"Besok pagi jam delapan, berkumpul di bawah Plaza Mutiara. Taman kanak-kanak akan membawa anak-anak untuk makan,kamu hanya perlu mengantarkan Sisi ke sana!"
Fikri mengucapkan "terima kasih", setelah itu menutup telepon. Kemudian, Fikri mandi dan pergi tidur dengan menyetel alarm pada pukul setengah tujuh pagi. Setelah selesai membuat sarapan, dia mengendarai kendaraan roda tiga untuk mengantarkan Sisi ke Plaza Mutiara. Ketika melihat jam, sudah menunjukkan jam 7.50. Sebagian besar orang tua dari taman kanak-kanak sudah berkumpul di sana. Banyak mobil mewah terparkir di area parkir, dari Mercedes-Benz hingga Volkswagen Passat. Oleh karena itu, ketika kendaraan roda tiga Fikri muncul di Plaza Mutiara, banyak orang tua menatapnya dengan tatapan merendahkan. "Bukankah dia adalah orang tua yang berutang biaya sekolah? Bagaimana dia bisa ikut dalam perjalanan ke luar kota kali ini?" "Tidak tahu apa yang dipikirkan taman kanak-kanak, seorang anak dari orang tua seperti ini seharusnya tidak bisa masuk ke taman kanak-kanak kita, bukan? Ini sangat menurunkan standar kita!" "Ya, benar, ada murid seperti ini, akan sangat mempengaruhi orang lain!" Sejumlah orang tua mulai berbisik. Disana, Fikri sedang memarkirkan kendaraannya dan memberikan tas kecil kepada Sisi. "Sisi, kamu harus mendengarkan perkataan Bu Guru dan tidak boleh berlari kesana-kemari. Ingatlah untuk memegang tangan guru ketika menyebrangi jalan, apakah kamu mengerti?" Fikri berpesan pada Sisi. Sisi mengangguk dengan serius dan masih memegang stroberi dengan tangannya yang gemuk. Dia menatap ayahnya dengan matanya yang bulat dan bertanya dengan suara manis, "Ayah, apakah benar stroberi ini ditanam sendiri oleh Ayah? Apakah Sisi masih bisa makan stroberi setelah pulang?" Fikri mengelus kepala Sisi dengan penuh kasih sayang, "Ya, kemarin Ayah sudah berjanji pada Sisi, mulai sekarang, Ayah akan memberikan semua yang Sisi inginkan dan butuhkan!" Mata Sisi langsung bersinar, dia memegang wajah Fikri dengan tangannya yang gemuk dan memberikan ciuman pada Fikri. "Sisi sayang Ayah! Sisi juga ingin membuat Ayah bahagia!" Fikri benar-benar merasa sangat bahagia, ia menggendong Sisi dan berjalan menuju Bu Lili. "Bu Lili!" Ketika Sisi melihat Bu Lili, ia berlari ke arahnya dengan cepat, kakinya yang pendek melompat ke arah Bu Lili dan memeluknya dengan erat. "Bu Lili, ini stroberi yang ditanam sendiri oleh ayahku, sangat enak! Bu Lili harus mencobanya!" Lengan kecil itu berjuang untuk mengangkat sekantong stroberi. Bu Lili segera mengambilnya sambil tersenyum, ia membuka kantong di depan mata Sisi dan langsung terkejut! "Wah! Stroberinya besar sekali! Tampaknya sangat enak!" Awalnya Bu Lili membuka kantong hanya untuk menghibur Sisi agar tidak sedih, tapi ia kaget saat melihat stroberi di dalamnya! Stroberi yang ada di dalam kantong seukuran kepalan tangan, terlihat sangat segar dan merah menggoda, membuatnya tak bisa menahan diri mengambil satu biji dan mencicipinya. "Ya ampun! Stroberi ini sungguh sangat enak!" Bu Lili berseru dan menunjukkan ekspresi kagum, hampir tanpa terkendali, ia menggigit gigitan kedua, ketiga Tanpa sadar, ia memakan seluruh stroberi seukuran kepalan tangan itu! "Bu Lili, stroberi yang ditanam ayahku memang