"Ayah, Sisi merasa panas."
Seorang gadis kecil yang tidur di atas tempat tidur anyaman bambu tua tampak kepanasan. Keningnya yang putih halus penuh dengan keringat dan pipi kecilnya yang putih merona dengan sedikit kemerahan meski Fikri memegang kipas dan dengan lembut mengipaskannya ke arahnya.
"Sisi, tidak bisa tidur?"
"Iya. Sisi mau makan stroberi. Setiap kali Sisi menutup mata, pasti akan melihat stroberi dengan sayap terbang ke depan mata Sisi. Ayah, lihatlah, Sisi mulai mengeluarkan air liur!" Sambil mengoceh, Sisi mengangkat kepalanya dan menunjukkan air liurnya pada Fikri.Pria itu melihatnya lebih dekat, ternyata memang benar!
Dia tertawa dan mengelus kepala Sisi dengan lembut, "Baiklah, Ayah akan membawakan stroberi untukmu ketika pulang malam, oke?"
Fikri membungkuk dan mengangkat Sisi ke pelukannya. "Sekarang kita pergi ke rumah Nenek Lina untuk bermain, ayah akan menjemputmu setelah pularng kerja sore nanti, kamu harus patuh, mengerti?"
"Ya! Sisi adalah anak yang paling patuh!" jawab Sisi yang berada dipelukan Fikri dengan suara manis.
Tahun ini, Nenek Lina berusia 60 tahun. Dia adalah tetangga Fikri dan Sisi yang tinggal sendiri.
Mereka akrab karena wanita tua itu memang sungguh ramah pada keduanya meski Fikri adalah seorang ayah tunggal.
Ya, Fikri baru datang ke Kota Dakarta dari desa untuk bekerja lima tahun lalu. Namun, tidak sengaja mengirimkan paket ke rumah seorang wanita mabuk. Saat itu, mereka melakukan hubungan seks semalam. Keesokan harinya, Fikri berencana untuk menemui wanita itu dan bertanggung jawab, tapi ternyata dia sudah pindah.
Siapa sangka, setahun kemudian, seorang bayi diikat di atas kendaraan tiga roda pengiriman milik Fikri, yaitu Sisi, bersama dengan selembar kertas yang menunjukkan tanggal kelahiran Sisi.
Tentu saja, Fikri tidak bodoh.
Dia melakukan tes DNA dengan Sisi.
Ternyata Sisi 100% putri kandungnya!
Awalnya, ia begitu bingung. Tapi, Nenek Lina membantunya, hingga Fikri tidak kesulitan membesarkan putrinya itu.
Sekarang untungnya Sisi sudah masuk taman kanak-kanak, Nenek Lina menjadi sedikit lebih rileks. Namun bagi Fikri, tugasnya menjadi lebih berat!
Bagaimanapun, di Kota Dakarta, biaya untuk sekolah anak usia dini yang bagus minimal 40 juta per tahun, belum lagi biaya tambahan untuk makanan tambahan yang membantu pertumbuhan anak.
Fikri mengirim paket dengan upah bulanan minimum enam juta, ditambah bonus empat ribu per pesanan, kalau ia bekerja dengan sangat giat hanya bisa menghasilkan paling banyak 20 juta per bulan.
Ditambah dengan biaya sewa tempat tinggal, listrik dan air, tekanan yang dirasakannya sangat besar.....
Fikri melirik ke arah Sisi yang sedang berbaring manis di pangkuannya, ia diam-diam bertekad bahwa ia harus berusaha keras untuk memberikan Sisi hidup yang lebih baik.
"Sisi sudah datang ya! Sini, Nenek peluk!"
Nenek Lina membuka pintu dan mengundang Fikri dan Sisi masuk ke dalam rumah dengan antusias.
Sejak suaminya meninggal dan anak-anaknya pergi ke luar negeri, ia tinggal sendirian di sana dan kesepian.
Untungnya, Sisi muncul, sehingga ia memperlakukan Sisi seperti cucunya sendiri.
