Share

Puzzle Killer 3

"Wah nyalimu besar juga, tapi apa lo yakin bisa? mengahadapi cecunguk tadi aja lo nggak bisa. So soan mau nangkap pembunuh berantai yang polisi aja kewalahan" Su-ho mengangkat sebelah alisnya, "seharusnya kita tidak mencampuri urusan polisi bukan? Urungkan saja niatmu itu Hwang  Se In."

Su-ho kembali menyesap rokok ditangannya. Ia tak pernah takut akan ketahuan oleh para guru karena ia anak pemilik yayasan sekolah itu. Ia kebal terhadap hukum sekolah bahkan hampir tidak pernah dihukum untuk kesalahan yang ia perbuat.

Tidak seharusnya memang , namun nyatanya kasta tentang kekuasaan dan kekayaan jelas masih lah berlaku pada kehidupan saat ini.

"Bukan urusan lo juga mencampuri urusan gue, gue cuma perlu alamat Minji setelah itu kita tak akan bertemu atau berurusan lagi. "

Anh Su-ho menatap wajah Se In dan berdecih, "Dasar keras kepala! "

"Udah buruan gue buru buru ini sebelum ketangkep guru ketertiban. "

"Kalo gitu gue ikut lo. "

"Ih nggak usah, ngapain? Lo cukup kasih tau gue alamat Kim Minji . Setelah itu kita akan menjadi orang asing kembali."

"Nggak mau, pokoknya gue mau ikut lo. "

"Nggak boleh, lo bakal bikin gue lebih ribet lagi nantinya. Gue ada misi penting tau."

" Gue deket sama Minji , gue juga khawatir sama dia . Tapi gue pengecut nggak berani nemuin dia langsung." Ucap Anh Su-ho akhirnya berterus terang.

"Kenapa? Kan kalian deket. Kenapa mesti nggak berani? Harusnya lo kasih support ke dia dong biar dia nggak trauma. "

Anh Su-ho menghela nafas panjang, wajahnya melembut. Ia begitu tertampar dengan kata kata Hwang Se In barusan.

"Ada alasan yang nggak bisa gue ceritain. "

" Kalo gue jadi lo, apapun itu alasannya gue bakal tetep maju dan perduli sama temen deket gue yang jelas jelas butuh support. "

" Lo bawel juga ya ternyata, udah pokoknya gue ikut. "

Se In mengangkat sebelah bibirnya, "Ya udah ayo buruan banyak omong. Tapi awas ya lo kalo ngrepotin gue! "

"Nggak akan! Gue bakal bantuin lo malah nantinya tenang aja. "

Hwang Se In berjalan mengendap ngendap jauh didepan Su-ho ke pintu belakang yang berada di sebelah kantin. Namun Ahn Su-ho terlihat berjalan begitu santai. Ia bahkan sempat bertegur sapa dengan petugas kebersihan.

Se In menatap pintu keluar dengan was was karena Su-ho belum juga keluar dari pintu, sedangkan jam sudah menunjukan pukul 9. Itu artinya sebentar lagi guru ketertiban akan berkeliling.

Ditengah kepanikan yang Se In rasakan, Su-ho malah dengan santainya keluar bersama guru ketertiban yang nampak tersenyum membuat Se In hampir jantungan.

"Ada junior terluka tolong diurus saja , jangan sampai bocor keluar kalo itu kelakuan saya. "

"Siap akan saya lakukan dengan baik. " guru ketertiban kembali tersenyum dan kembali masuk.

Se In menghembuskan nafas dengan lega, ia sempat mengira Su-ho sengaja menjebaknya . Namun ternyata ia salah besar. Ia masih tidak tau kalau Su-ho adalah anak pemilik Yayasan.

"Wajah lo jelek banget kalo panik haha. " Tawa Su-ho menoyor kepala Se In.

"Lo punya kepribadian berapa sih? Sebentar sebentar baik, sebentar sebentar kejam kek iblis, sebentar sebentar sok akrab gini. "

"Biarin berapapun yang penting gak nyusahin lo! "

"Eh tapi kok lo bisa segampang itu sih lolos dari guru ketertiban? "

"Lo nggak tau siapa gue? " Su-ho balik bertanya .

"Nggak."

"Waahh baru kali ini ada siswa disekolah bokap gue tapi nggak tau siapa gue."

"Emang segitu pentingnya harus tau siapa lo?"

"Jelas dong, biar lo tau dengan siapa lo berurusan."

" Brisik,udah ah buruan jalan , gue nggak mau nunda nunda."

