Kini Fiorella sudah menginjakkan kakinya di Seattle. Wanita itu mengedarkan pandangannya, seukir senyum kini terpahat di bibir tipisnya, ia menghela napasnya pelan.
Ia keluar dari area bandara dan memasuki sebuah taxi yang akan mengantarkannya ke apartemen milik Charlotte. 15 menit perjalanan, kini Fiorella sudah berada tepat di depan gedung apartemen yang besar, gadis itu melangkahkan kakinya mulai memasuki area dalam gedung. Namun tanpa sepengetahuannya seseorang kini tengah mengamatinya dengan mata hitam pekatnya, ia menekan earphone dan sudah tersambung dengan seseorang.
"She is in here, in Seattle," lapornya tanpa menunggu jawaban.
Fiorella mulai menghubungi Charlotte dan sedetik setelah ia menghubungi temannya itu, terdengar bunyi kode apartemen dan benar saja kini pintu apartemen itu terbuka lebar, memperlihatkan Charlotte dengan balutan jas kedokterannya. "Kau datang!"
"Maaf, terlambat," ucap Fiorella. Charlotte langsung memeluk Fiorella erat, ia tersenyum senang. "Maafkan aku, tapi aku harus berangkat kerja. Kau masuk saja dan temukan kamarmu di sebelah kiri yah, aku sudah memberinya tanda dengan namamu. Enjoy Fio."
"Apa?! Kenapa kau meninggalkanku?"
"Maafkan aku, aku buru-buru," ucap Charlotte dengan mencium pipi Fiorella kilat.
Charlotte melenggang dengan senyum di bibirnya, meninggalkan Fiorella yang mematung di depan pintu masuk. Gadis itu pun memasuki apartemen milik Charlotte, ia mengedarkan pandangannya menelisik untuk menemukan pintu kamarnya. Dan pandangannya terkunci pada pintu sebelah kiri dengan tulisan 'A specially room for the doughter of De Lavega'
Fiorella menggelengkan kepalanya, Charlotte tak pernah berubah. Temannya itu selalu mengagung-agungkan klan daddynya, sungguh! Fiorella tak suka itu semua. Ia ingin hidup wajar tanpa embel-embel De Lavega, ia ingin hidup normal layaknya Charlotte yang tenang dengan pekerjaannya sebagai seorang dokter. Fiorella ingin itu semua, tapi ia tau itu tak mudah ia dapatkan sebab ia adalah putri dari seorang Arthur De Lavega.
Mengenyahkan pikiran tentang statusnya, gadis itu kini sudah memutar knop pintu serta mendorongnya. Ia langsung memasuki kamar yang dimaksud oleh Charlotte dan mulai merebahkan tubuhnya yang lelah. "Nyaman sekali, ah. Rasanya aku ingin tidur sebentar," gumam gadis itu dengan senyum menawannya. Benar saja, sepuluh menit kemudian ia telah terbang ke alam mimpinya.
Pukul 12 siang, Charlotte pulang karena memang jam prakteknya sudah habis. Gadis yang berprofesi sebagai seorang dokter itu langsung memasuki apartmennya. "Fio! Dimana kau?" Panggilan Charlotte sama sekali tak berbalas. Gadis itu memasuki kamar Fiorella dan menemukan temannya tengah tertidur pulas dengan masih mengenakan pakaian yang sama saat ia datang kemari.
"Kau pasti sangat lelah."
"Tapi kau harus makan, maafkan aku karena harus membangunkanmu." Charlotte menjalankan kakinya mendekati ranjang, ia perlahan menepuk pipi kanan Fiorella dengan sedikit mengguncang tubuhnya.
"Fio bangun, kau harus makan siang."
"Emh, tinggalkan saja!" Baiklah! Kebiasaan gadis itu kembali.
"Aku bukan maid mu, katanya kau ingin mandiri kan? Bagaimana bisa mandiri jika untuk makan saja kau malas?!"
Perlahan kelopak mata itu terbuka, ia tatap mata Charlotte dan menggelengkan kepalanya. "Kau persis seperti Mommy ku!"
"Sudah ayo kita makan, tak baik untuk sistem pencernaanmu jika kau terlambat makan. Kau bisa terkena maag bagaimana jika maag kronis? Apa kau pikir memiliki peny_"
"Sudah cukup dokter cantik, aku dengar dan aku paham. Terimakasih ceramahnya. Sekarang aku boleh makan?"
"Ya, aku akan memasakkannya untukmu."
"Serius?"
"Ya."
"Aku ikut, aku ingin belajar memasak."
"Baiklah, ayo. Tapi sebelum itu kau mandilah dulu, tubuhmu masih penuh dengan kuman dan bakteri_"
"Astaga, Charlotte! Aku bersih!"
"Menurutmu! Sekarang mandi!"