"Nenek! Sisi merindukanmu!" Sisi berkata dengan suara manisnya sambil membuka lengannya yang putih dan gemuk, lalu berlari ke pelukan Nenek Lina.
"Haha, Nenek juga merindukan Sisi!" Nenek Lina memeluk Sisi dan mencium pipinya yang kecil, wajahnya yang penuh keriput tersenyum bahagia.
"Aku harus pergi mengirim beberapa pesanan siang ini, maaf harus merepotkan Anda lagi untuk menjaga Sisi" Fikri sedikit merasa tidak enak.
"Keluarga harus saling membantu! Selama beberapa tahun terakhir, kalau tidak ada Sisi yang menemaniku, aku juga
tidak bisa bertahan! Ini, minumlah sedikit air sebelum pergi!" Nenek Lina memberikan segelas air sekaligus memberikan sebuah gelang hitam."Ini apa?" Fikri menerima gelang itu dan bertanya dengan bingung.
"Ayah suamiku dulu adalah tuan tanah, gelang ini tidak tahu sudah disimpan berapa lama di dalam lemari. Terlihat seperti kayu, mungkin tidak berharga, jadi kamu bisa coba lihat apakah bisa dijual atau tidak, lalu belikan dua baju untuk cucu kesayanganku Sisi!"
Nenek Lina merangkul Sisi dengan penuh kasih sayang, "Lihatlah roknya sudah terlalu kecil!"Sisi terkikik, hal ini membuat Fikri merasa sedikit malu.
Dia adalah seorang pekerja kasar dan hanya bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari Sisi.
Jadi, ia kadang lupa membelikan baju untuknya.
"Baiklah, aku pergi mengirim paket dulu. Aku akan datang untuk menjemput Sisi malam nanti!" Fikri berbalik dan melambaikan tangan ke arah Sisi.
"Ayah pergi bekerja dulu, ya! Kamu harus patuh pada Nenek Lina, oke?"
Sisi mengerjapkan matanya yang bulat, lalu berkata dengan suara manis, "Ayah, jangan lupa membawa stroberi!"
"Oke!" Fikri berlari menuruni tangga, lalu mengantarkan paket.
Tak lupa, ia segera mengganti seragam SF Express, kemudian mengendarai kendaraan miliknya dan mulai mengirimkan barang satu per satu sesuai alamat.Sudah jam 7 malam ketika dia selesai bekerja.
Fikri menghela napas lega, lalumenyeka keringat dari dahinya dengan tangannya.
Dia sama sekali tidak memperhatikan bahwa keringatnya membasahi gelang kayu hitam yang mulai sedikit memancarkan cahaya dan menghilang dengan cepat.
Seolah menyerap ke dalam kulitnya....
Mengingat Sisi, Fikri pun mengendarai kendaraan roda tiganya kembali ke rumah, dia melihat kios stroberi di jalan.
Namun, sekarang bukan musim puncak stroberi, dan harganya sangat mahal: 62 ribu per 1/2 kilogram.
Kalau itu untuk dirinya sendiri, Fikri pasti tidak akan membelinya.
Tapi demi putrinya Sisi, dia berusaha membeli setengah kilogram.
Stroberinya cukup besar, sehingga totalnya hanya ada 7 biji.
Tak lup, Fikri juga membeli sekantong satu kilogram untuk diberikan kepada Nenek Lina.
Hanya saja, ketika kembali ke kendaraan miliknya, Fikri tiba-tiba teringat gelang kayu hitam yang diberikan Nenek Lina kepadanya.
Ia segera melihat pergelangan tangannya dan tertegun!
Di kulitnya yang berwarna coklat, tidak ada apa-apa!
"Di mana gelang kayu hitam itu?!" Fikri berkata dalam hati dengan cemas, tapi setelah itu, ia merasa pusing dan benar-benar memasuki ruang lain!