sangat lezat!" Sisi membusungkarn dadanya dengan bangga. Huh! Ayahnya sangat hebat! Selain bisa mengirimkan paket, ia juga bisa menanam stroberi! "Ya, sangat enak!" Bu Lili mengelus-elus kepala Sisi dan menggendongnya. Di samping, ada orang tua murid yang mendengus dingin, "Membeli sedikit stroberi sudah mau menyuap Bu Guru? Lebih baik gunakan uang itu untuk membayar biaya perjalanan kali ini!" Pada saat ini, Fikri mengeluarkan amplop dari kantongnya dan memberikannya kepada Bu Lili. "Ini adalah biaya perjalanan kali ini, selain itu ada biaya seragam dan biaya makan Sisi. Bu Lili, silakan Anda hitung." Amplop itu terlihat tebal, sangat jelas ada banyak uang di dalamnya. Para orang tua di sekitar tercengang. Bukannya orang ini hanya seorang pengantar paket? Sudah gajian? Kenapa tiba-tiba mengeluarkan uang sebanyak ini? Bu Lili kaget dan segera menurunkan Sisi, ia mengambil amplop itu, membukanya dan melihat isi dalamnya, raut wajahnya sedikit berubah! Di dalamnya kira-kira ada dua puluh juta! "Ini sudah terlalu banyak! Taman kanak- kanak kami sama sekali "Kalau terlalu banyak, Anda bisa mengaturnya untuk bayar biaya sekolah, atau disimpan untuk kegiatan Sisi selanjutnya juga boleh." Fikri tersenyum, "Anda juga tahu, aku sendiri sangat sibuk bekerja, untungnya ada Anda yang membantu menjaga Sisi, uang ini Bu Lili pegang saja, kalau sudah habis aku akan memberikannya lagi, bagaimana menurut Anda?" Bu Lili sangat terkejut, ia memegang tumpukan uang tebal di tangannya dan perasaannya sedikit rumit. "Aku akan merawat Sisi dengan baik, kamu tidak perlu khawatir!" Bu Lili berkata dengan serius. Orang tua murid di samping menjadi agak tidak nyaman. Pemuda miskin ini, berdasarkan apa dia bisa mendapatkan perlakuan istimewa dari Bu Lili yang cantik ini? "Apakah stroberi ini benar-benar begitu enak? Bu Lili, Anda sudah sedikit pilih kasih!" Seorang orang tua murid berkata sambil tersenyum, tapi kata-katanya jelas penuh dengan makna menyindir. Bu Lili juga tidak banyak bicara, ia menyodorkan kantong di tangannya dan berkata sambil tersenyum, 'Ayahnya Yopi, kamu bisa mencobanya sendiri!" Ayahnya Yopi menerima kantong itu dengan ragu-ragu, mengambil satu stroberi dan menggigitnya. Seketika mata ayahnya Yopi terbelalak, ia terkejut dan tidak percaya! "Di mana kamu membeli stroberi ini? Ini sungguh sangat enak!" Yopi dengan ragu-ragu menarik tangan ayahnya, menggigit dan mengunyah stroberi itu, mata kecilnya langsung terbelalak! "Ayah! Stroberi ini enak sekali!" Sisi menggandeng tangan Bu Lili dan berkata kepada Yopi dengan bangga dan serius, "Aku tidak berbohong, bukan! Aku makan stroberi dan rasanya sangat enak! Ini ditanam oleh ayahku sendiri!" Melihat ini, Fikri tersenyum dan melihat jam sekilas, kemudian ia segera berpamitan kepada Bu Lili. "Aku pergi bekerja dulu, sore nanti aku akan datang ke sini lagi untuk menjemput Sisi, maaf sudah merepotkan Bu Lili!" "Tidak masalah, Sisi adalah muridku, aku akan menjaganya dengan baik!". Setelah berpamitan dengan Bu LiLi, Fikri langsung mengendarai kendaraan tiga rodanya ke tempat atasannya. "Hari ini kamu datang agak terlambat, Fikri, tugasmu di sana, apakah kamu melihatnya? Hari ini kira-kira ada lima atau enam mobil!" Atasan Fikri melambaikan