"Okey, aku akan mandi!!"
Selepas gadis itu mandi, ia langsung menghampiri pantry dan menemukan Charlotte tengah bergelut dengan berbagai alat masak. Fiorella menjalankan kakinya tepat di belakang tubuh Charlotte. "Wah, apa yang sedang dokter ini masak?" tanya Fiorella membuat Charlotte sedikit kaget.
"Ya Tuhan, bisakah kau tak mengagetkanku?"
"Ah, maaf Charlotte," sesal Fiorella dengan senyum tipisnya.
"Ya, tidak apa-apa."
Hening kembali menyergap hingga saat Fiorella menyaksikan Charlotte mengangkat masakannya dan ditaruh di meja makan, Fiorella mengerutkan keningnya bingung. Seraya mendudukkan tubuhnya, Fiorella menatap penuh pertanyaan pada Charlotte."Em, kau sangat pintar memasak"
"Jangan berlebihan, hanya ratatouille dan macaron."
"Hanya? Ini luar biasa, kau bisa memasak makanan Prancis?"
"Daddy yang mengajarkannya padaku."
"Well, kalian memang luar biasa. Harus ku akui aku cukup malu pada Daddy dan Kakak ku. Kau tau betul kan kedua pria itu sama-sama pintar masak makanan khas Italia, tapi aku tak bisa! Sungguh aku sangat malu, Charlotte!"
"Sudahlah jangan pikirkan, sekarang ayo makan."
"Hm, baiklah."
Fiorella mulai memakan masakan yang dibuat oleh Charlotte, dua gadis itu sama-sama tersenyum dengan manis."Ini lezat, kau pintar sekali," puji Fiorella lagi.
"Fio, kau terlalu memujiku."
"Itu kenyataannya kau memang pintar memasak."
"Baiklah lupakan, bagaimana keadaan Kakak mu?"
"Kau tau betul, awalnya dia melarangku tapi aku terus membujuknya."
"Fio, aku juga heran dengan keputusanmu. Kau kerja di perusahaan Tuan Arthur dengan baik. Lalu kenapa kau ingin kemari dan menyambung kariermu?"
"Charlotte, telingaku panas setiap hari. Semua model mencaciku dan mereka mengatakan hal yang seharusnya tak dikatakan oleh seorang public figur."
"Ya, aku mengerti."
"Maka dari itu aku kemari, aku harus membungkam mulut mereka dengan prestasiku!"
"Sekarang kau ingin kemana?"
"Christian's Corp, aku akan mencoba karier ku di sana. Aku banyak mendengar kabar bahwa management itu cukup berkembang pesat disini. Mereka melahirkan model-model dengan baik dan prestasi di mana-mana. Aku ingin mencoba peruntungan ku di sana"
"Kapan kau akan ke sana?"
"Nanti pukul dua siang."
Hening tercipta, lebih tepatnya Fiorella menyambung acara makannya sedangkan Charlotte melirik ke arah jarum jam di tangannya. "Fio?"
"Hm?"
"Kau berangkat jam berapa?"
"Jam dua."
"Fio! INI SUDAH PUKUL 2 LEBIH LIMA BELAS MENIT!!" Mata Fiorella melebar seakan hendak keluar dari sarangnya, gadis itu kalap. Ia langsung terbatuk saking kagetnya. Charlotte segera memberikan Fiorella minum dan di tenggak sampai tak bersisa oleh gadis itu. Fiorella mendirikan tubuhnya ia langsung mengusap mulutnya dengan punggung tangannya seraya menggelengkan kepalanya. "SHIT!!"
Fiorella langsung berlari menuju kamarnya. Ia langsung mengganti bajunya di sana. Sementara di meja makan Charlotte tampak menyunggingkan senyum seraya menggelengkan kepalanya menatap pergerakan absurd Fiorella.
Fiorella meraih setelan yang sudah ia siapkan. Atasan berwana putih dengan bawahannya rok sepaha dikombinasikan dengan tas selempangnya. Selesai dengan mengganti bajunya, Fiorella lantas bergegas keluar dari kamarnya dengan menggunakan hells berwarna senada dengan roknya. Gadis itu sesekali hendak terjatuh hingga membuat Charlotte ikut teriak.
"HATI-HATI!"
"YA, DOAKAN AKU YAH!!" Fiorella keluar dari apartemen milik Charlotte dengan tergesa, kadang ia akan berlari atau berjalan cepat. Ia berhenti tepat di tepi jalan saat netranya melihat sebuah taxi melintas di depannya. Gadis itu langsung menaiki taxi itu dan mulai bernapas lega.
"Oke, tenanglah."
"Nona anda ingin kemana?" tanya Si supir taxi sopan.
"Ah, ke Christian's corp."