Di depannya, air terjun setinggi tiga meter mengalir turun dan berkumpul di kolam air bersih di kaki Fikri.
Lalu di sebelah kolam air ada sebidang tanah. Tanahnya hitam dan terlihat sangat subur.
Selain itu, ada ruang kosong tanpa ada apa-apa.
Dia ... memasuki ruang yang berbeda?
Fikri biasanya membaca novel di waktu luangnya dan tidak asing dengan hal semacam ini.
Ini pasti disebabkan oleh gelang kayu hitam!
"Aku punya ruang sendiri?!"
Fikri sangat gembira dan bergegas mengulurkan tangannya, ia merapatkan jari-jarinya dan melengkungkan telapak tangannya, lalu meminum beberapa teguk air dari kolam.
Airnya sangat jernih dan membuatnya merasakan kesejukan yang menyegarkan dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Bahkan, semua rasa sakit yang menumpuk karena mengantarkan paket sepanjang hari pun menghilang!
Hanya saja, dia teringat sang putri....
Gegas, Fikir menggerakkan pikirannya dan keluar dari ruang, lalu membawa dua kantong stroberi ke dalam.
Sekarang cuaca panas. Stroberi adalah buah yang sangat lembut, kalau terbentur atau tergores di cuaca panas, akan mempengaruhi rasa!
Jika dimasukan ke dalam air untuk didinginkan, rasanya akan lebih segar dan manis saat pukang nanti.
Fikri lantas memperhatikan sekitar dengan cermat.
Setelah menyadari tidak ada yang memperhatikan dirinya, Fikri akhirnya memasuki ruang dan mengambil dua kantong stroberi.
Untungnya, perjalanan tak lama.
Fikri mengetuk pintu rumah Nenek Lina, lalu memberikan kantong berisi satu kilogram stroberi kepadanya, dan berkata sambil tersenyum, "Ketika pulang aku melihat ini di kios, jadi kubelikan untu Anda bisa makan."
"Kalau tidak habis, letakkan di dalam lemari es dan pastikan Anda menghabiskannya besok!"
Nenek Lina merasa senang, tapi agak sayang menghabiskan uang untuk membeli itu. "Sekarang stroberi sangat mahal! Kenapa menghabiskan uang sia-sia seperti ini, aku tidak suka makan ini! Bawa saja untuk Sisi!"
Wanita tua itu mengembalikannya ke tangan Fikri yang segera menolak sambil tersenyum. "Aku juga ada membelinya untuk Sisi! Anda makan saja! Jangan khawatir!"
Di saat yang sama, Sisi keluar dari rumah dengan kaki yang putih dan halus.
Ketika melihat Fikri, matanya bersinar, dan dengan manis berkata, "Ayah sudah pulang?!"
Setelah mengatakan itu, Sisi berlari ke pelukan Fikri. Tubuh kecilnya lembut, membuat Fikri merasa sangat bahagia! Dalam hidup ini, memiliki seorang putri sudah cukup! "Ayo kita pulang sekarang!" Fikri melambai ke arah Nenek Lina, lalu berkata pada Sisi, "Ucapkan selamat tinggal pada Nenek!" "'Selamat tinggal, Nenek!" Sisi tersenyum dengan mata melengkung seperti bulan sabit. "Sisi benar-benar patuh, besok belajar dengan sungguh-sungguh ya!" Nenek Lina bergegas mencium Sisi dan menyuruh Fikri membawanya pulang. Setibanya di rumah, Fikri segera memasak. Dia mencuci beras, kemudian mengambil segelas air dari ruang dan menuangkannya ke dalam rice cooker. Kemudian, ia mencuci beberapa sayuran hijau dan merebusnya dalam air, lalu menambahkan sedikit saus tiram. Dia juga membuat telur dadar tomat, mencuci stroberi, dan ketika semua hidangan telah disiapkan, dia mengeluarkan nasi yang sudah matang dari rice cooke. "Sisi, ayo makan!" Fikri menggosok-gosok kepala kecil Sisi dengan le
