"Pada batch pertama hanya tersisa ini saja, sekitar seratus kati lebih. Batch kedua akan tiba besok malam sekitar pukul tujuh atau delapan malam, sekitar 11-12 ribu kati.Bagaimana?" tanya Fikri
dengan buka-bukaan. Jefri sedikit terkejut, tapi kemudian tertawa dan bergegas mengangguk, "Baiklah, berapa pun yang kamu punya, aku ambil semua! Ini nomor kontakku, hubungi aku besok saat stroberimu sudah tiba!" Fikri mengangguk dan Jefri memanggil pikapnya yang penuh dengan kotak khusus untuk buah-buahan. Di dalam kotak itu terdapat kantong es dan kertas penyerap kelembaban yang rapi. Jefri memerintahkan karyawannya untuk segera menimbang stroberi dari kendaraan roda tiga Fikri, lalu membungkusnya satu per satu dan menaruhnya ke dalam pikap. Setelah itu, dia mentransfer uang sebesar sebelas juta dua ratus ribu ke rekening Fikri. Mereka mengkonfirmasi kembali waktu pengiriman untuk besok, kemudian Jefri akhirnya pergi dengan tenang. Fikri melihat kendaraan roda tiganya yang kini kosong, dan merasa lega! Selama berjualan di pinggir jalan, dikejar-kejar Satpol PP masih tidak masalah. Kalau ditargetkan oleh seseorang dia benar-benar akan ke pusingan! Namun sekarang, sudah ada pelanggan utama yang membeli stroberi, Fikri bisa jarang keluar dan risiko juga akan berkurang. Masalah Fikri sekarang adalah kehabisan bibit stroberi. Besok, ia harus mengirimkan sepuluh ribu lebih stroberi, jadi ia harus segera menanam! Fikri bergegas melompat ke kendaraan roda tiganya, mengeluarkan ponselnya dan mencari toko grosir benih terdekat di navigasinya, lalu dengan cepat pergi ke sana. Toko benih tidak terlalu jauh dari Fikri, ia tiba dalam waktu 10 menit dengan kendaraannya. Setelah turun, Fikri membuka pintu kaca dan merasakan kesejukan yang menyegarkan, membuat tubuhnya merasa nyaman! "Mau beli benih apa?" Tanya bos yang sedang menonton acara televisi di depan komputernya. Fikri berpikir sejenak, lalu bertanya, "Aku butuh sekitar 6.000 biji bibit stroberi dan 50 biji bibit semangka. Tolong pilihkan jenis yang baik dan beri tahu aku berapa harganya."' Bos itu menghitung dan berkata, "6.000 biji sekitar dua kati lebih sedikit, harganya tujuh puluh ribu per kati, total seratus empat puluh ribu. Untuk biji semangka hitam terbaik di sini, harganya enam ribu per biji, dan 50 biji tiga ratus ribu. Total semuanya empat ratus empat puluh ribu." Sambil berkata, bos itu berdiri dan mengambil sekantong besar biji stroberi dari lemari, menuangkannya ke atas timbangan dan menimbang dua kati biji stroberi itu, lalu menghitung 50 biji semangka hitam, kemudian memberikannya kepada Fikri. "Total empat ratus empat puluh ribu!" Fikri mengerutkan kening. Bibit semangka masih tidak terlalu masalah, bibit stroberi ini terlalu mahal! "Bos, bisakah lebih murah? Ini terlalu mahal!" Keluh Fikri. Pemilik toko melambaikan tangannya, "Empat ratus dua puluh ribu saja, tidak bisa kurang lagi! Bibit ini memiliki tingkat kelangsungan hidup yang sangat tinggi. Coba tanya di sekitar, di seluruh pasar di Kota Hokida, bibit tempatku ini benar- benar bibit yang bagus!" Awalnya, Fikri masih ingin menawar, tapi begitu melihat waktu, ia hampir terlambat untuk menjemput Sisi. la menggertakkan giginya, memindai kode