Fiorella membuka matanya perlahan, gadis itu perlahan bangun dari tidurnya dan menyandarkan tubuhnya tepat di kepala ranjang, ia menggeliat pelan lalu matanya menelisik seisi kamar apartemennya. Tak lama terdengar dering ponsel yang mengganggu pendengarannya. Ia langsung meraih ponselnya dan melihat si penelepon. Matanya langsung membulat saat membaca nama si penelepon.
New Boss Calling
Fiorella langsung menggeser ikon hijau, ia langsung menempelkan ponselnya di telinganya. "Ya, ada apa boss?"
"Sedang apa?"
"Aku baru saja bangun tidur."
"Baru bangun?"
"Iya maaf."
"Kau lupa hari ini ada jadwal pemotretan?"
"Apa?!"
"Aku bahkan ada di depan pintu apartemen mu."
"APA?!"
"Berhenti teriak, telingaku sakit."
"Ah, maafkan aku boss."
"Bisa kau buka kan pintu apartemen mu Ms. De Lavega?"
"Baiklah, tolong tunggu sebentar."
"Aku selalu menunggumu."
"Tapi aku belum bersiap."
"Tak apa, buka kan saja pintunya."
"Em, baiklah." Fiorella mematikan sambungan teleponnya, ia segera menyibakkan selimutnya lalu memasuki kamar mandi untuk merapihkan sedikit penampilannya. Setelah selesai, gadis itu langsung bergegas ke arah pintu namun tepat di daun pintu terdapat sebuah note.
"Maafkan aku Fio, aku harus cepat pergi pagi ini. Keluargaku sedang ada sedikit masalah, aku harus ke mansion Daddy ku. Semoga pagimu menyenangkan"
-Charlotte-
"Pantas saja dia tak membangunkanku," gumam Fiorella namun sedetik setelah itu ia terkesiap karena mendengar bunyi bell. Fiorella langsung menekan kode apartemen milik Charlotte dan saat pintu terbuka terlihat Christian tengah melipat tangannya di depan dada seraya menatap Fiorella dengan mengangkat satu alisnya. "Maaf membuatmu menunggu."
"Tak apa."
"Oh, silakan masuk." Christian mengangguk, pria itu berjalan memasuki apartemen milik Charlotte dan ia duduk di sofa tepat berhadapan dengan TV.
"Em, sebenarnya aku belum mandi."
"Maka mandilah, aku akan menunggumu disini."
"Tapi_"
"Jangan membantah atasanmu, Fio."
"Tapi itu akan lama."
"Maka aku akan tetap menunggu."
"Boss, aku_"
"Mandilah, atau kau ingin aku mandikan?"
"Eh?"
"Aku bercanda." Fiorella tersenyum kikuk, ia menganggukkan kepalanya dan akhirnya membalikkan tubuhnya memasuki kamarnya.
Gadis itu dengan cepat memasuki kamar mandi, ia segera membersihkan tubuhnya. Setelah selesai ia langsung memasuki walk in closet. Gadis itu kini sudah siap dengan menggunakan dress putih selutut dengan corak bunga disertai dengan kalung berliontin kecil. Ia berkaca sebentar dan ia pun segera berjalan keluar kamarnya. Terlihat Christian tengah bermain dengan ponselnya, bahkan pria itu tak merasakan kehadiran Fiorella di belakangnya. "Boss?" Christian menaikkan penglihatannya, ia menatap Fiorella dengan mengangkat satu alisnya. "Sudah siap?"
"Iya."
"Ayo kita pergi bekerja."
"Ya." Fiorella berdiri dengan menautkan jemarinya gugup.
Sementara Christian tengah mendirikan tubuhnya dan berjalan mendekati Fiorella. Jarak mereka tak lebih dari lima jengkal. Pria itu seakan mengungkung tubuh mungil Fiorella. "Kau? Kenapa diam? Dan mengapa kau menutup matamu?" tanya Christian pelan tepat di depan telinga kanan Fiorella.
"Ah, aku aku tak apa!" Christian tersenyum miring, ia lalu meraih jemari Fiorella dan ia pun meraih sebuah kotak dari dalam saku celana bahannya.
Fiorella hanya diam seraya memperhatikan apa yang dilakukan oleh Christian, hingga matanya membulat saat pria itu memasangkan benda bulat tepat di jarinya. Christian melepaskan tangannya dan ia menatap ekspresi yang ditampilkan oleh Fiorella. "A-apa ini?"
"Cincin."
"Ya, maksudku. Ini untuk apa?" tanya Fiorella dengan menautkan alisnya bingung.
"Itu penanda."
"Penanda?" tanya Fiorella dengan berbagai pertanyaan yang berputar di kepalanya. Christian menganggukkan kepalanya, ia lalu mendekati wajah Fiorella berbisik di telinga gadis itu. "Penanda bahwa kau adalah milikku."
