Fiorella menundukkan penglihatannya, sungguh! Ia takut menatap manik coklat seorang Christian Xander. Gadis itu memainkan tangannya yang dingin.
Astaga! Apa yang telah ia lakukan?! Ia baru saja membentak bahkan memaki pemilik Christian's Corp. "Maafkan aku" Cicit Fiorella tanpa melihat manik Christian.
"Nona..."
"Fio, namaku Fiorella"
"Yah, nona Fiorella jangan khawatir aku tidak apa-apa" Ujar Christian pelan.
"Tapi aku baru saja memaki dan menghajarmu tadi" Lagi-lagi ucapan itu ia ucapkan tanpa melihat wajah Christian yang tengah tersenyum melihat rona merah di kedua pipi Fiorella.
Ia angkat dagu Fiorella dengan ibu jari kanannya, lalu ia selami manik hazelnut milik gadis itu. "Jangan menunduk, tatap lawan bicaramu jika sedang bicara Nona Fio"
"Ah, a-aku benar-benar minta maaf Mr. Xander"
"Tak apa, jangan pikirkan."
"Tapi waktu untuk audisi modellingnya sudah habis ya?" Tanya Fiorella dengan wajah yang terlihat sangat menggemaskan.
Christian menatap jam tangan rolex yang melingkar di pergelangan tangan kanannya lalu ia tatap Fiorella dengan tatapan sendunya.
"Berakhir tiga menit yang lalu" Ujar Christian semakin membuat Fiorella menunduk. "Baiklah, a-aku akan pulang saja"
Saat hendak membalikkan tubuhnya, tangan Christian terlebih dahulu mencekal pergelangan tangan Fiorella. "Tunggu dulu nona Fio"
Fiorella membalikkan tubuhnya dan menatap manik Christian dengan tatapan sendunya. "Iya?"
"Aku memberimu waktu"
"Maksudmu?"
"Perpanjangan waktu, untukmu"
"Serius?"
"Ya" Fiorella tersenyum lebar, ia bahkan sedikit menepuk tangannya. "Tapi ada hal lain yang harus kau pikirkan sekarang"
"Apa?" Tanya Fiorella dengan alis yang menaut.
"Lihat bajumu nona" Fiorella lantas menundukkan penglihatannya tepat diarah dadanya. Sial! Akibat tumpahan itu, bra hitam yang tengah ia gunakan terpampang jelas disana.
"AKH!" Teriakan Fiorella kembali menggelar di dalam ruangan Christian.
"Hei, jangan berteriak" Ucap Christian seraya membekap mulut Fiorella.
Gadis itu langsung menyilangkan kedua tangannya tepat di dadanya. Rona merah itu kembali menghiasi kedua pipi putihnya. Ia perlahan mulai tenang saat Christian melepaskan tangannya. "Sudah, jangan pikirkan"
"Aku, a-aku malu!" Ucap Fiorella dengan menundukkan kepalanya. Tanpa kata Christian melepaskan jas hitam yang melekat di tubuhnya dan memakaikannya pada gadis itu.
Tentu saja Fiorella awalnya terkejut mendapati jas longgar milik Christian bertengger di kedua bahunya, ia tatap si empu jas itu dengan tatapan penuh pertanyaan. "Kau sangat ingin mengikuti audisi itu kan?"
"Iya"
"Lalu bagaimana aku bisa fokus saat menanyaimu nanti, sedangkan ada hal lain yang sepertinya cukup menarik untuk disuguhkan?" Tanya Christian dengan mengangkat satu alisnya.
"Maafkan aku"
"Jangan pikirkan, sekarang kau duduklah disana" Christian menunjuk sofa yang dekat dengan meja kerja miliknya.
"Aku akan menanyaimu beberapa hal menyangkut dunia modelling, jika kau berhasil menjawabnya, tentu saja kau akan diterima" Fiorella menganggukkan kepalanya, ia lalu perlahan menjalankan kakinya serta mendudukkan tubuhnya di sofa yang dimaksud Christian.
"Liam"
"Ya tuan?"
"Pesankan aku jas baru"
"Baik" Christian melonggarkan dasi yang mencekik lehernya seraya berjalan mendekati sofa dan duduk tepat di depan Fiorella.
"So, jadi apa yang memotivasimu untuk ikut bergabung dalam management ini?" Tanya Christian dengan memainkan pena di tangan kananya. "Ya, aku em. Maksudku"
"Tampaknya kau masih gugup. Tunggu sebentar" Christian mendirikan tubuhnya dan berjalan kearah meja kerjanya. Ia meraih air mineral dan kembali lalu memberikannya pada Fiorella.
"Minumlah" Gadis itu menatap uluran tangan Christian sesaat, sebelum ia menerima air minum yang diberikan Christian dan meminumnya.
"Bagaimana?" Tanya Christian setelah Fiorella meneguk minumannya.
