Fiorella berpose dengan berbagai gaya di setiap model baju yang ia kenakan. Aura kecantikannya begitu terpancar jelas saat ini, beberapa orang di sana bahkan terlihat mencuri-curi pandang pada gadis berumur 19 tahun itu.
Tak terkecuali pemilik dari gedung Christian's Corp ini. Pria itu dengan alis yang menaut menatap tanpa celah gadis yang ada di hadapannya saat ini. Bahkan Christian dengan sangat bodohnya tak berkedip menatap kecantikan yang terpancar dari putri orang yang membunuh ayahnya.
Melihat tubuh Fiorella yang hanya dibalut crop top mampu mengalihkan perhatian Christian. Sialnya baju rajut yang seharusnya dipakai oleh gadis itu ia gunakan dan ia ikat di pinggangnya. Kini kulit putih Fiorella semakin membuat Christian teralihkan, ia bahkan seakan tak ingin melewatkan satu detik pun untuk menatap Fiorella.
Gadis itu berpose dengan sangat cantik, tubuhnya yang mungil dan kulitnya yang putih bersih dan jangan lupakan manik hazelnutnya yang sangat membuat Christian kepayang. Tak tahan dengan godaan yang begitu menggebu, Christian mendirikan tubuhnya ia menjalankan kakinya tepat di samping fotografer yang tengah memotret Fiorella.
Christian mengusap dagunya dengan jari telunjuk seraya bergumam. Pikirannya ingin membenci gadis di depannya saat ini, namun hatinya justru sebaliknya, ia bahkan tak bisa diam saja disini. Ada sesuatu dalam dirinya yang menginginkan untuk merengkuh tubuh mungil Fiorella. Ia ingin merasakan bagaimana tubuh kecil itu begitu pas di dalam dekapannya, ia ingin merasakan tangan itu ia genggam dengan erat. Ia juga ingin merasakan_ ah sial! Jangan berpikiran bodoh Christian! Ingat dendam mu! Batin Christian menggila.
Christian menggelengkan kepalanya dengan cepat, ia enyahkan seluruh pikiran bodohnya. Christian menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, ia tatap sekitar dan ia pun menyilangkan tangannya di depan dada. "Sudah cukup, ini waktu siang. Kita akan lanjutkan lagi!" instruksi Christian berhasil merebut atensi semua orang teralihkan. Mereka mengangguk setuju dengan gagasan yang diberikan oleh bossnya itu.
Perlahan semua orang mulai keluar dari sana. Menyisakan Fiorella yang masih mengganti bajunya, wajar sebab Fiorella yang terakhir memperagakan busananya. Saat Fiorella baru saja keluar dari kamar ganti, gadis itu sedikit terkejut mendapati Christian yang berada di depan pintu kamar ganti. "Boss, apa yang kau lakukan disini?" tanya Fiorella dengan alis yang saling menaut.
"Menunggu seseorang." Sontak saja ucapan Christian itu membuat Fiorella bingung, ia tatap sekeliling yang tampak kosong. "Tapi disini sudah tidak ada orang. Mereka tengah makan siang."
"Kau benar."
"Lalu siapa yang tengah kau tunggu?"
"Kau."
"Apa?! Aku?!"
"Ya," balas Christian santai.
"Do you want to lunch together with me?"
"Em, aku_"
"Aku tak akan memaksa."
"Baiklah."
"Aku tak memaksamu."
"Iya, aku tau. Tapi aku lapar."
"Baiklah." Mereka pun keluar dari dalam ruangan photoshoot dan hendak menuju ke area pantry, namun tangan Fiorella terlebih dahulu di cegah oleh Christian. "Kenapa boss? Bukan kah pantry ada di sebelah sana?"
"Siapa bilang kita makan di pantry?"
"Lalu, kita makan dimana?" tanya Fiorella dengan menatap penuh pertanyaan pada Christian.
"Di luar."
"Luar kantor?"
"Jangan bodoh!"
"Maaf." Mereka berjalan beriringan, Fiorella menghentikan sejenak langkah kakinya saat Christian memasuki mobil Lamborghini Reventor yang terparkir apik di tempat parkir khusus CEO. Christian membunyikan klaksonnya sekali guna menyadarkan Fiorella dari lamunannya.
"Ayo masuk!"
"Ah, iya."
"Apa kau berusaha mengkodeku untuk menggendongmu masuk mobil?" tanya Christian berhasil melukiskan semburat merah di kedua pipi Fiorella.
"Aku_"
"Jangan pikirkan, aku bercanda."
"Ah iya." Fiorella membuka mobil Christian dan langsung memasuki kendaraan itu. Hening kembali menyergap sesaat setelah mobil itu bergerak keluar dari tempat parkir.
"Kau tau?" Fiorella mengalihkan tatapannya pada Christian yang tengah fokus menyetir mobil.
