Setelah mengatakan itu, Sisi berlari ke pelukan Fikri.
Tubuh kecilnya lembut, membuat Fikri merasa sangat bahagia! Dalam hidup ini, memiliki seorang putri sudah cukup! "Ayo kita pulang sekarang!" Fikri melambai ke arah Nenek Lina, lalu berkata pada Sisi, "Ucapkan selamat tinggal pada Nenek!" "'Selamat tinggal, Nenek!" Sisi tersenyum dengan mata melengkung seperti bulan sabit. "Sisi benar-benar patuh, besok belajar dengan sungguh-sungguh ya!" Nenek Lina bergegas mencium Sisi dan menyuruh Fikri membawanya pulang. Setibanya di rumah, Fikri segera memasak. Dia mencuci beras, kemudian mengambil segelas air dari ruang dan menuangkannya ke dalam rice cooker. Kemudian, ia mencuci beberapa sayuran hijau dan merebusnya dalam air, lalu menambahkan sedikit saus tiram. Dia juga membuat telur dadar tomat, mencuci stroberi, dan ketika semua hidangan telah disiapkan, dia mengeluarkan nasi yang sudah matang dari rice cooke. "Sisi, ayo makan!" Fikri menggosok-gosok kepala kecil Sisi dengan lembut,"Ayah membelikanmu stroberi! Tapi kamu harus makan nasi dulu baru boleh makan stroberi!" Sisi mengerjapkan matanya, menjilat bibir merah muda seperti kucing kecil yang rakus, lalu tersenyum pada Fikri. "Ayah, Sisi sangat ingin makan stroberi. Kemarin saat Yopi pergi ke sekolah, dia membawa sekotak stroberi yang sangat besar dan lezat! Dia bahkan memberikan beberapa kepada guru! Guru memujinya!" Sisi menundukkan kepalanya, seolah tampak sedikit sedih, "Sisi juga mau makan, tapi Sisi sangat patuh, tidak menangis atau meminta pada Yopi. Ayah, apakah yang Sisi lakukan benar?" Fikri merasa sedikit sedih. Putrinya sudah sangat bijak sejak kecil, dia merasa sangat berutang pada putrinya. "Yang Sisi lakukan sudah benar!" Fikri berkata sambil menggosok matanya yang memerah. Dia segera memberi Sisi semangkuk kecil nasi putih, "Ayo, makanlah, setelah makan kita makan stroberi! Sisi bisa makan hingga puas!" Sisi mulai makan nasi dengan sumpitnya, matanya bersinar-sinar! "Wow! Ayah! Makanan hari ini enak sekali!!" Sisi berseru kaget, dia mengacungkan jempolnya ke arah Fikri, "Benar-benar lezat!" Sisi hanya makan nasi putih, Fikri sedikit tak bisa berkata-kata. Fikri tahu bahwa ini mungkin karena efek air dari ruang! ''Sisi tidak boleh hanya makan nasi, harus makan sedikit tomat, telur dan sayuran." Fikri berkata sambil memberi sedikit sayuran pada Sisi. Dia sendiri juga makan satu sendok nasi, dalam sekejap, dia merasakan aroma nasi yang lezat menyebar ke seluruh tubuhnya, ini adalah rasa makanan yang asli dan paling manis serta bersih! Benar-benar sangat lezat! Hampir dalam sekejap, Fikri bahkan menghabiskan satu mangkuk nasi putih tanpa makan sedikit pun sayuran! "Ayah juga harus makan sayuran! Tidak boleh hanya makan nasi putih!" Sisi berkata sambil memegang sumpit dengan tangan kecilnya yang putih dan dengan tidak stabil menjepit sayur, lalu meletakkannya di mangkuk Fikri. Mereka berdua saling tersenyum, sangat harmonis. Setelah makan, Sisi beristirahat sejenak sambil memegang perutnya yang bundar, kemudian tidak sabar untuk makan stroberi. Fikri memberikan mangkuk buah kepada Sisi, lalu Sisi segera seperti kucing kecil yang rakus, matanya yang besar dan hitam