Penghasilan Enam Puluh Juta Buah stroberi seukuran kepalan tangan sangatlah langka, ditambah lagi dengan penampilan merah segar yang menggoda, segera menarik perhatian banyak orang! "Berapa harga stroberi ini per kilo?" Tanya seorang wanita cantik yang memakai kacamata hitam, ia mengibaskan rambut keritingnya yang tebal dan bertanya,"Kelihatannya lumayan enak!"Fikri langsung tersenyum dan berkata, "Stroberiku ini murni alami tanpa polusi, tahan uji. Jujur saja, harganya agak mahal, seratus dua puluh dua ribu per kilo."Sebenarnya, seratus dua puluh dua ribu per kilo bagi harga barang di Kota Hokida, hanya sedikit lebih tinggi dari biasanya. Namun, bagi Fikri yang baru saja mulai menjual stroberi, memilih harga yang tinggi dari awal bukanlah pilihan yang bijak kalau ingin menarik lebih banyak pelanggan. Wanita itu tertawa dan melambaikan tangannya, "Baiklah, timbang satu kilogram untukku, kalau enak, aku pasti akan datang lagi!" "Baiklah!" Fikri mengangguk, menimbang stroberi dan
"Besok pagi jam delapan, berkumpul di bawah Plaza Mutiara. Taman kanak-kanak akan membawa anak-anak untuk makan,kamu hanya perlu mengantarkan Sisi ke sana!"Fikri mengucapkan "terima kasih", setelah itu menutup telepon.Kemudian, Fikri mandi dan pergi tidur dengan menyetel alarm pada pukul setengah tujuh pagi. Setelah selesai membuat sarapan, dia mengendarai kendaraan roda tiga untuk mengantarkan Sisi ke Plaza Mutiara. Ketika melihat jam, sudah menunjukkan jam 7.50. Sebagian besar orang tua dari taman kanak-kanak sudah berkumpul di sana. Banyak mobil mewah terparkir di area parkir, dari Mercedes-Benz hingga Volkswagen Passat. Oleh karena itu, ketika kendaraan roda tiga Fikri muncul di Plaza Mutiara, banyak orang tua menatapnya dengan tatapan merendahkan. "Bukankah dia adalah orang tua yang berutang biaya sekolah? Bagaimana dia bisa ikut dalam perjalanan ke luar kota kali ini?" "Tidak tahu apa yang dipikirkan taman kanak-kanak, seorang anak dari orang tua seperti ini seharusnya
"Kemarin cucuku setelah pulang sekolah dan makan stroberimu, habis dimakan dia masih minta lagi. Karena aku tidak membeli banyak, hanya beli satu kati, semua dimakan olehnya! Nah, sekarang dia pulang dan berguling-guling mengatakan mau makan lagi!" ujar seorang wanita paruh baya dengan tak berdaya."lya! Suamiku sudah tua, dan pemilih! Kemarin aku memberinya satu biji stroberi yang tersisa, tapi setelah dimakan dia meminta stroberi lagi hari ini! Aku sudah menunggu di sini sepanjang hari!" Seorang nenek berkata dengan mendesah. "Iya benar! Putraku setiap hari lelah bekerja, kemarin setelah makan stroberimu, dia bilang pikirannya menjadi lebih jernih dan nyaman! Dia memintaku untuk membelinya lagi hari ini!" "Orang rumahku juga sama! Aku benar- benar bingung, stroberi ini kenapa bisa begitu enak ya?" Ujar sekelompok orang yang berkumpul dan mendesak Fikri untuk segera menjual stroberi.Fikri juga tidak banyak bicara, ia memasang stan kecil dan meletakkan timbangan di atasnya. "Semu