"Entah mengapa, melihatmu mengingatkanku akan seseorang."
"Ya? Siapa?"
"Ada, seseorang."
"Maaf."
"Tak apa." Fiorella memang sedikit gugup berdekatan dengan pria yang tengah menyetir mobil ini, rasanya kejadian kemarin masih berputar jelas diotaknya. Dan jujur, ia masih amat malu jika menatap manik Christian.
Tak lama mobil itu menepi di salah satu restoran besar bergaya Yunani kuno. Christian menatap Fiorella seraya melepaskan sabuk pengamannya. "Kau tak mau keluar?"
"Ah, iya." Fiorella menjawab dengan gugup seraya melepas seatbeltnya.
Christian keluar dan memutari mobilnya, pria itu langsung membukakan pintu mobilnya untuk Fiorella. Gadis itu keluar dengan senyum terimakasih untuk Christian. "Ayo masuk," ajak Christian dengan meminta tangan Fiorella. Gadis itu mengangguk seraya mengulurkan tangannya menyentuh telapak tangan besar milik Christian.
Mereka berjalan dengan tangan yang saling manaut, Christian pun dengan pelan membuka pintu untuk mereka. Ia menarik salah satu kursi dan menyuruh Fiorella duduk dengan matanya. Mereka duduk saling berhadapan, Fiorella sesekali melirik menelisik seisi restoran yang dipenuhi dengan lukisan-lukisan kuno. "Ini restoran lama yang diperbarui kembali, wajar isinya beberapa lukisan kuno," ucap Christian seakan mengerti pemikiran Fiorella.
"Ya, aku hanya kagum." Tak lama pelayan datang dan menawarkan beberapa menu makanan.
"Kau pesan apa?" tanya Christian pelan.
"Aku ikut saja," jawab Fiorella dengan senyum tipisnya.
"Moussaka 2 dan sebotol wine," ucap Christian pelan.
"Baik, tunggu sebntar." Pelayan itu beringsut pergi meninggalkan Christian dan Fiorella di sana.
"Jadi, boleh aku bertanya beberapa hal padamu?" tanya Christian pelan.
"Boleh, silahkan asal aku bisa menjawabnya."
"Em, pertama. Jika aku boleh tau, sebenarnya siapa nama keluargamu? Karena di data dirimu kau hanya memberikan nama Fransisca, aku yakin itu hanya nama tengahmu, right?"
"Ya, kau benar itu adalah nama tengahku."
"Lalu?"
"Tolong jangan pecat aku setelah aku mengatakan siapa aku sebenarnya, aku mohon."
"Baiklah, katakan."
"Em, namaku Fiorella Fransisca… De Lavega," cicit Fiorella dengan memelankan dua kata terakhirnya. "De Lavega?!"
"Aku mohon, jangan pecat aku," ucap Fiorella cepat kala melihat reaksi Christian yang terlihat sangat kaget. "Bagaimana bisa kau berada disini?"
"Ceritanya panjang."
"Astaga, jadi kau putri tunggal Arthur De Lavega?"
"Ya, dia Daddy ku."
"Dan kau bekerja padaku?"
"Ku mohon."
"Baiklah, tapi kenapa? Maksudku De Lavega Group's adalah perusahaan besar, Daddy mu bahkan memiliki cabang di bidang Fashion artinya kau bisa bekerja di sana."
"Ya, aku ..." Fiorella menghentikan ucapannya kala pelayan datang dan memberikan pesanan mereka. Fiorella menatap dengan lapar makanan yang tersaji di atas meja mereka. "Bisa aku ceritakan nanti, aku sangat lapar," pinta Fiorella dengan puppy eyesnya.
"Baiklah." Christian mengangguk paham, ia pun mulai menyantap makannya.
"Em, boleh aku tau, ini apa?" tanya Fiorella dengan menunjuk makannya.
"Itu Moussaka hidangan lapisan dari tumisan terong, daging cincang, tomat, bawang, bawang putih dan rempah-rempah seperti kayu manis dan sedikit kentang. Kemudian sebagai topping akhir ditambah keju dan saus," jawab Christian membuat Fiorella menggeleng tak percaya.
"Kau tau sedetail itu?"
"Aku menyukainya, jadi aku paham isinya," ujar Christian seraya meminum winenya.
"Ini enak," puji Fiorella dengan mulut yang terisi Moussaka.
"Telan dulu."
"Maaf." Fiorella menelan makannya dengan pelan, sungguh! Walaupun ia berumur 19 tahun tapi jika sudah dihadapkan dengan makanan semua jiwa dewasanya hilang begitu saja.
Christian mengulurkan tangannya meraih sebuah tisu dan membersihkan sisa makanan di sudut bibir Fiorella. Sedangkan si empunya sudah terdiam bak patung hanya menyisakan degub jantung yang berdegub dua kali lebih cepat. "Kau persis seperti anak kecil," ucap Christian setelah membersihkan sudut bibir Fiorella.