menatap stroberi merah yang menggoda, lalu menggigit satu gigitan!. "Ayah! Stroberi ini sungguh sangat enak! Benar-benar manis! Ayah juga makan!" Kata Sisi sambil mengayunkan stroberi yang telah digigit dengan tangannya dan mendekatkannya ke mulut Fikri. Fikri merasa terharu! "Ayah tidak suka stroberi, Sisi makan saja." Namun Fikri masih enggan memakannya. Sisi mengerjapkan matanya dan memonyongkan bibirnya, seolah tidak mengerti kenapa ayahnya tidak menyukai stroberi yang enak ini. "Sisi sudah kenyang!" Setelah makan tiga buah stroberi, Sisi tidak bisa makan lagi. Fikri berpikir sejenak, kemudian menaruh empat buah stroberi yang tersisa ke dalam ruang, kemudian membawa Sisi untuk tidur. "Baiklah, cerita sudah selesai, Sisi juga sudah harus tidur." Keesokan harinya. Fikri bangun jam 7 pagi, memasak bubur ketan dan memasak dua butir telur rebus, ia mengambil sisa makanan yang tidak habis dimakan semalam dari kulkas, sedikit dipanaskan, lalu berpikir untuk masuk ke dalam ruang dan mengambil empat buah stroberi yang tersisa untuk dibawa ke sekolah oleh Sisi. Namun begitu Fikri memasuki ruang, dia langsung dibuat terkejut oleh apa yang dilihatnya! Di samping mata air dan dekat dengan tanah, Fikri sebelumnya meletakkan Empat buah stroberi di sana! Namun sekarang stroberi itu hilang, diganti dengan banyak tunas stroberi yang padat dan rapat! Dan tunas stroberi itu sudah tumbuh setinggi satu inci, hijau mengkilap, dan banyak di antaranya yang telah berbunga, sangat jelas sudah akan berbuah! Fikri merasa terkejut dan senang. Ruang kosong ini, ternyata memiliki fungsi untuk mempercepat pertumbuhan tanaman! Tidak hanya itu, bunga stroberi yang tumbuh dari tunas ini, dua hingga tiga kali lebih besar dari bunga stroberi biasa yang pernah dilihat Fikri! Lasti stroberi yang akan dipanen nanti akan lebih besar, lebih manis dan lebih lezat! Fikri segera memisahkan tunas-tunas stroberi ini, menanamnya satu per satu di tanah hitam di dekat kolam, dan ketika melihat semakin banyak tunas bunga yang bermekaran, dia tersenyum lebar! Kelak kalau Sisi ingin makan stroberi, bukankah dia bisa mengambil sebanyak yang dia inginkan?! Keluar dari ruang kosong, hanya satu menit berlalu di dunia nyata. Fikri mendinginkan bubur ketan yang sudah matang, nmengupas telur rebus untuk Sisi, makan sarapannya sendiri, kemudian membangunkan Sisi. Setelah membasuh wajah Sisi, membantunya menyikat gigi dan menyuapinya sarapan, Fikri mengendarai kendaraan roda tiganya untuk mengantar putrinya ke taman kanak-kanak. "Bye-bye, Ayah!" Sisi menggandeng tangan gurunya dengan satu tangan, sambil melambaikan tangan yang lain ke arah Fikri, "Ayah, hati- hati di jalan ya!" Fikri mengangguk dan menyaksikan guru membawa Sisi masuk ke taman kanak-kanak, kemudian pergi dengan Kendaraan roda tiganya. Pertama-tama, ia pergi ke gudang ekspedisi untuk mengambil paket, mengirimkannya satu per satu sesuai dengan alamat, dan ketika beristirahat di tengah hari, dia sudah bercucuran keringat. Fikri dan rekan kerjanya menemukan restoran murah dan memesan nasi dengan lauk kentang paling murah. Dia duduk di depan pintu dan makan dengan rakus. Namun, sejak makan nasi yang dimasak dengan air dalam