QR dan membayar. "Terima kasih, bos!" Fikri membawa satu kantong bibit dan pergi dengan kendaraan roda tiganya untuk menjemput Sisi di Plaza Mutiara. Pukul lima sore di Plaza Mutiara. Setelah menempatkan kendaraan roda tiganya, Fikri melihat Bu Lili membawa lebih dari tiga puluh anak kecil keluar dari tangga untuk berbaris sambil memegang bendera kecil. Sisi sudah melihat Fikri dari jauh, ia melambaikan tangan kecilnya dengan kuat, pipinya memerah dan berseru dengan gembira, "Ayah! Aku di sini!" Fikri berlari mendekat dan menggendong Sisi ke pelukannya, lalu berkata sambil tersenyum pada Bu Lili, "Aku datang untuk menjemput Sisi. Terima kasih telah menjaganya." "Tidak masalah, Sisi sangat patuh, sama sekali tidak merepotkan." Kata Bu Lili sambil tersenyum, ia meraih tangan Sisi, "Ingatlah untuk menyelesaikan pekerjaan rumahmu dan mendengarkan ayahmu di rumah, mengerti?" "Aku mengerti, sampai jumpa, Bu Lili!" "Sampai jumpa, Sisi!" Mereka tos dan pamitan satu sama lain, Fikri juga menganggukkan kepala pada Bu Lili, kemudian menggendong Sisi dan berjalan ke arah kendaraannya. Namun, begitu ia duduk di atas kendaraan roda tiganya, bahkan belum sempat memasukkan kuncinya, seorang anak kecil yang gemuk mulai merengek sambil berjalan ke arahnya, "Aku tidak mau! Aku tidak mau! Aku mau makan stroberi!" Bocah kecil gemuk itu menangis dengan mata bengkak, ia merangkak ke bawah kendaraan roda tiga Fikri dan menangis lebih keras lagi! "Aku mau makan stroberi! Aku mau makan stroberi!" Di belakangnya, seorang pria paruh baya botak berbaju putih dan berpakaian rapi membawa sekantong besar berisi stroberi, berlari-lari dengan susah payah hingga keringatan dan masih berusaha mengejar. "Nak, aduh! Bukankah ini stroberi kesukaanmu? Ayah sudah membelikannya untukmu!" Pria paruh baya mencoba untuk mengangkat bocah kecil gemuk itu, tapi bocah itu malah semakin berusaha keras merangkak ke bawah kendaraan roda tiga Fikri! "Aku tidak mau! Aku tidak mau! Aku mau makan stroberinya! Huhuhu!" Suara tangisan bocah itu yang seperti ratapan semakin membuat pria paruh baya malu. Dia batuk dua kali, mencoba menarik bocah kecil gemuk, tapi akhirnya malah mendapat tendangan di wajah! Pria paruh baya itu tampaknya sudah marah juga, dia mengangkat kepalanya dan Fikri akhirnya melihat wajahnya dengan jelas. Fikri sedikit terkejut. Wajah ini, terasa familier! "Ayah, dia ayahnya Yopi, yang pernah aku ceritakan pada Ayah!" Sisi berbisik di telinga Fikri. Fikri akhirnya teringat, bukanlah ini orang tua yang meminta stroberi dari dirinya pagi tadi? Ternyata dia ayahnya Yopi! "Ayahnya Yopi, Yopi menghalangi kendaraan ayahku!" Sisi berkata dengan suara manis, lalu menunjuk pada Fikri lagi, "Ayahku masih ingin membawaku membeli sayuran!" Wajah pria paruh baya langsung terlihat canggung. Dia merasakan pandangan orang-orang di sekitarnya dan wajahnya menjadi semakin muram, lalu dia menarik Yopi dari bawah. "Apa yang kamu tangisi! Bukankah stroberi ada di sini!" Yopi biasanya adalah raja kecil di rumah, bagaimana dia bisa menerima permintaannya tidak dituruti? Dia dengan marah berlari ke arah kendaraan tiga roda Fikri dan membuka pintunya! "Aku mau makan stroberi! Berikan padaku!" Sikapnya yang galak