"Bibit pohon yang dibudidayakan selama tiga tahun mungkin lebih murah, tapi tingkat kematian akan lebih tinggi.
Sedangkan bibit yang dibudidayakan selama lima tahun, tingkat kematian akan sangat rendah. Tentu saja, harganya juga akan sedikit lebih mahal!" Pria paruh baya itu menjelaskan. Setelah mendengar penjelasan tersebut, tentu saja hati Fikri lebih memilih untuk membeli bibit pohon yang dibudidayakan selama tiga tahun! Perbedaan harganya terlalu jauh! "Ambilkan aku yang tiga tahun saja!" Kata Fikri kepada pria paruh baya, "Bungkus dengan baik dan ambilkan sedikit tanahnya, karena aku harus membawanya pulang!" Pria paruh baya itu masih tidak menyerah dan terus bertanya, "Kamu yakin tidak mau yang lima tahun? Tingkat kematiannya benar-benar rendah!" Fikri menggelengkan kepalanya. Fikri memiliki tanah dan mata air ajaib di dalam ruang miliknya, sehingga dia sama sekali tidak perlu khawatir tentang tingkat kematian pohon. Melihat tekad Fikri sudah bulat, pria paruh baya itu segera memanggil karyawannya untuk mencabut bibit pohon. Fikri menunggu di dalam tenda dan melihat-lihat sejenak. Pandangannya tertuju pada sekelompok pohon muda yang kering dan gugur. Pohon-pohon itu hanya sepanjang siku dan tampak seperti rumput kalau tidak dilihat dengan saksama. Dibagian akarnya ada tanah kering, daunnya layu dan banyak yang gugur. Fikri berbalik dan bertanya pada pria paruh baya, "Ini pohon apa?" Pria paruh baya mengira Fikri tertarik pada bibit pohon lainnya, jadi dia mengikuti pandangan Fikri, lalu segera melihat bibit pohon kecil di tanah. Ekspresi wajahnya langsung menjadi sedih. Dia menggelengkan kepala dan mendesah, "Hishh!" "Bibit pohon ini, sebenarnya bibit yang bagus! Semua bibit ini adalah Gaharu harum dari Provinsi Hatam! Apakah kamu pernah mendengarnya sebelumnya?" Gaharu harum? Apakah ini adalah Gaharu harum yang merupakan pohon kayu yang digunakan sebagai produk kayu dan daunnya untuk obat tradisional yang sangat berharga itu? Pohon biasa butuh seratus tahun untuk tumbuh besar dengan diameter yang cukup besar, tapi gaharu harum berbeda. Bahkan setelah seratus tahun, pohon ini hanya tumbuh sebesar pergelangan tangan orang dewasa! Artinya tingkat kepadatan kayu ini sangat tinggi, berat dan mahal! Sebuah gelang tangan dari gaharu harum biasa di pasaran dijual dengan harga paling murah dimulai dari 10 atau 12 juta, itu juga terbuat dari potongan kayu sisa! Kalau dibuat menjadi furnitur atau yang lainnya dari satu pohon, harganya akan lebih mahal lagi! Harga paling murah dimulai dari beberapa miliar! Sebuah pemikiran terlintas dalam pikiran Fikri. Dia tersenyum dan bertanya pada bos, "Kenapa bibit pohon Gaharu harum yang begitu berharga ini dibiarkan begitu saja di tanah?" "Hishh! Ini memalukan untuk diungkapkan, aku awalnya berharap bisa menanamnya dan menghasilkan banyak uang! Tapi siapa sangka pohon ini sangat sulit untuk ditanam! Sangat membutuhkan tanah dan suhu yang tepat, setelah satu bulan, tidak ada perubahan sama sekali! Selain itu, aku juga mengeluarkan banyak tenaga dan biaya untuk merawatnya. Lupakan saja, kayu berharga ini, sulit untuk ditanam!" Fikri merasa tertarik. Dia tersenyum pada pria paruh baya itu dan berkata, "Bisakah kamu menjual pohon Gaharu harum ini kepadaku? Aku ingin mencoba menanamnya!" Pria paruh