ruang, Fikri merasa makanan di luar sama sekali tidak enak! Oh iya, tidak tahu bagaimana stroberi yang ditanam pagi tadi sekarang? Fikri makan sambil berpikir, ia membuang kotak makanannya ke tempat sampah, lalu pamitan pada rekan kerjanya, mengatakan bahwa dia akan pergi ke toilet, kemudian pergi ke bilik toilet. Fikri segera masuk ke ruang. Pemandangan di depannya membuat Fikri terkejut lagi! Di tanah seluas satu hektar, semua bibit stroberi dipenuhi dengan stroberi merah segar yang berair, dan satu stroberi cukup besar seperti kepalan tangan orang dewasa! Selain itu, biji stroberi ini sangat kecil dan terbenam dalam daging buah, hampir tidak terlihat kalau tidak diperhatikan dengan saksama. Satu biji stroberi sangat berat, aroma khas stroberi memenuhi hidung, membuat orang ngiler dan tidak bisa menahan diri! Fikri tidak ragu-ragu, ia langsung memetik satu stroberi dan memakannya dengan senang! Meskipun bibit stroberi ini tidak mencakup seluruh satu hektar tanah, ini juga sepuluh persen dari luas lahan tersebut. Total hampir seribu kati stroberi! Sangat manis di mulut, dengan aroma stroberi yang khas, membuat orang terkesan dan ingin terus makan! Fikri tidak makan banyak sebelumnya, sekarang ia duduk di tanah, memetik stroberi dan makan hingga kenyang! Namun, setelah selesai makan, Fikri merasa bingung, dia dan Sisi tidak mungkin bisa menghabiskan begitu banyak stroberi yang besarnya kira-kira sebesar kepalan tangan ini. "Mungkin ... aku bisa menjualnya?" Tiba-tiba, sebuah ide muncul di kepala Fikri. Dia bertepuk tangan dan merasa itu bisa dilakukan! Stroberi ini pasti bisa menghasilkan cukup banyak uang! Tanpa ragu, Fikri dengan cepat meninggalkan tempat itu dan kembali ke kendaraan roda tiganya, lalu mengisinya dengan stroberi hingga penuh. Fikri menelepon atasannya dan meminta cuti, mengatakan bahwa dia ada urusan yang harus diurus di sore hari dantidak bisa masuk kerja. Kemudian, dia mengendarai kendaraan roda tiganya untuk membeli timbangan elektronik dan kantong plastik sebelum menuju ke pintu masuk perumahan di mana dia dulu tinggal. Lingkungan perumahan ini bisa dibilang kawasan perumahan orang kaya di Kota Hokida, selalu ada mobil mewah dan wanita cantik yang datang dan pergi. Fikri mendirikan sebuah kios kecil dan meletakkan stroberi di depannya!Penghasilan Enam Puluh Juta Buah stroberi seukuran kepalan tangan sangatlah langka, ditambah lagi dengan penampilan merah segar yang menggoda, segera menarik perhatian banyak orang! "Berapa harga stroberi ini per kilo?" Tanya seorang wanita cantik yang memakai kacamata hitam, ia mengibaskan rambut keritingnya yang tebal dan bertanya,"Kelihatannya lumayan enak!"Fikri langsung tersenyum dan berkata, "Stroberiku ini murni alami tanpa polusi, tahan uji. Jujur saja, harganya agak mahal, seratus dua puluh dua ribu per kilo."Sebenarnya, seratus dua puluh dua ribu per kilo bagi harga barang di Kota Hokida, hanya sedikit lebih tinggi dari biasanya. Namun, bagi Fikri yang baru saja mulai menjual stroberi, memilih harga yang tinggi dari awal bukanlah pilihan yang bijak kalau ingin menarik lebih banyak pelanggan. Wanita itu tertawa dan melambaikan tangannya, "Baiklah, timbang satu kilogram untukku, kalau enak, aku pasti akan datang lagi!" "Baiklah!" Fikri mengangguk, menimbang stroberi dan