"Baik." Taxi itu mulai bergerak dengan laju sedang, gadis itu berkaca seraya merapikan wajahnya dengan rambutnya yang ia gelung ke atas menyisahkan beberapa anak rambutnya yang ada di tengkuk serta di dahinya.
Taxi itu berhenti tiba-tiba, Fiorella langsung menyimpan kacanya dan menatap si supir penuh pertanyaan. "Ada apa pak?"
"Maaf nona, bahan bakarnya habis."
"APA?!"
"Sebenarnya tadi aku akan mengisi bahan bakar, tapi nona terlanjur menaiki taxi ini."
"Jadi aku harus bagaimana?!" sungut Fiorella dengan wajahnya yang memerah.
"Maaf nona cari taxi lain saja, dan sebagai gantinya nona tak perlu membayar saya."
Fiorella mengutuk nasibnya yang buruk hari ini. Tapi ia tetap tak bisa meninggalkan si supir taxi begitu saja, ia meraih beberapa lembar dollar dan memberikannya pada supir taxi. "Maaf nona tapi saya_"
"Simpan saja, terimakasih. Lain kali cek dulu yah."
"Sekali lagi terimakasih." Fiorella memganggukkan kepalanya, ia keluar dari taxi itu dan menyusuri jalanan mencari taxi lain. Matanya mengedar dan sesekali melirik jam tangannya, pukul 2 lewat tiga puluh.
"Aku mohon jangan dulu!" Fiorella tau jadwal pembukaan model itu hanya sampai jam tiga lebih lima belas menit, jika ia gagal. Pupus sudah harapannya.
Ia mengangguk, lalu menatap si supir taxi. "Apa Christian' Corp masih jauh?"
"Tidak, 1 kilometer lagi dari sini."
"Baiklah" Oke, jadi ia harus berlari begitu?
Fiorella menganggukkan kepalanya, ia menghela napas lalu mulai membuka sepatunya. Gadis itu berlari sekencang yang ia bisa menyusuri jalanan Seattle yang padat. Saat sampai di tempat tujuan, gadis itu mengelap sisa keringat yang menetes tepat di pelipisnya. Ia menghembuskan napasnya pelan. "Kau sudah sampai!"
Ia mulai membenahi tampilannya, ia pakai kembali heels yang tadi ia bawa. Saat ia akan memasuki gedung itu tiba-tiba sebuah mobil Lykan Hypersport melintasinya dan sialnya mobil itu lewat tepat di atas kubangan air dan tentu saja air kotor itu mengenai kakinya hingga kini heels dan betisnya sudah terkotori dengan air kubangan.
"DOUBLE SHIT!!" Gadis itu berteriak histeris dengan menghentakkan kakinya gemas.
"BERHENTI KAU!!" Sedetik setelah teriakannya, mobil itu berhenti dan menampilkan seorang pria dengan balutan jas mahalnya yang berwarna hitam. Fiorella yang masih berada di ambang kemarahan langsung berlari dan menghampiri pelaku kerusuhan yang membuatnya tampak kacau.
"Dasar tak punya mata! Apa kau tak lihat aku tengah berjalan! Apa kau pikir ini jalanan milikmu sampai kau menjalankan mobilmu dengan kecepatan penuh?! Jawab aku jangan diam saja kau brengsek!" Makian Fiorella sama sekali tak berpengaruh terhadap pria itu, justru ia tertawa seraya melepaskan kaca matanya.
"Jangan marah-marah gadis kecil" Fiorella menahan nafasnya kala ia dipanggil anak kecil, sungguh! Jika pria ini adalah kakaknya, sudah pasti Fiorella akan memukulnya. "Memangnya apa yang ku perbuat?"
"Lihat ini! Kau harus bertanggung jawab!"
"Tanggung jawab? Memangnya kau hamil anak ku?"
Fiorella membuka mulutnya terkejut dengan ucapan pria gila di depannya saat ini. "IH, KAU PIKIR AKU MAU MENGANDUNG ANAK PRIA SEPERTI DIRIMU!?!"
"Di luar sana banyak yang memberikan rahimnya cuma-cuma hanya untuk mengandung pewarisku."
"Dasar pria gila!" Fiorella mendekatkan tubuhnya dengan tubuh pria yang sialnya sangat tinggi itu. Bahkan tinggi Fiorella hanya sampai dagunya saja, bahkan tinggi pria ini lebih dari tinggi badan Leonardo, kakaknya.
Bugh!
Satu tinjuan melayang begitu saja tepat di rahang pria itu. Dan tanpa menunggu balasannya, Fiorella berlari memasuki gedung Christian's Corp. "Interesting," gumam Christian seraya mengusap bekas pukulan Fiorella.
Kembali pada gadis berumur 19 tahun yang kini tengah membersihkan tubuhnya di toilet. Astaga! Ia sangat marah saat ini, ia sudah sangat berjuang untuk sampai di tempat ini, dan justru ia harus terkena banyak sekali masalah!