baya itu menatap Fakri dengan sedikit terkejut, "Kamu? Mencoba menanam ini? Kamu bahkan sudah cukup kewalahan menanam bibit pohon ceri ini! Ini adalah sesuatu yang akan sangat merugikan!" Meskipun pria paruh baya itu ingin menghasilkan uang, tapi dia juga tidak ingin menipu orang. Dia mencoba menasehati Fikri. Fikri mengangguk tegas dan menunjuk tumpukan bibit Gaharu harum itu, "Tolong bungkuskan untukku, aku juga ingin menmbelinya." "Wow! Baiklah, baiklah, pemuda memang pemuda! Aku yakin kamu tidak akan percaya seberapa sulitnya menumbuhkan pohon ini sebelum kamu mencobanya sendiri!" Pria paruh baya mengambil beberapa kantong plastik dan membungkus bibit Gaharu harum sembarangan, lalu memberikannya kepada Fikri. "Aku akan mengambil uangmu untuk bibit ceri ini, dan untuk Gaharu harum ini, sebenarnya aku berencana untuk menjualnya dengan harga grosir, tapi sekarang kalau kamu ingin membelinya, maka aku akan memberikan harga grosir, enam ribu per batang, bagaimana?" Dibandingkan dengan enam puluh ribu untuk sebatang bibit ceri, harga itu benar- benar sangat murah! Fikri segera menyetujuinya, kemudian berkeliling di tenda untuk mencari tanaman berharga lainnya, tapi dia tidak menemukan apapun. Akhirnya, dia kembali ke pintu masuk dan menunggu. Sekitar dua jam kemudian, karyawan itu akhirnya sudah selesai mencabut bibit ceri. Bagian bawah bibit itu masih ada tanah, terlihat sangat segar. "Melihatmu datang dengan kendaraan roda tiga listrik, aku yakin kamu tidak terlalu jauh dari sini. Setibanya di rumah segera tanam bibit ini, lalu siram sedikit air, pasti akan hidup! Aku tidak akan menipumu!" Fikri menaruh bibit pohon itu ke dalam kendaraan tiga rodanya, lalu mengeluarkan ponselnya dan melambai-lambaikan tangan ke pria paruh baya, "Totalnya sembilan juta, ditambah enam puluh ribu untuk kayu gaharu harum, aku akan membayar melalui e-wallet." Setelah mendapat notifikasi transfer, Fikri dan pria paruh baya itu pamitan, lalu ia pergi dengan kendaraan tiga rodanya. Fikri menghitung waktu, setelah membeli sayuran, sudah saatnya menjemput Sisi dari sekolah. Setelah membeli sayur dan menjemput Sisi, Fikri segera pulang dan memasak. Sisi mengeluarkan bukunya dari tas ransel dan dengan lengan kecil yang gemuk menarik-narik ujung baju Fikri, "Ayah, hari ini Bu Guru memuji Sisi! Apakah Ayah ada melihat grup orangtua hari ini?" Fikri terkejut. la berbalik untuk membungkuk dan melihat Sisi, wajahnya dipenuhi dengan rasa bersalah. "Maaf Sisi, Ayah terlalu sibuk hari ini dan tidak melihat ponsel. Apa kata BuGuru?" Ekspresi Sisi sedikit kecewa, tapi kemudian dia berlari ke kursi dan membuka tasnya untuk mengambil buku gambarannya. Sisi tersenyum lebar dan berkata kepada Fikri, "Ayah, lihat ini! Ini adalah nilai A++ yang diberikan oleh Bu Lili ke Sisi! Bu Lili bilang gambar Sisi sangat bagus dan mengatakan bahwa aku adalah jenius melukis!" Mata Fikri langsung berbinar-binar mendengar ini. "Sungguh?!" Dia dengan sangat gembira mengambil buku gambaran Sisi dan melihat catatan Bu Lili yang ditulis dengan hati-hati di tempat kosong. "Sisi sangat hebat! Harus terus belajar melukis! Semangat!" Ini adalah catatan penilaian tertinggi yang diberikan oleh guru. Dan di saat ini juga Fikri agak terlambat menyadari bahwa putrinya sepertinya memang memiliki bakat