"Besok pagi jam delapan, berkumpul di bawah Plaza Mutiara. Taman kanak-kanak akan membawa anak-anak untuk makan,kamu hanya perlu mengantarkan Sisi ke sana!"Fikri mengucapkan "terima kasih", setelah itu menutup telepon.Kemudian, Fikri mandi dan pergi tidur dengan menyetel alarm pada pukul setengah tujuh pagi. Setelah selesai membuat sarapan, dia mengendarai kendaraan roda tiga untuk mengantarkan Sisi ke Plaza Mutiara. Ketika melihat jam, sudah menunjukkan jam 7.50. Sebagian besar orang tua dari taman kanak-kanak sudah berkumpul di sana. Banyak mobil mewah terparkir di area parkir, dari Mercedes-Benz hingga Volkswagen Passat. Oleh karena itu, ketika kendaraan roda tiga Fikri muncul di Plaza Mutiara, banyak orang tua menatapnya dengan tatapan merendahkan. "Bukankah dia adalah orang tua yang berutang biaya sekolah? Bagaimana dia bisa ikut dalam perjalanan ke luar kota kali ini?" "Tidak tahu apa yang dipikirkan taman kanak-kanak, seorang anak dari orang tua seperti ini seharusnya
"Kemarin cucuku setelah pulang sekolah dan makan stroberimu, habis dimakan dia masih minta lagi. Karena aku tidak membeli banyak, hanya beli satu kati, semua dimakan olehnya! Nah, sekarang dia pulang dan berguling-guling mengatakan mau makan lagi!" ujar seorang wanita paruh baya dengan tak berdaya."lya! Suamiku sudah tua, dan pemilih! Kemarin aku memberinya satu biji stroberi yang tersisa, tapi setelah dimakan dia meminta stroberi lagi hari ini! Aku sudah menunggu di sini sepanjang hari!" Seorang nenek berkata dengan mendesah. "Iya benar! Putraku setiap hari lelah bekerja, kemarin setelah makan stroberimu, dia bilang pikirannya menjadi lebih jernih dan nyaman! Dia memintaku untuk membelinya lagi hari ini!" "Orang rumahku juga sama! Aku benar- benar bingung, stroberi ini kenapa bisa begitu enak ya?" Ujar sekelompok orang yang berkumpul dan mendesak Fikri untuk segera menjual stroberi.Fikri juga tidak banyak bicara, ia memasang stan kecil dan meletakkan timbangan di atasnya. "Semu
"Pada batch pertama hanya tersisa ini saja, sekitar seratus kati lebih. Batch kedua akan tiba besok malam sekitar pukul tujuh atau delapan malam, sekitar 11-12 ribu kati.Bagaimana?" tanya Fikridengan buka-bukaan. Jefri sedikit terkejut, tapi kemudian tertawa dan bergegas mengangguk,"Baiklah, berapa pun yang kamu punya, aku ambil semua! Ini nomor kontakku, hubungi aku besok saat stroberimu sudahtiba!" Fikri mengangguk dan Jefri memanggil pikapnya yang penuh dengan kotak khusus untuk buah-buahan.Di dalam kotak itu terdapat kantong es dan kertas penyerap kelembaban yang rapi. Jefri memerintahkan karyawannya untuk segera menimbang stroberi dari kendaraan roda tiga Fikri, lalu membungkusnya satu per satu dan menaruhnya ke dalam pikap.Setelah itu, dia mentransfer uang sebesar sebelas juta dua ratus ribu ke rekening Fikri. Mereka mengkonfirmasi kembali waktu pengiriman untuk besok, kemudian Jefri akhirnya pergi dengan tenang. Fikri melihat kendaraan roda tiganya yang kini kosong, dan me