ini tidak mengherankan kalau dia adalah raja kecil di kelas! Fikri sering mendengar tentang dia membully anak kecil! Fikri sedikit mengernyit dan membungkukkan badannya untuk melihat ke Yopi, "Kamu mau makan stroberi?" "Iya!" Yopi menggertakkan giginya, seolah sudah bertekad untuk tidak berhenti sampai mendapatkannya. Sisi takut dan bersembunyi dalam pelukan Fikri, "Ayah, Yopi sangat nakal, dia akan memukul orang! Ayah, aku takut!" Fikri segera menenangkan Sisi. "Kamu bisa makan stroberi ini, tapi harus membeli dengan uang. Aku bukan orang yang melakukan amal." Fikri berkata dengan tenang dan pria paruh baya di samping tertawa dengan sinis, ia mengambil dompetnya dari saku dan berkata, "Aku akan membelinya! Aku bisa membelinya untuk anakku! Bukankah hanya beberapa stroberi saja, semahal apa sih? Asalkan putraku merasa senang, jangankan stroberi, bahkan ceri pun bisa aku belikan!" Mendengar nama ceri, Fikri langsung merasa senang. Benar. Fikri bisa mendapatkan banyak uang dengan menanam ceri di lahan ini! Itu adalah pilihan yang bagus! Pikiran melintas dalam kepalanya, tapi yang terpenting sekarang adalah dia harus menyelesaikan masalah di depan matanya ini! "Dua ratus ribu per kati." Kata Fikri. Pria paruh baya itu seperti kucing yang digigit ekornya, hampir melompat karena marah! Apa?! Dua ratus ribu per kati?! Bukankah ini perampokan uang?! "Kamu ini jelas-jelas merampok uang! Terlalu mahal!" Ayahnya Yopi berkata dengan marah. Fikri dengan tenang melirik pria paruh baya itu, tersenyum dan berkata, "Ini adalah transaksi, awalnya memang kesepakatan timbal balik. Aku tidak memaksamu untuk membelinya, kalau kamu tidak mau beli tidak masalah, aku harus pulang dan memasak, tolong kamu putramu jangan menghalangi jalanku." Setelah mengatakan itu, Fikri menyalakan kendaraan roda tiganya dengan kunci dan tampak siap menerobos kalau pria paruh baya itu tidak mau memberinya jalan. "Aku mau makan stroberi! Aku mau makan stroberi! Huhuhuhu!!" Yopi mulai menangis keras, air mata dan ingus memenuhi wajahnya! Banyak orang tua berkumpul ketika mendengar suara tangisannya, pria paruh baya itu merasa malu. Dia menggertakkan giginya dan mengeluarkan uang dua ratus ribu. "Beri aku satu kati, timbang dengan benar! Kalau tidak, aku akan menuntutmu!" Fikri juga mengeluarkan timbangan elektronik dari samping dan mengambil lima stroberi dari belakang kendaraan roda tiganya, lalu melemparkannya ke pria paruh baya itu.Eh!"Satu kati lebih!""Kita semua sama-sama orang tua murid, lebih 50 gram ini anggap aku hadiahkan untukmu." Kata Fikri sambil memasukkan stroberi ke dalam kantong dan memberikannyakepada pria paruh baya itu.Raut wajah pria paruh baya itu berubah-ubah. Dia meraih kantong itu dengan kesal, lalu mengangkat Yopi dan pergi. Suara caci maki terdengar sepanjang jalan, Fikri memutar kunci kendaraan tiga rodanya, lalu tersenyum pada Sisi, "Ayo, kita pergi beli bahan makanan! Hari ini Sisi mau makan apa?""Sisi mau makan telur dadar tomat!""Ada lagi?""Sisi mau makan udang!""Baiklah! Ayah akan membelikan semuanya!" Setelah selesai membeli sayuran, saat mereka pulang sudah jam enam malam.Fikri menyiapkan bangku kecil untuk Sisi duduk, lalu memberikan tas padanya,"Bu Guru bilang Sisi ada pekerjaan rumah, benar tidak?""Ya!" Jawab Sisi sambil mengangguk dan tersenyum, "Hari ini kami pergi piknik dan Bu Guru meminta kami menggambarrumah! Rumah itu sangat indah!" Fikri mengelus kepala Sisi
