Fiorella berjalan dengan mengapit lengan Christian. Sebenarnya mereka ikut menyaksikan Leonardo saat pria itu mengucap janji suci di ujung altar, namun mereka ingin membuat kejutan untuk pria itu."Kau lapar?" tanya Christian seraya membelai pelipis Fiorella lembut. "Aku belum lapar.""Kau ingin kita ke sana?""Ya." Fiorella menatap Charlotte sekilas, ia mengangkat satu alisnya. "Charlotte kau mau ke sana?""Tidak, aku disini saja.""Kau yakin?""Ya, aku akan mengambil makanan saat aku lapar nanti.""Baiklah, aku dan Christian pergi dulu.""Ya, hati-hati." Fiorella tersenyum manis, sedangkan Christian mendekati Liam. "Pastikan semuanya berjalan dengan lancar, jangan ada satupun diantara mereka yang mengenali kita. Aku tak ingin ini kacau, dan ya. Kau di sini saja, temani Charlotte. Akan mencurigakan jika kita terus bersama.""Baik tuan." Liam mengangguk patuh dengan ucapan Christian. Christian dan Fiorella berjalan beriringan mendekati keluarga De Lavega yang berkumpul tepat di tenga
Two weeks later...Fiorella menatap pantulan dirinya di dalam cermin, gadis itu menyunggingkan senyum manisnya hingga terdengar bunyi bell yang menggema di dalam apartemen. Dan siapa lagi jika bukan Christian. Fiorella menjalankan kakinya dan membukakan pintu menemukan Christian dengan balutan blazer berwarna maroon yang dipadukan dengan turtleneck serta celana kain berwarna maroon, ada dasi kupu-kupu yang mencekik lehernya tak lupa hiasan di saku tepat di dada kanannya. "Ready for it?""I'm ready if that with you.""Of course." Christian membuka lengannya memberi akses untuk Fiorella membelitkan lengannya pada pria itu. Fiorella terus mengukir senyumnya yang menawan, Christian yang gemas pun segera mencuri ciuman singkat di pipi gadis itu.Mereka berjalan beriringan menuju mobil Ferrari Paninfarina Sergio milik pria itu. Sesampainya di mobil Fiorella menatap Christian dari samping. Pria itu menyalakan mesin mobilnya dan mulai menjalankan mobil itu. Mereka bergerak menuju salah satu
Praia a Mare, Calabria ItaliaDi dalam villa, Fiorella menatap hamparan laut biru di depannya, memang acara pernikahannya akan diadakan tepat di tepi pantai. Gadis itu menatap sekilas pada Arthur yang tengah berbincang dengan anak buahnya mengenai keamanan besok untuk pernikahannya dengan Christian. Ia perlahan menjalankan kakinya mendekati Arthur dan ia peluk Daddy-nya dari samping. "Dad.""Ya? Kau butuh sesuatu?" Fiorella menggelengkan kepalanya, sedangkan Arthur mengibaskam tangannya pertanda agar anak buahnya itu pergi dari hadapannya."Aku hanya tak menyangka, besok aku akan berganti status.""Huft, Daddy juga tak menyangka akan kembali menggelarkan pernikahan lagi.""Dad.""Ya.""Fio sangat menyayangi Daddy.""Maka jangan tanyakan dengan Daddy, Fio. Kau tau betul jawabannya.""Dad, berjanjilah jangan mengkhawatirkan aku nanti. Aku yakin Christian bisa membahagiakanku.""Fio, jangan terlalu percaya seratus persen pada pria. Kau tak tau apa yang akan terjadi ke depan.""Aku yakin
Seisi ruangan diisi dengan meja dan kursi untuk para tamu. Sedangkan Fiorella dan Christian saat ini berdiri tepat di bagian lain dalam gedung tersebut, suasananya lebih intim dengan tema bunga mawar merah yang indah. Sedangkan di tengah gedung sudah disiapkan meja dan tempat duduk yang ditata bundar, terlihat glamor dan indah. Jejeran bunga di letakkan di tengah masing-masing meja, menambah kesan indah di sana. Tak lupa lampu-lampu kecil yang digantung di atasnya mampu menghipnotis tamu undangan. Fiorella mengapit lengan pria yang berstatus sebagai suaminya, pria itu menurunkan penglihatannya dan menatap Fiorella lekat. "Ada yang salah?" tanya Christian dibalas gelengan dari gadis itu."Ini sangat indah, terimakasih banyak Tian. Aku sangat bahagia," ujar Fiorella seraya mencium lengan suaminya. Christian tersenyum miring, ia membelai pelan pipi kanan istrinya lalu tersenyum lembut pada Fiorella. "Apapun untukmu, wife."Sialan! Fiorella langsung merona malu saat ini, ia bahkan langsun
