Share

Puzzle Killer 2

Saat hendak melayangkan pukulan ke wajah Se In, seorang cowok menghentikan tangan Min-ju.

"Woy anak orang kaya santai dong, kaya gangster ajah sih! "Teriaknya.

"Plis deh ho jangan ikut campur urusan gue, dasar cowo tengil!" Ucap Min-ju.

"Keluar aja, biar mereka aku yang urus. Kamu mau tau alamat Minji, nanti pulang sekolah temui aku di belakang gudang." Perintah cowo bernama Ahn Su-ho itu pada Se In.

Ko Mi-ho dan Le Yeon melepaskan pegangannya pada tangan Se In. Mereka tau kalau Su-ho juga salah satu siswa berpengaruh disekolah ini karena kekayaan orang tuanya. Jadi mereka tak mau terlibat masalah dengannya.

Se In mengacungkan jari tengahnya pada Min-ju dan bergegas pergi keluar dari kelas 3A.

"Sialan awas lo ya!" teriak Min-ju, " Kamu apaan sih ho , dia tu junior nggak tau diri mesti dikasih pelajaran. "

"Shut" ucap Su-ho sembari menempelkan jari telunjuknya di tengah bibir, "diem bego! " kemudian ia melenggang pergi menuju tempat duduknya.

"Iiiiiihhhhhh! " Min-ju terlihat marah namun masih tetap menahan emosinya. Ia tak mau terlibat masalah lagi dengan kutu kampret satu itu. Sudah tak menjadi hal yang baru bila seorang Anh Su-ho ikut campur urusan semua orang bak pahlawan kesiangan.

Se In berjalan keluar hendak menuju kelasnya namun geng Choi Woo Sik sudah menghadangnya di lorong.

"Mampus." Dengan raut wajah panik Se In berusaha berlari menjauh.

"Woi kumbang siluman berhenti lo!" Teriak Woo Sik yang berlari disusul 2 orang temannya, Han Ji Sung dan Kim Woo-bin.

Se In berlari ke sembarang arah , ia ingat hari kemarin sudah mengacaukan rencana mereka jadi sudah bisa dipastikan mereka marah besar kali ini.

"Aduh aduh kemana ini gue mau lari, abis dah gue kali ini. " Se In menggigit bibir bawahnya sembari terus berlari.

Sesekali ia menengok kebelakang sialnya geng Woo Sik masih terus memburunya.

Hingga sampai di ujung sekolah, dibelakang gudang yang sudah lama kosong. Se In baru menyadari bahwa arah pelariannya menemui jalan buntu.

"Jalan buntu, sialan! Kok gue malah lari kesini sih" Gerutu Se In celingukan.

Ia bersiap akan berputar namun Choi Woo Sik dan temannya sudah berada di hadapannya saat ini.

' hoosshh hosshhh '

Mereka bertiga terengah engah, sembari kompak memegangi lutut mereka masing masing.

"Wooohh, kali ini lo nggak akan bisa lolos lagi jalang! " seru Woo sik terlihat bersemangat , "kalian berdua cepet pegangin tangannya" perintah Woo Sik pada dua rekannya. .

Hwang Se In tersenyum kecut ketar ketir, kali ini tamatlah sudah riwayatnya.

Ia seketika teringat ancaman Woo Sik kalau dia ikut campur urusannya. Tapi mau bagaimana lagi, Se In juga tak bisa membiarkan temannya dirundung terus menerus oleh geng Woo Sik.

"Buka bajunya! " perintah Woo Sik.

Han Ji Sung melotot, " Jangan gila lo ini sekolahan! "

"Lo nurut atau lo bakal jadi bahan bullyan lagi kaya dulu?" Ancam Woo Sik.

Ji Sung terdiam sejenak, ia seketika bimbang. Ia tau kalau akan menjadi bencana baginya jika tak menuruti perintah Woo Sik. Tapi jika selalu mengikuti perintahnya, ia akan mendapat bencana yang lain pula.

"Ji Sung tolong jangan! " Wajah Se In memelas.

Sebenarnya diantara mereka bertiga Han Ji Sung lah satu satunya orang baik. Ia enggan mengikuti kejahatan yang selalu Woo Sik lakukan, ia saat di sekolah SMP pun menjadi korban pembullyan karena kondisi ekonomi keluarganya yang kurang mampu. Jadi ia tahu betul bagaimana rasanya di bully.

Woo Sik menatap ke arah Woo-bin membuatnya bergegas hendak melepas kancing baju milik Se In. Ia memang begitu tunduk dengan setiap perintah Woo Sik.

"Woo-bin jangan gila!" Ji Sung reflek menarik Se In dalam pelukannya "Sepatuh patuhnya kita , inget lo juga punya adik perempuan! Kalo adek lo yang diginiin emang lo terima? "

Woo-bin menatap Woo Sik yang tengah menatap tajam ke arah Ji Sung.