Pasar Berehun. Pukul sembilan. Fikri mengemudikan mobil pickup mestibisa dengan plat kuning dan berhenti di tempat parkir. Ini adalah jam paling sibuk di pasar, orang-orang kesana kemari, dan lalu lintas kendaraan sangat padat. Namun Fikri segera melihat Jefri yang menunggunya di suatu tempat yang kosong. "Sudah datang!" Jefri menyeringai, ia menjabat tangan Fikri terlebih dahulu, lalu buru-buru pergi untuk melihat stroberi. Stroberi dikemas dalam kotak busa yang besar dan sangat segar. Ada embun di atasnya, sangat jelas baru saja dipetik! Melihat ini, Jefri semakin bersemangat. Sambil menggosok tangan, ia berkata kepada Fikri, "Bung, jadi begini, kita semua bekerja untuk orang lain. Aku harus membiarkan pekerja memilih stroberi yang baik, menimbangnya dan baru bisa memberimu uang. Bagaimanapun, ada beberapa yang kualitasnya kurang bagus. Aku harap kamu bisa memahaminya." Fikri dulunya juga pernah menjadi kurir, jadi dia tahu betul bahwa kalau terjadi kesalahan, harus bertang
"Bibit pohon yang dibudidayakan selama tiga tahun mungkin lebih murah, tapi tingkat kematian akan lebih tinggi.Sedangkan bibit yang dibudidayakan selama lima tahun, tingkat kematian akan sangat rendah. Tentu saja, harganya jugaakan sedikit lebih mahal!" Pria paruh baya itu menjelaskan.Setelah mendengar penjelasan tersebut, tentu saja hati Fikri lebih memilih untuk membeli bibit pohon yang dibudidayakan selama tiga tahun! Perbedaan harganya terlalu jauh!"Ambilkan aku yang tiga tahun saja!" Kata Fikri kepada pria paruh baya, "Bungkus dengan baik dan ambilkan sedikit tanahnya, karena aku harus membawanya pulang!"Pria paruh baya itu masih tidak menyerah dan terus bertanya, "Kamu yakin tidak mau yang lima tahun? Tingkat kematiannya benar-benar rendah!" Fikri menggelengkan kepalanya.Fikri memiliki tanah dan mata air ajaib di dalam ruang miliknya, sehingga dia sama sekali tidak perlu khawatir tentangtingkat kematian pohon.Melihat tekad Fikri sudah bulat, pria paruh baya itu segera me
Setengah Jam Pertama, buah-buahan yang ditanam di dalam ruang ini, baik ukuran maupun rasa, jauh lebih baik daripada buah-buahan biasa di luar. Kedua, ruang ini memiliki fungsi percepatan. Kecepatan waktu sekitar empat puluh kali lipat. Namun, tadi Fikri menemukan bahwa setelah menyirami tanaman dengan mata air ajaib, air itu juga bisa mempercepat kematangan buah-buahan dan sayuran! Ini sungguh merupakan penemuan besar yang mengejutkan! Setelah melihat pohon-pohon tidak tumbuh lagi, Fikri segera keluar dari ruangnya. Ternyata benar, diluar hanya beberapa menit berlalu. Nasi akhirnya sudah matang. Fikri sudah tidak sabar lagi, kalau harus menunggu lebih lanma lagi, makanan sudah akan dingin! "Sisi, sudah waktunya untuk makan!" Fikri keluar dari dapur dan memanggil Sisi yang masih menonton televisi di ruang tamu, "Cuci tanganmu, Ayah akan mengambilkan nasi untukmu!" "Baiklah!" Sisi menjawab dengan patuh dan melompat dari sofa, lalu pergi untuk mencuci tangannya. Fikri menyaji