"Argh! Aku kesal!" Adunya dengan menunjuk dirinya sendiri di cermin toilet.
"Tenang Fio, jangan marah. Lihatlah make up nya nanti tak berguna!"
"Oke, tenang." Fiorella menghembuskan nafasnya pelan. Ia pun keluar dari dalam toilet.
Ia duduk sekitar sepuluh menit menunggu saatnya untuk menemui CEO dari Christian's Corp. Jujur, gadis itu pun tak tau siapa pemilik management ini, sebab yang ia tahu pemiliknya hanyalah seorang pria yang lahir dan besar di Seattle. Dan bodohnya lagi, Fiorella tak berusaha untuk mencari tau pemilik gedung dengan 35 lantai ini.
"Fiorella Fransisca?"
"Aku!"
"Silahkan Boss sudah menunggu anda."
"Baiklah, terimakasih," balas Fiorella dengan senyum manisnya.
Ia memegang knop pintu dan memutarnya. Gadis itu merapihkan terlebih dahulu penampilannya tanpa melihat ke depan dan ternyata.
Brak!
Tubuh Fiorella sudah terjerembab di atas lantai, gadis itu mengaduh kesakitan dan meringis saat mengetahui bahwa atasannya telah basah dengan cairan, sial! Ini orange juice! Gadis itu berdiri dengan susah payah, ia langsung mengibaskan tangannya di tempat tumpahan jus jeruk itu. "Maafkan aku." Suara bariton berhasil menghentikan gerakan tangan Fiorella.
Ia menaikkan penglihatannya dan tebak siapa yang menabraknya? Ya! Itu adalah pria yang sama saat di depan gedung tadi!!!
"KAU!! KENAPA KAU SELALU MENGACAUKAN HARI KU?! AKU HARUS BERTEMU DENGAN CEO DISINI! LALU SEKARANG AKU HARUS BAGAIMANA?! HIKS" Baiklah, gadis itu menangis. Ia memang cengeng, dan ia sudah merasa lelah, mulai dari taxi yang kehabisan bahan bakar hingga membuatnya harus berlari sejauh satu kilometer, lalu terciprat air kubangan dan sekarang bajunya kotor! Aish! Apa lagi yang tidak menyedihkan dari hari ini?!
"Aku minta maaf, hai jangan menangis."
"Aku lelah kau tau hiks. Aku berlari kemudian kau mencipratkan air kubangan padaku! Sekarang kau menumpahkan minumanmu padaku hiks, Mommy." Gadis itu benar-benar menangis hingga membuat hidungnya memerah seketika.
Seorang pria datang dengan cepat dari arah belakang. "Tuan anda baik?"
"Aku baik Liam."
"Tapi Tuan, anda tadi di bentak?"
"Liam, aku baik."
"Maafkan aku tuan Christian."
Deg! Ucapan pria dengan aksen orang Asia itu berhasil membuat Fiorella menghentikan tangisannya begitu saja. Ia tatap pria biang masalahnya dengan tatapan penuh permohonan.
"Kau pemilik Christian's Corp?" tanya Fiorella dengan jantung yang gila-gilaan di dalam sana.
"Ya, dia Christian Xander. CEO Christian's Corp," jelas pria yang dipanggil Liam.
Baiklah, baiklah. Rasanya Fiorella ingin terjun saja ke dalam palung mariana. "Selamatkan aku Tuhan!"
♣♣♣
TO BE CONTINUED...