"Lebih baik"
"Bisa kita lanjutkan sesi tanya jawabnya?"
"Ya, aku siap"
"Jadi, apa yang memotivasi mu untuk ikut bergabung di Christian's Corp?"
"Aku tau perkembangan Christian's Corp dibidang busana dan modelling sangat cepat naik. Aku percaya jika aku bergabung di management ini, aku bisa menggali potensiku lebih dalam lagi. Aku juga akan memberikan yang terbaik dari kinerjaku untuk Christian's Corp"
"Hanya itu?"
"Em, sebenarnya ini juga cita-citaku. Aku sudah pernah masuk ke management lain, tapi aku merasa kurang puas"
"Dimana?"
"De Lavega Group's"
"Astaga, itu perusahaan besar. Mengapa kau keluar?"
"Em, sebenarnya aku hanya ingin mencari pengalaman yang lain saja"
"Well, walaupun aku masih kurang yakin dengan jawabanmu. Tapi aku tak akan mengungkitnya"
"Terimakasih"
"Baiklah, setelah ini asistenku akan menanyakannya lebih lanjut"
"Baiklah" Christian berdiri lalu ia menekan tombol di sudut meja kerjanya. Tak lama pria yang bernama Liam itu datang dari ambang pintu dengan membawa jas biru dongker.
"Dapat Liam?"
"Tentu, Tuan" Christian mengangguk, pria itu mendekati asistennya dan mengambil jas biru pesanannya.
"Lakukan tugasmu, tanyakan apa yang perlu ditanyakan"
"Baik tuan" Liam mengangguk, ia menjalankan kakinya mendekati Fiorella dan duduk di hadapan gadis itu.
"Nona Fiorella Fransisca?"
"Ya, Aku Fiorella."
"Baiklah. Melihat data diri yang telah kau isi, apa anda memiliki potensi lain selain di dunia modelling?"
"Aku pernah kuliah bisnis, aku bisa menjadi sekretaris"
"Mengagumkan, baiklah. Pertanyaan kedua, apa yang menerutmu baik untuk menjadikan seorang model menjadi model yang baik bagi produknya?"
"Model yang tidak hanya menonjolkan dirinya tapi lebih menonjolkan produk yang diperagakannya, serta mencerimkan kualitas produknya" Manik coklat Christian terus menelisik gadis yang beberapa menit yang lalu menangis karenanya, entah mengapa rasanya untuk mengalihkan atensinya dari gadis itu menjadi sangat sulit?! Rasanya menatap dalam diam gadis bernama Fiorella itu menjadi kesenangannya saat ini.
"Baiklah nona, semuanya sudah selesai. Jika anda diterima, maka anda bisa kemari untuk melakukan percobaan modelling. Dan jika itu berhasil, anda akan segera melakukan kontrak dengan kami"
"Terimakasih banyak, aku harap aku bisa bergabung dengan Christian's Corp" Ucap Fiorella dengan senyum tipisnya.
"Baiklah, terimakasih kembali" Fiorella mendirikan tubuhnya, ia cepat-cepat keluar dari ruang CEO milik Christian, rasanya untuk melihat Christian saja ia sangat malu!
Sementara di dalam ruangan, Liam yang baru saja melakukan tugasnya bergerak mendekati Christian yang tengah duduk di kursi kebesarannya. "Liam?"
"Iya Tuan?"
"Loloskan dia"
"Tapi Tuan?"
"Kau tuli?"
"Tidak tuan"
"Maka aku tak perlu mengulangi ucapanku lagi kan, Liam?"
"Baik Tuan" Christian menyeringai tipis. "Fiorella" Gumam pria itu pelan.
***
Fiorella langsung memasuki apartemen milik Charlotte, gadis itu bahkan masih terengah dengan nafasnya. Saat ia hendak duduk disofa, suara Charlotte terlebih dahulu mengintruksi. "Bagaimana?" Tanya Charlotte dengan senyum manis seraya membawa secangkir susu hangat di tangan kanannya.
"Aku malu" Ucap Fiorella seraya menutup wajahnya dengan telapak tangannya.
Charlotteduduk di samping Fiorella, ia menyerahkan susu hangat itu tepat dihadapan Fiorella."Minum dulu" Fiorella menatap Charlotte, ia tersenyum seraya meraih susu yang di berikan Charlotte. Gadis itu meneguknya hingga tersisa setengah, lalu ia meletakkan gelasnya tepat diatas meja.
"Sekarang ceritakan kenapa kau bisa malu"
"ASTAGA CHARLOTTE!! KAU TAU AKU BARU SAJA MEMAKI BAHKAN MEMUKUL PEMILIK CHRISTIAN'S CORP DENGAN TANGAN DAN MULUTKU SENDIRI!!!" Teriak Fiorella histeris, bahkan gadis itu kembali membenamkan wajahnya di kedua telapak tangannya.
"WHAT THE HELL?!" Charlotte bahkan ikut teriak menanggapi Fiorella.