"Terimakasih."
"Ya, lanjutkan." Fiorella mengangguk dan mulai menikmati makanannya lagi.
"Apa aku boleh bertanya lagi?"
"Ya, silakan."
"Jadi alasannya?" Fiorella menghentikan acara makannya, ia meminum wine lalu menghapus jejak wine dari bibirnya menggunakan punggung tangannya.
Ia menyatukan tangannya di atas meja seakan ingin bicara serius, tatapan matanya mulai menyendu. "Kau tau, aku sudah bekerja pada Daddy selama satu tahun. Aku bahkan mempercepat kuliahku hanya karena aku ingin mengejar mimpiku. Tapi sialnya para model bermulut tajam itu selalu saja membicarakan hal-hal buruk tentang aku! Padahal aku tak ada masalah sama sekali dengan mereka! Aku bahkan sanggup mendepak mereka dari menagemant Daddy apabila aku mengatakan apa yang telah mereka lakukan terhadapku pada kakakku, tapi aku tau. Kalau aku melakukan itu, justru mereka akan semakin mengolok-olok aku, dan pastinya mereka juga semakin memandangku sebagai anak yang sangat manja. Padahal kan aku tak seperti itu, jadi aku memutuskan setelah aku lulus kuliah aku ke Seattle untuk membangun karier ku disini. Nah, kebetulan aku mendengar tentang Christian's Corp. Aku tau jadi aku ikut dengan management mu," jelas Fiorella panjang lebar dengan deru napasnya yang cepat sebab ia bicara tanpa jeda.
"Kau mendengarkan ucapan mereka dan mempersulit dirimu sendiri?"
"Akh! Aku kesal kau tau, setiap hari telingaku panas mendengar omong kosong mereka! Aku sudah tak tahan! Rasanya aku ingin sekali menjahit mulut mereka agar mereka tak bicara lagi! Sungguh! Aku kesal saat ini!" desis Fiorella dengan nafas yang menggebu-gebu.
"Tenanglah, minum dulu." Christian yang paham pun langsung mengusap lengan atas Fiorella seraya memberikan segelas wine untuk gadis itu. Fiorella meminumnya sampai tandas, ia menatap Christian dan sedetik setelah itu.
"ASTAGA! Maafkan aku, sungguh aku tak bermaksud menjadikanmu sebagai tempat luapan emosiku."
"Tak apa, aku suka caramu berucap seakan tak ada jeda seperti tadi, sangat menggemaskan," ujar Christian dengan senyum manisnya
"Boss ini ada saja, kau membuatku malu, eh!" Fiorella menutup mulutnya cepat dengan kedua matanya yang membulat sempurna. Christian tertawa pelan, ia mengacak-acak rambut hitam Fiorella pelan. "Kenapa kau sangat lucu?"
"Aku tak tau," jawab Fiorella dengan senyum manisnya.
"Ayo makan lagi." Fiorella menganggukkam kepalanya dan kembali menyambung acara makannya.
Mereka memakan makanannya dengan tenang. Sesekali Fiorella mencuri pandang pada Christian yang tengah sibuk memainkan ponselnya saat ini.
"Ada apa?" tanya Christian tanpa melihat pada Fiorella.
"Eh tidak, kau maksudku boss. Kenapa sepertinya sangat sibuk?"
"Tak ada, hanya masalah kecil."
"Baiklah."
Setelah mereka selesai makan, Christian dan Fiorella bergegas kembali memasuki mobil Christian dan bergerak kembali ke Christian's Corp. Mereka berjalan beriringan memasuki gedung dengan 35 lantai itu. Christian menatap Fiorella. "Selamat bekerja."
"Terimakasih," jawab Fiorella dengan senyum tipisnya.
Christian mengangguk dan ia pun berlalu memasuki ruangan photoshoot untuk kembali menyambung pekerjaannya. Sementara di dalam ruangan Christian, pria itu berjalan seraya melepas tautan kancing jas miliknya. Ia mendudukkan tubuhnya di kursi kebesarannya seraya memijit pelipisnya pelan.
Tak lama terdengar ketukan pintu dari luar. "Masuk!" Pintu terbuka menampilkan Liam dengan rambut yang sudah ia cat putih. Pria asia itu berjalan menghampiri bossnya dan berdiri tepat di samping kiri Christian.
"Rambut baru Liam?"
"Ya, Boss. Aku bosan."
"Terserah!"
Liam duduk di depan Christian dan ia pun mengotak-atik ipad yang ia bawa di tangan kanannya. "Boss, ada proyek."
"Katakan."
"Kau tau Thomas?"
"Penyelundup itu?"
"Ya, ada keuntungan besar." Christian menegakkan tubuhnya menatap Liam penuh pertanyaan. "Maksudmu?"