Sebelumnya Fikri menggunakan rice cooker merek wiyako.Meskipun rice cooker itu bagus, satu-satunya masalahnya adalah harus ada yang mengawasi saat memasak nasi. Kali ini, Fikri berencana untuk membeli rice cooker yang lebih baik, dia tertarik dengan merek nito.Tidak heran Supor merupakan merek terkenal, apalagi kini sedang mengadakan promo, tempatnya sangat ramai.Fikri dengan tidak mudahnya masuk melalui kerumunan orang, tapi dia berdiri di sana.dengan canggung karena tidak ada yang datang untuk melayaninya!"Permisi, berapa harga rice cooker ini?" Fikri dengan sabar bertanya pada pelayan toko wanita yang sedang sibukmenjelaskan produk pada orang lain, wanita itu menoleh ke Fikri, raut wajahnya acuh tak acuh dan berkata dengan sedikit tidak sabar."Bukankah harganya ada di sana? Kamu tidak bisa melihatnya sendiri?"Fikri melihat ke rice cooker yang seharga tiga ratus sembilan puluh delapan ribu, harganya masih terjangkau, tapi hari ini ia datang untuk mencari rice cooker yang ter
Ponsel Fikri berdering, lalu ia mengangkatnya. "Halo, apakah ini Tuan Fikri? Aku karyawan instalasi AC merek Aux, sekarang aku berada di depan pintu Anda. Bisakah Anda membuka pintu?" Fikri segera menjawab, "Baiklah, aku akan segera membukakan pintu!" Setelah menutup telepon, Fikri segera membuka pintu, dua pemuda tersenyum padanya. "Halo, kami adalah karyawan instalasi AC merek Aux, kami datang untuk memasang AC Anda" Fikri mengangguk dan membiarkan mereka masuk. "Aku ingin memasang AC di kamar putriku, ini sini kamarnya." Sambil berkata, Fikri membawa mereka ke kamar Sisi. Kamar Sisi tidak terlalu besar, lebih tepatnya rumah yang disewa oleh Fikri tidak terlalu besar, hanya sekitar lima puluh meter persegi, dengan dapur, ruang tamu, satu kamar tidur dan satu kamar mandi. Terutama dapur, kadang-kadang bergerak pun sulit. Dan Fikri juga tidak memiliki tempat tidur yang layak, dia tidur di lantai di ruang tamu pada musim panas, dan di sofa pada musim dingin. Singkatnya, mesk
Selama beberapa tahun terakhir, banyak orang kaya yang mengungkapkan keinginan mereka untuk memiliki furnitur yang terbuat dari gaharu harum.Tapi seiring dengan kehabisan pasokan di pasar, sekarang banyak orang yang menurunkan standar mereka, bahkanhanya ingin memiliki sebuah gelang tangan yang terbuat dari kayu tersebut.Namun meskipun demikian, permintaan tetap melampaui pasokan, dan Toko Mustika mereka juga tidak memilikibanyak stok!Kali ini, mendengar kasir toko mengatakan ada orang yang ingin menjual gaharu harum segar yang memiliki aroma harum sangat kuat, sangat jelas merupakan barang yangsangat berharga!Bagaimana mungkin supervisor itu tidak gembira?Fikri mengangguk, "Coba dilihat dulu, setelah itu berikan perkiraan harga."Supervisor itu mengangguk dengan gembira, kemudian dengan hati-hati menarik keluar kayu dari dalam plastik.Setelah kantong plastik dibuka, aroma kayu yang sangat kuat tercium, itu adalah aroma khusus kayu gaharu harum dari Supervisor itu memeriksa d