khusus dalam melukis? "Sisi sangat hebat!" Fikri membungkuk dan mencium kepala Sisi! "Hari ini, Ayah akan membuatkan makanan enak untuk Sisi! Membuat udang tumis dengan kacang panjang, serta telur dadar dengan tomat. Oke?" "Yay!" Sisi melompat-lompat kegirangan, menggoyangkan kepalanya yang kecil dengan lengan kecilnya, kemudian berinjit dan menarik-narik baju Fikri. "Muachh!" Pada saat Fikri membungkuk, Sisi mencium wajah Fikri dengan kuat! "Sisi akan selalu mencintai Ayah!" Pengakuan manis dari Sisi selalu menjadi motivasi terbesar untuk Fikri! Pada saat itu juga Fikri merasa matanya berkaca-kaca. "Ya, Ayah juga akan selalu menemani Sisi!" Sampai dia dewasa, sampai ... dia tidak lagi membutuhkan dirinya. Sebelum itu, Fikri akan selalu menjadi perisai terkuatnya! Sisi melompat-lompat dan pergi menonton televisi, sementara Fikri memasak di dapur. Setelah selesai memasak, Fikri melihat ke rice cooker dan tersenyum tak berdaya. Masih belum matang. Ini adalah rice cooker merek wiyako yang paling tua yang selalu membutuhkan pengawasan agar nasi tidak meluap dan menyebar kemana-mana. Rice cooker ini sudah sangat lama digunakan, menyaksikan Sisi tumbuh dewasa bersama Fikri. Waktu memasak pun bertambah lama, dari yang awalnya setengah jam hingga sekarang hampir satu jam barulah akhirnya mengeluarkan bunyi "dutdutdut". Sudah waktunya untuk meluangkan waktu untuk memasang AC dan membeli rice cooker baru, serta membeli pakaian untuk Sisi. Melihat masih ada waktu, Fikri masuk ke ruang lagi. Di ruang miliknya, bibit pohon ceri yang dibeli dari kebun bibit tersusun rapi di atas tanah, dan ada sepuluh bibit pohon Gaharu harum di sampingnya. Dibandingkan dengan bibit pohon ceri yang lebat, daun bibit pohon Gaharu harum sudah menguning dan gugur, benar-benar terlihat buruk. Fikri bergegas mengambil air dari kolam dan menyiramkannya ke bibit pohon Gaharu harum tersebut. Kemudian, sebuah adegan mengejutkan terjadi. Bibit pohon yang tadinya layu dan hampir mati tiba-tiba menmancarkan cahaya samar-samar, kemudian warna hijau yang indah mulai menjalar dari akarnya dan perlahan-lahan menyebar ke seluruh pohon tersebut! Sepuluh pohon muda yang tadinya sudah mati, tiba-tiba hidup kembali, benar-benar luar biasa! Fikri sangat senang, ia segera mengambil alat dan menggali lubang untuk menanam bibit pohon ceri, kemudian menanam sepuluh pohon Gaharu harum di sudut-sudut lainnya. Setelah selesai menanam, ia mengambil pompa air dan memompa air untuk menyirami tanaman yang ada di depannya! Dalam sekejap, bibit pohon kecil mulai tumbuh dengan cepat, seiring dengan semakin banyaknya air yang disiram, pohon-pohon tersebut tumbuh menjadi sebesar pergelangan tangan! Namun, ketika pertumbuhannya melambat, Fikri tahu bahwa ini adalah batas pertumbuhan untuk sekali panen. Seiring dengan waktu pengembangan dan pemanfaatan ruang, Fikri akhirnyabmemahami aturan dan cara menggunakannya.Setengah Jam Pertama, buah-buahan yang ditanam di dalam ruang ini, baik ukuran maupun rasa, jauh lebih baik daripada buah-buahan biasa di luar. Kedua, ruang ini memiliki fungsi percepatan. Kecepatan waktu sekitar empat puluh kali lipat. Namun, tadi Fikri menemukan bahwa setelah menyirami tanaman dengan mata air ajaib, air itu juga bisa mempercepat kematangan buah-buahan dan sayuran! Ini sungguh