"Aku yakin aku tak akan bisa masuk ke management itu" Lirih Fiorella dengan menjambak rambutnya frustasi.
"Hei, dengar. Bisa saja ada keajaiban, kau mungkin bisa diterima. Yang penting kau sudah mengerahkan yang terbaik dari dirimu"
"Ya kau benar"
"Sekarang bagaimana?" Tanya Charlotte memegang bahu Fiorella pelan.
"Aku akan melakukan percobaan photoshoot besok, jika memang aku baik, mereka akan menandatangani kontraknya"
"Itu artinya kau masih punya kesempatan"
"Ya kau benar"
"Baiklah, sekarang jangan sedih lagi. Lebih baik kita melakukan sesuatu"
"Apa?" Tanya Fiorella dengan lemas, sungguh! Ia tidak dengan mood yang baik kali ini.
"Em, bagaimana jika kita menonton film?"
"Ya, kurasa itu cukup menarik"
"Baiklah, ayo!" Pergelangan tangan Fiorella di tarik pelan oleh Charlotte, mereka berhenti di depan sebuah TV yang lumayan besar."Duduk lah"
"Baiklah" Fiorella menuruti ucapan Charlotte, ia duduk tepat di depan TV.
Charlotte mulai mencari film yang tepat untuk mereka tonton."Film apa itu?"
"Aquaman"
"Aquaman?" Tanya Fiorella pelan.
"Ya, ini film tentang Atlantis. Kau tau, aku sangat antusias dengan dunia air" Ucap Charlotte dengan senyum lebarnya.
"Baiklah" Mereka mulai menonton film itu dengan tenang. Ditemani dengan kue meringue kisses..Fiorella perlahan mulai menikmati film tersebut, hingga film yang mereka tonton berada di dalam adegan action, dimana si pemeran utama mulai menghajar musuh-musuhnya.
"Ya! Hajar terus!!" Ucap Fiorella dengan memasukkan kue yang dibuat oleh Charlotte. "Ya! Terus tinju!!" Timpal Charlotte dengan menggebu-gebu.
Ditengah kegiatan mereka, layar ponsel Fiorella tiba-tiba menyala, namun si pemilik tak menyadarinya, ia justru semakin tertarik di dalam film yang sedang berputar. Charlotte melirik kearah ponsel Fiorella, ia langsung menepuk bahu Fiorella pelan. "Fio"
"Hm?" Tanya Fiorella tak menanggapi, justru ia lebih fokus pada film dan kue bikinan Charlotte.
"FIO!"
"AH APA!" Teriak Fiorella dengan tubuh yang ikut berjangkit.
"Ponselmu!"
"Apa?"
"Ponselmu!"
Fiorella melirikkan matanya menatap ponselnya, benar ada panggilan dari nomor yang tidak dikenal."Aku tak tau nomornya"
"Angkat saja siapa tau penting"
"Kan siapa tau, bisa saja itu penggemar ku"
"Dasar!" Charlotte tertawa seraya menoyor kepala Fiorella pelan.
"Aku bercanda"
Fiorella pun mengangkat panggilan teleponnya, sementara Charlotte mempause film yang sedang mereka tonton."Iya, ini siapa?" Ucap Fiorella dengan nada girangnya.
Tak menemukan jawaban, gadis itu kembali mengeluarkan suaranya. "Halo, ada orang? Ini siapa?" Tanya Fiorella dengan menautkan alisnya pelan.
"Jika kau tak ingin bicara, aku akan menutup teleponnya!" Ancam Fiorella dengan suara tegasnya namun tetap tidak mendapat jawaban.
"Baiklah, rupanya kau memang ingin bermain-main denganku! Aku bahkan akan memblokir nomormu!"
Saat hendak menutup panggilan itu suara seseorang membuat Fiorella membeku seketika. "Kau akan memblokir nomor boss mu sendiri?"
Mata Fiorella seakan hendak keluar dari sarangnya saat mendapati suara bariton menyapa telak indra pendengarannya. "S-siapa ini?"
"Kau tak mengenalku?"
"Siapa kau?"
"Boss mu" Otak gadis itu mulai berputar, tunggu! Boss! Apa ini pria itu?
"Kau Christian?"
"Ya, aku boss yang kau pukul dan kau maki hari ini"
"Astaga! Maafkan aku sungguh, aku tak tau kalau ini adalah dirimu. Aku pikir ini hanya orang iseng, karena dari tadi kau tak menjawabku_"
"Kau ini cerewet sekali ya"
"Hm, maaf"
"Jadi, apa aku salah jika menghubungi mu?"
"Tidak, kau tidak salah. Aku hanya kaget saja tadi"
"Ya, tak apa"
"Em, jadi ada apa Mr. Xander?"
"Tian, cukup panggil aku Tian. Tak usah seformal itu"
"Tapi kau adalah boss ku"
"Lalu?"
