"Wah nyalimu besar juga, tapi apa lo yakin bisa? mengahadapi cecunguk tadi aja lo nggak bisa. So soan mau nangkap pembunuh berantai yang polisi aja kewalahan" Su-ho mengangkat sebelah alisnya, "seharusnya kita tidak mencampuri urusan polisi bukan? Urungkan saja niatmu itu Hwang Se In."
Su-ho kembali menyesap rokok ditangannya. Ia tak pernah takut akan ketahuan oleh para guru karena ia anak pemilik yayasan sekolah itu. Ia kebal terhadap hukum sekolah bahkan hampir tidak pernah dihukum untuk kesalahan yang ia perbuat. Tidak seharusnya memang , namun nyatanya kasta tentang kekuasaan dan kekayaan jelas masih lah berlaku pada kehidupan saat ini. "Bukan urusan lo juga mencampuri urusan gue, gue cuma perlu alamat Minji setelah itu kita tak akan bertemu atau berurusan lagi. " Anh Su-ho menatap wajah Se In dan berdecih, "Dasar keras kepala! " "Udah buruan gue buru buru ini sebelum ketangkep guru ketertiban. " "Kalo gitu gue ikut lo. " "Ih nggak usah, ngapain? Lo cukup kasih tau gue alamat Kim Minji . Setelah itu kita akan menjadi orang asing kembali." "Nggak mau, pokoknya gue mau ikut lo. " "Nggak boleh, lo bakal bikin gue lebih ribet lagi nantinya. Gue ada misi penting tau." " Gue deket sama Minji , gue juga khawatir sama dia . Tapi gue pengecut nggak berani nemuin dia langsung." Ucap Anh Su-ho akhirnya berterus terang. "Kenapa? Kan kalian deket. Kenapa mesti nggak berani? Harusnya lo kasih support ke dia dong biar dia nggak trauma. " Anh Su-ho menghela nafas panjang, wajahnya melembut. Ia begitu tertampar dengan kata kata Hwang Se In barusan. "Ada alasan yang nggak bisa gue ceritain. " " Kalo gue jadi lo, apapun itu alasannya gue bakal tetep maju dan perduli sama temen deket gue yang jelas jelas butuh support. " " Lo bawel juga ya ternyata, udah pokoknya gue ikut. " Se In mengangkat sebelah bibirnya, "Ya udah ayo buruan banyak omong. Tapi awas ya lo kalo ngrepotin gue! " "Nggak akan! Gue bakal bantuin lo malah nantinya tenang aja. " Hwang Se In berjalan mengendap ngendap jauh didepan Su-ho ke pintu belakang yang berada di sebelah kantin. Namun Ahn Su-ho terlihat berjalan begitu santai. Ia bahkan sempat bertegur sapa dengan petugas kebersihan. Se In menatap pintu keluar dengan was was karena Su-ho belum juga keluar dari pintu, sedangkan jam sudah menunjukan pukul 9. Itu artinya sebentar lagi guru ketertiban akan berkeliling. Ditengah kepanikan yang Se In rasakan, Su-ho malah dengan santainya keluar bersama guru ketertiban yang nampak tersenyum membuat Se In hampir jantungan. "Ada junior terluka tolong diurus saja , jangan sampai bocor keluar kalo itu kelakuan saya. " "Siap akan saya lakukan dengan baik. " guru ketertiban kembali tersenyum dan kembali masuk. Se In menghembuskan nafas dengan lega, ia sempat mengira Su-ho sengaja menjebaknya . Namun ternyata ia salah besar. Ia masih tidak tau kalau Su-ho adalah anak pemilik Yayasan. "Wajah lo jelek banget kalo panik haha. " Tawa Su-ho menoyor kepala Se In. "Lo punya kepribadian berapa sih? Sebentar sebentar baik, sebentar sebentar kejam kek iblis, sebentar sebentar sok akrab gini. " "Biarin berapapun yang penting gak nyusahin lo! " "Eh tapi kok lo bisa segampang itu sih lolos dari guru ketertiban? " "Lo nggak tau siapa gue? " Su-ho balik bertanya . "Nggak." "Waahh baru kali ini ada siswa disekolah bokap gue tapi nggak tau siapa gue." "Emang segitu pentingnya harus tau siapa lo?" "Jelas dong, biar lo tau dengan siapa lo berurusan." " Brisik,udah ah buruan jalan , gue nggak mau nunda