Fiorella menundukkan penglihatannya, sungguh! Ia takut menatap manik coklat seorang Christian Xander. Gadis itu memainkan tangannya yang dingin.Astaga! Apa yang telah ia lakukan?! Ia baru saja membentak bahkan memaki pemilik Christian's Corp. "Maafkan aku" Cicit Fiorella tanpa melihat manik Christian."Nona...""Fio, namaku Fiorella""Yah, nona Fiorella jangan khawatir aku tidak apa-apa" Ujar Christian pelan."Tapi aku baru saja memaki dan menghajarmu tadi" Lagi-lagi ucapan itu ia ucapkan tanpa melihat wajah Christian yang tengah tersenyum melihat rona merah di kedua pipi Fiorella.Ia angkat dagu Fiorella dengan ibu jari kanannya, lalu ia selami manik hazelnut milik gadis itu. "Jangan menunduk, tatap lawan bicaramu jika sedang bicara Nona Fio""Ah, a-aku benar-benar minta maaf Mr. Xander""Tak apa, jangan pikirkan.""Tapi waktu untuk audisi modellingnya sudah habis ya?" Tanya Fiorella dengan wajah yang terlihat sangat menggemaskan.Christian menatap jam tangan rolex yang melingkar di
Seorang pria dengan setelan jaket kulit dan celana jeans hitam memasuki sebuah bangunan mirip rumah namun kesan mengerikan begitu kentara dirasakan.Black Eclips memiliki arti sebagai gerhana hitam. Persis seperti namanya, kelompok ini bergerak layaknya hewan nokturnal, mereka lebih suka bergerak kala malam datang hingga keesokan paginya mereka berubah menjadi orang biasa. Gerhana tampak indah jika dilihat dengan bantuan saat menyaksikannya namun berbahaya apabila dilihat hanya dari satu sisi yang salah. Seperti itulah Black Eclips ini berdiri. Mereka akan baik apabila tak ada musuh dan mereka akan kejam apabila ada yang berusaha merusak teritorialnya. Siapa sangka kelompok yang terlihat besar ini nyatanya adalah gembong mafia yang menguasai kawasan Asia. Kekuasaannya hampir setara dengan gembong mafia besar seperti The Devil yang dipegang oleh keturunannya yang ke empat, Don Alfonzo Renzuis di tanah Sisilia, Italia. Namun perbedaannya adalah, The Devil lebih memiliki sifat manusiawi
Fiorella berpose dengan berbagai gaya di setiap model baju yang ia kenakan. Aura kecantikannya begitu terpancar jelas saat ini, beberapa orang di sana bahkan terlihat mencuri-curi pandang pada gadis berumur 19 tahun itu.Tak terkecuali pemilik dari gedung Christian's Corp ini. Pria itu dengan alis yang menaut menatap tanpa celah gadis yang ada di hadapannya saat ini. Bahkan Christian dengan sangat bodohnya tak berkedip menatap kecantikan yang terpancar dari putri orang yang membunuh ayahnya.Melihat tubuh Fiorella yang hanya dibalut crop top mampu mengalihkan perhatian Christian. Sialnya baju rajut yang seharusnya dipakai oleh gadis itu ia gunakan dan ia ikat di pinggangnya. Kini kulit putih Fiorella semakin membuat Christian teralihkan, ia bahkan seakan tak ingin melewatkan satu detik pun untuk menatap Fiorella.Gadis itu berpose dengan sangat cantik, tubuhnya yang mungil dan kulitnya yang putih bersih dan jangan lupakan manik hazelnutnya yang sanga
Fiorella membuka matanya perlahan, gadis itu perlahan bangun dari tidurnya dan menyandarkan tubuhnya tepat di kepala ranjang, ia menggeliat pelan lalu matanya menelisik seisi kamar apartemennya. Tak lama terdengar dering ponsel yang mengganggu pendengarannya. Ia langsung meraih ponselnya dan melihat si penelepon. Matanya langsung membulat saat membaca nama si penelepon.New Boss CallingFiorella langsung menggeser ikon hijau, ia langsung menempelkan ponselnya di telinganya. "Ya, ada apa boss?""Sedang apa?""Aku baru saja bangun tidur.""Baru bangun?""Iya maaf.""Kau lupa hari ini ada jadwal pemotretan?""Apa?!""Aku bahkan ada di depan pintu apartemen mu.""APA?!""Berhenti teriak, telingaku sakit.""Ah, maafkan aku boss.""Bisa kau buka kan pintu apartemen mu Ms. De Lavega?""Baiklah, tolong tunggu sebentar.""Aku selalu menunggumu.""Tapi aku belum bersiap.""Tak apa, buka kan saja pintunya.""Em, baiklah." Fiorella mematikan sambungan teleponnya, ia segera menyibakkan selimutnya