"Itu tak sopan"
"Jangan pikirkan, kau tak perlu melakukan itu, aku cukup tertarik dengan tingkah mu hari ini. Jadi kau punya tempat lain di dalam diriku" Sontak saja, ucapan Christian berhasil membuat rona merah di wajah putih Fiorella tergambar jelas.
"Ah, maksudmu? Aku tak mengerti"
"Maka jangan dimengerti, aku menghubungimu untuk mengatakan. Kau diterima, dan besok kau bisa langsung menandatangani kontrakmu, tak perlu ada uji coba lain"
"Tapi bukankah_"
"Kau membantah atasanmu?"
"Tidak, aku_"
"Lagipula, aku menghubungimu juga hanya ingin memastikan keadaan orang yang berhasil mencuri perhatianku baik-baik saja" Ucapan Christian lagi dan lagi berhasil membuat Fiorella kelimpungan. Gadis itu tersipu malu saat ini.
"Mr. Xander kau_"
"Sepertinya kau tengah tersipu nona Fio"
"A-aku maksudku, apa aku tak_"
"Hm, ucapanmu yang tak beraturan itu menjawab semuanya"
"Tian, aku_"
"Ya, Fio? Coba ulang panggilan itu"
"Tian"
"Ku mohon sekali lagi"
"Tian"
"Kau tau Fio, rasanya saat mendengar namaku disebut olehmu, jantungku berdetak menggila saat ini" Ucap Christian pelan.
"Tian, aku_"
"Ah, sekali lagi kau membuat jantungku menggila"
Fiorella sudah tak bisa lagi membendung senyum manisnya, astaga! Apa yang telah terjadi padanya! Mendengar suara Christian yang seakan menggetarkan hatinya mampu membuat Fiorella merona tiada berhenti. "Fio, kau masih disana?"
"Ya, em. Maksudku ya, aku disini"
"Sepertinya aku harus menyudahi ini, jika tidak kau dan aku bisa terkena serangan jantung" Fiorella tersenyum manis, ia mengangguk pelan. "Kau benar"
"Baiklah, happy nice day"
"Thank you" Fiorella memutuskan sambungan teleponnya, ia menatap Charlotte dan sedetik setelah itu. "KYA!!!"
Charlotte yang memang sudah penasaran sedari tadi langsung menatap penuh pertanyaan pada Fiorella. "Kenapa? Siapa yang menghubungimu?"
"ASTAGA! ASTAGA! AKU_"
"Kenapa Fio?!" Desak Charlotte dengan menggerakkan lengan atas Fiorella.
"Tadi Christian, dia ... Dia memberikan kabar kalau besok aku bisa langsung tanda tangan kontrak, dan ... Dan_"
"DAN APA?!" Sentak Charlotte tidak tahan.
"Dia menanyai kabarku, bahkan dia astaga! Dia membuatku merona tanpa henti!!"
"Kau memang ajaib, bahkan baru sehari bertemu kau bisa langsung memikat seorang CEO besar seperti Christian Xander!"
"Astaga aku bahagia!!" Fiorella langsung memeluk tubuh Charlotte erat.
"Selamat Fio!"
"Terimakasih" Balas Fiorella dengan senyum tipisnya.
***
Sementara di dalam sebuah ruangan Christian bersama dengan Liam memandang langit dengan tatapan tajamnya. "Kau sudah dapatkan pria itu?"
"Sudah Tuan" Balas Liam dengan kepalanya yang menunduk.
"Bawa ke markas, kita bisa menyiksanya nanti malam"
"Baik Tuan" Christian membalikkan tubuhnya, ia tatap Liam dengan pandangan teduhnya. "Siapkan apa yang perlu disiapkan untuk nanti malam, intinya aku ingin pria itu mati mengenaskan di tanganku!"
"Sesuai perintahmu Tuan"Christian menyeringai dengan mengerikan, pria itu memasukkan tangannya disaku celana bahannya. "Welcome to the hell bastard!"
♣♣♣
TO BE CONTINUED....
