"Ayah! Sisi di sini!"Sisi berteriak ke arah Fikri, kakinya yang pendek terus melompat-lompat di tanah.Kalau bukan karena Bu Lili memberi isyarat agar semua orang tenang, dia mungkin sudah ingin berlari ke arah Fikri!"Apakah Sisi patuh di sekolah?" Fikri berjalan ke pintu masuk taman kanak-kanak, menatap Sisi dan berkata sambil tersenyum.Kepala kecil Sisi mengangguk seperti ayam kecil yang mematuk beras, dia menarik tangan Bu Lili dan berkata dengan manja, "Bu Lili, Bu Lili, apakah Sisi patuh?"Bu Lili tersenyum tak berdaya, mengelus rambut halusnya dan mengangguk, "Tentu saja! Sisi sangat patuh, sangat pintar!"Fikri juga merasa tersentuh.Dia juga tidak tahu siapa ibu dari anak ini, tapi dia yakin bahwa genetiknya bagus.Dia sendiri tidak begitu pandai belajar atau menggambar.Sisi dengan tak sabar melompat ke pelukan Fikri, lalu Fikri menggendongnya.Dia bertanya kepada Bu Lili, "Bu Lili apakah Anda punya kelas khusus gambar yang direkomendasikan untuk Sisi? Dia sangat suka meng
Anak Astaga!Ceri ini besar sekali?!"Ini pasti akan laris!" Polo akhirnya tertarik, ia berbalik danberkata pada asistennya."Ayo kita pulang dan segera buat videonya! Ini adalah materi yang bagus! Di seluruh jaringan orang pertama yangmakan ceri ukuran bola pingpong! Pasti sukses!"Asistennya juga melihat peluang dan segera menandatangani kontrak dengan Fikri, lalu membawa Polo kembali.Fikri diberitahu bahwa dia bisa melihat videonya besok, karena butuh waktu untuk pengambilan gambar danpenyuntingan.Besok sudah paling cepat. Fikri juga tahu bahwa membuat video butuh banyak energi.Dia naik kendaraan roda tiga dan membeli bahan makanan yang kurang di rumah sebelum kembali ke rumah.Ketika membuka pintu, Fikri mendengar suara air yang mengalir. Fikri terkejut.Pada awalnya dia mengira ada pencuri di rumah, tapi setelah melihat bekas air di atas meja teh, dia baru menyadari bahwa itu adalah karya dari ikan koi putih.Fikri tersenyum, menaruh barang belanjaannya, lalu berjalan ke ar
Setelah mencuci piring, Fikri bergabung dengan Sisi untuk menonton kartun. Mereka berdua tertawa bersama dantampak sangat bahagia. Malam berlalu begitu cepat.Keesokan harinya, Sisi libur.Fikri sudah memutuskan untuk membawa Sisi membeli pakaian. Pagi-pagi sekali, Fikri bangun dan membuat bubur millet untuk Sisi, merebus telur putih, menuangkan segelas susu, kemudian memanggil Sisi untuk bangun.Sisi tidak malas untuk bangun pagi ini.Ketika mendengar Fikri akan membawanya membeli pakaian dan sepatu, ia melompat turun dari tempattidurnya dengan sangat bahagia. Bahkanbtanpa disuruh, ia dengan senang hati menyikat gigi dan mencuci wajahnyasendiri! Fikri hampir tidak dapat menahantawanya.Kebahagiaan anak kecil benar-benar sederhana!"Ayah! Sisi sudah kenyang!" Sisi berkata sambil menunjukkan dasar mangkuk yang sudah bersih, wajahnyaberseri-seri.Fikri mengacungkan jempol kepadanya, kemudian segera makan bubur millet di mangkuknya. Lalu, ia berkata kepada Sisi,"Bantulah Ayah untuk