Christian menatap para kru yang terlihat kacau, beberapa dari staf pembantu berlarian ke sana kemari. Pria itu langsung berjalan cepat menuju Liam yang tengah mengarahkan beberapa model untuk memasuki tenda."Liam," panggil Christian yang langsung membuat Liam membalikkan tubuhnya."Tuan?""Ada apa?" tanya Christian tanpa basa-basi. "Maaf tuan, ada kecelakaan kecil""Apa?""Nona Fio, ia terluka.""Apa?!""Ia menginjak kerang yang tajam, Tuan. Dan darahnya lumayan banyak." Tanpa menjawab ucapan Liam, Christian langsung bergegas menuju kerumunan orang yang ada di tepi pantai. Pria itu langsung menerobos kerumunan orang itu dan menatap Fiorella yang tengah meringis kesakitan. Christian langsung menjongkokkan tubuhnya menatap Fiorella dari bawah. "Bagaimana bisa terjadi?""Sst, tak apa. Aku baik," jawab Fiorella pelan."Baik katamu? Lihatlah, darahmu tak berhenti!"Fiorella menatap wajah pias Christian, entahlah. Melihat ekspresi yang ditampilkan oleh Christian justru membuatnya semakin
Siang berganti malam, Fiorella kini sudah berada di dalam mobil milik Christian. Pria itu menatap jalan dari kaca mobilnya sementara asistennya Liam mengendarai mobil itu.Sebenarnya jika dibilang suka, Fiorella kurang suka. Sebab ia masih merasa ragu atas kesungguhan Christian, gadis itu pun ragu mengenai hubungan keduanya. Sebab belum genap satu minggu, tapi Christian sudah berlaku layaknya seorang suami. Dan jujur saja, apabila Christian memang benar-benar serius, mungkin Fiorella akan memikirkannya."Fio?""Ya?" Fiorella menolehkan kepalanya menatap Christian"Kau melamun?""Tidak, aku tak melamun," jawab Fiorella dengan menggelengkan kepalanya."Tapi sedari tadi kau hanya berdiam, ku kira kau tengah memikirkan sesuatu.""Tidak, aku hanya memikirkan masalah kakakku.""Memangnya kenapa.""Aku hanya tak menyangka ia akan menikah.""Ini kehidupan Fio, kau pun pasti akan menikah nanti.""Ya, kau benar.""Baiklah, jangan pikirkan lagi," ujar Christian pelan seraya mengusap puncak kepal
"Kurang ajar! Mati kau nenek sihir!!" Fiorella bergegas keluar dari mansion bahkan ia tak memperdulikan dress yang dipakainya kotor karena terseret tanah."Aku akan merusak penampilanmu, lihat saja kau Medusa!" Fiorella memasuki mobil milik Leonardo ia mengendarai mobil itu dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia menuju mansion keluarga Carrington. Sesampainya di sana, ia langsung turun bahkan ia cukup kesusahan karena gaunnya, ia lantas meraih gunting yang tersimpan di dalam dashboard mobil dan menggunting bagian bawah dressnya sampai di bawah lutut. "HABIS KAU!"Dengan cepat Fiorella keluar dari mobilnya, ia tanpa mempedulikan penampilannya yang berantakan memasuki mansion itu tanpa permisi. "MEDUSA KELUAR KAU SIALAN!!""MEDUSA!!!" Tak lama beberapa orang berpakaian serba hitam mencegat langkah lebar Fiorella."Jangan halangi aku! Aku putri De Lavega! Jika kau berani melawanku kau akan berakhir di pinggir jalan!!" ancam Fiorella yang berhasil membuat orang itu membuka jalan untukny
Arthur dan Tabitha membelalak kala melihat sosok gadis yang tengah berada di dalam gendongan Alexander. Arthur langsung mendirikan tubuhnya dan berjalan cepat ke arah anak buahnya itu. "Ada apa Alex? Kenapa Fio sampai seperti ini?" tanya Arthur seraya memindahkan tubuh putrinya ke dalam gendongannya."Uncle Alex tak tau apapun Dad, biar aku yang ceritakan.""Baiklah, kembali bekerja Alex." Alexander menganggukkan kepalanya, pria itu lantas keluar dari mansion sementara Arthur berjalan ke arah sofa dan merebahkan tubuh putrinya di sana. Tabitha menghampiri ayah dan anak itu, ia mendudukkan tubuhnya di samping Fiorella. Matanya menelisik bak laser memperhatikan setiap jengkal tubuh putrinya hingga matanya terkunci pada kaki Fiorella yang dibalut perban. "Astaga, apa yang terjadi? Mengapa kakimu diperban? Kau terluka?" Pertanyaan beruntun keluar dari bibir Tabitha, wanita itu mengusap dahi putrinya lembut."Jawab Fio," tekan Arthur yang tak tahan dengan diamnya Fiorella."Aku mendapat
Reoxane menatap Charlotte yang berada di hadapannya saat ini, mereka saat ini berada di resort mewah milik Arthur di Bali, yah Indonesia. Entah mengapa pak Tua itu memberikam hadiah ini untuk Charlotte dan Reoxane katanya sebagai ucapan permintaan maaf atas permintaan konyol Arthur pada Reoxane waktu itu yang berakhir menyakiti kedua insan itu. "Apa yang kau pikirkan?" tanya Reoxane seraya mengusap lengan Charlotte.Charlotte menggelengkan kepalanya pelan dan balik menggenggam tangan Reoxane. "Tak ada Kak Reo, hanya seperti mimpi bisa seperti ini denganmu. Ku rasa aku masih tinggal di hayalan," lirih Charlotte yang langsung menciptakan senyum misterius di bibir Reoxane.Tanpa di duga Reoxane mendaratkan kecupan singkatnya di pipi Charlotte yang membuat Charlotte membelalakan matanya bahkan semburat merah sudah menyebar di kedua pipi gadis itu. "Masihkah merasa mimpi?" tanya Reoxane dibalas anggukan dari Charlotte."Tapi lebih indah," jawabnya kemudian mulai memakan hidangan yang disaj