Seorang pria dengan setelan jaket kulit dan celana jeans hitam memasuki sebuah bangunan mirip rumah namun kesan mengerikan begitu kentara dirasakan.Black Eclips memiliki arti sebagai gerhana hitam. Persis seperti namanya, kelompok ini bergerak layaknya hewan nokturnal, mereka lebih suka bergerak kala malam datang hingga keesokan paginya mereka berubah menjadi orang biasa. Gerhana tampak indah jika dilihat dengan bantuan saat menyaksikannya namun berbahaya apabila dilihat hanya dari satu sisi yang salah. Seperti itulah Black Eclips ini berdiri. Mereka akan baik apabila tak ada musuh dan mereka akan kejam apabila ada yang berusaha merusak teritorialnya. Siapa sangka kelompok yang terlihat besar ini nyatanya adalah gembong mafia yang menguasai kawasan Asia. Kekuasaannya hampir setara dengan gembong mafia besar seperti The Devil yang dipegang oleh keturunannya yang ke empat, Don Alfonzo Renzuis di tanah Sisilia, Italia. Namun perbedaannya adalah, The Devil lebih memiliki sifat manusiawi
Fiorella berpose dengan berbagai gaya di setiap model baju yang ia kenakan. Aura kecantikannya begitu terpancar jelas saat ini, beberapa orang di sana bahkan terlihat mencuri-curi pandang pada gadis berumur 19 tahun itu.Tak terkecuali pemilik dari gedung Christian's Corp ini. Pria itu dengan alis yang menaut menatap tanpa celah gadis yang ada di hadapannya saat ini. Bahkan Christian dengan sangat bodohnya tak berkedip menatap kecantikan yang terpancar dari putri orang yang membunuh ayahnya.Melihat tubuh Fiorella yang hanya dibalut crop top mampu mengalihkan perhatian Christian. Sialnya baju rajut yang seharusnya dipakai oleh gadis itu ia gunakan dan ia ikat di pinggangnya. Kini kulit putih Fiorella semakin membuat Christian teralihkan, ia bahkan seakan tak ingin melewatkan satu detik pun untuk menatap Fiorella.Gadis itu berpose dengan sangat cantik, tubuhnya yang mungil dan kulitnya yang putih bersih dan jangan lupakan manik hazelnutnya yang sanga
Fiorella membuka matanya perlahan, gadis itu perlahan bangun dari tidurnya dan menyandarkan tubuhnya tepat di kepala ranjang, ia menggeliat pelan lalu matanya menelisik seisi kamar apartemennya. Tak lama terdengar dering ponsel yang mengganggu pendengarannya. Ia langsung meraih ponselnya dan melihat si penelepon. Matanya langsung membulat saat membaca nama si penelepon.New Boss CallingFiorella langsung menggeser ikon hijau, ia langsung menempelkan ponselnya di telinganya. "Ya, ada apa boss?""Sedang apa?""Aku baru saja bangun tidur.""Baru bangun?""Iya maaf.""Kau lupa hari ini ada jadwal pemotretan?""Apa?!""Aku bahkan ada di depan pintu apartemen mu.""APA?!""Berhenti teriak, telingaku sakit.""Ah, maafkan aku boss.""Bisa kau buka kan pintu apartemen mu Ms. De Lavega?""Baiklah, tolong tunggu sebentar.""Aku selalu menunggumu.""Tapi aku belum bersiap.""Tak apa, buka kan saja pintunya.""Em, baiklah." Fiorella mematikan sambungan teleponnya, ia segera menyibakkan selimutnya
Christian menatap para kru yang terlihat kacau, beberapa dari staf pembantu berlarian ke sana kemari. Pria itu langsung berjalan cepat menuju Liam yang tengah mengarahkan beberapa model untuk memasuki tenda."Liam," panggil Christian yang langsung membuat Liam membalikkan tubuhnya."Tuan?""Ada apa?" tanya Christian tanpa basa-basi. "Maaf tuan, ada kecelakaan kecil""Apa?""Nona Fio, ia terluka.""Apa?!""Ia menginjak kerang yang tajam, Tuan. Dan darahnya lumayan banyak." Tanpa menjawab ucapan Liam, Christian langsung bergegas menuju kerumunan orang yang ada di tepi pantai. Pria itu langsung menerobos kerumunan orang itu dan menatap Fiorella yang tengah meringis kesakitan. Christian langsung menjongkokkan tubuhnya menatap Fiorella dari bawah. "Bagaimana bisa terjadi?""Sst, tak apa. Aku baik," jawab Fiorella pelan."Baik katamu? Lihatlah, darahmu tak berhenti!"Fiorella menatap wajah pias Christian, entahlah. Melihat ekspresi yang ditampilkan oleh Christian justru membuatnya semakin