Kedua bola mata Fiorella membulat sempurna. Gadis itu bahkan lupa caranya menghirup udara, ia menahan napasnya sesaat hingga Christian menepuk bahunya. "Bernapaslah, Fio."
"Ah, maaf."
"Bisa kita pergi?"
"Em, ya tentu saja." Christian mengangguk, pria itu lantas menarik tangan Fiorella hingga kini tangan Fiorella melilit lengan kanannya. Mereka berjalan keluar dari apartemen dan segera memasuki mobil Lamborghini Sesto Elemento milik Christian.
Fiorella diam tanpa kata di dalam mobil pria yang menjadi bossnya tersebut, baru dua hari mereka bertemu. Tapi, mengapa Christian seakan sudah mengenalnya selama bertahun-tahun, sebegitu mudahnya pria itu mengklaim adik Leonardo ini dengan waktu 48 jam! Ini mustahil!
Saat Christian tengah memasang seatbeltnya, pria itu sedikit melirik ke arah Fiorella. Ia mengulurkan tangannya menggapai kepala gadis itu dan menggerakkannya perlahan. "Ada yang kau pikirkan?"
"Em, tidak. Tapi aku agak janggal." Christian membenahi duduknya, ia tatap tanpa celah gadis disampingnya. "Katakan, apa yang janggal."
"Em, aku .…"
"Katakan!" tekan Christian dengan menatap penuh intimidasi pada Fiorella.
Gadis itu perlahan menundukkan kepalanya, ia takut menatap manik tajam milik Christian. "Aku, entahlah. Kurasa hubungan antara aku dan kau itu ... Tidak wajar," jawab Fiorella dengan memelankan dua kalimat terakhirnya.
Christian memasang wajah seriusnya dan jujur saja, Fiorella takut menatap wajah tegas pria di sampingnya. "Memangnya apa hubungan kita?" Skakmat! Apa yang dikatakan oleh Christian seakan menjadi tamparan keras bagi Fiorella.
"Maafkan aku."
Christian terkekeh geli, ia mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Fiorella. Sontak saja gadis itu memundurkan tubuhnya ke belakang hingga terpantuk pintu mobil. Christian menyelipkan anak rambut Fiorella di belakang telinga gadis itu, ia mendekatkan bibirnya dan berucap dengan nada rendahnya.
"You're only mine." Fiorella membeku ditempatnya, ia menatap penuh pertanyaan pada wajah Christian, sesekali gadis itu menelan salivanya kasar.
"M-maksudmu?"
"Kau pasti mengerti," jawab Christian mulai membenarkan dudukannya.
Fiorella ikut membenarkan duduknya, gadis itu menatap Christian dengan malu-malu. Perlahan mobil mulai bergerak menjauhi apartemen. Di tengah perjalanan Christian menatap Fiorella dari ujung matanya. "Jadi, apa kau memiliki seorang kekasih?"
"Ya?"
"Fio, do you have a boyfriend?"
"Belum, em. Maksudku aku masih ingin hidup sendiri," jawab Fiorella dengan senyum tipis di bibirnya.
"Aku punya kesempatan," gumam Christian yang sialnya didengar jelas oleh kedua telinga Fiorella.
Sontak saja, ucapan Christian barusan berhasil membuat rona merah di kedua pipi Fiorella menjalar. Gadis itu menatap malu-malu sekali lagi pada Christian hingga akhirnya mereka telah sampai di depan gedung Christian's Corp.
Christian turun terlebih dahulu, pria itu memutari mobilnya dan membukakan pintu mobil untuk Fiorella. Gadis itu lagi-lagi hanya mampu tersenyum. Mereka berjalan beriringan menuju lobby gedung, hingga Liam datang dan menundukkan tubuhnya sedikit menghormati Christian. "Boss, jadwal kita kali ini meeting dengan salah satu klien dari Brazil."
"Batalkan Liam."
"Tapi, Boss_"
"Kau, apa aku harus mengulangi perintahku?"
"Tidak boss."
"Bagus." Fiorella menatap Christian dengan menautkan alisnya bingung.
"Lalu apa yang perlu saya kerjakan boss?"
"Siapkan kendaraan, kita akan berangkat ke Alki Beach Park."
"Tapi untuk apa boss?"
"Kita akan melihat pemotretan di sana."
"B-baik Boss."
Christian melenggang memasuki ruang kerjanya meninggalkan Fiorella dan Liam yang saling pandang. Hingga nama Fiorella dipanggil oleh pria yang kemarin mengurus jalannya photoshoot.