tangan padanya. kemudian pergi untuk menghitung paket hari ini. Fikri menggosok-gosok tangannya dengan sedikit tidak enak, ia berkata kepada atasannya. "Pak, hari ini aku datang untuk mengundurkan diri, aku tidak ingin lagi mengantar paket!" Atasannya terkejut, lalu meletakkan kertas dan penanya, ia mengira dirinya salah dengar!. "Kamu mau mengundurkan diri? Fikri, kamu tidak memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman, bagaimana kamu bisa bertahan hidup di Kota Dakarta ini? Kalau kamu tidak puas dengan gajimu, aku akan menaikkannya sedikit, bagaimana menurutmu?" Fikri segera menggelengkan kepala,"Bukan masalah uang, aku tidak ingin bekerja di industri ini lagi. Sisi semakin besar, aku ingin mencari pekerjaan lain yang lebih bebas, sehingga aku memiliki Lebih banyak waktu untuk menemaninya." Setelah Fikri selesai mengatakan itu, beberapa rekan kerjanya langsung tertawa terbahak-bahak. "Fikri, kamu masih muda, kenapa begitu tidak bisa menahan penderitaan? Kalau kamu tidak mengantar paket, apa yang ingin kamu lakukan?" Rekan kerjanya, Didi, menghisap rokoknya dan berkata, "Anak muda, cobalah sedikit kejam terhadap diri sendiri, setelah mengumpulkan uang yang cukup baru mengundurkan diri dan kembali ke kampung halaman, saat itu putrimu sudah besar, kamu juga akan merasa lebih ringan!" "Aku berencana membuka kios buah!" Jawab Fikri, sambil memberikan seragam dan kartu kerjanya kepada atasannya, "Dengan demikian, aku akan memiliki lebih banyak waktu luang dan bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama Sisi." Setelah Didi mendengar itu, dia langsung tertawa terbahak-bahak. "Apakah kamu tidak memiliki mimpi lain? Kamu akan dikejar-kejar oleh petugas kebersihan setiap hari kalau membuka kios. Apakah itu lebih baik daripada mengantar paket?" Fikri awalnya ingin menjelaskan lebih lanjut, tapi bagaimana ia bisa memberi tahu orang lain tentang keberadaan ruang miliknya? Kemudian dia tidak mengatakan apa- apa lagi, hanya tersenyum dan menyerahkan surat pengunduran diri. Setelah menerima gaji yang diberikan, ia mengucapkan selamat tinggal pada atasannya dan yang lainnya. Fikri menyimpan gaji sebesar sepuluh juta dengan baik, lalu pergi ke tempat sepi dan memasuki ruangnya untuk memetik dan mengisi kendaraannya dengan stroberi. Kemudian Fikri pergi ke kompleks perumahan tempat dia pertama kali pergi kemarin. "Hei, kamu akhirnya datang juga!" Sejumlah orang berkumpul di pintu masuk kompleks perumahan, ketika mereka melihat kendaraan Fikri dari jauh, mereka segera mendekat! Fikri terkejut! Ada apa ini?!"Kemarin cucuku setelah pulang sekolah dan makan stroberimu, habis dimakan dia masih minta lagi. Karena aku tidak membeli banyak, hanya beli satu kati, semua dimakan olehnya! Nah, sekarang dia pulang dan berguling-guling mengatakan mau makan lagi!" ujar seorang wanita paruh baya dengan tak berdaya."lya! Suamiku sudah tua, dan pemilih! Kemarin aku memberinya satu biji stroberi yang tersisa, tapi setelah dimakan dia meminta stroberi lagi hari ini! Aku sudah menunggu di sini sepanjang hari!" Seorang nenek berkata dengan mendesah. "Iya benar! Putraku setiap hari lelah bekerja, kemarin setelah makan stroberimu, dia bilang pikirannya menjadi lebih jernih dan nyaman! Dia memintaku untuk membelinya lagi hari ini!" "Orang rumahku juga sama! Aku benar- benar bingung, stroberi ini kenapa bisa begitu enak ya?" Ujar sekelompok orang yang berkumpul dan mendesak Fikri untuk segera menjual stroberi.Fikri juga tidak banyak bicara, ia memasang stan kecil dan meletakkan timbangan di atasnya. "Semu