Two month leter...Reoxane mengusap kepala Charlotte yang bersandar di dadanya, ya mereka tengah menikmati angin malam di tepi pantai Maldives. Sebenarnya ini hanya liburan biasa sebagai hadiah peresmian hubungan mereka. Sebenarnya Reoxane ingin memberitahukan kabar bahagia ini pada Fiorella tapi Charlotte menahannya karena memang keadaan rumah tangga sahabat mereka itu sedang renggang tetapi saat ini Reoxane mengernyitkan dahinya saat membaca pesan dari Christian."Ada apa?" tanya Charlotte penasaran dengan mimik wajah Reoxane yang seketika berubah."Christian mengirimkan pesan, aneh sekali.""Maksudmu?" tanya Charlotte langsung bangun dari baringannya kemudian Reoxane memberikan pesan yang dikirimkan oleh Christian. "Kurasa terjadi sesuatu dengan mereka, haruskah kita ke Seattle sekarang?" tanya Reoxane penuh kekhawatiran bagaimanapun Fiorella adalah anak dari tuannya dan meskipun rasa itu sudah tidak ada lagi tapi keadaan Fiorella masih penting untuk Reoxane."Ya, ayo." Charlotte m
"Kak Reo?" panggil Charlotte dengan suara seraknya, si empu nama pun segera melangkahkan kakinya mendekati Charlotte dan meraih tangan gadis itu lalu menggenggamnya pelan. "Bagaimana kondisimu?" tanya Reoxane dibalas anggukan dari Charlotte."Aku baik Kak, apalagi melihatmu," ucapnya pelan."Aku akan menjagamu.""Terimakasih, tapi jika ini permintaan Fio lebih baik jangan Kak. Aku tak ingin merepotakanmu.""Sama sekali tidak, aku tak kerepotan sama sekali.""Terimakasih."Sejak saat itu keduanya lebih dekat, Reoxane selalu menggenggam tangan Charlotte saat gadis itu melakukan kemoterapi, perlahan perhatian Reoxane meningkat dan untuk meninggalkan Charlotte sendiri rasanya Reoxane tak mampu. Ia akan membawa Charlotte menikmati sunset di pagi hari meskipun gadis itu dengan kursi rodanya seperti saat ini. Reoxane meraih tangan Charlotte dan menyampingkan rambut gadis itu ke sisi kanan dan ia menumpukan dagunya di sisi kiri bahu Charlotte. "Apa kau masih mencintai ku?" tanya Reoxane yang
Charlotte POV Sejak melihatnya entah mengapa duniaku teralihkan, tatapan matanya yang tajam mengalihkan perhatianku pada yang lain, aku ingin ia menatapku penuh cinta seperti saat ia menatap mata sahabatku, Fiorella. Mungkin gila jika dipikirkan dan berharap aku akan tinggal di hatinya yang terlihat sudah memiliki pengisi, aku ingin menyerah dan berhenti mengharapkannya tapi apa daya rasanya duniaku adalah dia, pekerjaanku kadang ku lupakan hanya saat dia berada di dekatku hingga akhirnya sahabatku menikah aku bahagia sangat bahagia karena ia bahagia tapi ternyata itu hanya sementara kebahagiaan Fiorella terhenti saat sebuah fakta terkuak Christian, suami sahabatku itu menikahi Fiorella hanya untuk ajang balas dendam dan yang lebih menyakitkan untukku adalah bagaimana perhatian pria yang ku cintai tertuju pada satu nama dan itu hanya Fiorella.Hatiku menanas seketika tapi aku tak bisa berkata, aku hanya berharap penyakitku akan berhenti dan pergi dari tubuh lemahku yang sudah banyak
Christian dan Fiorella menuruni tangga dengan tangan yang saling menaut, terlihat jelas sekali ketakutan yang tergambar di wajah Christian tapi sekali lagi eratan tangan Fiorella berhasil membuat pria itu melupakan ketakutannya. "Kita jalani dan hadapi ini bersama, right?" bisik Fiorella diangguki oleh Christian.Arthur menatap putra putrinya dengan senyum tipis yang tersungging di bibirnya, hingga Fiorella dan Christian duduk dihadapannya saat ini. "Dad, aku ingin bicara," ucap Christian diangguki oleh Arthur."Katakan apa yang ingin kau katakan Christian, aku mendengarkan," jawab Arthur.Christian menghembuskan napasnya pelan lalu menatap Arthur kembali. "Aku bersedia bertemu dengan Uncle Gustav tapi aku minta tolong Dad.""Katakan apa yang kau butuhkan, son?""Aku butuh pengawalan ketat untukku dan Fiorella, kami hanya takut terjadi sesuatu dan Uncle Gustav justru menyakiti Fiorella maupun Axa," pinta Christian dianguki oleh Arthur. Pria yang sudah berumur itu meraih ponselnya dan