Eh!"Satu kati lebih!""Kita semua sama-sama orang tua murid, lebih 50 gram ini anggap aku hadiahkan untukmu." Kata Fikri sambil memasukkan stroberi ke dalam kantong dan memberikannyakepada pria paruh baya itu.Raut wajah pria paruh baya itu berubah-ubah. Dia meraih kantong itu dengan kesal, lalu mengangkat Yopi dan pergi. Suara caci maki terdengar sepanjang jalan, Fikri memutar kunci kendaraan tiga rodanya, lalu tersenyum pada Sisi, "Ayo, kita pergi beli bahan makanan! Hari ini Sisi mau makan apa?""Sisi mau makan telur dadar tomat!""Ada lagi?""Sisi mau makan udang!""Baiklah! Ayah akan membelikan semuanya!" Setelah selesai membeli sayuran, saat mereka pulang sudah jam enam malam.Fikri menyiapkan bangku kecil untuk Sisi duduk, lalu memberikan tas padanya,"Bu Guru bilang Sisi ada pekerjaan rumah, benar tidak?""Ya!" Jawab Sisi sambil mengangguk dan tersenyum, "Hari ini kami pergi piknik dan Bu Guru meminta kami menggambarrumah! Rumah itu sangat indah!" Fikri mengelus kepala Sisi
Pasar Berehun. Pukul sembilan. Fikri mengemudikan mobil pickup mestibisa dengan plat kuning dan berhenti di tempat parkir. Ini adalah jam paling sibuk di pasar, orang-orang kesana kemari, dan lalu lintas kendaraan sangat padat. Namun Fikri segera melihat Jefri yang menunggunya di suatu tempat yang kosong. "Sudah datang!" Jefri menyeringai, ia menjabat tangan Fikri terlebih dahulu, lalu buru-buru pergi untuk melihat stroberi. Stroberi dikemas dalam kotak busa yang besar dan sangat segar. Ada embun di atasnya, sangat jelas baru saja dipetik! Melihat ini, Jefri semakin bersemangat. Sambil menggosok tangan, ia berkata kepada Fikri, "Bung, jadi begini, kita semua bekerja untuk orang lain. Aku harus membiarkan pekerja memilih stroberi yang baik, menimbangnya dan baru bisa memberimu uang. Bagaimanapun, ada beberapa yang kualitasnya kurang bagus. Aku harap kamu bisa memahaminya." Fikri dulunya juga pernah menjadi kurir, jadi dia tahu betul bahwa kalau terjadi kesalahan, harus bertang
"Bibit pohon yang dibudidayakan selama tiga tahun mungkin lebih murah, tapi tingkat kematian akan lebih tinggi.Sedangkan bibit yang dibudidayakan selama lima tahun, tingkat kematian akan sangat rendah. Tentu saja, harganya jugaakan sedikit lebih mahal!" Pria paruh baya itu menjelaskan.Setelah mendengar penjelasan tersebut, tentu saja hati Fikri lebih memilih untuk membeli bibit pohon yang dibudidayakan selama tiga tahun! Perbedaan harganya terlalu jauh!"Ambilkan aku yang tiga tahun saja!" Kata Fikri kepada pria paruh baya, "Bungkus dengan baik dan ambilkan sedikit tanahnya, karena aku harus membawanya pulang!"Pria paruh baya itu masih tidak menyerah dan terus bertanya, "Kamu yakin tidak mau yang lima tahun? Tingkat kematiannya benar-benar rendah!" Fikri menggelengkan kepalanya.Fikri memiliki tanah dan mata air ajaib di dalam ruang miliknya, sehingga dia sama sekali tidak perlu khawatir tentangtingkat kematian pohon.Melihat tekad Fikri sudah bulat, pria paruh baya itu segera me