Setelah mendengar itu, hati Fikri sakİt, ia segera mengulurkan tangannya dan memeluk erat Sisi, lalu mencium rambutnya."Sisi, sekarang Ayah sudah punya uang, kita bisa membeli apa saja yang kita inginkan, oke?"Fikri memeluk Sisi dan berkata dengan lembut tapi serius, "Mulai sekarang, kalau Sisi menginginkan sesuatu, Ayah akan membelinya. Sisi tidak perlu sedih lagi."Mulai sekarang, apapun yang diinginkan Sisi, Fikri akan berusaha untuk memenuhinya!Namun, gadis kecil itu masih terlalu kecil untuk mengerti arti ucapan Fikri.Yang Sisi tahu hanyalah dia bisa membeli gaun Putri Elsa sekarang!Akhirnya mereka berdua sampai di sebuah toko yang khusus menjual pakaian anak-anak bergambar karakter Disney.Ketika pelayan toko melihat Fikri dan Sisi masuk, dia dengan cepat menyambut mereka sambil tersenyum,"Halo, ada yang bisa aku bantu? Toko kami adalah toko mitra resmi Disney, jadi semua karakter dongeng yang disukai anak-anak tersedia di sini!" Fikri mengangguk dan membawa Sisi ke dalam
Fikri bernapas berat, bukan karena dia takut, tapi karena tegang.Dia terus menatap pria yang tergeletak di tanah, setelah menendangnya dan memastikan bahwa orang itu tidakmerespons lagi, dia akhirnya mengeluarkan ponselnya untuk menelepon polisi.Di tempat parkir bawah tanah yang luas itu, entah sejak kapan wanita itu sudah berhasil bangkit dengan susah payah, ia mengenakan kaus berkerah putih yangsekarang sudah robek, menunjukkan banyak kulitnya yang terbuka.Wajahnya tampak seperti dipukuli dengan keras beberapa kali, bengkak sehingga sulit untuk melihat wajahaslinya.Setelah sedikit mengambil napas, dia berkata kepada Fikri, "Terima kasih."Walaupun wanita itu terlihat berantakan, tapi masih ada keanggunan yang memancar dari seluruh tubuhnya.Fikri melambaikan tangannya dengan ekspresi sedikit tidak enak.Dia hanya menganggap ini sebagai kecelakaan yang tak terduga, karena sejujurnya dia tidak berniat untukmenyelamatkan orang ini."Kalau begitu aku pergi dulu, aku sudah menele
Chelsea bergegas menutupi dadanya dengan tangannya dan berkata dengan marah, tapi wajahnya yang merah merona terlihat manis. Fikri menarik kembali pandangannya, bibirnya melengkung, "Tentu saja melihatmu." Orang ini! Cukup jujur! "Pakaian itu semua sudah pernah aku pakai, kamu pasti tidak akan suka, hari ini aku baru saja membeli satu atau dua set pakaian, ada di dalam kantong di sofa, carilah sendiri." Meskipun hanya beberapa saat bersama, Fikri tahu bahwa Chelsea bukan gadis dari keluarga biasa. Sebaliknya, dia adalah jenis nona muda kaya, harnya saja saat ini sedang mengalami kesulitan. Wajah Chelsea tiba-tiba memerah, ia mengucapkan terima kasih dan pergi ke sofa untuk mengambil pakaian baru, lalu mandi. Apa yang terjadi padanya? Kenapa detak jantungnya begitu kencang? Saat Chelsea sibuk mandi, Fikri memasak di dapur. Awalnya, hanya dia dan putrinya yang makan, sekarang ada satu orang lagi. Fikri teringat tubuh Chelsea yang indah, pasti memiliki nafsu makan yang
Sedang makan ceri, Chelsea dibuat terkejut oleh Fikri yang tiba-tiba pergi.Pria ini, apa yang terjadi padanya? Di dapur, Fikri mencuci piring dan mencuci tangan dengan air dingin untuk menenangkan dirinya.Di ruang tamu, Chelsea selesai makan dan sedang berdiri untuk berbicara dengan Sisi yang sedang menggambar.Sisi belum pernah sebahagia ini, dia tertawa dan bercerita dengan Chelsea tentang kejadian di taman kanak-kanak. Fikri tidak tahu perasaannya saat ini.Dia selalu berpikir bahwa dirinya bisa membesarkan Sisi hingga sebesar ini sendirian, itu cukup membuktikan kemampuannya membesarkan anak.Namun hari ini dengan kehadiran Chelsea yang tiba-tiba, dia menyadari bahwa dirinya terlalu mengabaikan dunia emosional Sisi.Mungkin ...Kehadiran wanita ini, bukanlah hal buruk.Fikri menggelengkan kepala, mengambil napas dalam-dalam dan menyingkirkan pikirannya.Untuk saat ini, ia hanya bisa berusaha sebaik mungkin dan menyesuaikan diri dengan keadaan.Setelah mencuci piring, Fikri menga