nunda." "Kalo jalan cape tolol, pake motor gue aja biar gue ambil dulu." " Kenapa nggak dari tadi si lewat gerbang depan aja sekalian! " teriak Se In pada Su-ho yang kembali masuk ke dalam sekolah. Beberapa saat kemudian sebuah Mobil mewah berhenti tepat di depan Se In. Gadis itu menaikkan sebelah alisnya sembari waspada . Takut kalau kalau psikopat yang tengah meneror itu yang berhenti didepannya saat ini. Pintu mobil terbuka dan Su-ho keluar dari mobil mewah itu. "Kenapa? Terkejut lagi? " ejek Su-ho yang melihat wajah kaget Se In. "Wah nggak bener, nggak bisa dipercaya omongan lo! Lo bilang ambil motor kenapa malah mobil yang lo pake. Ini sekolah apa rumah lo sii. " heran Se In. "Masuk buruan! " perintah Su-ho membukakan pintu mobil untuk Se In. Hwang Se In tertawa mengejek, "Bener bener manusia aneh ." Namun ia juga langsung masuk ke mobil Su-ho. Pemuda berlesung pipi itu melajukan mobilnya dengan tenang. Ia juga langsung bisa merasa nyaman berteman dengan gadis di sampingnya itu. Ia mulai membuka pembicaraan. "Lo nggak penasaran gitu sama hubungan gue ke Minji? Siapa tau ada petunjuk yang bisa nguntungin lo?" "Maksudnya? Kan cuma rumor yang mengatakan kalo Kim Minji lolos dari psikopat itu. Belum tentu kabar itu benar juga kan? Makannya gue mau mastiin langsung ke orangnya." Ahn Su-ho terlihat sedikit gugup, tapi kemudian ia tersenyum. Se In menatap wajah Su-ho dengan sedikit curiga. Pikirannya mulai berkelana. 'Masa iya dia Psikopat itu? Rasanya nggak mungkin, dia memang kejam seperti yang dia lakuin ke Woo Sik di sekolah , tapi wajahnya juga teduh dan sorot matanya sebenarnya penuh kasih sayang terhadap orang yang bukan musuh baginya ' 'Tapi orang tuanya orang kaya dan punya kuasa, bisa jadi dia pelakunya.' 'Itu mungkin sebabnya mengapa para polisi sulit mengungkap siapa pelaku pembunuhan yang tengah terjadi saat ini. ' "Kita udah sampe lo masih mau ngelamun apa mau turun?! " ucap Su-ho menyadarkan lamunan Se In "Jangan mikir kalo gue psikopat itu gara gara ucapan gue barusan ya? Itu tuh biar kita lebih akrab aja. Kayaknya seru temenan sama lo." Se In tak menanggapi dan langsung beranjak keluar, meskipun pikirannya terganggu tapi ia berusaha terlihat biasa. Ia memandang rumah Kim Minji yang terlihat tradisional. Saat hendak melangkah mendekat ke pintu gerbang, Anh Su-ho secara tiba tiba menarik tubuh Se In dan bersembunyi di belakang mobil. "Apaan sih?" Marah Se In yang merasa kaget. Su-ho meletakan telunjuk ke tengah bibirnya kemudian menunjuk ke arah jalan ," Itu Minji." Wanita bertubuh mungil itu tengah tertawa menggandeng tangan seorang pria dewasa. "Kenapa mesti sembunyi? Kita kan mau ketemu Minji?" Tanya Se In berusaha bangkit. Namun dihentikan oleh Su-ho membuatnya jengkel. "Lo bilang gak mau jadi beban, target gue dah di depan mata kenapa lu malah gini sih ?! " marah Se In dengan suara setengah berbisik. Minji sudah Masuk ke dalam rumah dengan Pria yang digandengnya tadi. Su-ho beranjak berdiri dengan tatapan kecewa. Se In yang menyadari itu kemudian bertanya. "Kenapa? Dia ayahnya bukan? Kenapa kamu tidak berani? Semua orang bilang Minji mengurung diri trauma dan hampir gila setelah insiden yang menimpannya tapi kelihatanya dia seneng seneng aja tuh. Bahkan dia nggak kelihatan kaya orang trauma." "Kita pergi dulu dari sini. " jawab Su-ho tak bersemangat, raut wajahnya kecewa namun juga terlihat marah. "Kenapa? Gue butuh kesaksian Minji buat ngungkap sosok psikopat itu. Gue mau nemuin dia." Kekeh Se In tak mendengarkan