"Pada batch pertama hanya tersisa ini saja, sekitar seratus kati lebih. Batch kedua akan tiba besok malam sekitar pukul tujuh atau delapan malam, sekitar 11-12 ribu kati.Bagaimana?" tanya Fikridengan buka-bukaan. Jefri sedikit terkejut, tapi kemudian tertawa dan bergegas mengangguk,"Baiklah, berapa pun yang kamu punya, aku ambil semua! Ini nomor kontakku, hubungi aku besok saat stroberimu sudahtiba!" Fikri mengangguk dan Jefri memanggil pikapnya yang penuh dengan kotak khusus untuk buah-buahan.Di dalam kotak itu terdapat kantong es dan kertas penyerap kelembaban yang rapi. Jefri memerintahkan karyawannya untuk segera menimbang stroberi dari kendaraan roda tiga Fikri, lalu membungkusnya satu per satu dan menaruhnya ke dalam pikap.Setelah itu, dia mentransfer uang sebesar sebelas juta dua ratus ribu ke rekening Fikri. Mereka mengkonfirmasi kembali waktu pengiriman untuk besok, kemudian Jefri akhirnya pergi dengan tenang. Fikri melihat kendaraan roda tiganya yang kini kosong, dan me
Eh!"Satu kati lebih!""Kita semua sama-sama orang tua murid, lebih 50 gram ini anggap aku hadiahkan untukmu." Kata Fikri sambil memasukkan stroberi ke dalam kantong dan memberikannyakepada pria paruh baya itu.Raut wajah pria paruh baya itu berubah-ubah. Dia meraih kantong itu dengan kesal, lalu mengangkat Yopi dan pergi. Suara caci maki terdengar sepanjang jalan, Fikri memutar kunci kendaraan tiga rodanya, lalu tersenyum pada Sisi, "Ayo, kita pergi beli bahan makanan! Hari ini Sisi mau makan apa?""Sisi mau makan telur dadar tomat!""Ada lagi?""Sisi mau makan udang!""Baiklah! Ayah akan membelikan semuanya!" Setelah selesai membeli sayuran, saat mereka pulang sudah jam enam malam.Fikri menyiapkan bangku kecil untuk Sisi duduk, lalu memberikan tas padanya,"Bu Guru bilang Sisi ada pekerjaan rumah, benar tidak?""Ya!" Jawab Sisi sambil mengangguk dan tersenyum, "Hari ini kami pergi piknik dan Bu Guru meminta kami menggambarrumah! Rumah itu sangat indah!" Fikri mengelus kepala Sisi
Pasar Berehun. Pukul sembilan. Fikri mengemudikan mobil pickup mestibisa dengan plat kuning dan berhenti di tempat parkir. Ini adalah jam paling sibuk di pasar, orang-orang kesana kemari, dan lalu lintas kendaraan sangat padat. Namun Fikri segera melihat Jefri yang menunggunya di suatu tempat yang kosong. "Sudah datang!" Jefri menyeringai, ia menjabat tangan Fikri terlebih dahulu, lalu buru-buru pergi untuk melihat stroberi. Stroberi dikemas dalam kotak busa yang besar dan sangat segar. Ada embun di atasnya, sangat jelas baru saja dipetik! Melihat ini, Jefri semakin bersemangat. Sambil menggosok tangan, ia berkata kepada Fikri, "Bung, jadi begini, kita semua bekerja untuk orang lain. Aku harus membiarkan pekerja memilih stroberi yang baik, menimbangnya dan baru bisa memberimu uang. Bagaimanapun, ada beberapa yang kualitasnya kurang bagus. Aku harap kamu bisa memahaminya." Fikri dulunya juga pernah menjadi kurir, jadi dia tahu betul bahwa kalau terjadi kesalahan, harus bertang