Setengah Jam Pertama, buah-buahan yang ditanam di dalam ruang ini, baik ukuran maupun rasa, jauh lebih baik daripada buah-buahan biasa di luar. Kedua, ruang ini memiliki fungsi percepatan. Kecepatan waktu sekitar empat puluh kali lipat. Namun, tadi Fikri menemukan bahwa setelah menyirami tanaman dengan mata air ajaib, air itu juga bisa mempercepat kematangan buah-buahan dan sayuran! Ini sungguh merupakan penemuan besar yang mengejutkan! Setelah melihat pohon-pohon tidak tumbuh lagi, Fikri segera keluar dari ruangnya. Ternyata benar, diluar hanya beberapa menit berlalu. Nasi akhirnya sudah matang. Fikri sudah tidak sabar lagi, kalau harus menunggu lebih lanma lagi, makanan sudah akan dingin! "Sisi, sudah waktunya untuk makan!" Fikri keluar dari dapur dan memanggil Sisi yang masih menonton televisi di ruang tamu, "Cuci tanganmu, Ayah akan mengambilkan nasi untukmu!" "Baiklah!" Sisi menjawab dengan patuh dan melompat dari sofa, lalu pergi untuk mencuci tangannya. Fikri menyaji
Hari pameran anggur nasional akhirnya tiba. Gedung pusat pameran di Kota Dakarta dipenuhi lautan manusia—mulai dari petani kecil, perusahaan besar, hingga jurnalis dan pengusaha asing. Semua membawa satu tujuan: mencari anggur terbaik, atau mencari kesempatan emas. Fikri datang lebih awal, membawa beberapa keranjang kecil anggur Sunrose pilihan. Ia mengenakan pakaian sederhana, tidak mencolok, namun aura tenang dan percaya dirinya tetap menarik perhatian. Di satu sisi, para pesaing mulai bergerak. Salah satu di antaranya adalah Raymond, pemilik perusahaan buah besar yang merasa harga buah-buahannya jatuh karena popularitas mendadak Sunrose milik Fikri. Raymond bukan tipe yang bertarung secara adil. Dia membawa tim khusus, menyamar sebagai pembeli dan jurnalis, berniat mengorek rahasia dari Fikri atau bahkan menjebaknya di depan umum. Mereka bahkan telah menyebarkan rumor: bahwa Fikri menggunakan pupuk terlarang atau manipulasi genetik ilegal. Namun, Fikri tetap tenang. Dia hanya fok
Setelah insiden paket misterius itu, suasana di rumah Fikri semakin dijaga ketat. Ia memperkuat keamanan dengan memasang kamera tambahan dan memastikan semua pintu serta jendela terkunci rapat. Di luar rumah, ancaman mulai bergerak lebih nyata. Musuh-musuh Fikri tidak hanya mengincarnya secara langsung, tapi juga mulai mengintai Chelsea dan Sisi, anak kecil Fikri, berharap menemukan celah dari sisi terlemahnya. Saat Chelsea dan Sisi bermain di taman, Fikri memperhatikan dari kejauhan, dan ia menyadari ada sosok mencurigakan yang duduk di kafe seberang, pura-pura membaca koran sambil sesekali mencuri pandang ke arah mereka. Pesaing Fikri ternyata bukan hanya dari dunia bisnis anggur, tetapi juga dari keluarga Chelsea, terutama Venna, yang kini memerintahkan orang-orang bayaran untuk membawa Chelsea kembali dengan segala cara. Malam itu, Fikri membuka pintu menuju ruang ajaib rahasianya. Di dalam, hamparan ladang tersembunyi dengan berbagai pohon ajaib tumbuh subur, termasuk anggur Sun
pagi itu, suasana di rumah Fikri mulai terasa... berbeda. Chelsea, yang biasanya ceria ketika bersama Sisi, kini lebih sering melamun. Sisi sendiri, anak kecil yang polos, mulai merasakan keanehan di sekelilingnya. Misalnya, saat dia sedang menggambar di ruang lukis, tiba-tiba lampu kedap-kedip sendiri. Padahal, tidak ada hujan, tidak ada korsleting. Dan lebih aneh lagi, Sisi bersumpah mendengar suara ketukan di jendela, padahal di luar kosong. ** Malam hari, Fikri memasang lebih banyak kamera CCTV dan sensor gerak di sekitar rumah. Dia bahkan memperkuat sistem keamanan pintu dan jendela. Namun, saat Fikri memeriksa rekaman CCTV... dia menemukan sesuatu yang membuat darahnya membeku. Tepat jam 3 dini hari, di pojok kamera paling sudut — ada sosok bayangan hitam berdiri diam, menatap ke arah rumah. Tapi ketika sensor gerak diaktifkan, bayangan itu menghilang secepat kilat, seperti asap yang tertiup angin. "Ini bukan pencuri biasa," gumam Fikri, wajahnya menegang. Dia tahu