ucapan Su-ho "Dia bukan ayahnya Minji!"Dari raut wajah Su-ho, Hwang Se In sudah bisa memastikan siapa pria dewasa yang digandeng Kim Minji."Gue nggak mau ngurusin percintaan lo, gue tetep mau ketemu Minji. Dengan atau tanpa lo !" Seru Se In sembari melangkah menuju pintu gerbang rumah Minji.Langkahnya terhenti saat Su-ho kembali menahan lengannya."Lo harus pura pura jadi pacar gue ya, cuma buat di depan Minji. ""Nggak gue nggak mau, buat apa? Nggak ada untungnya buat gue.""Tolongin gue, malu dong nanti didepan pacar baru Minji. Masa iya gue ditinggalin cuma gara gara dia sama om om, kurang apa coba gue? Ganteng iya, kaya iya. Malu maluin banget tau. ""Ya bukan urusan gue dong. Kalo lo nggak mau ketemu Minji ya tinggal pulang aja sana. Gue bisa pulang sendiri nantinya.""Nggak terima dong gue, masa gue diginiin.""Sekali lagi bukan urusan gue! Udah makasih buat tumpangannya gue mau ngurus urusan gue dulu."Anh Su-ho menarik lengan Se In ke dalam pelukannya. Ia mendekapnya begitu erat membuat gadis itu terbelalak."Gil
Pria itu masih menatap wajah Se In tanpa berkedip. Gadis itu berusaha mundur namun selangkah ia mundur, selangkah pula pria dihadapannya itu maju.Hwang Se In meneguk salivanya kasar, ia kini terpojok pada dinding di belakangnnya. Ia mulai berpikir untuk berani, tapi saat ia memperhatikan wajah pria dihadapannya. Ia seakan tak asing, seperti pernah bertemu dengannya disuatu tempat."Kamu mengenalku? " tanya pria itu.Se In berpikir keras berusaha mengingat wajah dihadapannya saat ini."Tentu saja kamu pernah melihatku, aku seniormu disekolah. "Se In kembali menimbang dan berusaha mengingatnya dengan keras.'Gue rasa bukan disekolah , melainkan di suatu tempat. Tapi di mana ya? 'Batin Se In."Hwang Se In... "Belum selesai ia berpikir, sebuah teriakan terdengar memanggil namanya. Gadis itu menengok berusaha mencari arah datangnya suara."Anh Su-ho tuh. ""Lo anteknya Bedebah gila itu ya? " tanya Se In berusaha tenang. Namun wajahnya sama sekali tak menunjukan sebuah ketenangan.Pria
"Kamu cukup pintar untuk terlihat bingung seperti itu Se In. " Kim Han Bin menarik kedua sudut bibirnya.Di tengah kebingungannya, Hwang Se In masih berusaha untuk berpikir . Disisi lain Kim Han Bin mendekat dan sepersekian detik kemudian, ia dengan cepat menyuntikkan sebuah cairan ke leher Hwang Se In. Entah di mana suntikan itu ia sembunyikan, yang jelas kini ia berhasil.Gadis itu terkejut namun sudah terlambat, badanya kini terasa lemas, kepalanya pusing dan pandangannya mulai kabur. Hwang Se In pingsan dan tubuhnya hampir menghantam lantai.Namun dengan sigap Kim Han Bin meraihnya. Ia menatapnya dalam dan mengelus pipi Se In yang begitu mulus."Mari kita mulai permainan yang sesungguhnya cantik." gumam Kim Han Bin seraya meletakkan tubuh gadis itu diatas ranjang.Keesokan harinya, Ahn Su-ho sudah berangkat ke sekolah. Ia memarkirkan mobilnya dan bergegas keluar menuju ruang pribadi ayahnya."Ahn Sung Hwang!" teriak Su-ho yang tanpa aba aba menendang pintu ruang pribadi ayahnya it