Di depan pria paruh baya yang tampak terkejut, Fikri membawa Sisi naik ke kendaraan roda tiga dan menghilang dari hadapannya.Sisi sedang makan ceri seukuran kepalan tangannya sendiri. Dia menggigitnya dengan satu gigitan penuh dan air ceri berwarna cerah memenuhi mulutnya. Itu terasa sangat manis!"Ayah, hari ini Bu Lili memberikan hadiah lagi untuk Sisi. Lihatlah, ini bunga kecil Sisi!"Sisi menunjuk bunga kecil yang ditempelkan di dahinya dengan bangga, membuat Fikri tersenyum."Sisi benar-benar hebat!" Fikri mengulurkan tangannya, membelai rambut Sisi yang lebat dan bertanya, "Hari ini Sisi mau makan apa? Ayah akan membawamu membelinya. Oh iya, hari ini Ayah juga membelikan hadiah untuk Sisi!" Mendengar kata 'hadiah', Sisi langsung bersemangat. "Apa yang Ayah belikan untuk Sisi?" Sisi bergegas bertanya, Fikri berjongkok, menggosok hidung Sisi yang kecil dan berkata sambil tersenyum,"Kamu akan tahu ketika sampai di rumah nanti! Sekarang Sisi katakan pada Ayah, apa yang ingin kamu
Hari pameran anggur nasional akhirnya tiba. Gedung pusat pameran di Kota Dakarta dipenuhi lautan manusia—mulai dari petani kecil, perusahaan besar, hingga jurnalis dan pengusaha asing. Semua membawa satu tujuan: mencari anggur terbaik, atau mencari kesempatan emas. Fikri datang lebih awal, membawa beberapa keranjang kecil anggur Sunrose pilihan. Ia mengenakan pakaian sederhana, tidak mencolok, namun aura tenang dan percaya dirinya tetap menarik perhatian. Di satu sisi, para pesaing mulai bergerak. Salah satu di antaranya adalah Raymond, pemilik perusahaan buah besar yang merasa harga buah-buahannya jatuh karena popularitas mendadak Sunrose milik Fikri. Raymond bukan tipe yang bertarung secara adil. Dia membawa tim khusus, menyamar sebagai pembeli dan jurnalis, berniat mengorek rahasia dari Fikri atau bahkan menjebaknya di depan umum. Mereka bahkan telah menyebarkan rumor: bahwa Fikri menggunakan pupuk terlarang atau manipulasi genetik ilegal. Namun, Fikri tetap tenang. Dia hanya fok
Setelah insiden paket misterius itu, suasana di rumah Fikri semakin dijaga ketat. Ia memperkuat keamanan dengan memasang kamera tambahan dan memastikan semua pintu serta jendela terkunci rapat. Di luar rumah, ancaman mulai bergerak lebih nyata. Musuh-musuh Fikri tidak hanya mengincarnya secara langsung, tapi juga mulai mengintai Chelsea dan Sisi, anak kecil Fikri, berharap menemukan celah dari sisi terlemahnya. Saat Chelsea dan Sisi bermain di taman, Fikri memperhatikan dari kejauhan, dan ia menyadari ada sosok mencurigakan yang duduk di kafe seberang, pura-pura membaca koran sambil sesekali mencuri pandang ke arah mereka. Pesaing Fikri ternyata bukan hanya dari dunia bisnis anggur, tetapi juga dari keluarga Chelsea, terutama Venna, yang kini memerintahkan orang-orang bayaran untuk membawa Chelsea kembali dengan segala cara. Malam itu, Fikri membuka pintu menuju ruang ajaib rahasianya. Di dalam, hamparan ladang tersembunyi dengan berbagai pohon ajaib tumbuh subur, termasuk anggur Sun