One years leter..."Jadi Christian, apa yang akan kau lakukan sekarang? Semua sudah berlalu setahun yang lalu dan percayalah kami sudah memaafkanmu," ujar Arthur dengan menepuk bahu Christian. Pria itu mengangguk lalu membalas tatapan mata ayah mertuanya, sudah satu tahun semenjak kejadian itu kini Christian terlihat sangat berbeda ia menjadi pria yang hangat dan tak ada lagi kekejaman di matanya, ia melupakan dunia hitamnya dan mengikuti langkah yang diambil oleh Arthur yaitu keluar dari dunia mafia dan berbalik memeluk keluarganya seakan tak pernah terlibat dalam masalah kejahatan dan sebagainya, ia mengangguk lalu tersenyum manis. "Seperti yang kau tau Dad, aku tak akan kembali ke dunia itu lagi, sudah cukup aku dimanfaatkan sedemikian rupa demi keberhasilan orang lain dan justru merugikanku," kata Christian dengan senyum tipisnya membuat Arthur mengangguk penuh bangga."Kau tau, aku selalu berpikir aku salah dengan menjerumuskan Leonardo di dalam kubangan itu tapi putraku itu te
Meeting Room, The Highest TableChristian menatap satu persatu para kepala mafia yang duduk dengan tatapan penuh pertanyaan padanya, mereka bertanya-tanya untuk apa Christian mengumpulkan mereka mendadak."Aku tau, mungkin kalian bingung mengapa aku mengumpulkan kalian lagi disini di ruang pertemuan ini. Selama aku menduduki kursi tertinggi The Highest Table aku menjadi pribadi yang kurang bersyukur dan tak memandang sekitar, aku selalu bekerja tanpa perasaan dan mengandalkan obsesiku. Semua gembong mafia besar sudah aku taklukan dengan kelompokku, Black Eclips. Aku tau mungkin ini cukup mengagetkan jika kalian dengar namun ini benar-benar keputusan terakhirku.""Aku mengambil alih The Highest Table dengan cara yang kurang baik tidak seperti Regnarok ataupun pemimpin sebelumnya. Aku tau, mungkin ini memang bukan milikku oleh karena itu aku akan memberikan kembali pada pemilik aslinya.""Aku Christian Xander memberikan The Highest Table kembali pada Regnarok, Leonardo De Lavega," ucap
Dua minggu sejak Christian sadar dari komanya, kini pria itu menatap malu-malu pada Fiorella entahlah ia hanya merasa seperti seorang gadis yang mabuk cinta, perasaan kurang ajar!"Christian," panggil Arthur pelan dan Christian pun menolehkan kepalanya menatap Arthur.Ya, sejak bayangan sang Mommy yang memintanya berhenti dendam pada pria yang tak lain adalah mertuanya itu, Christian benar-benar melupakan dendamnya meskipun setiap ia melihat manik Baby Axa ia terbayang kembali dengan sang Daddy, Damian. Namun Christian saat ini bisa dengan mudah mengontrol dirinya sendiri. "Ya Dad? Ada masalah?"Arthur melepaskan garpu dan sendok dari tangannya kemudian menyatukan tangannya di atas meja makan ia tatap menantunya dengan penuh kedinginan. "Daddy ingin bicara padamu, bisakan? Ada Leonardo juga tapi aku butuh tempat seperti markas? Kau bisakan memberi kami waktu untuk mengisi Black Eclips sebentar hanya untuk memberi mu sesuatu.""Ya Dad, tentu saja kapanpun Daddy butuhkan." Arthur mengan
2 month later...Fiorella menatap wajah suaminya yang sudah dua bulan ini tak membuka kelopak mata, wanita itu mencium telapak tangan Christian yang besar dan lumayan dingin, pria itu seakan sangat nyaman dalan tidurnya. Decit pintu berhasil membuat Fiorella menolehkan kepalanya dan menemukan Tabitha tengah menggendong Axa. "Sepertinya Axa haus, kau susui dulu.""Ya, baiklah." Fiorella menerima bayinya dengan hati-hati lalu kembali menatap Tabitha dengan sendu."Bersabarlah, Mommy yakin ia akan segera sadar.""Ya, semoga.""Mommy keluar dulu.""Terimakasih sudah menjaga Axa Mom.""Ya, sama-sama." Tabitha melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Christian kemudian berjalan menuju Arthur yang masih duduk dengan pandangan kosongnya.Kembali ke dalam ruangan Christian, Fiorella mulai menyusui Axalion sementara tangan kanannya ia gunakan untuk menggenggam tangan Christian. "Cepat sadar Tian, aku merindukanmu," lirihnya dengan suara lembut seraya menatap sekilas pada wajah pucat Christian.