***
Alki Beach Park, Seattle
Fiorella menatap sekeliling pantai, ia menghembuskan napasnya pelan. Gadis itu menjalankan kakinya ke arah tenda yang sudah disiapkan oleh pekerja. Ia memasuki tenda dan menatap desainer yang akan memberinya baju yang akan dikenakan untuk photoshoot kali ini. "Baiklah, kali ini bertema Beach. Seperti yang kita tahu bikini adalah busana ciri khas saat di pantai. Jadi kali ini kita akan memperagakan beberapa set bikini," jelas pria itu dengan menunjukkan beberapa set bikini yang tertata rapih.
Fiorella menganggukkan kepalanya mengerti, ia mencuri pandang pada sosok pria yang tengah mengawasi pekerjaannya. Tak lama tepukan ia dapatkan, Fiorella langsung membalikkan tubuhnya menatap si pelaku. "Ya?"
"Ini set bikini yang akan kau gunakan. Bersiaplah, kemudian segera keluar. Giliranmu setelah Jane."
"Baiklah." Fiorella meraih dua set bikini yang ia dapatkan.
Bukan bikini seperti yang Fiorella bayangkan, Sial! Ini sama saja ia hanya memakai underwear. Fiorella sedikit merasa risih, bagaimana pun ia tak pernah menunjukkan bentuk tubuhnya secara berlebihan pada siapapun. Bahkan, saat ia masih di dalam naungan perusahaan Leonardo, ia tak diperbolehkan mengikuti photoshoot yang bertema pantai, karena inilah alasannya.
Christian yang melihat gerak-gerik Fiorella pun mendekati gadis itu, ia menatap penuh pertanyaan pada Fiorella. "Ada apa?" tanya Christian pelan. Fiorella menengadahkan kepalanya, ia menatap Christian dengan sedikit tidak enak.
"Tidak, aku baik," jawab Fiorella pelan.
"Bohong."
"Tidak, aku tak bohong." Gadis itu menggelengkan kepalanya.
Christian meraih dua bikini yang tengah di pegang oleh Fiorella ia menunjuk Liam. "Panggil Juan kemari!" titah Christian tak terbantahkan.
"Baik." Liam bergegas pergi dari hadapan Christian. Tak lama Liam sudah kembali bersama dengan Juan sang desainer.
"Juan," panggil Christian dengan suara rendahnya.
"Ya boss, ada masalah?"
"Ya."
"Katakan, apa yang bisa aku bantu?"
"Ganti jangan berikan ini pada wanitaku." Fiorella membolakan kedua matanya, hal yang sama pun dilakukan oleh Liam dan Juan. Juan menatap tangan Christian yang mengulur menyerahkan dua bikini yang tadi ia berikan pada Fiorella.
"Tapi, boss-"
"Apa lagi Juan? Aku tak ingin wanitaku merasa risih!"
"Tapi tema kita_"
"Banyak busana lain!"
"Tapi_"
"Carilah busana yang lebih tertutup! Aku tak mau tau!"
Christian menarik tangan Fiorella. Ia menggandeng tangan gadis itu memasuki tenda lain, ia menatap seluruh karyawannya yang ada di dalam tenda.
"Keluar!" Satu persatu karyawannya keluar dengan cepat.
"Boss!"
"Diam, Fio." Fiorella membungkam mulutnya rapat, gadis itu hanya mampu berdiam dan menatap punggung Christian yang menegang. Tak lama Juan datang membawa dua set baju pantai lainnya. Pria itu meletakkan busana yang ia bawa ke atas sofa. "I-ini yang paling tertutup boss," cicit Juan tanpa menatap manik elang Christian.
Christian menatap dua busana yang dibawa oleh Juan. "Baiklah, kau bisa pergi." Juan langsung bergegas keluar dari tenda, menyisakan Christian yang masih menatap dua busana yang tadi dibawa oleh Juan. Memang benar, dua busana kali ini terlihat lebih tertutup, dan jujur saja Fiorella tak risih lagi.
"Kau bisa memakainya?"
"Ya, aku bisa." Christian mengangguk, ia menjalankan kakinya mendekati Fiorella. Ia ulurkan tangannya menyentuh kening gadis itu.
"Bersiaplah." Fiorella mengangguk, Christian mulai keluar dari tenda, namun suara Fiorella berhasil menghentikan kaki pria itu.
"Boss, bisa aku bertanya sesuatu?" Christian membalikkan tubuhnya, ia menatap lekat Fiorella. "Katakan!"
"Kenapa kau menyebutku sebagai wanitamu?" tanya Fiorella dengan mengangkat satu alisnya.
"Jawabannya ada di cincin yang terpasang di jarimu." Setelah mengucapkan itu Christian langsung pergi dari hadapan Fiorella. Gadis itu lantas menatap cincin pemberian Christian. Tiba-tiba ia teringat dengan ucapan Christian mengenai cincin yang tengah ia pakai saat ini.
"Itu Penanda."
"Penanda bahwa kau adalah milikku."
"You're only mine!"