pagi itu, suasana di rumah Fikri mulai terasa... berbeda. Chelsea, yang biasanya ceria ketika bersama Sisi, kini lebih sering melamun. Sisi sendiri, anak kecil yang polos, mulai merasakan keanehan di sekelilingnya. Misalnya, saat dia sedang menggambar di ruang lukis, tiba-tiba lampu kedap-kedip sendiri. Padahal, tidak ada hujan, tidak ada korsleting. Dan lebih aneh lagi, Sisi bersumpah mendengar suara ketukan di jendela, padahal di luar kosong. ** Malam hari, Fikri memasang lebih banyak kamera CCTV dan sensor gerak di sekitar rumah. Dia bahkan memperkuat sistem keamanan pintu dan jendela. Namun, saat Fikri memeriksa rekaman CCTV... dia menemukan sesuatu yang membuat darahnya membeku. Tepat jam 3 dini hari, di pojok kamera paling sudut — ada sosok bayangan hitam berdiri diam, menatap ke arah rumah. Tapi ketika sensor gerak diaktifkan, bayangan itu menghilang secepat kilat, seperti asap yang tertiup angin. "Ini bukan pencuri biasa," gumam Fikri, wajahnya menegang. Dia tahu
Malam itu, suasana di rumah Fikri terasa lebih sunyi dari biasanya. Namun di balik keheningan, sesuatu sedang bergerak. Di ruang ajaib rahasia, Fikri berdiri di hadapan sebuah altar kristal. Tangannya perlahan menyentuh permukaan altar, membisikkan mantra ringan. Dari dalam altar, cahaya perlahan muncul, membentuk wujud-wujud mungil: Cermin Peri baru, lebih banyak dan lebih kuat. Vine Guardian — makhluk akar hidup yang bisa melilit musuh dengan cepat. Stone Sprout — semacam golem kecil dari batu, setia dan kuat. Mereka semua adalah bagian dari pertahanan pribadi Fikri, makhluk yang hanya bisa dipanggil dari ruang ajaib ini. ** Sementara itu di luar, orang-orang Tuan Grey mulai bergerak lebih berani. Salah satu agen, seorang pria berjaket hitam, menyelinap ke taman belakang rumah Fikri. Dia membawa alat kecil berbentuk jarum suntik — racun tidur tingkat tinggi. Targetnya bukan Fikri. Targetnya adalah Sisi, si anak kecil yang polos. Mereka berpikir: dengan
Langkah Leonard terhenti sejenak di depan pagar rumah Fikri. Meski tampak tenang di permukaan, hawa aneh menyelimuti sekitarnya. Udara berdesir berat, seolah waktu sendiri melambat. Leonard menatap alat canggih di tangannya — senjata pemecah ruang yang diklaim mampu mengusik bahkan kekuatan tersembunyi. Ia mengambil napas panjang, lalu menyalakannya. Dari ujung alat itu muncul kilatan biru, menembakkan gelombang energi yang menggetarkan tanah. Duarrr! Gelombang itu menghantam pagar rumah Fikri, namun bukan pagar biasa yang diserang — melainkan perisai energi tak kasat mata. Seketika, suara dentuman membelah malam, disusul oleh semburan cahaya keemasan yang membungkus seluruh halaman rumah. Leonard terdorong mundur beberapa langkah, terbatuk, kaget. "Apa-apaan ini?" gumamnya. ** Dari dalam, Fikri menatap layar pengamatannya dengan ekspresi dingin. Dia tahu, Leonard bukan musuh sembarangan. Orang ini nekat, licik, dan berani mempertaruhkan segalanya. Tanpa membuang waktu, Fikri
Beberapa minggu setelah insiden lucu di rumah Fikri, kabar tentang buah Anggur Sunrose miliknya sudah menyebar ke berbagai penjuru negeri. Banyak perusahaan besar, bahkan beberapa pengusaha luar negeri, mulai melirik peluang ini. Namun Fikri tetap kukuh dengan sistem lelangnya — hanya menjual ke penawar tertinggi, tanpa membuka rahasia sumber buah-buahnya. ** Sampai pada suatu hari, di sebuah lelang besar yang diadakan di sebuah hotel mewah di pusat kota, seorang pria berjas hitam muncul. Penampilannya rapi, wajahnya tegas, namun sorot matanya licik. Namanya adalah Leonard Hartanto — CEO perusahaan agrikultur raksasa bernama HartaFarm. Leonard bukan pengusaha biasa. Ia dikenal sebagai orang yang tidak segan memakai cara kotor untuk mendapatkan apa yang dia mau. Dan kini, target barunya adalah Fikri. ** Saat lelang dimulai, suasana terasa sedikit berbeda. Fikri, yang biasanya santai, kali ini merasa ada sesuatu yang janggal. Chelsea, yang duduk di sebelahnya, juga merasa