Sekarang masalah muncul. Di mana Chelsea akan tidur malam ini? Saat ini, Sisi sudah tidur, Fikri bangun dan pergi ke ruang tamu. Sekarang, di ruang tamu yang sempit, hanya tersisa Fikri dan Chelsea, suasana menjadi canggung dan aneh. Chelsea duduk di sofa, wajahnya acuh tak acuh, tapi telinganya yang memerah menunjukkan kecemasannya. Di mana dia akan tidur malam ini? Tampaknya tidak ada tempat tidur lain di sini! Apakah mereka harus berbagi tempat tidur? Pikiran kacau muncul di kepalanya, semakin dia berpikir wajahnya semakin memerah! Astaga! Apa yang dipikirkannya! Namun sepertinya Fikri sama sekali tidak menyadari pikiran yang ada di kepala Chelsea. la mendekati Chelsea, tak disangka Chelsea terkejut seperti disambar petir dan berdiri sambil memegang dadanya, "Kamu mau apa?!" Tampangnya seperti benar-benar berpikir Fikri akan melakukan sesuatu padanya! Fikri tertawa geli melihat ini! Wanita ini! Benar-benar sangat narsis! "Kenapa, kamu berani datang ke rumahku, tapi ta
Tidak dapat dipungkiri, Chelsea memang sangat cantik, dan kecantikannya mampu memikat pandangan dalam sekejap.Fikri adalah seorang manusia biasa.Masih memiliki nafsu.Pada saat ini, jantung Chelsea berdetak kencang dan wajahnya memerah!Seluruh rongga hidungnya penuh dengan hormon pria.Tubuh Fikri memiliki aroma yang sangat unik, bukan bau keringat pria biasa, juga bukan bau parfum murahan dari anak muda.Ini seperti aroma sayuran dan buah-buahan, tapi juga seperti aroma susu dari tubuh Sangat harum.Chelsea sangat menyukainya.Saat ini mereka berdua berdiri sangat dekat, suhu tubuh mereka saling tercampur, Chelsea merasa napasnya menjadi sesak.Terlalu... mesra.Untungnya, Sisi tidak membuat situasi canggung terlalu lama, dia berjalan berinjit dan dengan lembut mendekati Chelsea, lalu berkata, "Tadaaa! Bibi Chelsea! Buka matamu! Ini adalah hadiah dari Sisi untukmu!" Fikri merasa lega dan segera melepaskan tangannya dari mata Chelsea!Chelsea merasa cahaya masuk ke matanya, di tang
Wajah ini tidak jauh berbeda dengan wajah operasi plastik di iklan, setidaknya Fikri tidak bisa mengenalinya! Melihat Fikri memperhatikan dirinya dengan saksama, Julia merasakan kepuasan yang besar! Huh! Dulu dia sangat tergila-gila pada Fikri! Namun tak disangka sekarang Fikri begitu malang! Mengemudikan mobil jelek! Ckck! "Sepertinya bintang sekolah kita, Fikri, juga tidak hidup dengan baik sekarang! Begitu sinis, apakah karena dipersulit hidup? Ha! Sungguh tak terduga!" Julia mengulurkan tangannya, menggerai rambut gelombangnya, kemudian melirik ke arah Sisi dan menaikkan alisnya, "Ini putrimu? Tidak melihat istrimu di sini! Seseorang di grup mengatakan melihatmu tahun lalu, apakah kamu sekarang menjadi ayah tunggal? Sungguh?" Raut wajah Fikri datar, ia menatap Julia, lalu menarik Sisi ke sisinya dan mengusap kepalanya. "Ya, dia putriku, lama tak bertemu" kata Fikri. Kemudian ia menunjuk ke Audi Q5, 'Sekarang aku harus pulang untuk memasak untuk putriku, jadi tolong pinda