Siang berganti malam, Fiorella kini sudah berada di dalam mobil milik Christian. Pria itu menatap jalan dari kaca mobilnya sementara asistennya Liam mengendarai mobil itu.Sebenarnya jika dibilang suka, Fiorella kurang suka. Sebab ia masih merasa ragu atas kesungguhan Christian, gadis itu pun ragu mengenai hubungan keduanya. Sebab belum genap satu minggu, tapi Christian sudah berlaku layaknya seorang suami. Dan jujur saja, apabila Christian memang benar-benar serius, mungkin Fiorella akan memikirkannya."Fio?""Ya?" Fiorella menolehkan kepalanya menatap Christian"Kau melamun?""Tidak, aku tak melamun," jawab Fiorella dengan menggelengkan kepalanya."Tapi sedari tadi kau hanya berdiam, ku kira kau tengah memikirkan sesuatu.""Tidak, aku hanya memikirkan masalah kakakku.""Memangnya kenapa.""Aku hanya tak menyangka ia akan menikah.""Ini kehidupan Fio, kau pun pasti akan menikah nanti.""Ya, kau benar.""Baiklah, jangan pikirkan lagi," ujar Christian pelan seraya mengusap puncak kepal
"Kurang ajar! Mati kau nenek sihir!!" Fiorella bergegas keluar dari mansion bahkan ia tak memperdulikan dress yang dipakainya kotor karena terseret tanah."Aku akan merusak penampilanmu, lihat saja kau Medusa!" Fiorella memasuki mobil milik Leonardo ia mengendarai mobil itu dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia menuju mansion keluarga Carrington. Sesampainya di sana, ia langsung turun bahkan ia cukup kesusahan karena gaunnya, ia lantas meraih gunting yang tersimpan di dalam dashboard mobil dan menggunting bagian bawah dressnya sampai di bawah lutut. "HABIS KAU!"Dengan cepat Fiorella keluar dari mobilnya, ia tanpa mempedulikan penampilannya yang berantakan memasuki mansion itu tanpa permisi. "MEDUSA KELUAR KAU SIALAN!!""MEDUSA!!!" Tak lama beberapa orang berpakaian serba hitam mencegat langkah lebar Fiorella."Jangan halangi aku! Aku putri De Lavega! Jika kau berani melawanku kau akan berakhir di pinggir jalan!!" ancam Fiorella yang berhasil membuat orang itu membuka jalan untukny
Arthur dan Tabitha membelalak kala melihat sosok gadis yang tengah berada di dalam gendongan Alexander. Arthur langsung mendirikan tubuhnya dan berjalan cepat ke arah anak buahnya itu. "Ada apa Alex? Kenapa Fio sampai seperti ini?" tanya Arthur seraya memindahkan tubuh putrinya ke dalam gendongannya."Uncle Alex tak tau apapun Dad, biar aku yang ceritakan.""Baiklah, kembali bekerja Alex." Alexander menganggukkan kepalanya, pria itu lantas keluar dari mansion sementara Arthur berjalan ke arah sofa dan merebahkan tubuh putrinya di sana. Tabitha menghampiri ayah dan anak itu, ia mendudukkan tubuhnya di samping Fiorella. Matanya menelisik bak laser memperhatikan setiap jengkal tubuh putrinya hingga matanya terkunci pada kaki Fiorella yang dibalut perban. "Astaga, apa yang terjadi? Mengapa kakimu diperban? Kau terluka?" Pertanyaan beruntun keluar dari bibir Tabitha, wanita itu mengusap dahi putrinya lembut."Jawab Fio," tekan Arthur yang tak tahan dengan diamnya Fiorella."Aku mendapat
Two weeks later...Fiorella menatap boneka yang diberikan oleh Christian, gadis itu tersenyum manis mengingat saat Christian memberikan boneka itu. Walaupun sudah dua minggu ia mendapatkan hadiah itu, namun rasanya ia terus berbunga-bunga saat melihat boneka itu.Tak lama ponsel gadis itu berdering, ia langsung meraih dan menggeser ikon hijau kala nama Mommy nya tertera di layar ponsel. "Ya Mom? Ada apa menghubungiku?""Hai Sweetie, apa kabarmu?""Aku baik Mom, selalu. Bagaimana kabar Daddy dan Mommy?""Mommy baik, begitupun dengan Daddy mu.""Kakak? Apa dia masih memikirkan si medusa itu?""Bahkan lebih dari melupakan.""Maksudmu Mom?""Ia bahkan akan menikah besok pagi.""APA?!""Hentikan teriakanmu! Kau membuat telinga Mommy sakit.""Em, maaf Mom.""Jadi kau pulanglah kemari. Mommy yakin kali ini ia tak akan batal menikah.""Kenapa Mommy sangat yakin?""Yah, karena kakak mu yang bre*gsek itu berhasil menumbuhkan nyawa di rahim wanita polos itu.""DOUBLE SHIT!!! KAKAK GILA!""Jangan
Reoxane menatap Charlotte yang berada di hadapannya saat ini, mereka saat ini berada di resort mewah milik Arthur di Bali, yah Indonesia. Entah mengapa pak Tua itu memberikam hadiah ini untuk Charlotte dan Reoxane katanya sebagai ucapan permintaan maaf atas permintaan konyol Arthur pada Reoxane waktu itu yang berakhir menyakiti kedua insan itu. "Apa yang kau pikirkan?" tanya Reoxane seraya mengusap lengan Charlotte.Charlotte menggelengkan kepalanya pelan dan balik menggenggam tangan Reoxane. "Tak ada Kak Reo, hanya seperti mimpi bisa seperti ini denganmu. Ku rasa aku masih tinggal di hayalan," lirih Charlotte yang langsung menciptakan senyum misterius di bibir Reoxane.Tanpa di duga Reoxane mendaratkan kecupan singkatnya di pipi Charlotte yang membuat Charlotte membelalakan matanya bahkan semburat merah sudah menyebar di kedua pipi gadis itu. "Masihkah merasa mimpi?" tanya Reoxane dibalas anggukan dari Charlotte."Tapi lebih indah," jawabnya kemudian mulai memakan hidangan yang disaj