Malam itu, suasana di rumah Fikri terasa lebih sunyi dari biasanya. Namun di balik keheningan, sesuatu sedang bergerak. Di ruang ajaib rahasia, Fikri berdiri di hadapan sebuah altar kristal. Tangannya perlahan menyentuh permukaan altar, membisikkan mantra ringan. Dari dalam altar, cahaya perlahan muncul, membentuk wujud-wujud mungil: Cermin Peri baru, lebih banyak dan lebih kuat. Vine Guardian — makhluk akar hidup yang bisa melilit musuh dengan cepat. Stone Sprout — semacam golem kecil dari batu, setia dan kuat. Mereka semua adalah bagian dari pertahanan pribadi Fikri, makhluk yang hanya bisa dipanggil dari ruang ajaib ini. ** Sementara itu di luar, orang-orang Tuan Grey mulai bergerak lebih berani. Salah satu agen, seorang pria berjaket hitam, menyelinap ke taman belakang rumah Fikri. Dia membawa alat kecil berbentuk jarum suntik — racun tidur tingkat tinggi. Targetnya bukan Fikri. Targetnya adalah Sisi, si anak kecil yang polos. Mereka berpikir: dengan
Langkah Leonard terhenti sejenak di depan pagar rumah Fikri. Meski tampak tenang di permukaan, hawa aneh menyelimuti sekitarnya. Udara berdesir berat, seolah waktu sendiri melambat. Leonard menatap alat canggih di tangannya — senjata pemecah ruang yang diklaim mampu mengusik bahkan kekuatan tersembunyi. Ia mengambil napas panjang, lalu menyalakannya. Dari ujung alat itu muncul kilatan biru, menembakkan gelombang energi yang menggetarkan tanah. Duarrr! Gelombang itu menghantam pagar rumah Fikri, namun bukan pagar biasa yang diserang — melainkan perisai energi tak kasat mata. Seketika, suara dentuman membelah malam, disusul oleh semburan cahaya keemasan yang membungkus seluruh halaman rumah. Leonard terdorong mundur beberapa langkah, terbatuk, kaget. "Apa-apaan ini?" gumamnya. ** Dari dalam, Fikri menatap layar pengamatannya dengan ekspresi dingin. Dia tahu, Leonard bukan musuh sembarangan. Orang ini nekat, licik, dan berani mempertaruhkan segalanya. Tanpa membuang waktu, Fikri
Beberapa minggu setelah insiden lucu di rumah Fikri, kabar tentang buah Anggur Sunrose miliknya sudah menyebar ke berbagai penjuru negeri. Banyak perusahaan besar, bahkan beberapa pengusaha luar negeri, mulai melirik peluang ini. Namun Fikri tetap kukuh dengan sistem lelangnya — hanya menjual ke penawar tertinggi, tanpa membuka rahasia sumber buah-buahnya. ** Sampai pada suatu hari, di sebuah lelang besar yang diadakan di sebuah hotel mewah di pusat kota, seorang pria berjas hitam muncul. Penampilannya rapi, wajahnya tegas, namun sorot matanya licik. Namanya adalah Leonard Hartanto — CEO perusahaan agrikultur raksasa bernama HartaFarm. Leonard bukan pengusaha biasa. Ia dikenal sebagai orang yang tidak segan memakai cara kotor untuk mendapatkan apa yang dia mau. Dan kini, target barunya adalah Fikri. ** Saat lelang dimulai, suasana terasa sedikit berbeda. Fikri, yang biasanya santai, kali ini merasa ada sesuatu yang janggal. Chelsea, yang duduk di sebelahnya, juga merasa