Sisi mengeluarkan uang koin dari sakunya dan memberikannya kepada pemilik toko, lalu berkata dengan serius, "Bibi, ini dua puluh ribu, silakan dihitung" Fikri sedikit tak berdaya dan terharu. Tidak heran Sisi menolak untuk menyuruh Fikri membayar dan membayarnya sendiri! Ternyata dia memiliki uang tabungan sendiri! "Oke, Bibi akan membungkuskan bunga itu dengan rapi untukmu, kamu tunggu sebentar!" Pemilik toko segera pergi ke dalam untuk mencari kertas pembungkus yang bagus dan membungkusnya dengan hati-hati. "Ini, pegang baik-baik! Letakkan di vas bunga ketika pulang, airnya diganti satu hari sekali ya!" Pemilik toko berpesan kepada Sisi. Sisi menatap bunga mawar merah yang menawan dengan tetes-tetes embun segar di atasnya, sekarang bahkan mengeluarkan aroma yang lembut. Hal ini membuat Sisi tersenyum lebar! Sebelumnya dia sedih karena tidak bisa membeli bunga mawar yang paling cantik, tapi sekarang dia bahagia karena bunga yang dia pegang terlalu cantik. Jika orang-orang me
Ketika membahas tentang Bibi Chelsea, Sisi teringat pagi tadi di taman kanak-kanak, Bibi Chelsea sudah setuju untuk menjadi ibunya! Sisi tersenyum bangga dan menyipitkan matanya ke arah Fikri. "Suka! Bibi Chelsea sudah setuju untuk menjadi ibunya Sisi! Sisi sangat menyukai Bibi Chelsea!" Fikri sedang bersiap-siap untuk menyalakan mobilnya! Namun, begitu mendengar perkataan Sisi ini, dia hampir saja bergemetar! Setuju untuk menjadi ibunya Sisi? Kapan? Kenapa Fikri tidak tahu? "Sisi jangan sembarangan bicara! Bibi Chelsea masih harus menikah suatu hari nanti! Dia tidak menyukai Ayah, jadi Ayah tidak boleh membebaninya, apakah Sisi mengerti?" Fikri dengan serius memberikan nasihat kepada Sisi. Namun, Sisi tidak tahu apa artinya menikah. Baginya, dia hanya tahu Bibi Chelsea menyukainya dan dia juga menyukai Bibi Chelsea. Dan hari ini, Bibi Chelsea mengatakannya sendiri bahwa dia setuju menjadi ibunya. Itu sudah cukup! "Huh! Pokoknya yang Ayah katakan tidak dihitung! Yang dikata
Nenek Lina sedang makan, setelah selesai dia mengambil ponselnya dan mencari kacamatanya lalu memakainya, setelah mencari-cari dia akhirnya menemukan nomor teman baiknya. "Fikri, tunggu sebentar, Nenek akan mencarikanmu seorang istri! Sisi tidak boleh tidak memiliki seorang ibu!" Nenek Lina berkata sambil pergi ke balkon untuk menelepon. Sambil berjalan dia terus bergumam. "Anak yang begitu baik, kenapa tidak ada gadis yang menyukainya? Aku tidak bisa membiarkan Sisi tidak memiliki ibu! Di zaman sekarang, hidup tanpa ibu sangat menyedihkan! Sisiku yang malang!" Fikri tidak memedulikan perkataan Nenek Lina. Dia sedang bersiap-siap untuk mencuci piring, saat ini Chelsea sudah berdiri dan buru-buru berkata,"Biarkan aku saja yang mencucinya, kamu sudah lelah seharian." Fikri juga tidak menolak. Dia pergi ke kamarnya. Bahkan tidak mengangkat kepala untuk melihat Chelsea. Entah kenapa ia merasa sedikit kesal. Dia dan Chelsea, tidak mungkin memiliki hubungan lebih dari teman. Di r
Setelah mengembalikan mobil ke perusahaan rental, Fikri buru-buru pergi ke pasar sayur. Di dalam rumah ada tiga orang, jadi sebaiknya masak dua lauk dan satu sup. Fikri membeli sedikit daging babi, lalu bersiap-siap membeli tomat dan seikat sayuran hijau. Setelah membeli tomat, Fikri berbalik dan melihat seorang kakek di sampingnya yang menjual bibit sayuran yang sangat segar, dikat dengan jerami dan diberi air embun di atasnya. Fikri bertanya dengan heran, "Kakek, apakah sayuran ini untuk dimakan? Kenapa begitu kecil?" Kakek itu tersenyum dan berkata, "Ini adalah bibit sayuran, untuk ditanam! Ini bibit bayam yang sangat enak, hanya butuh sepuluh hari untuk tumbuh besar, sangat segar!" Fikri baru menyadari bahwa banyak pekerja kantoran di Kota Dakarta suka menanam bibit sayuran kecil seperti ini. Alasan pertama adalah untuk merasakan rasa pencapaian menanam sendiri, dan kenapa mereka tidak membeli benih, karena banyak anak muda kekurangan pengalaman hidup di pedesaan, sehingga be