"Pada batch pertama hanya tersisa ini saja, sekitar seratus kati lebih. Batch kedua akan tiba besok malam sekitar pukul tujuh atau delapan malam, sekitar 11-12 ribu kati.Bagaimana?" tanya Fikridengan buka-bukaan. Jefri sedikit terkejut, tapi kemudian tertawa dan bergegas mengangguk,"Baiklah, berapa pun yang kamu punya, aku ambil semua! Ini nomor kontakku, hubungi aku besok saat stroberimu sudahtiba!" Fikri mengangguk dan Jefri memanggil pikapnya yang penuh dengan kotak khusus untuk buah-buahan.Di dalam kotak itu terdapat kantong es dan kertas penyerap kelembaban yang rapi. Jefri memerintahkan karyawannya untuk segera menimbang stroberi dari kendaraan roda tiga Fikri, lalu membungkusnya satu per satu dan menaruhnya ke dalam pikap.Setelah itu, dia mentransfer uang sebesar sebelas juta dua ratus ribu ke rekening Fikri. Mereka mengkonfirmasi kembali waktu pengiriman untuk besok, kemudian Jefri akhirnya pergi dengan tenang. Fikri melihat kendaraan roda tiganya yang kini kosong, dan me
Eh!"Satu kati lebih!""Kita semua sama-sama orang tua murid, lebih 50 gram ini anggap aku hadiahkan untukmu." Kata Fikri sambil memasukkan stroberi ke dalam kantong dan memberikannyakepada pria paruh baya itu.Raut wajah pria paruh baya itu berubah-ubah. Dia meraih kantong itu dengan kesal, lalu mengangkat Yopi dan pergi. Suara caci maki terdengar sepanjang jalan, Fikri memutar kunci kendaraan tiga rodanya, lalu tersenyum pada Sisi, "Ayo, kita pergi beli bahan makanan! Hari ini Sisi mau makan apa?""Sisi mau makan telur dadar tomat!""Ada lagi?""Sisi mau makan udang!""Baiklah! Ayah akan membelikan semuanya!" Setelah selesai membeli sayuran, saat mereka pulang sudah jam enam malam.Fikri menyiapkan bangku kecil untuk Sisi duduk, lalu memberikan tas padanya,"Bu Guru bilang Sisi ada pekerjaan rumah, benar tidak?""Ya!" Jawab Sisi sambil mengangguk dan tersenyum, "Hari ini kami pergi piknik dan Bu Guru meminta kami menggambarrumah! Rumah itu sangat indah!" Fikri mengelus kepala Sisi
Pasar Berehun. Pukul sembilan. Fikri mengemudikan mobil pickup mestibisa dengan plat kuning dan berhenti di tempat parkir. Ini adalah jam paling sibuk di pasar, orang-orang kesana kemari, dan lalu lintas kendaraan sangat padat. Namun Fikri segera melihat Jefri yang menunggunya di suatu tempat yang kosong. "Sudah datang!" Jefri menyeringai, ia menjabat tangan Fikri terlebih dahulu, lalu buru-buru pergi untuk melihat stroberi. Stroberi dikemas dalam kotak busa yang besar dan sangat segar. Ada embun di atasnya, sangat jelas baru saja dipetik! Melihat ini, Jefri semakin bersemangat. Sambil menggosok tangan, ia berkata kepada Fikri, "Bung, jadi begini, kita semua bekerja untuk orang lain. Aku harus membiarkan pekerja memilih stroberi yang baik, menimbangnya dan baru bisa memberimu uang. Bagaimanapun, ada beberapa yang kualitasnya kurang bagus. Aku harap kamu bisa memahaminya." Fikri dulunya juga pernah menjadi kurir, jadi dia tahu betul bahwa kalau terjadi kesalahan, harus bertang
