Kakek itu tersenyum, ia kemudian memutar beberapa menit penggalan video yang berada di layar monitor.Ahn Su-ho mulai mendekat dan mengamati dengan seksama.Disana nampak Hwang Se In yang tengah berjalan, bersama seorang pria yang tak lain adalah Kim Han Bin."Siapa pria itu?" Tanya Ahn Su-ho yang langsung terperanjat , menyaksikan Hwang Se In masuk ke dalam sebuah rumah bersama pria itu.Kemudian sang kakek mengganti layar monitor dengan beberapa foto. Foto itu menunjukan seseorang dengan setelan serba hitam, berdiri di tengah rintikan hujan."Orang orang seperti kami menyebutnya, Puzzle Man. Ia begitu terkenal karena teka teki pembunuhannya begitu rumit. Hingga sampai sekarang tak pernah tertangkap, apalagi terendus keberadaannya oleh pihak kepolisian. Mungkin juga Pelaku pembunuhan Distrik Wei akhir akhir ini adalah Puzzle Man."Ahn Su-ho jadi teringat sebuah artikel yang ia temukan di meja kerja ibunya, yang menyebutkan sesuatu tentang sebuah pembunuhan di Distrik Sei beberapa wa
Beberapa saat kemudian, Park Do Ha sampai di kantor. Ia langsung di sambut oleh Lee Ha Na yang berwajah cemberut.Terlihat bersiap mengomel, Park Do Haa buru buru mengeluarkan secuil kertas itu."Dugaanku benar, pembunuh itu kini makin terang terangan. Kita harus segera bertindak, sebelum pembunuh itu kembali menghilang bak di telan bumi kembali."Ha Na yang mendengar hal itu terlihat terkejut. Baru saja ia akan mengomeli rekannya itu, tapi ia urungkan. Dan buru buru mengambil kertas itu.Namun setelah membacanya, ia malah terlihat sedikit tersenyum."Santai saja gak perlu buru buru, kali ini pasti dia tertangkap." Ujar Lee Ha Na bergegas membawa kertas itu masuk."Apa maksudmu santai!? Ada nyawa yang harus kita selamatkan." Ucap Park Do Ha yang berjalan di belakang Ha Na.Wanita itu tak menanggapi dan masih terus berjalan.'Biarin aja gadis itu mampus duluan, dengan begitu tak akan ada lagi yang menggangguku.' batin Ha Na."Apa kamu membencinya gara gara ia tahu sugar dadymu Ha Na?"
Lee Jae-myun dengan perasaan terkejut langsung melihat kertas itu. Wajahnya memerah , amarahnya kembali memuncak. Dendam di hatinya kembali timbul, mengetahui sang pelaku pembunuhan kembali meneror."Psikopat gila itu!" Geram Lee Jae-myun," sebenarnya aku sudah punya target sendiri, setelah beberapa bulan ini menyelidikinya."Kini giliran Park Do Ha yang di buat terkejut."Biasanya anda memberitahuku tentang perkembangan apapun yang anda peroleh.""Ini baru dugaan sementaraku. Belum ada bukti konkret yang bisa membuatnya di tetapkan sebagai tersangka. Lagi pula kamu tak mau membantu dengan caraku, dan lebih memilih untuk melakukan cara polisi yang jelas didalamnya banyak manipulasi! Lihat? Sampai saat ini pembunuh itu masih berkeliaran bebas di luar sana! Bahkan mungkin akan ada korban selanjutnya, Hwang Se In mungkin.""Siapa sebenarnya orang itu? Apa maksud anda ? Anda tau keberadaan Hwang Se In? Cepat katakan , Nenek Bo Ra sangat menghawatirkannya. Aku harus segera mencarinya. Sebe
Waktu sudah menunjukan pukul 7 malam dan rintik hujan mulai turun . Lee Jae-myun menghentikan pekerjaanya sejenak. Ia bergegas melihat ponselnya, namun tak ada balasan dari sang cucu kesayangan.Ia berusaha menelfon dan mengirimi beberapa pesan ke Ha Yi. Namun ia tak kunjung mendapatkan balasan."Apa anak itu lupa waktu lagi, dasar anak itu memang selalu seperti ini jika berurusan dengan Novel. Sampai sampai ia tak memperdulikan pesan dan panggilan dariku. Tapi entah mengapa perasaanku sangat tak enak. Lebih baik aku datang saja ke toko buku itu. " Gumam Jae-myun.Kemudian ia berpamitan kepada rekan kerjanya untuk pulang lebih awal. Ia ingin menjemput cucu kesayangannya itu. Rekan rekan yang sudah paham dengan kebiasaan Kepala Seniornya itu, mempersilahkan Jae-myun untuk pulang lebih awal.Karena memang kasus Distrik Sei belum menemukan titik terang, siapa pelaku sebenarnya. Bahkan bukti yang mengarah pada seseorang pun tak ada. Psikopat yang melakukan hal ini memang begitu hati hati