Park Do Ha segera menghubungi Lee Ha-na, untuk membantunya mencari keberadaan Hwang Se In. Ia yakin kalau omongan anak SMA waktu itu pada Lee Ha-na adalah kesungguhan.'Jangan jangan Hwang Se In ditangkap oleh psikopat itu. Bagaimana jika ia korban selanjutnya' batin Park Do Ha gelisah."Hallo ada apa? Kenapa kamu belum datang ke kantor? Apa terjadi sesuatu?" tanya Lee Ha-na dari sebrang telepon."Kumpulkan tim kita akan melakukan pencarian orang hilang. Kemungkinan ini ada hubungannya dengan psikopat yang tengah kita buru." ujar Park Do Ha tanpa basa basi."Memang siapa yang menghilang?""Hwang Se In. sejak kemarin dia tak pulang kerumah. Ingat ucapannya padamu kemarin? ""Ck, anak itu anak nakal. Mungkin saja dia tengah bersenang senang dengan teman atau mungkin pacarnya. Kenapa kamu begitu khawatir. Lagi pula peraturan di kantor orang dinyatakan hilang, jika tidak pulang ke rumah dalam kurun waktu 2 x 24 jam. Tunggu saja sampai hari esok. Jika belum juga pulang neneknya suruh buat
Ahn Su-ho menarik nafas panjang, memandangi punggung Kim Minji dan Im Si Wan yang perlahan semakin menjauh."Ini bukan seperti apa yang gue rencanain. Sama sekali tak sesuai harapan, sial. "Ahn Su-ho menyulut sebatang rokok yang sudah bertengger di bibirnya. Ia memutar badan dan segera ingat tujuan utama , dirinya kembali ke tempat ini."Gue plin plan banget si! Tujuan gue nyari Hwang Se In. Kenapa malah ketemu dan melow in Minji. Ah otak sama hati gue emang gak pernah sinkron!"Ia terus berjalan menyusuri jalan, mengamati setiap sudut yang ia lewati. Setelah beberapa saat ia mengamati, tiba tiba ia mengingat sesuatu."Terakhir kali Se In masuk ke gang paling ujung sana, dan plot twistnya gang itu buntu. Lebih tololnya gue nggak nyadar itu kemarin dan malah langsung pergi gitu aja! " Ujar Ahn Su-ho merutuki dirinya sendiri.Ahn Su-ho sendiri memang memiliki kepribandian yang aneh. Ia bisa menjadi beberapa orang dalam kondisi yang berbeda. Entah karena trauma masa kecil atau karna ia
Kakek itu tersenyum, ia kemudian memutar beberapa menit penggalan video yang berada di layar monitor.Ahn Su-ho mulai mendekat dan mengamati dengan seksama.Disana nampak Hwang Se In yang tengah berjalan, bersama seorang pria yang tak lain adalah Kim Han Bin."Siapa pria itu?" Tanya Ahn Su-ho yang langsung terperanjat , menyaksikan Hwang Se In masuk ke dalam sebuah rumah bersama pria itu.Kemudian sang kakek mengganti layar monitor dengan beberapa foto. Foto itu menunjukan seseorang dengan setelan serba hitam, berdiri di tengah rintikan hujan."Orang orang seperti kami menyebutnya, Puzzle Man. Ia begitu terkenal karena teka teki pembunuhannya begitu rumit. Hingga sampai sekarang tak pernah tertangkap, apalagi terendus keberadaannya oleh pihak kepolisian. Mungkin juga Pelaku pembunuhan Distrik Wei akhir akhir ini adalah Puzzle Man."Ahn Su-ho jadi teringat sebuah artikel yang ia temukan di meja kerja ibunya, yang menyebutkan sesuatu tentang sebuah pembunuhan di Distrik Sei beberapa wa
Beberapa saat kemudian, Park Do Ha sampai di kantor. Ia langsung di sambut oleh Lee Ha Na yang berwajah cemberut.Terlihat bersiap mengomel, Park Do Haa buru buru mengeluarkan secuil kertas itu."Dugaanku benar, pembunuh itu kini makin terang terangan. Kita harus segera bertindak, sebelum pembunuh itu kembali menghilang bak di telan bumi kembali."Ha Na yang mendengar hal itu terlihat terkejut. Baru saja ia akan mengomeli rekannya itu, tapi ia urungkan. Dan buru buru mengambil kertas itu.Namun setelah membacanya, ia malah terlihat sedikit tersenyum."Santai saja gak perlu buru buru, kali ini pasti dia tertangkap." Ujar Lee Ha Na bergegas membawa kertas itu masuk."Apa maksudmu santai!? Ada nyawa yang harus kita selamatkan." Ucap Park Do Ha yang berjalan di belakang Ha Na.Wanita itu tak menanggapi dan masih terus berjalan.'Biarin aja gadis itu mampus duluan, dengan begitu tak akan ada lagi yang menggangguku.' batin Ha Na."Apa kamu membencinya gara gara ia tahu sugar dadymu Ha Na?"