merupakan penemuan besar yang mengejutkan! Setelah melihat pohon-pohon tidak tumbuh lagi, Fikri segera keluar dari ruangnya. Ternyata benar, diluar hanya beberapa menit berlalu. Nasi akhirnya sudah matang. Fikri sudah tidak sabar lagi, kalau harus menunggu lebih lanma lagi, makanan sudah akan dingin! "Sisi, sudah waktunya untuk makan!" Fikri keluar dari dapur dan memanggil Sisi yang masih menonton televisi di ruang tamu, "Cuci tanganmu, Ayah akan mengambilkan nasi untukmu!" "Baiklah!" Sisi menjawab dengan patuh dan melompat dari sofa, lalu pergi untuk mencuci tangannya. Fikri menyaji
Sebelumnya Fikri menggunakan rice cooker merek wiyako.Meskipun rice cooker itu bagus, satu-satunya masalahnya adalah harus ada yang mengawasi saat memasak nasi. Kali ini, Fikri berencana untuk membeli rice cooker yang lebih baik, dia tertarik dengan merek nito.Tidak heran Supor merupakan merek terkenal, apalagi kini sedang mengadakan promo, tempatnya sangat ramai.Fikri dengan tidak mudahnya masuk melalui kerumunan orang, tapi dia berdiri di sana.dengan canggung karena tidak ada yang datang untuk melayaninya!"Permisi, berapa harga rice cooker ini?" Fikri dengan sabar bertanya pada pelayan toko wanita yang sedang sibukmenjelaskan produk pada orang lain, wanita itu menoleh ke Fikri, raut wajahnya acuh tak acuh dan berkata dengan sedikit tidak sabar."Bukankah harganya ada di sana? Kamu tidak bisa melihatnya sendiri?"Fikri melihat ke rice cooker yang seharga tiga ratus sembilan puluh delapan ribu, harganya masih terjangkau, tapi hari ini ia datang untuk mencari rice cooker yang ter
Ponsel Fikri berdering, lalu ia mengangkatnya. "Halo, apakah ini Tuan Fikri? Aku karyawan instalasi AC merek Aux, sekarang aku berada di depan pintu Anda. Bisakah Anda membuka pintu?" Fikri segera menjawab, "Baiklah, aku akan segera membukakan pintu!" Setelah menutup telepon, Fikri segera membuka pintu, dua pemuda tersenyum padanya. "Halo, kami adalah karyawan instalasi AC merek Aux, kami datang untuk memasang AC Anda" Fikri mengangguk dan membiarkan mereka masuk. "Aku ingin memasang AC di kamar putriku, ini sini kamarnya." Sambil berkata, Fikri membawa mereka ke kamar Sisi. Kamar Sisi tidak terlalu besar, lebih tepatnya rumah yang disewa oleh Fikri tidak terlalu besar, hanya sekitar lima puluh meter persegi, dengan dapur, ruang tamu, satu kamar tidur dan satu kamar mandi. Terutama dapur, kadang-kadang bergerak pun sulit. Dan Fikri juga tidak memiliki tempat tidur yang layak, dia tidur di lantai di ruang tamu pada musim panas, dan di sofa pada musim dingin. Singkatnya, mesk
Selama beberapa tahun terakhir, banyak orang kaya yang mengungkapkan keinginan mereka untuk memiliki furnitur yang terbuat dari gaharu harum.Tapi seiring dengan kehabisan pasokan di pasar, sekarang banyak orang yang menurunkan standar mereka, bahkanhanya ingin memiliki sebuah gelang tangan yang terbuat dari kayu tersebut.Namun meskipun demikian, permintaan tetap melampaui pasokan, dan Toko Mustika mereka juga tidak memilikibanyak stok!Kali ini, mendengar kasir toko mengatakan ada orang yang ingin menjual gaharu harum segar yang memiliki aroma harum sangat kuat, sangat jelas merupakan barang yangsangat berharga!Bagaimana mungkin supervisor itu tidak gembira?Fikri mengangguk, "Coba dilihat dulu, setelah itu berikan perkiraan harga."Supervisor itu mengangguk dengan gembira, kemudian dengan hati-hati menarik keluar kayu dari dalam plastik.Setelah kantong plastik dibuka, aroma kayu yang sangat kuat tercium, itu adalah aroma khusus kayu gaharu harum dari Supervisor itu memeriksa d