"Pria tua itu ingin mengirim sepuluh box besar senjata terbaru yang akan ia antarkan ke Italia malam ini dengan kapal pesiar miliknya."
"Siapa pemilik senjata itu?"
"Kaki tangan The Devil, boss."
"Milik Alfonzo?"
"Ya."
"Lawan yang imbang."
"Jadi bagaimana boss? Apa kau tertarik untuk mencegatnya?"
"Ya, siapkan. Kita akan bergerak malam ini. Pastikan tak ada siapapun yang mengetahui, jangan sampai The Devil tau keberadaan Black Eclips."
"Tentu Boss, semua orang mengenal kita dengan Night Mafia. Itu karena kita yang bergerak di malam hari, tanpa meninggalkan jejak sedikitpun."
"Bagus, kita akan berusaha hancurkan relasi Regnarok. Agar nanti kita bisa merebut kekuasaan Regnarok, sudah terlalu lama Regnarok berada diatas. Sudah saatnya Black Eclips memimpin mafia di seluruh dunia! Regnarok sudah tak lagi pantas!" desis Christian dengan seringainya. "Tentu boss."
***
Fiorella menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, pukul empat sore yang artinya saat ini Charlotte pasti sudah pulang.
Gadis itu berjalan memasuki salah satu mall dan mulai mencari bahan-bahan makanan. Ia meraih beberapa snack dan keperluan untuk apartemen nanti termasuk beberapa pewangi ruangan. Netra gadis itu terhenti kala melihat sebuah tas keluaran terbaru dari Hermes. Ia mendekati tas itu dan menatapnya sebentar, gadis itu berjingkrak dengan pelan lalu ia tersenyum manis.
Bagaimana Fiorella tak senang, tas itu adalah Hermes Birkin bag sudah dari lama ia mengincar tas itu dan baru saat ini ia dapat menemukan tas itu. Langsung saja ia meminta pada pelayan untuk mengepaknya. Gadis itu berjalan menuju salah satu kasir. "Berapa totalnya?"
"Semuanya termasuk tas ini jadi dua juta dollar nona."
"Ah tunggu." Fiorella meraih black card dari Arthur dan memberikannya pada kasir.
Ia pulang dari mall dengan senyum yang sangat manis, gadis itu langsung memasuki salah satu taxi dan bergerak menuju apartemen milik Charlotte.Setelah sampai Fiorella langsung meletakkan barang belanjaannya di meja sementara ia berjalan ke kamarnya dengan memeluk tas yang baru saja ia beli.
Gadis itu langsung memeriksa dan mencoba tas itu. "OH MY GOD! MY DREAM IS COME TRUE!" teriaknya kencang. Charlotte yang baru saja pulang langsung berlari dan menatap Fiorella yang tengah berkaca dengan menenteng tas barunya. "Apa ini Fio?"
"Eh?" Fiorella berbalik dan menatap Charlotte.
"Charlotte! Lihat ini incaranku!"
Charlotte menggelengkan kepalanya, lalu ia menyuruh Fiorella duduk ia pun duduk disampingnya. "Kau bilang ingin berubah?"
"Iya."
"Kalau begitu untuk apa menghamburkan uang hanya untuk satu tas?"
"Tapi ini_"
"Aku mengerti, tapi jika kau ingin hidup mandiri. Cobalah hidup dengan sederhana."
Fiorella merenung sebentar, ia pun mengangguk lalu menatap Charlotte. "Kau benar, terimakasih telah menyadarkan ku. Aku janji tak menghamburkan uang lagi."
"Bagus." Fiorella memeluk Charlotte erat. "Aku belanja ayo masak!"
"Tapi."
"Ayo!" Mereka pun bergegas memasuki pantry.