"Bibit pohon yang dibudidayakan selama tiga tahun mungkin lebih murah, tapi tingkat kematian akan lebih tinggi.Sedangkan bibit yang dibudidayakan selama lima tahun, tingkat kematian akan sangat rendah. Tentu saja, harganya jugaakan sedikit lebih mahal!" Pria paruh baya itu menjelaskan.Setelah mendengar penjelasan tersebut, tentu saja hati Fikri lebih memilih untuk membeli bibit pohon yang dibudidayakan selama tiga tahun! Perbedaan harganya terlalu jauh!"Ambilkan aku yang tiga tahun saja!" Kata Fikri kepada pria paruh baya, "Bungkus dengan baik dan ambilkan sedikit tanahnya, karena aku harus membawanya pulang!"Pria paruh baya itu masih tidak menyerah dan terus bertanya, "Kamu yakin tidak mau yang lima tahun? Tingkat kematiannya benar-benar rendah!" Fikri menggelengkan kepalanya.Fikri memiliki tanah dan mata air ajaib di dalam ruang miliknya, sehingga dia sama sekali tidak perlu khawatir tentangtingkat kematian pohon.Melihat tekad Fikri sudah bulat, pria paruh baya itu segera me
Hari pameran anggur nasional akhirnya tiba. Gedung pusat pameran di Kota Dakarta dipenuhi lautan manusia—mulai dari petani kecil, perusahaan besar, hingga jurnalis dan pengusaha asing. Semua membawa satu tujuan: mencari anggur terbaik, atau mencari kesempatan emas. Fikri datang lebih awal, membawa beberapa keranjang kecil anggur Sunrose pilihan. Ia mengenakan pakaian sederhana, tidak mencolok, namun aura tenang dan percaya dirinya tetap menarik perhatian. Di satu sisi, para pesaing mulai bergerak. Salah satu di antaranya adalah Raymond, pemilik perusahaan buah besar yang merasa harga buah-buahannya jatuh karena popularitas mendadak Sunrose milik Fikri. Raymond bukan tipe yang bertarung secara adil. Dia membawa tim khusus, menyamar sebagai pembeli dan jurnalis, berniat mengorek rahasia dari Fikri atau bahkan menjebaknya di depan umum. Mereka bahkan telah menyebarkan rumor: bahwa Fikri menggunakan pupuk terlarang atau manipulasi genetik ilegal. Namun, Fikri tetap tenang. Dia hanya fok
Setelah insiden paket misterius itu, suasana di rumah Fikri semakin dijaga ketat. Ia memperkuat keamanan dengan memasang kamera tambahan dan memastikan semua pintu serta jendela terkunci rapat. Di luar rumah, ancaman mulai bergerak lebih nyata. Musuh-musuh Fikri tidak hanya mengincarnya secara langsung, tapi juga mulai mengintai Chelsea dan Sisi, anak kecil Fikri, berharap menemukan celah dari sisi terlemahnya. Saat Chelsea dan Sisi bermain di taman, Fikri memperhatikan dari kejauhan, dan ia menyadari ada sosok mencurigakan yang duduk di kafe seberang, pura-pura membaca koran sambil sesekali mencuri pandang ke arah mereka. Pesaing Fikri ternyata bukan hanya dari dunia bisnis anggur, tetapi juga dari keluarga Chelsea, terutama Venna, yang kini memerintahkan orang-orang bayaran untuk membawa Chelsea kembali dengan segala cara. Malam itu, Fikri membuka pintu menuju ruang ajaib rahasianya. Di dalam, hamparan ladang tersembunyi dengan berbagai pohon ajaib tumbuh subur, termasuk anggur Sun
pagi itu, suasana di rumah Fikri mulai terasa... berbeda. Chelsea, yang biasanya ceria ketika bersama Sisi, kini lebih sering melamun. Sisi sendiri, anak kecil yang polos, mulai merasakan keanehan di sekelilingnya. Misalnya, saat dia sedang menggambar di ruang lukis, tiba-tiba lampu kedap-kedip sendiri. Padahal, tidak ada hujan, tidak ada korsleting. Dan lebih aneh lagi, Sisi bersumpah mendengar suara ketukan di jendela, padahal di luar kosong. ** Malam hari, Fikri memasang lebih banyak kamera CCTV dan sensor gerak di sekitar rumah. Dia bahkan memperkuat sistem keamanan pintu dan jendela. Namun, saat Fikri memeriksa rekaman CCTV... dia menemukan sesuatu yang membuat darahnya membeku. Tepat jam 3 dini hari, di pojok kamera paling sudut — ada sosok bayangan hitam berdiri diam, menatap ke arah rumah. Tapi ketika sensor gerak diaktifkan, bayangan itu menghilang secepat kilat, seperti asap yang tertiup angin. "Ini bukan pencuri biasa," gumam Fikri, wajahnya menegang. Dia tahu