Lee Jae-myun dengan perasaan terkejut langsung melihat kertas itu. Wajahnya memerah , amarahnya kembali memuncak. Dendam di hatinya kembali timbul, mengetahui sang pelaku pembunuhan kembali meneror."Psikopat gila itu!" Geram Lee Jae-myun," sebenarnya aku sudah punya target sendiri, setelah beberapa bulan ini menyelidikinya."Kini giliran Park Do Ha yang di buat terkejut."Biasanya anda memberitahuku tentang perkembangan apapun yang anda peroleh.""Ini baru dugaan sementaraku. Belum ada bukti konkret yang bisa membuatnya di tetapkan sebagai tersangka. Lagi pula kamu tak mau membantu dengan caraku, dan lebih memilih untuk melakukan cara polisi yang jelas didalamnya banyak manipulasi! Lihat? Sampai saat ini pembunuh itu masih berkeliaran bebas di luar sana! Bahkan mungkin akan ada korban selanjutnya, Hwang Se In mungkin.""Siapa sebenarnya orang itu? Apa maksud anda ? Anda tau keberadaan Hwang Se In? Cepat katakan , Nenek Bo Ra sangat menghawatirkannya. Aku harus segera mencarinya. Sebe
Park Do Ha dan Noh Park datang dengan tergesa gesa, setelah mendengar kabar kematian cucu Kepala Senior.Park Do Ha mendekat, berusaha untuk menguatkan Lee Jae-myun yang tak mau beranjak. Sedari tadi tatapannya kosong memandangi jasad cucunya yang sudah hampir selesai dilakukan olah tempat kejadian perkara."Biar polisi yang lain yang melakukan prosedur, anda ikutlah denganku." Ucap Park Do Ha sembari membantu Lee Jae-myun berdiri.Dengan lemah , Jae-myun menuruti kata kata Do Ha. Hingga beberapa saat kemudian, datang salah seorang polisi Distrik Sei yang berhasil menemukan ponsel milik Ha Yi.Polisi itu juga memberi tau bahwa dalam daftar panggilan terakhir ponsel Lee Ha Yi adalah Park Do Ha.Mendengar hal itu Lee Jae-myun, bergegas mengambil ponsel tersebut dan mengeceknya secara langsung.Ia memandang Park Do Ha dengan tatapan penuh tanda tanya."Aku berniat memberitahu anda kalau Lee Ha Yi menelfonku , namun karena ada tugas aku jadi lupa akan hal itu." Jujur Park Do Ha yang meras
Waktu sudah menunjukan pukul 7 malam dan rintik hujan mulai turun . Lee Jae-myun menghentikan pekerjaanya sejenak. Ia bergegas melihat ponselnya, namun tak ada balasan dari sang cucu kesayangan.Ia berusaha menelfon dan mengirimi beberapa pesan ke Ha Yi. Namun ia tak kunjung mendapatkan balasan."Apa anak itu lupa waktu lagi, dasar anak itu memang selalu seperti ini jika berurusan dengan Novel. Sampai sampai ia tak memperdulikan pesan dan panggilan dariku. Tapi entah mengapa perasaanku sangat tak enak. Lebih baik aku datang saja ke toko buku itu. " Gumam Jae-myun.Kemudian ia berpamitan kepada rekan kerjanya untuk pulang lebih awal. Ia ingin menjemput cucu kesayangannya itu. Rekan rekan yang sudah paham dengan kebiasaan Kepala Seniornya itu, mempersilahkan Jae-myun untuk pulang lebih awal.Karena memang kasus Distrik Sei belum menemukan titik terang, siapa pelaku sebenarnya. Bahkan bukti yang mengarah pada seseorang pun tak ada. Psikopat yang melakukan hal ini memang begitu hati hati
