ART dengan senyum formal. "Ini adalah tuan muda kita, Tuan Yuan Edbert Ramiro dan ini Nyonya di rumah ini, ibunya Tuan Muda Yuan."Elara Rose masih tertegun, ia tidak dapat mengalihkan pandangannya pada sosok pria muda yang duduk di kursi roda itu."Apa yang kau lihat?" tanya Yuan sinis, memecah keheningan.Elara tergagap, tak tahu harus berkata apa. "Ah, maaf, saya hanya... tidak menyangka...""Tidak menyangka apa? Bahwa ternyata aku bukan seorang kakek renta?" Pria itu mendengus pelan. "Bagus sekali. Aku sudah muak dengan perawat yang datang dengan ekspektasi mereka sendiri.""Yuan," ujar wanita anggun di

  • Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa   Bab 1

    "Elara, dengarkan Ayah! Anak Pak Lurah itu lelaki baik, masa depanmu akan terjamin kalau kau menikah dengannya," Suara berat dari ruang tamu memecah keheningan pagi itu.Elara Rose menggeleng tegas, matanya memancarkan tekad yang kuat."Ayah, aku sudah bilang. Aku ingin kuliah, aku ingin mengejar mimpiku menjadi tour guide internasional!" Suaranya bergetar, separuh karena emosi, separuh karena takut membuat suasana semakin memanas."Tour guide? Apa kau tidak waras, Elara? Hidup di kota itu keras, dan kau tahu keluarga kita tidak punya cukup uang untuk itu!" Suara lembut tapi sarat kekhawatiran menyela. "Anak Pak Lurah itu mau melamarmu. Kau tidak perlu susah payah lagi kalau menikah dengannya.""Ayah, Ibu, tolong mengerti. Aku tidak mau menikah hanya demi uang. Aku ingin punya hidupku sendiri, dan aku sudah menabung. Aku bisa membiayai kuliahku!" Elara bersikeras, meski hatinya agak ragu melihat wajah kecewa di depannya.Tangan besar menghantam meja kayu, membuat gelas teh bergetar. "

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status