Malam itu, suasana di rumah Fikri terasa lebih sunyi dari biasanya. Namun di balik keheningan, sesuatu sedang bergerak. Di ruang ajaib rahasia, Fikri berdiri di hadapan sebuah altar kristal. Tangannya perlahan menyentuh permukaan altar, membisikkan mantra ringan. Dari dalam altar, cahaya perlahan muncul, membentuk wujud-wujud mungil: Cermin Peri baru, lebih banyak dan lebih kuat. Vine Guardian — makhluk akar hidup yang bisa melilit musuh dengan cepat. Stone Sprout — semacam golem kecil dari batu, setia dan kuat. Mereka semua adalah bagian dari pertahanan pribadi Fikri, makhluk yang hanya bisa dipanggil dari ruang ajaib ini. ** Sementara itu di luar, orang-orang Tuan Grey mulai bergerak lebih berani. Salah satu agen, seorang pria berjaket hitam, menyelinap ke taman belakang rumah Fikri. Dia membawa alat kecil berbentuk jarum suntik — racun tidur tingkat tinggi. Targetnya bukan Fikri. Targetnya adalah Sisi, si anak kecil yang polos. Mereka berpikir: dengan
Langkah Leonard terhenti sejenak di depan pagar rumah Fikri. Meski tampak tenang di permukaan, hawa aneh menyelimuti sekitarnya. Udara berdesir berat, seolah waktu sendiri melambat. Leonard menatap alat canggih di tangannya — senjata pemecah ruang yang diklaim mampu mengusik bahkan kekuatan tersembunyi. Ia mengambil napas panjang, lalu menyalakannya. Dari ujung alat itu muncul kilatan biru, menembakkan gelombang energi yang menggetarkan tanah. Duarrr! Gelombang itu menghantam pagar rumah Fikri, namun bukan pagar biasa yang diserang — melainkan perisai energi tak kasat mata. Seketika, suara dentuman membelah malam, disusul oleh semburan cahaya keemasan yang membungkus seluruh halaman rumah. Leonard terdorong mundur beberapa langkah, terbatuk, kaget. "Apa-apaan ini?" gumamnya. ** Dari dalam, Fikri menatap layar pengamatannya dengan ekspresi dingin. Dia tahu, Leonard bukan musuh sembarangan. Orang ini nekat, licik, dan berani mempertaruhkan segalanya. Tanpa membuang waktu, Fikri
Beberapa minggu setelah insiden lucu di rumah Fikri, kabar tentang buah Anggur Sunrose miliknya sudah menyebar ke berbagai penjuru negeri. Banyak perusahaan besar, bahkan beberapa pengusaha luar negeri, mulai melirik peluang ini. Namun Fikri tetap kukuh dengan sistem lelangnya — hanya menjual ke penawar tertinggi, tanpa membuka rahasia sumber buah-buahnya. ** Sampai pada suatu hari, di sebuah lelang besar yang diadakan di sebuah hotel mewah di pusat kota, seorang pria berjas hitam muncul. Penampilannya rapi, wajahnya tegas, namun sorot matanya licik. Namanya adalah Leonard Hartanto — CEO perusahaan agrikultur raksasa bernama HartaFarm. Leonard bukan pengusaha biasa. Ia dikenal sebagai orang yang tidak segan memakai cara kotor untuk mendapatkan apa yang dia mau. Dan kini, target barunya adalah Fikri. ** Saat lelang dimulai, suasana terasa sedikit berbeda. Fikri, yang biasanya santai, kali ini merasa ada sesuatu yang janggal. Chelsea, yang duduk di sebelahnya, juga merasa