Christian memandang gadis yang berstatus menjadi istrinya sejak lima menit yang lalu, ia menjalankan kakinya mendekati Fiorella yang tengah menangis di pinggiran ranjang. "Hentikan tangisanmu, dan sekarang keluar. Buatkan aku makanan!" titah Christian tak terbantahkan."A-aku_""Kau menolak?""Bukan, aku hanya heran. Kenapa kau berteriak di depanku, aku_""Jelas, karena kau sudah lancang mendengar pembicaraanku dengan Liam.""Maaf.""Cepatlah!" Christian membalikkan tubuhnya, namun ia berhenti di langkah yang ketiga."Dan jangan jadi wanita yang lemah! Baru dibentak saja sudah menangis!" ucap Christian dan meninggalkan Fiorella dengan berbagai pertanyaan di pikirannya.Fiorella menggelengkan kepalanya pelan, apa yang dikatakan Christian ada benarnya. Ia tak boleh cengeng! Ia bukan lagi seorang gadis lajang! Ia harus kuat!Akhirnya gadis itu mendirikan tubuhnya, ia melangkahkan kakinya dan netranya mengedar mencari tempat yang kemungkinan adalah pantry. Ia menjalankan kakinya keluar da
Fiorella mengerjabkan matanya perlahan, ia mendudukkan tubuhnya dan bersandar di kepala ranjang. Ia menatap kamar yang sudah dua hari ini ia tempati.Segera, Fiorella menyibakkan selimutnya lalu memasuki kamar mandi. Ia keluar hanya dengan berbalutkan selembar handuk, gadis itu memasuki walk in closet yang sudah tertata rapih dengan baju-baju serta keperluannya. Ia meraih dress peach dengan sedikit garis yang transparan di perutnya hingga perut gadis itu terlihat.Ia meraih heels dengan warna senada lalu keluar dari walk in closet. Ia mendudukkan tubuhnya tepat di depan meja rias, ia tatap pantulan dirinya di cermin. "Kau harus kuat untuk melawan Christian, jangan takut Fio!" tekadnya dengan menghembuskan napasnya kasar. Fiorella memoles wajahnya cantik, ia memakai heelsnya lalu meraih dompetnya. Setelah selesai, ia keluar dari kamarnya dan menjalankan kakinya menuruni tangga dan berakhir di meja makan."Ada yang bisa aku bantu?" tanya Fiorella pada salah satu maid yang berkutat di p
Kini Fiorella membalutkan tubuh polosnya dengan selimut putih di kamar megah Christian. Fiorella masih menangisi hidupnya yang begitu tragis. Ya, Christian telah mengambil hal yang sangat berharga untuk dirinya, bahkan Fiorella saat ini tak menghentikan tangisannya.Pikirannya berkecamuk, ia memikirkan mengapa orang tuanya begitu tega dengan menyembunyikan hal sebesar ini. Kenyataan bahwa daddy dan kakak bahkan Reoxane adalah seorang mafia kelas kakap berhasil membuat Fiorella terganggu. Ia memukul kepalanya berkali-kali, dadanya sesak di dalam sana.Walaupun Christian adalah suaminya namun ini sama sekali bukan impiannya, ia ingin bahagia dengan suaminya. Tapi lihatlah, takdir seakan benar-benar mempermainkannya. Wanita itu menatap sekeliling kamar Christian, ia menatap pintu yang sedari tiga menit yang lalu sudah di lewati sang empu kamar. Ya, Fiorella merasa ia sama seperti seorang jalang. Dipakai lalu dibuang begitu saja bak sampah.Tangisnya kembali menderas kala mengingat semua
Christian menatap pria yang sudah lima jam ini ia gantung dengan posisi terbalik. Ia menatap pria itu lalu dengan sangat kejam ia menembak tali yang menggantung salah satu kaki pria itu hingga terlepas seketika. Pria itu tersadar, ia menatap Christian dengan wajahnya yang sudah sangat menunjukkan kesakitan. "Ku mohon, l-lepaskan aku," lirihnya pelan terdengar.Christian mendudukkan tubuhnya pada kursi yang berhadapan langsung dengan pria itu. Ia lalu meraih pisau lipat dari saku celananya. Ia mengukir sesuatu di leher pria itu, sedikit lagi akan mengenai nadinya. Pria itu meringis menahan sakit, lalu ia menatap Christian. "A-aku akan lakukan apapun untukmu ... Tapi ku mohon, l-lepaskan aku," lirihnya lagi. Christian meraih pisau lipatnya lagi, ia memotong tali di kaki kanan pria itu hingga pria itu terjatuh dengan keras ke lantai. "Katakan kau akan bergabung denganku dan kita akan bekerja sama menjatuhkan Regnarok!""Baik, aku akan bergabung denganmu.""Perintahkan pasukanmu Nirvana