"Bibit pohon yang dibudidayakan selama tiga tahun mungkin lebih murah, tapi tingkat kematian akan lebih tinggi.Sedangkan bibit yang dibudidayakan selama lima tahun, tingkat kematian akan sangat rendah. Tentu saja, harganya jugaakan sedikit lebih mahal!" Pria paruh baya itu menjelaskan.Setelah mendengar penjelasan tersebut, tentu saja hati Fikri lebih memilih untuk membeli bibit pohon yang dibudidayakan selama tiga tahun! Perbedaan harganya terlalu jauh!"Ambilkan aku yang tiga tahun saja!" Kata Fikri kepada pria paruh baya, "Bungkus dengan baik dan ambilkan sedikit tanahnya, karena aku harus membawanya pulang!"Pria paruh baya itu masih tidak menyerah dan terus bertanya, "Kamu yakin tidak mau yang lima tahun? Tingkat kematiannya benar-benar rendah!" Fikri menggelengkan kepalanya.Fikri memiliki tanah dan mata air ajaib di dalam ruang miliknya, sehingga dia sama sekali tidak perlu khawatir tentangtingkat kematian pohon.Melihat tekad Fikri sudah bulat, pria paruh baya itu segera me
Setengah Jam Pertama, buah-buahan yang ditanam di dalam ruang ini, baik ukuran maupun rasa, jauh lebih baik daripada buah-buahan biasa di luar. Kedua, ruang ini memiliki fungsi percepatan. Kecepatan waktu sekitar empat puluh kali lipat. Namun, tadi Fikri menemukan bahwa setelah menyirami tanaman dengan mata air ajaib, air itu juga bisa mempercepat kematangan buah-buahan dan sayuran! Ini sungguh merupakan penemuan besar yang mengejutkan! Setelah melihat pohon-pohon tidak tumbuh lagi, Fikri segera keluar dari ruangnya. Ternyata benar, diluar hanya beberapa menit berlalu. Nasi akhirnya sudah matang. Fikri sudah tidak sabar lagi, kalau harus menunggu lebih lanma lagi, makanan sudah akan dingin! "Sisi, sudah waktunya untuk makan!" Fikri keluar dari dapur dan memanggil Sisi yang masih menonton televisi di ruang tamu, "Cuci tanganmu, Ayah akan mengambilkan nasi untukmu!" "Baiklah!" Sisi menjawab dengan patuh dan melompat dari sofa, lalu pergi untuk mencuci tangannya. Fikri menyaji
Sebelumnya Fikri menggunakan rice cooker merek wiyako.Meskipun rice cooker itu bagus, satu-satunya masalahnya adalah harus ada yang mengawasi saat memasak nasi. Kali ini, Fikri berencana untuk membeli rice cooker yang lebih baik, dia tertarik dengan merek nito.Tidak heran Supor merupakan merek terkenal, apalagi kini sedang mengadakan promo, tempatnya sangat ramai.Fikri dengan tidak mudahnya masuk melalui kerumunan orang, tapi dia berdiri di sana.dengan canggung karena tidak ada yang datang untuk melayaninya!"Permisi, berapa harga rice cooker ini?" Fikri dengan sabar bertanya pada pelayan toko wanita yang sedang sibukmenjelaskan produk pada orang lain, wanita itu menoleh ke Fikri, raut wajahnya acuh tak acuh dan berkata dengan sedikit tidak sabar."Bukankah harganya ada di sana? Kamu tidak bisa melihatnya sendiri?"Fikri melihat ke rice cooker yang seharga tiga ratus sembilan puluh delapan ribu, harganya masih terjangkau, tapi hari ini ia datang untuk mencari rice cooker yang ter