Di depan tatapan aneh dari orang-orang di sekitar, Chelsea membawa Sisi ke samping Bu Lli. Mereka berdua sudah pernah bertemu dan saling mengenal. Setelah bertemu, mereka saling bertatapan dan tersenyum sopan.Ini adalah pertama kalinya Yopi bertemu dengan Chelsea, ia berkata dengan penuh kagum, "Sisi, kamu cantik, ibumu juga sangat cantik!"Anak-anak selalu mengatakan yang terlintas dalam pikirannya. Ketika teman-teman sekeliling mendengar ucapan Yopi, mereka juga mendekat dan berkata dengan iri pada Sisi, "Sisi, ibumu benar-benar cantik! Andai saja ibuku secantik itu!""Iya, benar! Ibu Sisi sangat cantik! Tapi ibuku juga cantik! Aku suka ibuku! Aku menyayangi ibuku!""Sisi kelak sudah memiliki ibu! Sisi sangat beruntung!"Wajah Sisi memerah karena malu, dia mengangkat kepalanya dengan sedikit tidak enak dan melihat ke arah Chelsea. Wajah kecilnya memerah seperti apel merah.Chelsea bukan ibunya, tentu saja Sisi tahu itu. Hanya dalam situasi tertentu ini, Sisi sedikit egois dan tidak
Akhirnya Chelsea selesai mengganti pakaian dan beres-beres, lalu keluar dari kamar untuk makan. Untungnya, Fikri seolah-olah tidak melihat apa-apa dan tidak terjadi apa-apa, ekspresinya tetap tenang dan santai. Namun, Chelsea sendiri tidak tahu apa yang dipikirkannya. Di satu sisi, dia merasa lega karena situasi tidak canggung lagi. Tapi, di sisi lain, dia mulai meragukan dirinya sendiri. Apakah dia benar-benar tidak menarik bagi Fikri? Bagaimana Fikri bisa berpura-pura tidak melihat apa-apa setelah melihatnya? Dengan pemikiran seperti itu, Chelsea merasa dilema sepanjang pagi dan bahkan bengong saat makan. Setelah selesai makan, Fikri awalnya ingin mengantar Sisi ke sekolah. Namun ponselnya tiba-tiba berdering. "Halo, siapa ini?" Pria paruh baya di seberang telepon langsung tersenyum dan berkata dengan menggosok-gosok tangannya, "Tuan Fikri, apakah Anda lupa? Aku Hikari dari Soraky!" Fikri akhirnya teringat bahwa dia sudah berjanji pada Hikari untuk mengirimkan ceri hari ini
Fikri tersenyum dan berkata, "Jangan khawatir, Nenek Lina. Aku mengumpulkan uang dari bisnis yang sah!" Dia tahu Nenek Lina khawatir dia melakukan sesuatu yang tidak benar, jadi dia memberi tahu Nenek Lina demikian. Setelah mengatakan itu, Fikri membawa Nenek Lina ke kamar paling dalam, "Ini adalah kamar Anda, semuanya sudah diatur. Nenek Lina hanya perlu merapikan pakaian dan sudah bisa tinggal di sini!" Mendengar ini, Chelsea berjalan mendekat, "Nenek, biarkan aku membantu Anda merapikannya. Pinggang Anda tidak baik, jangan sampai terlalu lelah." Nenek Lina tersenyum bahagia! "Ya ya ya! Baiklah! Kalian berdua anak baik, Nenek suka dengan kalian berdua!" Setelah itu Fikri membawa koper Nenek Lina ke kamar, kemudian Chelsea membantu Nenek Lina merapikan kamarnya. Setelah Chelsea selesai merapikan kamar, Fikri berkata padanya, "Cari kamar untukmu sendiri. Urusan Sisi juga harus merepotkanmu. Aku masih punya sedikit urusan, boleh tidak?" Mendengar permintaan dari Fikri, entah k