Di depan pria paruh baya yang tampak terkejut, Fikri membawa Sisi naik ke kendaraan roda tiga dan menghilang dari hadapannya.Sisi sedang makan ceri seukuran kepalan tangannya sendiri. Dia menggigitnya dengan satu gigitan penuh dan air ceri berwarna cerah memenuhi mulutnya. Itu terasa sangat manis!"Ayah, hari ini Bu Lili memberikan hadiah lagi untuk Sisi. Lihatlah, ini bunga kecil Sisi!"Sisi menunjuk bunga kecil yang ditempelkan di dahinya dengan bangga, membuat Fikri tersenyum."Sisi benar-benar hebat!" Fikri mengulurkan tangannya, membelai rambut Sisi yang lebat dan bertanya, "Hari ini Sisi mau makan apa? Ayah akan membawamu membelinya. Oh iya, hari ini Ayah juga membelikan hadiah untuk Sisi!" Mendengar kata 'hadiah', Sisi langsung bersemangat. "Apa yang Ayah belikan untuk Sisi?" Sisi bergegas bertanya, Fikri berjongkok, menggosok hidung Sisi yang kecil dan berkata sambil tersenyum,"Kamu akan tahu ketika sampai di rumah nanti! Sekarang Sisi katakan pada Ayah, apa yang ingin kamu
Fikri mengulurkan tangannya dan mengacungkan dua jari, lalu berkata sambil tersenyum, "Bukan aku ingin untung darimu, aku hanya ingin membeli dan menyelamatkannya.Tentu saja, harapan berhasil hampir tidak ada, bagaimanapun aku tidak pernah memelihara ikan.Kamu pasti lebih ahli dibandingkan aku dalam hal memelihara ikan. Kamu juga tahu, dalam beberapa jam ke depan, ikan itu pasti akan mati.Aku tidak ingin mengambil untung darimu, jadi aku menawarkan dua puluh juta, anggap saja aku membelinya karena penasaran, bagaimana?"Ucapan Fikri ini terdengar serius. Pak Adi sudah memanggil beberapa dokter ikan untuk menyembuhkan ikan koi putih ini.Semua mengatakan bahwa sudah tidak ada harapan lagi, ikan ini memiliki terlalu banyak telur, sulit untuk melahirkan dan akan mati dalam beberapa jam lagi.Harga dua puluh juta merupakan harga terendah yang bisa diterima Pak Adi. Pak Adi muram, namun setelah berpikirsejenak, dia akhirnya setuju dengan penawaran harga dari Fikri."Baiklah! Dua puluh
Apakah ini buah ceri?Mereka belum pernah makan ceri seenak ini sebelumnya!Beberapa orang bahkan tidak peduli untuk mencuci tangan, mereka hanya berdiri berkelompok dan mengeluarkansuara kagum berulang kali.Di luar pintu, manajer yang bertanggung jawab sedang melakukan inspeksi toko selama waktu istirahat, ia tak menyangka akan melihat adegan di depannya ini."Kenapa kalian semua tidak menjaga toko? Berkumpul seperti ini, apakah masih mau bekerja?"kemudian sekelompok orang akhirnya menyadari kesalahan mereka dan bergegas untuk bubar."Manajer, apa kabar?!"Beberapa orang berkata sambil tersenyum canggung, manajer itu berjalan masuk dengan ekspresi dingin dan bertanya, "Apa yang kalian semua lakukan di sini? Apakah mengobrol begitu asyik?Lebih penting jaga toko atau mengobrol?Apakah tidak bisa mengatur waktu sendiri?"Beberapa orang yang ditegur menundukkan kepala dan tidak berkata apa-apa, setelah beberapa saat, seorang pemuda tidak bisa menahan diri lagi dan berkata pelan, "Buk