Astaga! Fiorella langsung menepuk jidatnya. "Pria itu serius dengan ucapannya?!" gumam Fiorella dengan menggelengkan kepalanya.
"Fio, waktumu lima menit lagi!!" teriak seseorang dari luar tenda.
"Ya, aku tengah bersiap!" Fiorella langsung menggelengkan kepalanya lagi, gadis itu langsung bersiap dan kembali memperbaiki riasan di wajahnya.
Setelah selesai dengan acara dandannya, ia langsung keluar dan segera di sambut oleh fotografer dan Christian yang duduk di salah satu kursi pantai dengan Liam yang masih menenteng buku agenda kegiatan milik Christian.
Fiorella menghembuskan napasnya kuat, ia berjalan pelan dan langsung mendekati spot photoshoot. "Bisa dimulai Fio?" tanya sang fotografer.
"Ya." Fiorella mulai bergaya dengan apik, gadis itu sesekali tersenyum di dalam fotonya. Angin yang berhembus menerpa ranbutnya yang terurai berhasil menambah kecantikan yang terpancar jelas dari diri Fiorella. Fiorella berganti ke busana kedua. Masih dengan ekspresi yang sama, Christian terus mengawasi pergerakan Fiorella.
Lagi dan lagi, wajah dan tubuh mungil itu berhasil membuat Christian seakan menjadi pria munafik. Ia memuja gadis yang tengah bergaya di hadapannya, namun di lain sisi ia membencinya!
Sial! Kenapa takdir begitu tak berpihak baik padanya?! Seakan Christian dilahirkan hanya untuk menjadi pria munafik!
"Oke! Kerja bagus Fio!" puji sang fotografer.
"Terimakasih." Fiorella menerima air mineral yang diberikan oleh salah satu staf pembantu di sana. Gadis itu langsung berbaring di kursi pantai dengan memakai kacamatanya. Ia menatap hamparan langit yang seakan tak berujung, namun kegiatannya buyar saat seseorang memanggilnya.
"FIO?" Fiorella menatap ke asal suara, gadis itu perlahan mulai mendirikan tubuhnya. "Iya?"
"Ayo bermain," ajak Jane salah satu model yang sudah melakukan photoshoot.
"Tapi_"
"Ayolah, tugas kita sudah selesai. Dari pada kau diam di sana, lebih baik kita bermain."
"Ya, kau benar.”
Jane dan Fiorella mulai bermain air. Berlari kecil dan saling menyiram air ke tubuh masing-masing. Namun saat Fiorella hendak mengejar Jane, ia menginjak sesuatu. Air laut perlahan mulai berubah warna, rasa perih perlahan mulai terasa. "Ahk!"
Jane langsung membalikkan tubuhnya menatap Fiorella yang meringis kesakitan. "Fio, ada apa?" Jane melihat ke arah bawah, air laut jelas sekali menunjuk warna merah. "Astaga!"
"Sst, sakit Jane …."
"Sebentar." Jane menatap sekeliling, begitu sibuk. "TOLONG!!!" Jane langsung memapah tubuh Fiorella ke tepi pantai dan mendudukkan tubuh itu di salah satu kursi pantai.
"Tolong, Fio terluka," ucap Jane pada salah satu staf pembantu di sana.
"Kami akan cari obat."
"Tolong, aku phobia darah," ucap Jane tak berani melihat ke arah Fiorella. Jane memang phobia saat melihat darah, bahkan gadis itu rasanya sangat lemas saat ini. Tapi sebisa mungkin ia menyelamatkan Fiorella terlebuh dahulu.