"Kalo jalan cape tolol, pake motor gue aja biar gue ambil dulu."

" Kenapa nggak dari tadi si lewat gerbang depan aja sekalian! " teriak Se In pada Su-ho yang kembali masuk ke dalam sekolah.

Beberapa saat kemudian sebuah Mobil mewah berhenti tepat di depan Se In. Gadis itu menaikkan sebelah alisnya sembari waspada . Takut kalau kalau psikopat yang tengah meneror itu yang berhenti didepannya saat ini.

Pintu mobil terbuka dan Su-ho keluar dari mobil mewah itu.

"Kenapa? Terkejut lagi? " ejek Su-ho yang melihat wajah kaget Se In.

"Wah nggak bener, nggak bisa dipercaya omongan lo! Lo bilang ambil motor kenapa malah mobil yang lo pake. Ini sekolah apa rumah lo sii. " heran Se In.

"Masuk buruan! " perintah Su-ho membukakan pintu mobil untuk Se In.

Hwang Se In tertawa mengejek, "Bener bener manusia aneh ."

Namun ia juga langsung masuk ke mobil Su-ho. Pemuda berlesung pipi itu melajukan mobilnya dengan tenang. Ia juga langsung bisa merasa nyaman berteman dengan gadis di sampingnya itu. Ia mulai membuka pembicaraan.

"Lo nggak penasaran gitu sama hubungan gue ke Minji? Siapa tau ada petunjuk yang bisa nguntungin lo?"

"Maksudnya? Kan cuma rumor yang mengatakan kalo Kim Minji lolos dari psikopat itu. Belum tentu kabar itu benar juga kan? Makannya gue mau mastiin langsung ke orangnya."

Ahn Su-ho terlihat sedikit gugup, tapi kemudian ia tersenyum. Se In menatap wajah Su-ho dengan sedikit curiga. Pikirannya mulai berkelana.

'Masa iya dia Psikopat itu? Rasanya nggak mungkin, dia memang kejam seperti yang dia lakuin ke Woo Sik di sekolah , tapi wajahnya juga teduh dan sorot matanya sebenarnya penuh kasih sayang terhadap orang yang bukan musuh baginya '

'Tapi orang tuanya orang kaya dan punya kuasa, bisa jadi dia pelakunya.'

'Itu mungkin sebabnya mengapa para polisi sulit mengungkap siapa pelaku pembunuhan yang tengah terjadi saat ini. '

"Kita udah sampe lo masih mau ngelamun apa mau turun?! " ucap Su-ho menyadarkan lamunan Se In "Jangan mikir kalo gue psikopat itu gara gara ucapan gue barusan ya? Itu tuh biar kita lebih akrab aja. Kayaknya seru temenan sama lo."

Se In tak menanggapi dan langsung beranjak keluar, meskipun pikirannya terganggu tapi ia berusaha terlihat biasa. Ia memandang rumah Kim Minji yang terlihat tradisional.

Saat hendak melangkah mendekat ke pintu gerbang, Anh Su-ho secara tiba tiba menarik tubuh Se In dan bersembunyi di belakang mobil.

"Apaan sih?" Marah Se In yang merasa kaget.

Su-ho meletakan telunjuk ke tengah bibirnya kemudian menunjuk ke arah jalan ," Itu Minji."

Wanita bertubuh mungil itu tengah tertawa menggandeng tangan seorang pria dewasa.

"Kenapa mesti sembunyi? Kita kan mau ketemu Minji?" Tanya Se In berusaha bangkit.

Namun dihentikan oleh Su-ho membuatnya jengkel.

"Lo bilang gak mau jadi beban, target gue dah di depan mata kenapa lu malah gini sih ?! " marah Se In dengan suara setengah berbisik.

Minji sudah Masuk ke dalam rumah dengan Pria yang digandengnya tadi. Su-ho beranjak berdiri dengan tatapan kecewa. Se In yang menyadari itu kemudian bertanya.

"Kenapa? Dia ayahnya bukan? Kenapa kamu tidak berani? Semua orang bilang Minji mengurung diri trauma dan hampir gila setelah insiden yang menimpannya tapi kelihatanya dia seneng seneng aja tuh. Bahkan dia nggak kelihatan kaya orang trauma."

"Kita pergi dulu dari sini. " jawab Su-ho tak bersemangat, raut wajahnya kecewa namun juga terlihat marah.

"Kenapa? Gue butuh kesaksian Minji buat ngungkap sosok psikopat itu. Gue mau nemuin dia." Kekeh Se In tak mendengarkan ucapan Su-ho

"Dia bukan ayahnya Minji!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status