♣♣♣
Fiorella membuka matanya perlahan, gadis itu perlahan bangun dari tidurnya dan menyandarkan tubuhnya tepat di kepala ranjang, ia menggeliat pelan lalu matanya menelisik seisi kamar apartemennya. Tak lama terdengar dering ponsel yang mengganggu pendengarannya. Ia langsung meraih ponselnya dan melihat si penelepon. Matanya langsung membulat saat membaca nama si penelepon.New Boss CallingFiorella langsung menggeser ikon hijau, ia langsung menempelkan ponselnya di telinganya. "Ya, ada apa boss?""Sedang apa?""Aku baru saja bangun tidur.""Baru bangun?""Iya maaf.""Kau lupa hari ini ada jadwal pemotretan?""Apa?!""Aku bahkan ada di depan pintu apartemen mu.""APA?!""Berhenti teriak, telingaku sakit.""Ah, maafkan aku boss.""Bisa kau buka kan pintu apartemen mu Ms. De Lavega?""Baiklah, tolong tunggu sebentar.""Aku selalu menunggumu.""Tapi aku belum bersiap.""Tak apa, buka kan saja pintunya.""Em, baiklah." Fiorella mematikan sambungan teleponnya, ia segera menyibakkan selimutnya
Christian menatap para kru yang terlihat kacau, beberapa dari staf pembantu berlarian ke sana kemari. Pria itu langsung berjalan cepat menuju Liam yang tengah mengarahkan beberapa model untuk memasuki tenda."Liam," panggil Christian yang langsung membuat Liam membalikkan tubuhnya."Tuan?""Ada apa?" tanya Christian tanpa basa-basi. "Maaf tuan, ada kecelakaan kecil""Apa?""Nona Fio, ia terluka.""Apa?!""Ia menginjak kerang yang tajam, Tuan. Dan darahnya lumayan banyak." Tanpa menjawab ucapan Liam, Christian langsung bergegas menuju kerumunan orang yang ada di tepi pantai. Pria itu langsung menerobos kerumunan orang itu dan menatap Fiorella yang tengah meringis kesakitan. Christian langsung menjongkokkan tubuhnya menatap Fiorella dari bawah. "Bagaimana bisa terjadi?""Sst, tak apa. Aku baik," jawab Fiorella pelan."Baik katamu? Lihatlah, darahmu tak berhenti!"Fiorella menatap wajah pias Christian, entahlah. Melihat ekspresi yang ditampilkan oleh Christian justru membuatnya semakin
Siang berganti malam, Fiorella kini sudah berada di dalam mobil milik Christian. Pria itu menatap jalan dari kaca mobilnya sementara asistennya Liam mengendarai mobil itu.Sebenarnya jika dibilang suka, Fiorella kurang suka. Sebab ia masih merasa ragu atas kesungguhan Christian, gadis itu pun ragu mengenai hubungan keduanya. Sebab belum genap satu minggu, tapi Christian sudah berlaku layaknya seorang suami. Dan jujur saja, apabila Christian memang benar-benar serius, mungkin Fiorella akan memikirkannya."Fio?""Ya?" Fiorella menolehkan kepalanya menatap Christian"Kau melamun?""Tidak, aku tak melamun," jawab Fiorella dengan menggelengkan kepalanya."Tapi sedari tadi kau hanya berdiam, ku kira kau tengah memikirkan sesuatu.""Tidak, aku hanya memikirkan masalah kakakku.""Memangnya kenapa.""Aku hanya tak menyangka ia akan menikah.""Ini kehidupan Fio, kau pun pasti akan menikah nanti.""Ya, kau benar.""Baiklah, jangan pikirkan lagi," ujar Christian pelan seraya mengusap puncak kepal
"Kurang ajar! Mati kau nenek sihir!!" Fiorella bergegas keluar dari mansion bahkan ia tak memperdulikan dress yang dipakainya kotor karena terseret tanah."Aku akan merusak penampilanmu, lihat saja kau Medusa!" Fiorella memasuki mobil milik Leonardo ia mengendarai mobil itu dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia menuju mansion keluarga Carrington. Sesampainya di sana, ia langsung turun bahkan ia cukup kesusahan karena gaunnya, ia lantas meraih gunting yang tersimpan di dalam dashboard mobil dan menggunting bagian bawah dressnya sampai di bawah lutut. "HABIS KAU!"Dengan cepat Fiorella keluar dari mobilnya, ia tanpa mempedulikan penampilannya yang berantakan memasuki mansion itu tanpa permisi. "MEDUSA KELUAR KAU SIALAN!!""MEDUSA!!!" Tak lama beberapa orang berpakaian serba hitam mencegat langkah lebar Fiorella."Jangan halangi aku! Aku putri De Lavega! Jika kau berani melawanku kau akan berakhir di pinggir jalan!!" ancam Fiorella yang berhasil membuat orang itu membuka jalan untukny