Ponsel Fikri berdering, lalu ia mengangkatnya. "Halo, apakah ini Tuan Fikri? Aku karyawan instalasi AC merek Aux, sekarang aku berada di depan pintu Anda. Bisakah Anda membuka pintu?" Fikri segera menjawab, "Baiklah, aku akan segera membukakan pintu!" Setelah menutup telepon, Fikri segera membuka pintu, dua pemuda tersenyum padanya. "Halo, kami adalah karyawan instalasi AC merek Aux, kami datang untuk memasang AC Anda" Fikri mengangguk dan membiarkan mereka masuk. "Aku ingin memasang AC di kamar putriku, ini sini kamarnya." Sambil berkata, Fikri membawa mereka ke kamar Sisi. Kamar Sisi tidak terlalu besar, lebih tepatnya rumah yang disewa oleh Fikri tidak terlalu besar, hanya sekitar lima puluh meter persegi, dengan dapur, ruang tamu, satu kamar tidur dan satu kamar mandi. Terutama dapur, kadang-kadang bergerak pun sulit. Dan Fikri juga tidak memiliki tempat tidur yang layak, dia tidur di lantai di ruang tamu pada musim panas, dan di sofa pada musim dingin. Singkatnya, mesk
Hari pameran anggur nasional akhirnya tiba. Gedung pusat pameran di Kota Dakarta dipenuhi lautan manusia—mulai dari petani kecil, perusahaan besar, hingga jurnalis dan pengusaha asing. Semua membawa satu tujuan: mencari anggur terbaik, atau mencari kesempatan emas. Fikri datang lebih awal, membawa beberapa keranjang kecil anggur Sunrose pilihan. Ia mengenakan pakaian sederhana, tidak mencolok, namun aura tenang dan percaya dirinya tetap menarik perhatian. Di satu sisi, para pesaing mulai bergerak. Salah satu di antaranya adalah Raymond, pemilik perusahaan buah besar yang merasa harga buah-buahannya jatuh karena popularitas mendadak Sunrose milik Fikri. Raymond bukan tipe yang bertarung secara adil. Dia membawa tim khusus, menyamar sebagai pembeli dan jurnalis, berniat mengorek rahasia dari Fikri atau bahkan menjebaknya di depan umum. Mereka bahkan telah menyebarkan rumor: bahwa Fikri menggunakan pupuk terlarang atau manipulasi genetik ilegal. Namun, Fikri tetap tenang. Dia hanya fok
Setelah insiden paket misterius itu, suasana di rumah Fikri semakin dijaga ketat. Ia memperkuat keamanan dengan memasang kamera tambahan dan memastikan semua pintu serta jendela terkunci rapat. Di luar rumah, ancaman mulai bergerak lebih nyata. Musuh-musuh Fikri tidak hanya mengincarnya secara langsung, tapi juga mulai mengintai Chelsea dan Sisi, anak kecil Fikri, berharap menemukan celah dari sisi terlemahnya. Saat Chelsea dan Sisi bermain di taman, Fikri memperhatikan dari kejauhan, dan ia menyadari ada sosok mencurigakan yang duduk di kafe seberang, pura-pura membaca koran sambil sesekali mencuri pandang ke arah mereka. Pesaing Fikri ternyata bukan hanya dari dunia bisnis anggur, tetapi juga dari keluarga Chelsea, terutama Venna, yang kini memerintahkan orang-orang bayaran untuk membawa Chelsea kembali dengan segala cara. Malam itu, Fikri membuka pintu menuju ruang ajaib rahasianya. Di dalam, hamparan ladang tersembunyi dengan berbagai pohon ajaib tumbuh subur, termasuk anggur Sun