♣♣♣
Christian menatap para kru yang terlihat kacau, beberapa dari staf pembantu berlarian ke sana kemari. Pria itu langsung berjalan cepat menuju Liam yang tengah mengarahkan beberapa model untuk memasuki tenda."Liam," panggil Christian yang langsung membuat Liam membalikkan tubuhnya."Tuan?""Ada apa?" tanya Christian tanpa basa-basi. "Maaf tuan, ada kecelakaan kecil""Apa?""Nona Fio, ia terluka.""Apa?!""Ia menginjak kerang yang tajam, Tuan. Dan darahnya lumayan banyak." Tanpa menjawab ucapan Liam, Christian langsung bergegas menuju kerumunan orang yang ada di tepi pantai. Pria itu langsung menerobos kerumunan orang itu dan menatap Fiorella yang tengah meringis kesakitan. Christian langsung menjongkokkan tubuhnya menatap Fiorella dari bawah. "Bagaimana bisa terjadi?""Sst, tak apa. Aku baik," jawab Fiorella pelan."Baik katamu? Lihatlah, darahmu tak berhenti!"Fiorella menatap wajah pias Christian, entahlah. Melihat ekspresi yang ditampilkan oleh Christian justru membuatnya semakin
Siang berganti malam, Fiorella kini sudah berada di dalam mobil milik Christian. Pria itu menatap jalan dari kaca mobilnya sementara asistennya Liam mengendarai mobil itu.Sebenarnya jika dibilang suka, Fiorella kurang suka. Sebab ia masih merasa ragu atas kesungguhan Christian, gadis itu pun ragu mengenai hubungan keduanya. Sebab belum genap satu minggu, tapi Christian sudah berlaku layaknya seorang suami. Dan jujur saja, apabila Christian memang benar-benar serius, mungkin Fiorella akan memikirkannya."Fio?""Ya?" Fiorella menolehkan kepalanya menatap Christian"Kau melamun?""Tidak, aku tak melamun," jawab Fiorella dengan menggelengkan kepalanya."Tapi sedari tadi kau hanya berdiam, ku kira kau tengah memikirkan sesuatu.""Tidak, aku hanya memikirkan masalah kakakku.""Memangnya kenapa.""Aku hanya tak menyangka ia akan menikah.""Ini kehidupan Fio, kau pun pasti akan menikah nanti.""Ya, kau benar.""Baiklah, jangan pikirkan lagi," ujar Christian pelan seraya mengusap puncak kepal
"Kurang ajar! Mati kau nenek sihir!!" Fiorella bergegas keluar dari mansion bahkan ia tak memperdulikan dress yang dipakainya kotor karena terseret tanah."Aku akan merusak penampilanmu, lihat saja kau Medusa!" Fiorella memasuki mobil milik Leonardo ia mengendarai mobil itu dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia menuju mansion keluarga Carrington. Sesampainya di sana, ia langsung turun bahkan ia cukup kesusahan karena gaunnya, ia lantas meraih gunting yang tersimpan di dalam dashboard mobil dan menggunting bagian bawah dressnya sampai di bawah lutut. "HABIS KAU!"Dengan cepat Fiorella keluar dari mobilnya, ia tanpa mempedulikan penampilannya yang berantakan memasuki mansion itu tanpa permisi. "MEDUSA KELUAR KAU SIALAN!!""MEDUSA!!!" Tak lama beberapa orang berpakaian serba hitam mencegat langkah lebar Fiorella."Jangan halangi aku! Aku putri De Lavega! Jika kau berani melawanku kau akan berakhir di pinggir jalan!!" ancam Fiorella yang berhasil membuat orang itu membuka jalan untukny
Arthur dan Tabitha membelalak kala melihat sosok gadis yang tengah berada di dalam gendongan Alexander. Arthur langsung mendirikan tubuhnya dan berjalan cepat ke arah anak buahnya itu. "Ada apa Alex? Kenapa Fio sampai seperti ini?" tanya Arthur seraya memindahkan tubuh putrinya ke dalam gendongannya."Uncle Alex tak tau apapun Dad, biar aku yang ceritakan.""Baiklah, kembali bekerja Alex." Alexander menganggukkan kepalanya, pria itu lantas keluar dari mansion sementara Arthur berjalan ke arah sofa dan merebahkan tubuh putrinya di sana. Tabitha menghampiri ayah dan anak itu, ia mendudukkan tubuhnya di samping Fiorella. Matanya menelisik bak laser memperhatikan setiap jengkal tubuh putrinya hingga matanya terkunci pada kaki Fiorella yang dibalut perban. "Astaga, apa yang terjadi? Mengapa kakimu diperban? Kau terluka?" Pertanyaan beruntun keluar dari bibir Tabitha, wanita itu mengusap dahi putrinya lembut."Jawab Fio," tekan Arthur yang tak tahan dengan diamnya Fiorella."Aku mendapat