Beberapa hari setelah pameran Sejak kabar kemenangan Fikri tersebar ke seluruh negeri, telepon rumahnya tak pernah berhenti berdering. "Halo, Pak Fikri! Kami dari PT Buah Sejahtera, kami ingin kerja sama eksklusif! Harga tidak masalah!" "Pak Fikri, kami dari PT Nusantara Agro, mau beli semua anggur Anda, bahkan mau bayar tunai di muka!" "Pak Fikri! Kami ingin menjadi distributor tunggal buah Anda di seluruh Asia Tenggara! Kami siap membuatkan iklan TV nasional!" Satu per satu, tawaran datang dengan angka-angka menggiurkan. Ada yang menawarkan kontrak miliaran, ada juga yang menawarkan bonus pribadi, bahkan fasilitas vila mewah! ** Namun Fikri tetap tenang. Dia sudah punya rencana matang sejak awal. Malam itu, dia duduk di ruang keluarga bersama Nenek Lina, Chelsea, dan Sisi. Dengan santai, dia mengumumkan: "Aku tidak akan menerima tawaran langsung dari siapa pun." Chelsea kaget, "Lho? Tapi tawaran mereka tinggi semua, Fikri!" Nenek Lina juga mengernyit, "
Ruangan itu dipenuhi warna-warni yang hangat dan nyaman. Dindingnya penuh dengan lukisan hasil karya Sisi: bunga, matahari, rumah kecil, dan wajah-wajah tersenyum. Ada juga satu sudut ruangan yang dikhususkan untuk peralatan lukis—cat air, kuas, pensil warna, dan kertas berserakan di atas meja kecil. Sisi duduk bersila di atas karpet berbentuk awan, menggambar sesuatu dengan serius. Melihat Fikri masuk, dia langsung tersenyum lebar, "Ayah, lihat! Ini Bibi Chelsea!" Fikri melangkah mendekat dan melihat gambar itu. Di atas kertas putih, tergambar sosok seorang wanita cantik dengan rambut panjang, memegang tangan seorang gadis kecil yang mirip Sisi. Di atas kepala keduanya ada gambar hati berwarna merah muda. Fikri tersenyum, perasaannya jadi hangat. "Sisi menggambar ini sendiri?" tanyanya lembut. Sisi mengangguk semangat. "Iya! Karena Sisi suka Bibi Chelsea! Ayah juga suka, kan?" Fikri terdiam sejenak, wajahnya sedikit memerah. Dia mengacak-acak rambut Sisi dengan lembut. "Sisi me
Tidak dapat dipungkiri, Chelsea memang sangat cantik, dan kecantikannya mampu memikat pandangan dalam sekejap.Fikri adalah seorang manusia biasa.Masih memiliki nafsu.Pada saat ini, jantung Chelsea berdetak kencang dan wajahnya memerah!Seluruh rongga hidungnya penuh dengan hormon pria.Tubuh Fikri memiliki aroma yang sangat unik, bukan bau keringat pria biasa, juga bukan bau parfum murahan dari anak muda.Ini seperti aroma sayuran dan buah-buahan, tapi juga seperti aroma susu dari tubuh Sangat harum.Chelsea sangat menyukainya.Saat ini mereka berdua berdiri sangat dekat, suhu tubuh mereka saling tercampur, Chelsea merasa napasnya menjadi sesak.Terlalu... mesra.Untungnya, Sisi tidak membuat situasi canggung terlalu lama, dia berjalan berinjit dan dengan lembut mendekati Chelsea, lalu berkata, "Tadaaa! Bibi Chelsea! Buka matamu! Ini adalah hadiah dari Sisi untukmu!" Fikri merasa lega dan segera melepaskan tangannya dari mata Chelsea!Chelsea merasa cahaya masuk ke matanya, di tang