pagi itu, suasana di rumah Fikri mulai terasa... berbeda. Chelsea, yang biasanya ceria ketika bersama Sisi, kini lebih sering melamun. Sisi sendiri, anak kecil yang polos, mulai merasakan keanehan di sekelilingnya. Misalnya, saat dia sedang menggambar di ruang lukis, tiba-tiba lampu kedap-kedip sendiri. Padahal, tidak ada hujan, tidak ada korsleting. Dan lebih aneh lagi, Sisi bersumpah mendengar suara ketukan di jendela, padahal di luar kosong. ** Malam hari, Fikri memasang lebih banyak kamera CCTV dan sensor gerak di sekitar rumah. Dia bahkan memperkuat sistem keamanan pintu dan jendela. Namun, saat Fikri memeriksa rekaman CCTV... dia menemukan sesuatu yang membuat darahnya membeku. Tepat jam 3 dini hari, di pojok kamera paling sudut — ada sosok bayangan hitam berdiri diam, menatap ke arah rumah. Tapi ketika sensor gerak diaktifkan, bayangan itu menghilang secepat kilat, seperti asap yang tertiup angin. "Ini bukan pencuri biasa," gumam Fikri, wajahnya menegang. Dia tahu
Malam itu, suasana di rumah Fikri terasa lebih sunyi dari biasanya. Namun di balik keheningan, sesuatu sedang bergerak. Di ruang ajaib rahasia, Fikri berdiri di hadapan sebuah altar kristal. Tangannya perlahan menyentuh permukaan altar, membisikkan mantra ringan. Dari dalam altar, cahaya perlahan muncul, membentuk wujud-wujud mungil: Cermin Peri baru, lebih banyak dan lebih kuat. Vine Guardian — makhluk akar hidup yang bisa melilit musuh dengan cepat. Stone Sprout — semacam golem kecil dari batu, setia dan kuat. Mereka semua adalah bagian dari pertahanan pribadi Fikri, makhluk yang hanya bisa dipanggil dari ruang ajaib ini. ** Sementara itu di luar, orang-orang Tuan Grey mulai bergerak lebih berani. Salah satu agen, seorang pria berjaket hitam, menyelinap ke taman belakang rumah Fikri. Dia membawa alat kecil berbentuk jarum suntik — racun tidur tingkat tinggi. Targetnya bukan Fikri. Targetnya adalah Sisi, si anak kecil yang polos. Mereka berpikir: dengan
Langkah Leonard terhenti sejenak di depan pagar rumah Fikri. Meski tampak tenang di permukaan, hawa aneh menyelimuti sekitarnya. Udara berdesir berat, seolah waktu sendiri melambat. Leonard menatap alat canggih di tangannya — senjata pemecah ruang yang diklaim mampu mengusik bahkan kekuatan tersembunyi. Ia mengambil napas panjang, lalu menyalakannya. Dari ujung alat itu muncul kilatan biru, menembakkan gelombang energi yang menggetarkan tanah. Duarrr! Gelombang itu menghantam pagar rumah Fikri, namun bukan pagar biasa yang diserang — melainkan perisai energi tak kasat mata. Seketika, suara dentuman membelah malam, disusul oleh semburan cahaya keemasan yang membungkus seluruh halaman rumah. Leonard terdorong mundur beberapa langkah, terbatuk, kaget. "Apa-apaan ini?" gumamnya. ** Dari dalam, Fikri menatap layar pengamatannya dengan ekspresi dingin. Dia tahu, Leonard bukan musuh sembarangan. Orang ini nekat, licik, dan berani mempertaruhkan segalanya. Tanpa membuang waktu, Fikri
Beberapa minggu setelah insiden lucu di rumah Fikri, kabar tentang buah Anggur Sunrose miliknya sudah menyebar ke berbagai penjuru negeri. Banyak perusahaan besar, bahkan beberapa pengusaha luar negeri, mulai melirik peluang ini. Namun Fikri tetap kukuh dengan sistem lelangnya — hanya menjual ke penawar tertinggi, tanpa membuka rahasia sumber buah-buahnya. ** Sampai pada suatu hari, di sebuah lelang besar yang diadakan di sebuah hotel mewah di pusat kota, seorang pria berjas hitam muncul. Penampilannya rapi, wajahnya tegas, namun sorot matanya licik. Namanya adalah Leonard Hartanto — CEO perusahaan agrikultur raksasa bernama HartaFarm. Leonard bukan pengusaha biasa. Ia dikenal sebagai orang yang tidak segan memakai cara kotor untuk mendapatkan apa yang dia mau. Dan kini, target barunya adalah Fikri. ** Saat lelang dimulai, suasana terasa sedikit berbeda. Fikri, yang biasanya santai, kali ini merasa ada sesuatu yang janggal. Chelsea, yang duduk di sebelahnya, juga merasa