Two weeks later...Fiorella menatap boneka yang diberikan oleh Christian, gadis itu tersenyum manis mengingat saat Christian memberikan boneka itu. Walaupun sudah dua minggu ia mendapatkan hadiah itu, namun rasanya ia terus berbunga-bunga saat melihat boneka itu.Tak lama ponsel gadis itu berdering, ia langsung meraih dan menggeser ikon hijau kala nama Mommy nya tertera di layar ponsel. "Ya Mom? Ada apa menghubungiku?""Hai Sweetie, apa kabarmu?""Aku baik Mom, selalu. Bagaimana kabar Daddy dan Mommy?""Mommy baik, begitupun dengan Daddy mu.""Kakak? Apa dia masih memikirkan si medusa itu?""Bahkan lebih dari melupakan.""Maksudmu Mom?""Ia bahkan akan menikah besok pagi.""APA?!""Hentikan teriakanmu! Kau membuat telinga Mommy sakit.""Em, maaf Mom.""Jadi kau pulanglah kemari. Mommy yakin kali ini ia tak akan batal menikah.""Kenapa Mommy sangat yakin?""Yah, karena kakak mu yang bre*gsek itu berhasil menumbuhkan nyawa di rahim wanita polos itu.""DOUBLE SHIT!!! KAKAK GILA!""Jangan
Fiorella menatap layar ponselnya yang sedari tiga detik yang lalu menyala. Gadis itu lantas meraih dan memeriksa ponselnya, terdapat dua pesan dari satu orang yang sama, dan tentu saja itu dari bossnya, Christian. "Aku tak berniat mengganggu acara keluargamu, tapi maaf kau harus pulang sekarang Fio. Salah satu owner dari brand yang akan kau peragakan meminta untuk bertemu langsung denganmu. Aku sudah berusaha berbicara perlahan tentang keadaanmu tapi ia tak mengerti.""Hubungi aku jika kau sudah membaca pesanku." Fiorella langsung menghubungi Christian seperti yang pria itu katakan. "Tian?""Ya, Fio. Maafkan aku_""Tak apa, aku mengerti. Ini memang salahku jadwal ini sudah ditentukan lama dan aku memutusnya sepihak. Wajar jika mereka marah.""Aku sudah berusaha semampuku_""Tak apa Tian, aku akan pulang sekarang. Bisa kau bujuk mereka?""Ya, aku akan berbicara lagi dengan mereka.""Baiklah, aku tutup.""Ya, happy nice day.""Thank you." Fiorella menutup sambungan teleponnya, ia langsu
Fiorella berpose dengan berbagai gaya di depan lensa kamera. Gadis itu tersenyum manis di tengah sesi pemotretan yang sedang ia lakukan. Saat waktu istirahat tiba seorang pria datang dengan membawa sebotol air mineral untuk Fiorella. "Terimakasih Tian.""Ya, sama-sama. Lunch together?""Of course yes." Christian menanggapi Fiorella dengan senyum manisnya, kedua orang itu keluar dari ruang photoshoot dan berjalan beriringan memasuki area pantry."So, bagaimana kabar kakakmu?" tanya Christian dengan meminum kopinya."Aku mendapat kabar dari dua minggu yang lalu, mereka terlihat bahagia. Tak ada masalah," jawab Fiorella dengan memasukkan pasta ke mulutnya."Syukurlah.""Ya, syukurlah." Christian menatap Fiorella lekat, pria itu perlahan mengulurkan tangannya guna menggapai tangan Fiorella. Ia menggenggam erat telapak tangan Fiorella yang tiba-tiba mendingin."Kau gugup?" Christian semakin mengeratkan genggaman tangannya seraya menatap kedua manik Fiorella."A-aku hanya, tidak aku baik."
Fiorella keluar dari kamarnya dan berhenti tepat di kamar Leonardo dan ia melihat kakaknya yang tengah berbicara dengan Reoxane. Tak sengaja ia mendengar pembicaraan kakaknya dan ia mengerutkan keningnya bingung dengan kekeras kepalaan kakanya. "Apa yang dikatakan oleh Reoxane benar, Kak," ucap suara dari ambang pintu. Gadis itu berjalan mendekati Leonardo dan mengelus pelan lengan pria itu."Datanglah ke pernikahan itu, Daddy bilang ia sudah memaafkanmu. Ia bilang kita harus melupakan kakak ipar.""Apa maksudmu?""Daddy bilang, sampai saat ini seluruh anak buah Daddy juga belum menemukan keberadaan kak Florence," cicit Fiorella."Jadi selama ini Daddy juga mencarinya?""Ya, terutama Mommy yang terpukul karena kepergian Kak Florence.""Astaga, ku kira Daddy yang menyembunyikan Florence," lirih Leonardo menangkup wajahnya."Daddy tak tau apa-apa kak, yang jelas teman Kak Florence juga menghilang." Leonardo membuang kasar napasnya dan berdiri dari duduknya. "Dimana pernikahannya?""Di R
Reoxane menatap Charlotte yang berada di hadapannya saat ini, mereka saat ini berada di resort mewah milik Arthur di Bali, yah Indonesia. Entah mengapa pak Tua itu memberikam hadiah ini untuk Charlotte dan Reoxane katanya sebagai ucapan permintaan maaf atas permintaan konyol Arthur pada Reoxane waktu itu yang berakhir menyakiti kedua insan itu. "Apa yang kau pikirkan?" tanya Reoxane seraya mengusap lengan Charlotte.Charlotte menggelengkan kepalanya pelan dan balik menggenggam tangan Reoxane. "Tak ada Kak Reo, hanya seperti mimpi bisa seperti ini denganmu. Ku rasa aku masih tinggal di hayalan," lirih Charlotte yang langsung menciptakan senyum misterius di bibir Reoxane.Tanpa di duga Reoxane mendaratkan kecupan singkatnya di pipi Charlotte yang membuat Charlotte membelalakan matanya bahkan semburat merah sudah menyebar di kedua pipi gadis itu. "Masihkah merasa mimpi?" tanya Reoxane dibalas anggukan dari Charlotte."Tapi lebih indah," jawabnya kemudian mulai memakan hidangan yang disaj