Two month leter...Reoxane mengusap kepala Charlotte yang bersandar di dadanya, ya mereka tengah menikmati angin malam di tepi pantai Maldives. Sebenarnya ini hanya liburan biasa sebagai hadiah peresmian hubungan mereka. Sebenarnya Reoxane ingin memberitahukan kabar bahagia ini pada Fiorella tapi Charlotte menahannya karena memang keadaan rumah tangga sahabat mereka itu sedang renggang tetapi saat ini Reoxane mengernyitkan dahinya saat membaca pesan dari Christian."Ada apa?" tanya Charlotte penasaran dengan mimik wajah Reoxane yang seketika berubah."Christian mengirimkan pesan, aneh sekali.""Maksudmu?" tanya Charlotte langsung bangun dari baringannya kemudian Reoxane memberikan pesan yang dikirimkan oleh Christian. "Kurasa terjadi sesuatu dengan mereka, haruskah kita ke Seattle sekarang?" tanya Reoxane penuh kekhawatiran bagaimanapun Fiorella adalah anak dari tuannya dan meskipun rasa itu sudah tidak ada lagi tapi keadaan Fiorella masih penting untuk Reoxane."Ya, ayo." Charlotte m
"Kak Reo?" panggil Charlotte dengan suara seraknya, si empu nama pun segera melangkahkan kakinya mendekati Charlotte dan meraih tangan gadis itu lalu menggenggamnya pelan. "Bagaimana kondisimu?" tanya Reoxane dibalas anggukan dari Charlotte."Aku baik Kak, apalagi melihatmu," ucapnya pelan."Aku akan menjagamu.""Terimakasih, tapi jika ini permintaan Fio lebih baik jangan Kak. Aku tak ingin merepotakanmu.""Sama sekali tidak, aku tak kerepotan sama sekali.""Terimakasih."Sejak saat itu keduanya lebih dekat, Reoxane selalu menggenggam tangan Charlotte saat gadis itu melakukan kemoterapi, perlahan perhatian Reoxane meningkat dan untuk meninggalkan Charlotte sendiri rasanya Reoxane tak mampu. Ia akan membawa Charlotte menikmati sunset di pagi hari meskipun gadis itu dengan kursi rodanya seperti saat ini. Reoxane meraih tangan Charlotte dan menyampingkan rambut gadis itu ke sisi kanan dan ia menumpukan dagunya di sisi kiri bahu Charlotte. "Apa kau masih mencintai ku?" tanya Reoxane yang
Charlotte POV Sejak melihatnya entah mengapa duniaku teralihkan, tatapan matanya yang tajam mengalihkan perhatianku pada yang lain, aku ingin ia menatapku penuh cinta seperti saat ia menatap mata sahabatku, Fiorella. Mungkin gila jika dipikirkan dan berharap aku akan tinggal di hatinya yang terlihat sudah memiliki pengisi, aku ingin menyerah dan berhenti mengharapkannya tapi apa daya rasanya duniaku adalah dia, pekerjaanku kadang ku lupakan hanya saat dia berada di dekatku hingga akhirnya sahabatku menikah aku bahagia sangat bahagia karena ia bahagia tapi ternyata itu hanya sementara kebahagiaan Fiorella terhenti saat sebuah fakta terkuak Christian, suami sahabatku itu menikahi Fiorella hanya untuk ajang balas dendam dan yang lebih menyakitkan untukku adalah bagaimana perhatian pria yang ku cintai tertuju pada satu nama dan itu hanya Fiorella.Hatiku menanas seketika tapi aku tak bisa berkata, aku hanya berharap penyakitku akan berhenti dan pergi dari tubuh lemahku yang sudah banyak
Christian dan Fiorella menuruni tangga dengan tangan yang saling menaut, terlihat jelas sekali ketakutan yang tergambar di wajah Christian tapi sekali lagi eratan tangan Fiorella berhasil membuat pria itu melupakan ketakutannya. "Kita jalani dan hadapi ini bersama, right?" bisik Fiorella diangguki oleh Christian.Arthur menatap putra putrinya dengan senyum tipis yang tersungging di bibirnya, hingga Fiorella dan Christian duduk dihadapannya saat ini. "Dad, aku ingin bicara," ucap Christian diangguki oleh Arthur."Katakan apa yang ingin kau katakan Christian, aku mendengarkan," jawab Arthur.Christian menghembuskan napasnya pelan lalu menatap Arthur kembali. "Aku bersedia bertemu dengan Uncle Gustav tapi aku minta tolong Dad.""Katakan apa yang kau butuhkan, son?""Aku butuh pengawalan ketat untukku dan Fiorella, kami hanya takut terjadi sesuatu dan Uncle Gustav justru menyakiti Fiorella maupun Axa," pinta Christian dianguki oleh Arthur. Pria yang sudah berumur itu meraih ponselnya dan