Mendapatkan Produknya Saat ini, di antara antrean panjang,beberapa orang sangat tidak puas dan sedang mengeluh."Buahnya terlalu sedikit, hanya dijual di White Orbin, bagaimana bisa dibeli? Hanya dibatasi tiga ribu potong per hari, dan dengar-dengar persediaannya juga tidak banyak lagi, begitu habis dijual maka tidak akan ada lagi!" "Iya benar! Cucuku selalu mengatakan ingin makan stroberi ini, tidak mau makan buah lain! Ini membuatku sangat kesal!" "Ckck, harga stroberi ini naik terlalu cepat, sekarang sudah empat ratus ribu per kati! Benar-benar tidak mampu membelinya!" Sekelompok orang mengeluh dengan kesal, tapi semuanya masih tetap mengantre dan enggan untuk pergi. "Tuan? Apakah kamu juga ingin membeli stroberi? Kalau begitu kamu harus mengantre dulu!" Pelayan toko memotong pemikiran Fikri. "Tidak perlu." Fikri tersenyum, lalu keluar dari toko buah dan pergi ke toko buah sebelah. "Tuan mau beli apa?" Begitu Fikri masuk, seorang pelayan toko langsung menyambutnya. Tak bisa
Tidak dapat dipungkiri, Chelsea memang sangat cantik, dan kecantikannya mampu memikat pandangan dalam sekejap.Fikri adalah seorang manusia biasa.Masih memiliki nafsu.Pada saat ini, jantung Chelsea berdetak kencang dan wajahnya memerah!Seluruh rongga hidungnya penuh dengan hormon pria.Tubuh Fikri memiliki aroma yang sangat unik, bukan bau keringat pria biasa, juga bukan bau parfum murahan dari anak muda.Ini seperti aroma sayuran dan buah-buahan, tapi juga seperti aroma susu dari tubuh Sangat harum.Chelsea sangat menyukainya.Saat ini mereka berdua berdiri sangat dekat, suhu tubuh mereka saling tercampur, Chelsea merasa napasnya menjadi sesak.Terlalu... mesra.Untungnya, Sisi tidak membuat situasi canggung terlalu lama, dia berjalan berinjit dan dengan lembut mendekati Chelsea, lalu berkata, "Tadaaa! Bibi Chelsea! Buka matamu! Ini adalah hadiah dari Sisi untukmu!" Fikri merasa lega dan segera melepaskan tangannya dari mata Chelsea!Chelsea merasa cahaya masuk ke matanya, di tang
Wajah ini tidak jauh berbeda dengan wajah operasi plastik di iklan, setidaknya Fikri tidak bisa mengenalinya! Melihat Fikri memperhatikan dirinya dengan saksama, Julia merasakan kepuasan yang besar! Huh! Dulu dia sangat tergila-gila pada Fikri! Namun tak disangka sekarang Fikri begitu malang! Mengemudikan mobil jelek! Ckck! "Sepertinya bintang sekolah kita, Fikri, juga tidak hidup dengan baik sekarang! Begitu sinis, apakah karena dipersulit hidup? Ha! Sungguh tak terduga!" Julia mengulurkan tangannya, menggerai rambut gelombangnya, kemudian melirik ke arah Sisi dan menaikkan alisnya, "Ini putrimu? Tidak melihat istrimu di sini! Seseorang di grup mengatakan melihatmu tahun lalu, apakah kamu sekarang menjadi ayah tunggal? Sungguh?" Raut wajah Fikri datar, ia menatap Julia, lalu menarik Sisi ke sisinya dan mengusap kepalanya. "Ya, dia putriku, lama tak bertemu" kata Fikri. Kemudian ia menunjuk ke Audi Q5, 'Sekarang aku harus pulang untuk memasak untuk putriku, jadi tolong pinda