Beberapa hari setelah pameran Sejak kabar kemenangan Fikri tersebar ke seluruh negeri, telepon rumahnya tak pernah berhenti berdering. "Halo, Pak Fikri! Kami dari PT Buah Sejahtera, kami ingin kerja sama eksklusif! Harga tidak masalah!" "Pak Fikri, kami dari PT Nusantara Agro, mau beli semua anggur Anda, bahkan mau bayar tunai di muka!" "Pak Fikri! Kami ingin menjadi distributor tunggal buah Anda di seluruh Asia Tenggara! Kami siap membuatkan iklan TV nasional!" Satu per satu, tawaran datang dengan angka-angka menggiurkan. Ada yang menawarkan kontrak miliaran, ada juga yang menawarkan bonus pribadi, bahkan fasilitas vila mewah! ** Namun Fikri tetap tenang. Dia sudah punya rencana matang sejak awal. Malam itu, dia duduk di ruang keluarga bersama Nenek Lina, Chelsea, dan Sisi. Dengan santai, dia mengumumkan: "Aku tidak akan menerima tawaran langsung dari siapa pun." Chelsea kaget, "Lho? Tapi tawaran mereka tinggi semua, Fikri!" Nenek Lina juga mengernyit, "
Ruangan itu dipenuhi warna-warni yang hangat dan nyaman. Dindingnya penuh dengan lukisan hasil karya Sisi: bunga, matahari, rumah kecil, dan wajah-wajah tersenyum. Ada juga satu sudut ruangan yang dikhususkan untuk peralatan lukis—cat air, kuas, pensil warna, dan kertas berserakan di atas meja kecil. Sisi duduk bersila di atas karpet berbentuk awan, menggambar sesuatu dengan serius. Melihat Fikri masuk, dia langsung tersenyum lebar, "Ayah, lihat! Ini Bibi Chelsea!" Fikri melangkah mendekat dan melihat gambar itu. Di atas kertas putih, tergambar sosok seorang wanita cantik dengan rambut panjang, memegang tangan seorang gadis kecil yang mirip Sisi. Di atas kepala keduanya ada gambar hati berwarna merah muda. Fikri tersenyum, perasaannya jadi hangat. "Sisi menggambar ini sendiri?" tanyanya lembut. Sisi mengangguk semangat. "Iya! Karena Sisi suka Bibi Chelsea! Ayah juga suka, kan?" Fikri terdiam sejenak, wajahnya sedikit memerah. Dia mengacak-acak rambut Sisi dengan lembut. "Sisi me
Tidak dapat dipungkiri, Chelsea memang sangat cantik, dan kecantikannya mampu memikat pandangan dalam sekejap.Fikri adalah seorang manusia biasa.Masih memiliki nafsu.Pada saat ini, jantung Chelsea berdetak kencang dan wajahnya memerah!Seluruh rongga hidungnya penuh dengan hormon pria.Tubuh Fikri memiliki aroma yang sangat unik, bukan bau keringat pria biasa, juga bukan bau parfum murahan dari anak muda.Ini seperti aroma sayuran dan buah-buahan, tapi juga seperti aroma susu dari tubuh Sangat harum.Chelsea sangat menyukainya.Saat ini mereka berdua berdiri sangat dekat, suhu tubuh mereka saling tercampur, Chelsea merasa napasnya menjadi sesak.Terlalu... mesra.Untungnya, Sisi tidak membuat situasi canggung terlalu lama, dia berjalan berinjit dan dengan lembut mendekati Chelsea, lalu berkata, "Tadaaa! Bibi Chelsea! Buka matamu! Ini adalah hadiah dari Sisi untukmu!" Fikri merasa lega dan segera melepaskan tangannya dari mata Chelsea!Chelsea merasa cahaya masuk ke matanya, di tang