"Ayo pergi. " Ji sung melepas pelukannya dan membawa Se In pergi menjauh.

"Sialan! Awas lo gue nggak main main sama ancaman yang gue ucapin ke lo! "

Pemuda bertubuh jangkung itu terlihat begitu kesal dan tak menghiraukan lagi ancaman Woo Sik. Ia akan siap menerima apapun konsekuensi yang akan Woo Sik berikan nantinya.

Namun baru beberapa langkah Ji Sung dan Se In melangkah , Woo Sik menyerang tubuh Ji Sung dari belakang membuatnya hampir kehilangan keseimbangan.

Se In panik dan berusaha berteriak saat Woo-bin dan Woo Sik memukuli Ji Sung secara membabi buta. Tapi dengan cepat dihentikan oleh Woo Sik yang menyadari tindakan Se In dan langsung membekap mulutnya.

Se In berontak berusaha melepaskan diri sekuat tenaganya.

"Lepasin Se In, kalian jangan gila!" Teriak Ji Sung yang tengah berusaha melawan Woo-bin. Namun ia terlihat kewalahan.

"Woo Sik lo keterlaluan! Ini udah nggak bener lagi kalo lo kaya gini! " Teriak Ji Sung kembali saat ia tau Woo Sik tengah berusaha membuka kancing baju Se In.

"Waaah ada pertunjukan apa ini? "

Suara berat tiba tiba terdengar dari balik dinding. Anh Su-ho muncul dari balik dinding dengan tangan memegang korek dan menyulut rokok di mulutnya.

Perkelahian mereka terhenti saat tau kalau yang datang adalah Su-ho.

"Kenapa berhenti lanjutkan saja" Su-ho melenggang melewati Woo Sik yang masih memegangi tangan Se In.

Awalnya ia berjalan acuh namun saat menyadari gadis yang dipegang Woo Sik adalah gadis yang menanyakan alamat Minji tadi ia segera berhenti.

"Pergi lepasin gadis itu! " perintah Su-ho.

"Tapi ini bukan urusan..."

Belum sempat menyelesaikan kata katanya Woo Sik melotot tajam saat Anh Su-ho menusukan pisau kecil ke lengannya.

"Lepasin atau kalian tamat ditanganku!? " ancam Su-ho dengan tatapan tajam. Selain kutu kampret Su-ho juga terkenal garang dan kejam jika diluar kelas.

Woo Sik meringis kesakitan dan reflek melepas pegangannya pada Se In. Gadis cantik itu berlari menuju Ji Sung yang terlihat babak belur.

"Lo nggak apa apa kan? Maaf ya gara gara gue lo jadi yang kena. " tanya Se In sembari membantu Ji Sung berdiri.

"Pergi! " Perintah Su-ho sembari mencabut pisau miliknya dari lengan Woo Sik.

Pemuda itu menjerit memegangi tangannya yang mengeluarkan darah. Woo-bin yang ciut nyali langsung membawa Woo Sik pergi saat Su-ho memberikan kode pergi padannya.

"Eh Gadis." Kata Su-ho yang langsung dipotong Se In.

"Bentar bentar gue nolongin dia dulu, lo tunggu sini biar gue anterin dia ke ruang medis. " ia menggandeng tangan Ji Sung "Pastinya lo nggak takut kalo harus bolos kan? " ucap Se In lagi sebelum ia dan Ji Sung menghilang di balik tembok.

Anh Su-ho berdecih, "Sialan " namun ia juga tersenyum.

Beberapa saat kemudian Se In berlari menuju Su-ho yang tengah meneguk sebotol air dan memandangi ponselnya.

" Hosh Hosh , makasih lagi untuk airnya." Ucap Se In setelah merebut botol air milik Su-ho dan langsung meneguknya sampai habis.

Su-ho menaikan sebelah alisnya, memandang Se In dengan tatapan aneh.

"Mana alamat Minji? " tanya Se In tanpa basa basi.

"Bener kata Min-ju, Junior gak tau diri" Kata Su-ho pedas namun bibirnya tersenyum, "kenapa nanya alamat Minji? "

"Gue denger dia selamat dari psikopat itu, gue mau tanya sesuatu sama Minji. "

"Sabar dulu dong, perkenalan dulu kali? "

"Se In, Hwang Se In . Kelas 2 B , usia 17 , tinggi 160, berat badan 55 kg . Alamat rumah Jalan belakang distrik Wei no 2 , " Se In berbicara tanpa henti, "Ada yanag mau ditanyakan lagi tentang gue Tuan? "

"Nilai plus buat lo karena lo lucu, emang apa hubunganya lo sama psikopat itu? " tanya Su-ho mulai serius.

"Gue mau nangkap psikopat gila itu. "

Su-ho terlihat terkejut mendengar perkataan Gadis dengan aroma vanilla didepannya ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status