Arthur dan Tabitha membelalak kala melihat sosok gadis yang tengah berada di dalam gendongan Alexander. Arthur langsung mendirikan tubuhnya dan berjalan cepat ke arah anak buahnya itu. "Ada apa Alex? Kenapa Fio sampai seperti ini?" tanya Arthur seraya memindahkan tubuh putrinya ke dalam gendongannya."Uncle Alex tak tau apapun Dad, biar aku yang ceritakan.""Baiklah, kembali bekerja Alex." Alexander menganggukkan kepalanya, pria itu lantas keluar dari mansion sementara Arthur berjalan ke arah sofa dan merebahkan tubuh putrinya di sana. Tabitha menghampiri ayah dan anak itu, ia mendudukkan tubuhnya di samping Fiorella. Matanya menelisik bak laser memperhatikan setiap jengkal tubuh putrinya hingga matanya terkunci pada kaki Fiorella yang dibalut perban. "Astaga, apa yang terjadi? Mengapa kakimu diperban? Kau terluka?" Pertanyaan beruntun keluar dari bibir Tabitha, wanita itu mengusap dahi putrinya lembut."Jawab Fio," tekan Arthur yang tak tahan dengan diamnya Fiorella."Aku mendapat
Two weeks later...Fiorella menatap boneka yang diberikan oleh Christian, gadis itu tersenyum manis mengingat saat Christian memberikan boneka itu. Walaupun sudah dua minggu ia mendapatkan hadiah itu, namun rasanya ia terus berbunga-bunga saat melihat boneka itu.Tak lama ponsel gadis itu berdering, ia langsung meraih dan menggeser ikon hijau kala nama Mommy nya tertera di layar ponsel. "Ya Mom? Ada apa menghubungiku?""Hai Sweetie, apa kabarmu?""Aku baik Mom, selalu. Bagaimana kabar Daddy dan Mommy?""Mommy baik, begitupun dengan Daddy mu.""Kakak? Apa dia masih memikirkan si medusa itu?""Bahkan lebih dari melupakan.""Maksudmu Mom?""Ia bahkan akan menikah besok pagi.""APA?!""Hentikan teriakanmu! Kau membuat telinga Mommy sakit.""Em, maaf Mom.""Jadi kau pulanglah kemari. Mommy yakin kali ini ia tak akan batal menikah.""Kenapa Mommy sangat yakin?""Yah, karena kakak mu yang bre*gsek itu berhasil menumbuhkan nyawa di rahim wanita polos itu.""DOUBLE SHIT!!! KAKAK GILA!""Jangan
Fiorella menatap layar ponselnya yang sedari tiga detik yang lalu menyala. Gadis itu lantas meraih dan memeriksa ponselnya, terdapat dua pesan dari satu orang yang sama, dan tentu saja itu dari bossnya, Christian. "Aku tak berniat mengganggu acara keluargamu, tapi maaf kau harus pulang sekarang Fio. Salah satu owner dari brand yang akan kau peragakan meminta untuk bertemu langsung denganmu. Aku sudah berusaha berbicara perlahan tentang keadaanmu tapi ia tak mengerti.""Hubungi aku jika kau sudah membaca pesanku." Fiorella langsung menghubungi Christian seperti yang pria itu katakan. "Tian?""Ya, Fio. Maafkan aku_""Tak apa, aku mengerti. Ini memang salahku jadwal ini sudah ditentukan lama dan aku memutusnya sepihak. Wajar jika mereka marah.""Aku sudah berusaha semampuku_""Tak apa Tian, aku akan pulang sekarang. Bisa kau bujuk mereka?""Ya, aku akan berbicara lagi dengan mereka.""Baiklah, aku tutup.""Ya, happy nice day.""Thank you." Fiorella menutup sambungan teleponnya, ia langsu
Fiorella berpose dengan berbagai gaya di depan lensa kamera. Gadis itu tersenyum manis di tengah sesi pemotretan yang sedang ia lakukan. Saat waktu istirahat tiba seorang pria datang dengan membawa sebotol air mineral untuk Fiorella. "Terimakasih Tian.""Ya, sama-sama. Lunch together?""Of course yes." Christian menanggapi Fiorella dengan senyum manisnya, kedua orang itu keluar dari ruang photoshoot dan berjalan beriringan memasuki area pantry."So, bagaimana kabar kakakmu?" tanya Christian dengan meminum kopinya."Aku mendapat kabar dari dua minggu yang lalu, mereka terlihat bahagia. Tak ada masalah," jawab Fiorella dengan memasukkan pasta ke mulutnya."Syukurlah.""Ya, syukurlah." Christian menatap Fiorella lekat, pria itu perlahan mengulurkan tangannya guna menggapai tangan Fiorella. Ia menggenggam erat telapak tangan Fiorella yang tiba-tiba mendingin."Kau gugup?" Christian semakin mengeratkan genggaman tangannya seraya menatap kedua manik Fiorella."A-aku hanya, tidak aku baik."