Lee Jae-myun dengan perasaan terkejut langsung melihat kertas itu. Wajahnya memerah , amarahnya kembali memuncak. Dendam di hatinya kembali timbul, mengetahui sang pelaku pembunuhan kembali meneror."Psikopat gila itu!" Geram Lee Jae-myun," sebenarnya aku sudah punya target sendiri, setelah beberapa bulan ini menyelidikinya."Kini giliran Park Do Ha yang di buat terkejut."Biasanya anda memberitahuku tentang perkembangan apapun yang anda peroleh.""Ini baru dugaan sementaraku. Belum ada bukti konkret yang bisa membuatnya di tetapkan sebagai tersangka. Lagi pula kamu tak mau membantu dengan caraku, dan lebih memilih untuk melakukan cara polisi yang jelas didalamnya banyak manipulasi! Lihat? Sampai saat ini pembunuh itu masih berkeliaran bebas di luar sana! Bahkan mungkin akan ada korban selanjutnya, Hwang Se In mungkin.""Siapa sebenarnya orang itu? Apa maksud anda ? Anda tau keberadaan Hwang Se In? Cepat katakan , Nenek Bo Ra sangat menghawatirkannya. Aku harus segera mencarinya. Sebe
Beberapa saat kemudian, Park Do Ha sampai di kantor. Ia langsung di sambut oleh Lee Ha Na yang berwajah cemberut.Terlihat bersiap mengomel, Park Do Haa buru buru mengeluarkan secuil kertas itu."Dugaanku benar, pembunuh itu kini makin terang terangan. Kita harus segera bertindak, sebelum pembunuh itu kembali menghilang bak di telan bumi kembali."Ha Na yang mendengar hal itu terlihat terkejut. Baru saja ia akan mengomeli rekannya itu, tapi ia urungkan. Dan buru buru mengambil kertas itu.Namun setelah membacanya, ia malah terlihat sedikit tersenyum."Santai saja gak perlu buru buru, kali ini pasti dia tertangkap." Ujar Lee Ha Na bergegas membawa kertas itu masuk."Apa maksudmu santai!? Ada nyawa yang harus kita selamatkan." Ucap Park Do Ha yang berjalan di belakang Ha Na.Wanita itu tak menanggapi dan masih terus berjalan.'Biarin aja gadis itu mampus duluan, dengan begitu tak akan ada lagi yang menggangguku.' batin Ha Na."Apa kamu membencinya gara gara ia tahu sugar dadymu Ha Na?"
Kakek itu tersenyum, ia kemudian memutar beberapa menit penggalan video yang berada di layar monitor.Ahn Su-ho mulai mendekat dan mengamati dengan seksama.Disana nampak Hwang Se In yang tengah berjalan, bersama seorang pria yang tak lain adalah Kim Han Bin."Siapa pria itu?" Tanya Ahn Su-ho yang langsung terperanjat , menyaksikan Hwang Se In masuk ke dalam sebuah rumah bersama pria itu.Kemudian sang kakek mengganti layar monitor dengan beberapa foto. Foto itu menunjukan seseorang dengan setelan serba hitam, berdiri di tengah rintikan hujan."Orang orang seperti kami menyebutnya, Puzzle Man. Ia begitu terkenal karena teka teki pembunuhannya begitu rumit. Hingga sampai sekarang tak pernah tertangkap, apalagi terendus keberadaannya oleh pihak kepolisian. Mungkin juga Pelaku pembunuhan Distrik Wei akhir akhir ini adalah Puzzle Man."Ahn Su-ho jadi teringat sebuah artikel yang ia temukan di meja kerja ibunya, yang menyebutkan sesuatu tentang sebuah pembunuhan di Distrik Sei beberapa wa
Ahn Su-ho menarik nafas panjang, memandangi punggung Kim Minji dan Im Si Wan yang perlahan semakin menjauh."Ini bukan seperti apa yang gue rencanain. Sama sekali tak sesuai harapan, sial. "Ahn Su-ho menyulut sebatang rokok yang sudah bertengger di bibirnya. Ia memutar badan dan segera ingat tujuan utama , dirinya kembali ke tempat ini."Gue plin plan banget si! Tujuan gue nyari Hwang Se In. Kenapa malah ketemu dan melow in Minji. Ah otak sama hati gue emang gak pernah sinkron!"Ia terus berjalan menyusuri jalan, mengamati setiap sudut yang ia lewati. Setelah beberapa saat ia mengamati, tiba tiba ia mengingat sesuatu."Terakhir kali Se In masuk ke gang paling ujung sana, dan plot twistnya gang itu buntu. Lebih tololnya gue nggak nyadar itu kemarin dan malah langsung pergi gitu aja! " Ujar Ahn Su-ho merutuki dirinya sendiri.Ahn Su-ho sendiri memang memiliki kepribandian yang aneh. Ia bisa menjadi beberapa orang dalam kondisi yang berbeda. Entah karena trauma masa kecil atau karna ia