One years leter..."Jadi Christian, apa yang akan kau lakukan sekarang? Semua sudah berlalu setahun yang lalu dan percayalah kami sudah memaafkanmu," ujar Arthur dengan menepuk bahu Christian. Pria itu mengangguk lalu membalas tatapan mata ayah mertuanya, sudah satu tahun semenjak kejadian itu kini Christian terlihat sangat berbeda ia menjadi pria yang hangat dan tak ada lagi kekejaman di matanya, ia melupakan dunia hitamnya dan mengikuti langkah yang diambil oleh Arthur yaitu keluar dari dunia mafia dan berbalik memeluk keluarganya seakan tak pernah terlibat dalam masalah kejahatan dan sebagainya, ia mengangguk lalu tersenyum manis. "Seperti yang kau tau Dad, aku tak akan kembali ke dunia itu lagi, sudah cukup aku dimanfaatkan sedemikian rupa demi keberhasilan orang lain dan justru merugikanku," kata Christian dengan senyum tipisnya membuat Arthur mengangguk penuh bangga."Kau tau, aku selalu berpikir aku salah dengan menjerumuskan Leonardo di dalam kubangan itu tapi putraku itu te
Meeting Room, The Highest TableChristian menatap satu persatu para kepala mafia yang duduk dengan tatapan penuh pertanyaan padanya, mereka bertanya-tanya untuk apa Christian mengumpulkan mereka mendadak."Aku tau, mungkin kalian bingung mengapa aku mengumpulkan kalian lagi disini di ruang pertemuan ini. Selama aku menduduki kursi tertinggi The Highest Table aku menjadi pribadi yang kurang bersyukur dan tak memandang sekitar, aku selalu bekerja tanpa perasaan dan mengandalkan obsesiku. Semua gembong mafia besar sudah aku taklukan dengan kelompokku, Black Eclips. Aku tau mungkin ini cukup mengagetkan jika kalian dengar namun ini benar-benar keputusan terakhirku.""Aku mengambil alih The Highest Table dengan cara yang kurang baik tidak seperti Regnarok ataupun pemimpin sebelumnya. Aku tau, mungkin ini memang bukan milikku oleh karena itu aku akan memberikan kembali pada pemilik aslinya.""Aku Christian Xander memberikan The Highest Table kembali pada Regnarok, Leonardo De Lavega," ucap
Dua minggu sejak Christian sadar dari komanya, kini pria itu menatap malu-malu pada Fiorella entahlah ia hanya merasa seperti seorang gadis yang mabuk cinta, perasaan kurang ajar!"Christian," panggil Arthur pelan dan Christian pun menolehkan kepalanya menatap Arthur.Ya, sejak bayangan sang Mommy yang memintanya berhenti dendam pada pria yang tak lain adalah mertuanya itu, Christian benar-benar melupakan dendamnya meskipun setiap ia melihat manik Baby Axa ia terbayang kembali dengan sang Daddy, Damian. Namun Christian saat ini bisa dengan mudah mengontrol dirinya sendiri. "Ya Dad? Ada masalah?"Arthur melepaskan garpu dan sendok dari tangannya kemudian menyatukan tangannya di atas meja makan ia tatap menantunya dengan penuh kedinginan. "Daddy ingin bicara padamu, bisakan? Ada Leonardo juga tapi aku butuh tempat seperti markas? Kau bisakan memberi kami waktu untuk mengisi Black Eclips sebentar hanya untuk memberi mu sesuatu.""Ya Dad, tentu saja kapanpun Daddy butuhkan." Arthur mengan
2 month later...Fiorella menatap wajah suaminya yang sudah dua bulan ini tak membuka kelopak mata, wanita itu mencium telapak tangan Christian yang besar dan lumayan dingin, pria itu seakan sangat nyaman dalan tidurnya. Decit pintu berhasil membuat Fiorella menolehkan kepalanya dan menemukan Tabitha tengah menggendong Axa. "Sepertinya Axa haus, kau susui dulu.""Ya, baiklah." Fiorella menerima bayinya dengan hati-hati lalu kembali menatap Tabitha dengan sendu."Bersabarlah, Mommy yakin ia akan segera sadar.""Ya, semoga.""Mommy keluar dulu.""Terimakasih sudah menjaga Axa Mom.""Ya, sama-sama." Tabitha melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Christian kemudian berjalan menuju Arthur yang masih duduk dengan pandangan kosongnya.Kembali ke dalam ruangan Christian, Fiorella mulai menyusui Axalion sementara tangan kanannya ia gunakan untuk menggenggam tangan Christian. "Cepat sadar Tian, aku merindukanmu," lirihnya dengan suara lembut seraya menatap sekilas pada wajah pucat Christian.