Reoxane menatap Charlotte yang berada di hadapannya saat ini, mereka saat ini berada di resort mewah milik Arthur di Bali, yah Indonesia. Entah mengapa pak Tua itu memberikam hadiah ini untuk Charlotte dan Reoxane katanya sebagai ucapan permintaan maaf atas permintaan konyol Arthur pada Reoxane waktu itu yang berakhir menyakiti kedua insan itu. "Apa yang kau pikirkan?" tanya Reoxane seraya mengusap lengan Charlotte.Charlotte menggelengkan kepalanya pelan dan balik menggenggam tangan Reoxane. "Tak ada Kak Reo, hanya seperti mimpi bisa seperti ini denganmu. Ku rasa aku masih tinggal di hayalan," lirih Charlotte yang langsung menciptakan senyum misterius di bibir Reoxane.Tanpa di duga Reoxane mendaratkan kecupan singkatnya di pipi Charlotte yang membuat Charlotte membelalakan matanya bahkan semburat merah sudah menyebar di kedua pipi gadis itu. "Masihkah merasa mimpi?" tanya Reoxane dibalas anggukan dari Charlotte."Tapi lebih indah," jawabnya kemudian mulai memakan hidangan yang disaj
Two month leter...Reoxane mengusap kepala Charlotte yang bersandar di dadanya, ya mereka tengah menikmati angin malam di tepi pantai Maldives. Sebenarnya ini hanya liburan biasa sebagai hadiah peresmian hubungan mereka. Sebenarnya Reoxane ingin memberitahukan kabar bahagia ini pada Fiorella tapi Charlotte menahannya karena memang keadaan rumah tangga sahabat mereka itu sedang renggang tetapi saat ini Reoxane mengernyitkan dahinya saat membaca pesan dari Christian."Ada apa?" tanya Charlotte penasaran dengan mimik wajah Reoxane yang seketika berubah."Christian mengirimkan pesan, aneh sekali.""Maksudmu?" tanya Charlotte langsung bangun dari baringannya kemudian Reoxane memberikan pesan yang dikirimkan oleh Christian. "Kurasa terjadi sesuatu dengan mereka, haruskah kita ke Seattle sekarang?" tanya Reoxane penuh kekhawatiran bagaimanapun Fiorella adalah anak dari tuannya dan meskipun rasa itu sudah tidak ada lagi tapi keadaan Fiorella masih penting untuk Reoxane."Ya, ayo." Charlotte m
"Kak Reo?" panggil Charlotte dengan suara seraknya, si empu nama pun segera melangkahkan kakinya mendekati Charlotte dan meraih tangan gadis itu lalu menggenggamnya pelan. "Bagaimana kondisimu?" tanya Reoxane dibalas anggukan dari Charlotte."Aku baik Kak, apalagi melihatmu," ucapnya pelan."Aku akan menjagamu.""Terimakasih, tapi jika ini permintaan Fio lebih baik jangan Kak. Aku tak ingin merepotakanmu.""Sama sekali tidak, aku tak kerepotan sama sekali.""Terimakasih."Sejak saat itu keduanya lebih dekat, Reoxane selalu menggenggam tangan Charlotte saat gadis itu melakukan kemoterapi, perlahan perhatian Reoxane meningkat dan untuk meninggalkan Charlotte sendiri rasanya Reoxane tak mampu. Ia akan membawa Charlotte menikmati sunset di pagi hari meskipun gadis itu dengan kursi rodanya seperti saat ini. Reoxane meraih tangan Charlotte dan menyampingkan rambut gadis itu ke sisi kanan dan ia menumpukan dagunya di sisi kiri bahu Charlotte. "Apa kau masih mencintai ku?" tanya Reoxane yang
Charlotte POV Sejak melihatnya entah mengapa duniaku teralihkan, tatapan matanya yang tajam mengalihkan perhatianku pada yang lain, aku ingin ia menatapku penuh cinta seperti saat ia menatap mata sahabatku, Fiorella. Mungkin gila jika dipikirkan dan berharap aku akan tinggal di hatinya yang terlihat sudah memiliki pengisi, aku ingin menyerah dan berhenti mengharapkannya tapi apa daya rasanya duniaku adalah dia, pekerjaanku kadang ku lupakan hanya saat dia berada di dekatku hingga akhirnya sahabatku menikah aku bahagia sangat bahagia karena ia bahagia tapi ternyata itu hanya sementara kebahagiaan Fiorella terhenti saat sebuah fakta terkuak Christian, suami sahabatku itu menikahi Fiorella hanya untuk ajang balas dendam dan yang lebih menyakitkan untukku adalah bagaimana perhatian pria yang ku cintai tertuju pada satu nama dan itu hanya Fiorella.Hatiku menanas seketika tapi aku tak bisa berkata, aku hanya berharap penyakitku akan berhenti dan pergi dari tubuh lemahku yang sudah banyak
Christian dan Fiorella menuruni tangga dengan tangan yang saling menaut, terlihat jelas sekali ketakutan yang tergambar di wajah Christian tapi sekali lagi eratan tangan Fiorella berhasil membuat pria itu melupakan ketakutannya. "Kita jalani dan hadapi ini bersama, right?" bisik Fiorella diangguki oleh Christian.Arthur menatap putra putrinya dengan senyum tipis yang tersungging di bibirnya, hingga Fiorella dan Christian duduk dihadapannya saat ini. "Dad, aku ingin bicara," ucap Christian diangguki oleh Arthur."Katakan apa yang ingin kau katakan Christian, aku mendengarkan," jawab Arthur.Christian menghembuskan napasnya pelan lalu menatap Arthur kembali. "Aku bersedia bertemu dengan Uncle Gustav tapi aku minta tolong Dad.""Katakan apa yang kau butuhkan, son?""Aku butuh pengawalan ketat untukku dan Fiorella, kami hanya takut terjadi sesuatu dan Uncle Gustav justru menyakiti Fiorella maupun Axa," pinta Christian dianguki oleh Arthur. Pria yang sudah berumur itu meraih ponselnya dan