Sisi mengeluarkan uang koin dari sakunya dan memberikannya kepada pemilik toko, lalu berkata dengan serius, "Bibi, ini dua puluh ribu, silakan dihitung" Fikri sedikit tak berdaya dan terharu. Tidak heran Sisi menolak untuk menyuruh Fikri membayar dan membayarnya sendiri! Ternyata dia memiliki uang tabungan sendiri! "Oke, Bibi akan membungkuskan bunga itu dengan rapi untukmu, kamu tunggu sebentar!" Pemilik toko segera pergi ke dalam untuk mencari kertas pembungkus yang bagus dan membungkusnya dengan hati-hati. "Ini, pegang baik-baik! Letakkan di vas bunga ketika pulang, airnya diganti satu hari sekali ya!" Pemilik toko berpesan kepada Sisi. Sisi menatap bunga mawar merah yang menawan dengan tetes-tetes embun segar di atasnya, sekarang bahkan mengeluarkan aroma yang lembut. Hal ini membuat Sisi tersenyum lebar! Sebelumnya dia sedih karena tidak bisa membeli bunga mawar yang paling cantik, tapi sekarang dia bahagia karena bunga yang dia pegang terlalu cantik. Jika orang-orang me
Ketika membahas tentang Bibi Chelsea, Sisi teringat pagi tadi di taman kanak-kanak, Bibi Chelsea sudah setuju untuk menjadi ibunya! Sisi tersenyum bangga dan menyipitkan matanya ke arah Fikri. "Suka! Bibi Chelsea sudah setuju untuk menjadi ibunya Sisi! Sisi sangat menyukai Bibi Chelsea!" Fikri sedang bersiap-siap untuk menyalakan mobilnya! Namun, begitu mendengar perkataan Sisi ini, dia hampir saja bergemetar! Setuju untuk menjadi ibunya Sisi? Kapan? Kenapa Fikri tidak tahu? "Sisi jangan sembarangan bicara! Bibi Chelsea masih harus menikah suatu hari nanti! Dia tidak menyukai Ayah, jadi Ayah tidak boleh membebaninya, apakah Sisi mengerti?" Fikri dengan serius memberikan nasihat kepada Sisi. Namun, Sisi tidak tahu apa artinya menikah. Baginya, dia hanya tahu Bibi Chelsea menyukainya dan dia juga menyukai Bibi Chelsea. Dan hari ini, Bibi Chelsea mengatakannya sendiri bahwa dia setuju menjadi ibunya. Itu sudah cukup! "Huh! Pokoknya yang Ayah katakan tidak dihitung! Yang dikata
Nenek Lina sedang makan, setelah selesai dia mengambil ponselnya dan mencari kacamatanya lalu memakainya, setelah mencari-cari dia akhirnya menemukan nomor teman baiknya. "Fikri, tunggu sebentar, Nenek akan mencarikanmu seorang istri! Sisi tidak boleh tidak memiliki seorang ibu!" Nenek Lina berkata sambil pergi ke balkon untuk menelepon. Sambil berjalan dia terus bergumam. "Anak yang begitu baik, kenapa tidak ada gadis yang menyukainya? Aku tidak bisa membiarkan Sisi tidak memiliki ibu! Di zaman sekarang, hidup tanpa ibu sangat menyedihkan! Sisiku yang malang!" Fikri tidak memedulikan perkataan Nenek Lina. Dia sedang bersiap-siap untuk mencuci piring, saat ini Chelsea sudah berdiri dan buru-buru berkata,"Biarkan aku saja yang mencucinya, kamu sudah lelah seharian." Fikri juga tidak menolak. Dia pergi ke kamarnya. Bahkan tidak mengangkat kepala untuk melihat Chelsea. Entah kenapa ia merasa sedikit kesal. Dia dan Chelsea, tidak mungkin memiliki hubungan lebih dari teman. Di r
Setelah mengembalikan mobil ke perusahaan rental, Fikri buru-buru pergi ke pasar sayur. Di dalam rumah ada tiga orang, jadi sebaiknya masak dua lauk dan satu sup. Fikri membeli sedikit daging babi, lalu bersiap-siap membeli tomat dan seikat sayuran hijau. Setelah membeli tomat, Fikri berbalik dan melihat seorang kakek di sampingnya yang menjual bibit sayuran yang sangat segar, dikat dengan jerami dan diberi air embun di atasnya. Fikri bertanya dengan heran, "Kakek, apakah sayuran ini untuk dimakan? Kenapa begitu kecil?" Kakek itu tersenyum dan berkata, "Ini adalah bibit sayuran, untuk ditanam! Ini bibit bayam yang sangat enak, hanya butuh sepuluh hari untuk tumbuh besar, sangat segar!" Fikri baru menyadari bahwa banyak pekerja kantoran di Kota Dakarta suka menanam bibit sayuran kecil seperti ini. Alasan pertama adalah untuk merasakan rasa pencapaian menanam sendiri, dan kenapa mereka tidak membeli benih, karena banyak anak muda kekurangan pengalaman hidup di pedesaan, sehingga be