Park Do Ha segera menghubungi Lee Ha-na, untuk membantunya mencari keberadaan Hwang Se In. Ia yakin kalau omongan anak SMA waktu itu pada Lee Ha-na adalah kesungguhan.'Jangan jangan Hwang Se In ditangkap oleh psikopat itu. Bagaimana jika ia korban selanjutnya' batin Park Do Ha gelisah."Hallo ada apa? Kenapa kamu belum datang ke kantor? Apa terjadi sesuatu?" tanya Lee Ha-na dari sebrang telepon."Kumpulkan tim kita akan melakukan pencarian orang hilang. Kemungkinan ini ada hubungannya dengan psikopat yang tengah kita buru." ujar Park Do Ha tanpa basa basi."Memang siapa yang menghilang?""Hwang Se In. sejak kemarin dia tak pulang kerumah. Ingat ucapannya padamu kemarin? ""Ck, anak itu anak nakal. Mungkin saja dia tengah bersenang senang dengan teman atau mungkin pacarnya. Kenapa kamu begitu khawatir. Lagi pula peraturan di kantor orang dinyatakan hilang, jika tidak pulang ke rumah dalam kurun waktu 2 x 24 jam. Tunggu saja sampai hari esok. Jika belum juga pulang neneknya suruh buat
"Kamu cukup pintar untuk terlihat bingung seperti itu Se In. " Kim Han Bin menarik kedua sudut bibirnya.Di tengah kebingungannya, Hwang Se In masih berusaha untuk berpikir . Disisi lain Kim Han Bin mendekat dan sepersekian detik kemudian, ia dengan cepat menyuntikkan sebuah cairan ke leher Hwang Se In. Entah di mana suntikan itu ia sembunyikan, yang jelas kini ia berhasil.Gadis itu terkejut namun sudah terlambat, badanya kini terasa lemas, kepalanya pusing dan pandangannya mulai kabur. Hwang Se In pingsan dan tubuhnya hampir menghantam lantai.Namun dengan sigap Kim Han Bin meraihnya. Ia menatapnya dalam dan mengelus pipi Se In yang begitu mulus."Mari kita mulai permainan yang sesungguhnya cantik." gumam Kim Han Bin seraya meletakkan tubuh gadis itu diatas ranjang.Keesokan harinya, Ahn Su-ho sudah berangkat ke sekolah. Ia memarkirkan mobilnya dan bergegas keluar menuju ruang pribadi ayahnya."Ahn Sung Hwang!" teriak Su-ho yang tanpa aba aba menendang pintu ruang pribadi ayahnya it
Pria itu masih menatap wajah Se In tanpa berkedip. Gadis itu berusaha mundur namun selangkah ia mundur, selangkah pula pria dihadapannya itu maju.Hwang Se In meneguk salivanya kasar, ia kini terpojok pada dinding di belakangnnya. Ia mulai berpikir untuk berani, tapi saat ia memperhatikan wajah pria dihadapannya. Ia seakan tak asing, seperti pernah bertemu dengannya disuatu tempat."Kamu mengenalku? " tanya pria itu.Se In berpikir keras berusaha mengingat wajah dihadapannya saat ini."Tentu saja kamu pernah melihatku, aku seniormu disekolah. "Se In kembali menimbang dan berusaha mengingatnya dengan keras.'Gue rasa bukan disekolah , melainkan di suatu tempat. Tapi di mana ya? 'Batin Se In."Hwang Se In... "Belum selesai ia berpikir, sebuah teriakan terdengar memanggil namanya. Gadis itu menengok berusaha mencari arah datangnya suara."Anh Su-ho tuh. ""Lo anteknya Bedebah gila itu ya? " tanya Se In berusaha tenang. Namun wajahnya sama sekali tak menunjukan sebuah ketenangan.Pria