Two month leter...Reoxane mengusap kepala Charlotte yang bersandar di dadanya, ya mereka tengah menikmati angin malam di tepi pantai Maldives. Sebenarnya ini hanya liburan biasa sebagai hadiah peresmian hubungan mereka. Sebenarnya Reoxane ingin memberitahukan kabar bahagia ini pada Fiorella tapi Charlotte menahannya karena memang keadaan rumah tangga sahabat mereka itu sedang renggang tetapi saat ini Reoxane mengernyitkan dahinya saat membaca pesan dari Christian."Ada apa?" tanya Charlotte penasaran dengan mimik wajah Reoxane yang seketika berubah."Christian mengirimkan pesan, aneh sekali.""Maksudmu?" tanya Charlotte langsung bangun dari baringannya kemudian Reoxane memberikan pesan yang dikirimkan oleh Christian. "Kurasa terjadi sesuatu dengan mereka, haruskah kita ke Seattle sekarang?" tanya Reoxane penuh kekhawatiran bagaimanapun Fiorella adalah anak dari tuannya dan meskipun rasa itu sudah tidak ada lagi tapi keadaan Fiorella masih penting untuk Reoxane."Ya, ayo." Charlotte m
"Kak Reo?" panggil Charlotte dengan suara seraknya, si empu nama pun segera melangkahkan kakinya mendekati Charlotte dan meraih tangan gadis itu lalu menggenggamnya pelan. "Bagaimana kondisimu?" tanya Reoxane dibalas anggukan dari Charlotte."Aku baik Kak, apalagi melihatmu," ucapnya pelan."Aku akan menjagamu.""Terimakasih, tapi jika ini permintaan Fio lebih baik jangan Kak. Aku tak ingin merepotakanmu.""Sama sekali tidak, aku tak kerepotan sama sekali.""Terimakasih."Sejak saat itu keduanya lebih dekat, Reoxane selalu menggenggam tangan Charlotte saat gadis itu melakukan kemoterapi, perlahan perhatian Reoxane meningkat dan untuk meninggalkan Charlotte sendiri rasanya Reoxane tak mampu. Ia akan membawa Charlotte menikmati sunset di pagi hari meskipun gadis itu dengan kursi rodanya seperti saat ini. Reoxane meraih tangan Charlotte dan menyampingkan rambut gadis itu ke sisi kanan dan ia menumpukan dagunya di sisi kiri bahu Charlotte. "Apa kau masih mencintai ku?" tanya Reoxane yang
Charlotte POV Sejak melihatnya entah mengapa duniaku teralihkan, tatapan matanya yang tajam mengalihkan perhatianku pada yang lain, aku ingin ia menatapku penuh cinta seperti saat ia menatap mata sahabatku, Fiorella. Mungkin gila jika dipikirkan dan berharap aku akan tinggal di hatinya yang terlihat sudah memiliki pengisi, aku ingin menyerah dan berhenti mengharapkannya tapi apa daya rasanya duniaku adalah dia, pekerjaanku kadang ku lupakan hanya saat dia berada di dekatku hingga akhirnya sahabatku menikah aku bahagia sangat bahagia karena ia bahagia tapi ternyata itu hanya sementara kebahagiaan Fiorella terhenti saat sebuah fakta terkuak Christian, suami sahabatku itu menikahi Fiorella hanya untuk ajang balas dendam dan yang lebih menyakitkan untukku adalah bagaimana perhatian pria yang ku cintai tertuju pada satu nama dan itu hanya Fiorella.Hatiku menanas seketika tapi aku tak bisa berkata, aku hanya berharap penyakitku akan berhenti dan pergi dari tubuh lemahku yang sudah banyak
Christian dan Fiorella menuruni tangga dengan tangan yang saling menaut, terlihat jelas sekali ketakutan yang tergambar di wajah Christian tapi sekali lagi eratan tangan Fiorella berhasil membuat pria itu melupakan ketakutannya. "Kita jalani dan hadapi ini bersama, right?" bisik Fiorella diangguki oleh Christian.Arthur menatap putra putrinya dengan senyum tipis yang tersungging di bibirnya, hingga Fiorella dan Christian duduk dihadapannya saat ini. "Dad, aku ingin bicara," ucap Christian diangguki oleh Arthur."Katakan apa yang ingin kau katakan Christian, aku mendengarkan," jawab Arthur.Christian menghembuskan napasnya pelan lalu menatap Arthur kembali. "Aku bersedia bertemu dengan Uncle Gustav tapi aku minta tolong Dad.""Katakan apa yang kau butuhkan, son?""Aku butuh pengawalan ketat untukku dan Fiorella, kami hanya takut terjadi sesuatu dan Uncle Gustav justru menyakiti Fiorella maupun Axa," pinta Christian dianguki oleh Arthur. Pria yang sudah berumur itu meraih ponselnya dan