Beberapa hari setelah pameran Sejak kabar kemenangan Fikri tersebar ke seluruh negeri, telepon rumahnya tak pernah berhenti berdering. "Halo, Pak Fikri! Kami dari PT Buah Sejahtera, kami ingin kerja sama eksklusif! Harga tidak masalah!" "Pak Fikri, kami dari PT Nusantara Agro, mau beli semua anggur Anda, bahkan mau bayar tunai di muka!" "Pak Fikri! Kami ingin menjadi distributor tunggal buah Anda di seluruh Asia Tenggara! Kami siap membuatkan iklan TV nasional!" Satu per satu, tawaran datang dengan angka-angka menggiurkan. Ada yang menawarkan kontrak miliaran, ada juga yang menawarkan bonus pribadi, bahkan fasilitas vila mewah! ** Namun Fikri tetap tenang. Dia sudah punya rencana matang sejak awal. Malam itu, dia duduk di ruang keluarga bersama Nenek Lina, Chelsea, dan Sisi. Dengan santai, dia mengumumkan: "Aku tidak akan menerima tawaran langsung dari siapa pun." Chelsea kaget, "Lho? Tapi tawaran mereka tinggi semua, Fikri!" Nenek Lina juga mengernyit, "
Ruangan itu dipenuhi warna-warni yang hangat dan nyaman. Dindingnya penuh dengan lukisan hasil karya Sisi: bunga, matahari, rumah kecil, dan wajah-wajah tersenyum. Ada juga satu sudut ruangan yang dikhususkan untuk peralatan lukis—cat air, kuas, pensil warna, dan kertas berserakan di atas meja kecil. Sisi duduk bersila di atas karpet berbentuk awan, menggambar sesuatu dengan serius. Melihat Fikri masuk, dia langsung tersenyum lebar, "Ayah, lihat! Ini Bibi Chelsea!" Fikri melangkah mendekat dan melihat gambar itu. Di atas kertas putih, tergambar sosok seorang wanita cantik dengan rambut panjang, memegang tangan seorang gadis kecil yang mirip Sisi. Di atas kepala keduanya ada gambar hati berwarna merah muda. Fikri tersenyum, perasaannya jadi hangat. "Sisi menggambar ini sendiri?" tanyanya lembut. Sisi mengangguk semangat. "Iya! Karena Sisi suka Bibi Chelsea! Ayah juga suka, kan?" Fikri terdiam sejenak, wajahnya sedikit memerah. Dia mengacak-acak rambut Sisi dengan lembut. "Sisi me
Tidak dapat dipungkiri, Chelsea memang sangat cantik, dan kecantikannya mampu memikat pandangan dalam sekejap.Fikri adalah seorang manusia biasa.Masih memiliki nafsu.Pada saat ini, jantung Chelsea berdetak kencang dan wajahnya memerah!Seluruh rongga hidungnya penuh dengan hormon pria.Tubuh Fikri memiliki aroma yang sangat unik, bukan bau keringat pria biasa, juga bukan bau parfum murahan dari anak muda.Ini seperti aroma sayuran dan buah-buahan, tapi juga seperti aroma susu dari tubuh Sangat harum.Chelsea sangat menyukainya.Saat ini mereka berdua berdiri sangat dekat, suhu tubuh mereka saling tercampur, Chelsea merasa napasnya menjadi sesak.Terlalu... mesra.Untungnya, Sisi tidak membuat situasi canggung terlalu lama, dia berjalan berinjit dan dengan lembut mendekati Chelsea, lalu berkata, "Tadaaa! Bibi Chelsea! Buka matamu! Ini adalah hadiah dari Sisi untukmu!" Fikri merasa lega dan segera melepaskan tangannya dari mata Chelsea!Chelsea merasa cahaya masuk ke matanya, di tang