One years leter..."Jadi Christian, apa yang akan kau lakukan sekarang? Semua sudah berlalu setahun yang lalu dan percayalah kami sudah memaafkanmu," ujar Arthur dengan menepuk bahu Christian. Pria itu mengangguk lalu membalas tatapan mata ayah mertuanya, sudah satu tahun semenjak kejadian itu kini Christian terlihat sangat berbeda ia menjadi pria yang hangat dan tak ada lagi kekejaman di matanya, ia melupakan dunia hitamnya dan mengikuti langkah yang diambil oleh Arthur yaitu keluar dari dunia mafia dan berbalik memeluk keluarganya seakan tak pernah terlibat dalam masalah kejahatan dan sebagainya, ia mengangguk lalu tersenyum manis. "Seperti yang kau tau Dad, aku tak akan kembali ke dunia itu lagi, sudah cukup aku dimanfaatkan sedemikian rupa demi keberhasilan orang lain dan justru merugikanku," kata Christian dengan senyum tipisnya membuat Arthur mengangguk penuh bangga."Kau tau, aku selalu berpikir aku salah dengan menjerumuskan Leonardo di dalam kubangan itu tapi putraku itu te
Meeting Room, The Highest TableChristian menatap satu persatu para kepala mafia yang duduk dengan tatapan penuh pertanyaan padanya, mereka bertanya-tanya untuk apa Christian mengumpulkan mereka mendadak."Aku tau, mungkin kalian bingung mengapa aku mengumpulkan kalian lagi disini di ruang pertemuan ini. Selama aku menduduki kursi tertinggi The Highest Table aku menjadi pribadi yang kurang bersyukur dan tak memandang sekitar, aku selalu bekerja tanpa perasaan dan mengandalkan obsesiku. Semua gembong mafia besar sudah aku taklukan dengan kelompokku, Black Eclips. Aku tau mungkin ini cukup mengagetkan jika kalian dengar namun ini benar-benar keputusan terakhirku.""Aku mengambil alih The Highest Table dengan cara yang kurang baik tidak seperti Regnarok ataupun pemimpin sebelumnya. Aku tau, mungkin ini memang bukan milikku oleh karena itu aku akan memberikan kembali pada pemilik aslinya.""Aku Christian Xander memberikan The Highest Table kembali pada Regnarok, Leonardo De Lavega," ucap
Dua minggu sejak Christian sadar dari komanya, kini pria itu menatap malu-malu pada Fiorella entahlah ia hanya merasa seperti seorang gadis yang mabuk cinta, perasaan kurang ajar!"Christian," panggil Arthur pelan dan Christian pun menolehkan kepalanya menatap Arthur.Ya, sejak bayangan sang Mommy yang memintanya berhenti dendam pada pria yang tak lain adalah mertuanya itu, Christian benar-benar melupakan dendamnya meskipun setiap ia melihat manik Baby Axa ia terbayang kembali dengan sang Daddy, Damian. Namun Christian saat ini bisa dengan mudah mengontrol dirinya sendiri. "Ya Dad? Ada masalah?"Arthur melepaskan garpu dan sendok dari tangannya kemudian menyatukan tangannya di atas meja makan ia tatap menantunya dengan penuh kedinginan. "Daddy ingin bicara padamu, bisakan? Ada Leonardo juga tapi aku butuh tempat seperti markas? Kau bisakan memberi kami waktu untuk mengisi Black Eclips sebentar hanya untuk memberi mu sesuatu.""Ya Dad, tentu saja kapanpun Daddy butuhkan." Arthur mengan
2 month later...Fiorella menatap wajah suaminya yang sudah dua bulan ini tak membuka kelopak mata, wanita itu mencium telapak tangan Christian yang besar dan lumayan dingin, pria itu seakan sangat nyaman dalan tidurnya. Decit pintu berhasil membuat Fiorella menolehkan kepalanya dan menemukan Tabitha tengah menggendong Axa. "Sepertinya Axa haus, kau susui dulu.""Ya, baiklah." Fiorella menerima bayinya dengan hati-hati lalu kembali menatap Tabitha dengan sendu."Bersabarlah, Mommy yakin ia akan segera sadar.""Ya, semoga.""Mommy keluar dulu.""Terimakasih sudah menjaga Axa Mom.""Ya, sama-sama." Tabitha melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Christian kemudian berjalan menuju Arthur yang masih duduk dengan pandangan kosongnya.Kembali ke dalam ruangan Christian, Fiorella mulai menyusui Axalion sementara tangan kanannya ia gunakan untuk menggenggam tangan Christian. "Cepat sadar Tian, aku merindukanmu," lirihnya dengan suara lembut seraya menatap sekilas pada wajah pucat Christian.