One years leter..."Jadi Christian, apa yang akan kau lakukan sekarang? Semua sudah berlalu setahun yang lalu dan percayalah kami sudah memaafkanmu," ujar Arthur dengan menepuk bahu Christian. Pria itu mengangguk lalu membalas tatapan mata ayah mertuanya, sudah satu tahun semenjak kejadian itu kini Christian terlihat sangat berbeda ia menjadi pria yang hangat dan tak ada lagi kekejaman di matanya, ia melupakan dunia hitamnya dan mengikuti langkah yang diambil oleh Arthur yaitu keluar dari dunia mafia dan berbalik memeluk keluarganya seakan tak pernah terlibat dalam masalah kejahatan dan sebagainya, ia mengangguk lalu tersenyum manis. "Seperti yang kau tau Dad, aku tak akan kembali ke dunia itu lagi, sudah cukup aku dimanfaatkan sedemikian rupa demi keberhasilan orang lain dan justru merugikanku," kata Christian dengan senyum tipisnya membuat Arthur mengangguk penuh bangga."Kau tau, aku selalu berpikir aku salah dengan menjerumuskan Leonardo di dalam kubangan itu tapi putraku itu te
Meeting Room, The Highest TableChristian menatap satu persatu para kepala mafia yang duduk dengan tatapan penuh pertanyaan padanya, mereka bertanya-tanya untuk apa Christian mengumpulkan mereka mendadak."Aku tau, mungkin kalian bingung mengapa aku mengumpulkan kalian lagi disini di ruang pertemuan ini. Selama aku menduduki kursi tertinggi The Highest Table aku menjadi pribadi yang kurang bersyukur dan tak memandang sekitar, aku selalu bekerja tanpa perasaan dan mengandalkan obsesiku. Semua gembong mafia besar sudah aku taklukan dengan kelompokku, Black Eclips. Aku tau mungkin ini cukup mengagetkan jika kalian dengar namun ini benar-benar keputusan terakhirku.""Aku mengambil alih The Highest Table dengan cara yang kurang baik tidak seperti Regnarok ataupun pemimpin sebelumnya. Aku tau, mungkin ini memang bukan milikku oleh karena itu aku akan memberikan kembali pada pemilik aslinya.""Aku Christian Xander memberikan The Highest Table kembali pada Regnarok, Leonardo De Lavega," ucap
Dua minggu sejak Christian sadar dari komanya, kini pria itu menatap malu-malu pada Fiorella entahlah ia hanya merasa seperti seorang gadis yang mabuk cinta, perasaan kurang ajar!"Christian," panggil Arthur pelan dan Christian pun menolehkan kepalanya menatap Arthur.Ya, sejak bayangan sang Mommy yang memintanya berhenti dendam pada pria yang tak lain adalah mertuanya itu, Christian benar-benar melupakan dendamnya meskipun setiap ia melihat manik Baby Axa ia terbayang kembali dengan sang Daddy, Damian. Namun Christian saat ini bisa dengan mudah mengontrol dirinya sendiri. "Ya Dad? Ada masalah?"Arthur melepaskan garpu dan sendok dari tangannya kemudian menyatukan tangannya di atas meja makan ia tatap menantunya dengan penuh kedinginan. "Daddy ingin bicara padamu, bisakan? Ada Leonardo juga tapi aku butuh tempat seperti markas? Kau bisakan memberi kami waktu untuk mengisi Black Eclips sebentar hanya untuk memberi mu sesuatu.""Ya Dad, tentu saja kapanpun Daddy butuhkan." Arthur mengan
2 month later...Fiorella menatap wajah suaminya yang sudah dua bulan ini tak membuka kelopak mata, wanita itu mencium telapak tangan Christian yang besar dan lumayan dingin, pria itu seakan sangat nyaman dalan tidurnya. Decit pintu berhasil membuat Fiorella menolehkan kepalanya dan menemukan Tabitha tengah menggendong Axa. "Sepertinya Axa haus, kau susui dulu.""Ya, baiklah." Fiorella menerima bayinya dengan hati-hati lalu kembali menatap Tabitha dengan sendu."Bersabarlah, Mommy yakin ia akan segera sadar.""Ya, semoga.""Mommy keluar dulu.""Terimakasih sudah menjaga Axa Mom.""Ya, sama-sama." Tabitha melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Christian kemudian berjalan menuju Arthur yang masih duduk dengan pandangan kosongnya.Kembali ke dalam ruangan Christian, Fiorella mulai menyusui Axalion sementara tangan kanannya ia gunakan untuk menggenggam tangan Christian. "Cepat sadar Tian, aku merindukanmu," lirihnya dengan suara lembut seraya menatap sekilas pada wajah pucat Christian.