Beberapa hari setelah pameran Sejak kabar kemenangan Fikri tersebar ke seluruh negeri, telepon rumahnya tak pernah berhenti berdering. "Halo, Pak Fikri! Kami dari PT Buah Sejahtera, kami ingin kerja sama eksklusif! Harga tidak masalah!" "Pak Fikri, kami dari PT Nusantara Agro, mau beli semua anggur Anda, bahkan mau bayar tunai di muka!" "Pak Fikri! Kami ingin menjadi distributor tunggal buah Anda di seluruh Asia Tenggara! Kami siap membuatkan iklan TV nasional!" Satu per satu, tawaran datang dengan angka-angka menggiurkan. Ada yang menawarkan kontrak miliaran, ada juga yang menawarkan bonus pribadi, bahkan fasilitas vila mewah! ** Namun Fikri tetap tenang. Dia sudah punya rencana matang sejak awal. Malam itu, dia duduk di ruang keluarga bersama Nenek Lina, Chelsea, dan Sisi. Dengan santai, dia mengumumkan: "Aku tidak akan menerima tawaran langsung dari siapa pun." Chelsea kaget, "Lho? Tapi tawaran mereka tinggi semua, Fikri!" Nenek Lina juga mengernyit, "
Ruangan itu dipenuhi warna-warni yang hangat dan nyaman. Dindingnya penuh dengan lukisan hasil karya Sisi: bunga, matahari, rumah kecil, dan wajah-wajah tersenyum. Ada juga satu sudut ruangan yang dikhususkan untuk peralatan lukis—cat air, kuas, pensil warna, dan kertas berserakan di atas meja kecil. Sisi duduk bersila di atas karpet berbentuk awan, menggambar sesuatu dengan serius. Melihat Fikri masuk, dia langsung tersenyum lebar, "Ayah, lihat! Ini Bibi Chelsea!" Fikri melangkah mendekat dan melihat gambar itu. Di atas kertas putih, tergambar sosok seorang wanita cantik dengan rambut panjang, memegang tangan seorang gadis kecil yang mirip Sisi. Di atas kepala keduanya ada gambar hati berwarna merah muda. Fikri tersenyum, perasaannya jadi hangat. "Sisi menggambar ini sendiri?" tanyanya lembut. Sisi mengangguk semangat. "Iya! Karena Sisi suka Bibi Chelsea! Ayah juga suka, kan?" Fikri terdiam sejenak, wajahnya sedikit memerah. Dia mengacak-acak rambut Sisi dengan lembut. "Sisi me
Tidak dapat dipungkiri, Chelsea memang sangat cantik, dan kecantikannya mampu memikat pandangan dalam sekejap.Fikri adalah seorang manusia biasa.Masih memiliki nafsu.Pada saat ini, jantung Chelsea berdetak kencang dan wajahnya memerah!Seluruh rongga hidungnya penuh dengan hormon pria.Tubuh Fikri memiliki aroma yang sangat unik, bukan bau keringat pria biasa, juga bukan bau parfum murahan dari anak muda.Ini seperti aroma sayuran dan buah-buahan, tapi juga seperti aroma susu dari tubuh Sangat harum.Chelsea sangat menyukainya.Saat ini mereka berdua berdiri sangat dekat, suhu tubuh mereka saling tercampur, Chelsea merasa napasnya menjadi sesak.Terlalu... mesra.Untungnya, Sisi tidak membuat situasi canggung terlalu lama, dia berjalan berinjit dan dengan lembut mendekati Chelsea, lalu berkata, "Tadaaa! Bibi Chelsea! Buka matamu! Ini adalah hadiah dari Sisi untukmu!" Fikri merasa lega dan segera melepaskan tangannya dari mata Chelsea!Chelsea merasa cahaya masuk ke matanya, di tang