Pagi ini berita tentang pembunuhan santer terdengar ke seluruh distrik. Sesosok mayat perempuan kembali ditemukan terlentang di tempat pembuangan sampah.Jasad Gadis berseragam SMA itu terlihat begitu mengenaskan. Banyak sayatan di sekujur tubuh dan wajahnya. Kedua sisi mulutnya robek hampir sampai ke telinga.Banyak warga berkerumun untuk menyaksikan kengerian dari psikopat yang akhir akhir ini tengah meneror distrik mereka."Makin gila aja , gimana sih pihak kepolisian masa udah banyak korban gini masih belum nemuin pelakunya.""Iya nih kita yang punya anak remaja kan jadinya was was. Mana akhir akhir ini lagi sering Les buat persiapan ujian. Jadi selalu pulang sore atau menjelang malam.""Kita harus protes nih biar mereka lebih gercep buat nangkap pelakunya. ""Iya betul masa polisi segitu banyaknya nggak bisa nangkap pelakunya!"Semua penghuni distrik merasa resah dan was was pasalnya ini bukan kali pertama penemuan mayat dengan kondisi mengenaskan ditemukan. Seminggu belakangan i
Saat hendak melayangkan pukulan ke wajah Se In, seorang cowok menghentikan tangan Min-ju."Woy anak orang kaya santai dong, kaya gangster ajah sih! "Teriaknya."Plis deh ho jangan ikut campur urusan gue, dasar cowo tengil!" Ucap Min-ju."Keluar aja, biar mereka aku yang urus. Kamu mau tau alamat Minji, nanti pulang sekolah temui aku di belakang gudang." Perintah cowo bernama Ahn Su-ho itu pada Se In.Ko Mi-ho dan Le Yeon melepaskan pegangannya pada tangan Se In. Mereka tau kalau Su-ho juga salah satu siswa berpengaruh disekolah ini karena kekayaan orang tuanya. Jadi mereka tak mau terlibat masalah dengannya.Se In mengacungkan jari tengahnya pada Min-ju dan bergegas pergi keluar dari kelas 3A."Sialan awas lo ya!" teriak Min-ju, " Kamu apaan sih ho , dia tu junior nggak tau diri mesti dikasih pelajaran. ""Shut" ucap Su-ho sembari menempelkan jari telunjuknya di tengah bibir, "diem bego! " kemudian ia melenggang pergi menuju tempat duduknya."Iiiiiihhhhhh! " Min-ju terlihat marah namu
"Wah nyalimu besar juga, tapi apa lo yakin bisa? mengahadapi cecunguk tadi aja lo nggak bisa. So soan mau nangkap pembunuh berantai yang polisi aja kewalahan" Su-ho mengangkat sebelah alisnya, "seharusnya kita tidak mencampuri urusan polisi bukan? Urungkan saja niatmu itu Hwang Se In."Su-ho kembali menyesap rokok ditangannya. Ia tak pernah takut akan ketahuan oleh para guru karena ia anak pemilik yayasan sekolah itu. Ia kebal terhadap hukum sekolah bahkan hampir tidak pernah dihukum untuk kesalahan yang ia perbuat.Tidak seharusnya memang , namun nyatanya kasta tentang kekuasaan dan kekayaan jelas masih lah berlaku pada kehidupan saat ini."Bukan urusan lo juga mencampuri urusan gue, gue cuma perlu alamat Minji setelah itu kita tak akan bertemu atau berurusan lagi. "Anh Su-ho menatap wajah Se In dan berdecih, "Dasar keras kepala! ""Udah buruan gue buru buru ini sebelum ketangkep guru ketertiban. ""Kalo gitu gue ikut lo. ""Ih nggak usah, ngapain? Lo cukup kasih tau gue alamat Kim
Dari raut wajah Su-ho, Hwang Se In sudah bisa memastikan siapa pria dewasa yang digandeng Kim Minji."Gue nggak mau ngurusin percintaan lo, gue tetep mau ketemu Minji. Dengan atau tanpa lo !" Seru Se In sembari melangkah menuju pintu gerbang rumah Minji.Langkahnya terhenti saat Su-ho kembali menahan lengannya."Lo harus pura pura jadi pacar gue ya, cuma buat di depan Minji. ""Nggak gue nggak mau, buat apa? Nggak ada untungnya buat gue.""Tolongin gue, malu dong nanti didepan pacar baru Minji. Masa iya gue ditinggalin cuma gara gara dia sama om om, kurang apa coba gue? Ganteng iya, kaya iya. Malu maluin banget tau. ""Ya bukan urusan gue dong. Kalo lo nggak mau ketemu Minji ya tinggal pulang aja sana. Gue bisa pulang sendiri nantinya.""Nggak terima dong gue, masa gue diginiin.""Sekali lagi bukan urusan gue! Udah makasih buat tumpangannya gue mau ngurus urusan gue dulu."Anh Su-ho menarik lengan Se In ke dalam pelukannya. Ia mendekapnya begitu erat membuat gadis itu terbelalak."Gil