Di depan tatapan aneh dari orang-orang di sekitar, Chelsea membawa Sisi ke samping Bu Lli. Mereka berdua sudah pernah bertemu dan saling mengenal. Setelah bertemu, mereka saling bertatapan dan tersenyum sopan.Ini adalah pertama kalinya Yopi bertemu dengan Chelsea, ia berkata dengan penuh kagum, "Sisi, kamu cantik, ibumu juga sangat cantik!"Anak-anak selalu mengatakan yang terlintas dalam pikirannya. Ketika teman-teman sekeliling mendengar ucapan Yopi, mereka juga mendekat dan berkata dengan iri pada Sisi, "Sisi, ibumu benar-benar cantik! Andai saja ibuku secantik itu!""Iya, benar! Ibu Sisi sangat cantik! Tapi ibuku juga cantik! Aku suka ibuku! Aku menyayangi ibuku!""Sisi kelak sudah memiliki ibu! Sisi sangat beruntung!"Wajah Sisi memerah karena malu, dia mengangkat kepalanya dengan sedikit tidak enak dan melihat ke arah Chelsea. Wajah kecilnya memerah seperti apel merah.Chelsea bukan ibunya, tentu saja Sisi tahu itu. Hanya dalam situasi tertentu ini, Sisi sedikit egois dan tidak
Akhirnya Chelsea selesai mengganti pakaian dan beres-beres, lalu keluar dari kamar untuk makan. Untungnya, Fikri seolah-olah tidak melihat apa-apa dan tidak terjadi apa-apa, ekspresinya tetap tenang dan santai. Namun, Chelsea sendiri tidak tahu apa yang dipikirkannya. Di satu sisi, dia merasa lega karena situasi tidak canggung lagi. Tapi, di sisi lain, dia mulai meragukan dirinya sendiri. Apakah dia benar-benar tidak menarik bagi Fikri? Bagaimana Fikri bisa berpura-pura tidak melihat apa-apa setelah melihatnya? Dengan pemikiran seperti itu, Chelsea merasa dilema sepanjang pagi dan bahkan bengong saat makan. Setelah selesai makan, Fikri awalnya ingin mengantar Sisi ke sekolah. Namun ponselnya tiba-tiba berdering. "Halo, siapa ini?" Pria paruh baya di seberang telepon langsung tersenyum dan berkata dengan menggosok-gosok tangannya, "Tuan Fikri, apakah Anda lupa? Aku Hikari dari Soraky!" Fikri akhirnya teringat bahwa dia sudah berjanji pada Hikari untuk mengirimkan ceri hari ini
Fikri tersenyum dan berkata, "Jangan khawatir, Nenek Lina. Aku mengumpulkan uang dari bisnis yang sah!" Dia tahu Nenek Lina khawatir dia melakukan sesuatu yang tidak benar, jadi dia memberi tahu Nenek Lina demikian. Setelah mengatakan itu, Fikri membawa Nenek Lina ke kamar paling dalam, "Ini adalah kamar Anda, semuanya sudah diatur. Nenek Lina hanya perlu merapikan pakaian dan sudah bisa tinggal di sini!" Mendengar ini, Chelsea berjalan mendekat, "Nenek, biarkan aku membantu Anda merapikannya. Pinggang Anda tidak baik, jangan sampai terlalu lelah." Nenek Lina tersenyum bahagia! "Ya ya ya! Baiklah! Kalian berdua anak baik, Nenek suka dengan kalian berdua!" Setelah itu Fikri membawa koper Nenek Lina ke kamar, kemudian Chelsea membantu Nenek Lina merapikan kamarnya. Setelah Chelsea selesai merapikan kamar, Fikri berkata padanya, "Cari kamar untukmu sendiri. Urusan Sisi juga harus merepotkanmu. Aku masih punya sedikit urusan, boleh tidak?" Mendengar permintaan dari Fikri, entah k