Share

Puzzle Killer
Puzzle Killer
Penulis: _starlakim

Puzzle Killer 1

Pagi ini berita tentang pembunuhan santer terdengar ke seluruh distrik. Sesosok mayat perempuan kembali ditemukan terlentang di tempat pembuangan sampah.

Jasad Gadis berseragam SMA itu terlihat begitu mengenaskan. Banyak sayatan di sekujur tubuh dan wajahnya. Kedua sisi mulutnya robek hampir sampai ke telinga.

Banyak warga berkerumun untuk menyaksikan kengerian dari psikopat yang akhir akhir ini tengah meneror distrik mereka.

"Makin gila aja , gimana sih pihak kepolisian masa udah banyak korban gini masih belum nemuin pelakunya."

"Iya nih kita yang punya anak remaja kan jadinya was was. Mana akhir akhir ini lagi sering Les buat persiapan ujian. Jadi selalu pulang sore atau menjelang malam."

"Kita harus protes nih biar mereka lebih gercep buat nangkap pelakunya. "

"Iya betul masa polisi segitu banyaknya nggak bisa nangkap pelakunya!"

Semua penghuni distrik merasa resah dan was was pasalnya ini bukan kali pertama penemuan mayat dengan kondisi mengenaskan ditemukan. Seminggu belakangan ini sudah 3 mayat gadis yang ditemukan di tempat yang sama. Yaitu tempat pembuangan sampah.

Anehnya para korban tidak hanya berasal dari distrik ini. Namun ada juga yang berasal dari distrik jauh yang jaraknya hampir puluhan kilometer.

Terlihat seorang gadis berseragam SMA menerobos kerumunan sambil menghisap permen lolipop di mulutnya. Ia berusaha mendekati mayat yang jelas jelas sudah di batasi garis polisi itu. Hal itu membuat seorang detektid wanita bernama Lee Ha-na berteriak.

"Diam ditempat bocah nakal! " ia kemudian berjalan menghampiri gadis itu.

Gadis bernama Hwang Se In itu seakan tak menghiraukan perkataan dari sang detektif. Tangannya berusaha menggapai mayat gadis yang belum di masukan ke kantong mayat.

Mereka masih harus menunggu petugas lainnya untuk memeriksa mayat dan sekitaran tempat ditemukannya.

"Sudah berulang kali di peringatin masih aja ya ngeyel! " geram Ha-na sembari memukul pelan tangan Se In agar tak menyentuh mayat itu, "sudah sana berangkat sekolah aja! "

Se In memang selalu ingin tau setiap kondisi mayat yang ditemukan di distriknya. Ia merasa terusik dan penasaran dengan psikopat yang tengah meneror saat ini.

Neneknya sudah seringkali menasihatinya untuk tidak terlalu penasaran dengan kasus pembunuhan itu. Selain karena ia masih belia , korbannya pun selalu gadis SMA. Neneknya khawatir ia malah akan menjadi incaran dari psikopat yang belum tertangkap itu.

"Mau taruhan?" Se In menyeringai.

"Taruhan apa maksudmu anak kecil? " tanya Park Do Ha salah seorang polisi yang kebetulan merupakan pelanggan di kedai makan milik nenek Se In.

"Aku berurusan dengan Madam Ha-na Pak Do Ha . Tapi ngomong ngomong kumismu sudah tidak ada. Wah anda nampak seperti remaja SMA jika tidak berkumis."Seringai Se In sembari mengedipkan sebelah matanya.

"Sudah sana pergi saja ke sekolah, situasi disini lagi serius. Kamu malah menganggu saja! "Usir Ha-na.

Sebenarnya kedua polisi itu masih muda, umurnya baru sekitar 25 tahunan. Mereka tergolong baru dalam kepolisian.

"Aku akan menemukan pelakunya lebih dulu . Jadi mari bertaruh, jika ucapanku benar istirahatlah dari kepolisian dan nikmatilah waktumu bersama sugar Daddymu yang menawan itu ! " Se In berdecih.

Kalimat itu sukses membuat Ha-na melotot, kedua bola matanya hampir keluar dari tempatnya.

"Sugar dady? " tanya Park Do Ha menaikkan sebelah alisnya.

Mereka berdua diisukan dekat dan menjalin hubungan yang lebih dari sekedar rekan kerja. Wajar saja jika Do Ha terkejut mendengar perkataan gadis berambut panjang itu.

"Oh ayolah Pak Do Ha kamu terlalu kiyowo untuk dipermainkan! "

"Ini kasus pembunuhan serius kenapa anak kecil sepertimu membual disini! Sudah sana pergi jangan mengganggu tugas polisi! " usir Noh Park, Kepala Polisi yang sudah tua.

Se In menyeringai "Ingat itu Ha-na! " kemudian ia melenggang pergi.

"Jangan macam macam ! Ini tugas kepolisian , kamu Sekolah saja dengan baik dan jangan pulang larut malam!"teriak Park Do Ha lalu mengalihkan pandangannya pada Ha-na. Tatapannya seolah olah meminta penjelasan tentang perkataan Se In barusan. Namun ia segera sadar jika ia tengah melakukan pekerjaannya , alhasil ia mengurungkan niatannya.

Lee Ha-na terlihat kesal dengan kelakuan bocah tengil yang selalu saja menganggu tugasnya. Namun wajahnya juga menyimpan kegelisahan dan ketakutan.

"Coba saja gadis sialan! Palingan kamu yang jadi korban psikopat itu. Dikira gampang apa nangkap penjahat!" Gerutu Ha-na dengan suara setengah bergetar.

Se In melangkahkan kaki menuju sekolah. Kebetulan memang jarak sekolahnya tak terlalu jauh dari rumahnya.

Sesampainya di pintu gerbang, banyak anak anak yang tengah membicarakan penemuan mayat pagi ini.

"Jangan jangan pembunuh itu anggota kepolisian, makannya sampai saat ini belum ketangkap. "

"Bisa jadi tuh kaya di film film, kalo kaya gitu bahaya dong. Kita harus selalu waspada sama setiap orang yang kita temui."

"Eh tapi ada juga gangster yang sangar itu. Apa bukan salah satu dari mereka ya pelakunya?"

"Betul tuh, terus juga ada nenek nenek misterius yang selalu bawa karung. Bisa jadi dia juga kan. Meskipun udah tua , siapa tau jiwanya psikopat. Kan slogannya 'PSIKOPAT MAH KUAT' " timbrung  Se In tiba tiba, yang tak lama langsung melenggang pergi menuju kelasnya.

Banyak dari mereka yang menduga duga siapa pembunuh yang sebenarnya. Ada desas desus kalau  anak dari kelas 3A yang pernah selamat dari kejaran psikopat itu. Namun sampai saat ini anak itu masih trauma dan menutup diri dari hal layak umum.

Kabar itu sampai ke telinga Se In membuatnya langsung berjalan menuju kelas 3A yang jelas jelas bukan kelasnya, karena ia baru menginjak kelas 2.

"Ada yang tau alamatnya Kim Minji? " teriaknya begitu sampai di ambang pintu.

Ya, entah apa yang tengah Se In rencanakan. Tapi perkataanya pada Detektif Lee Ha-na itu tak pernah main main.

Semua mata tertuju pada Se In, apalagi ia adalah junior dari seisi kelas yang ia datangi.

"Eh junior! Nggak sopan banget dateng dateng langsung nyablak kaya gitu. Kita seniormu ya jangan lupa itu. Sopan dikit kek, salam atau apa basa basi apa kek." Ucap Kim Min-ju salah satu pentolan sekolahan anak orang kaya.

"Tau nggak alamatnya?" Se In kembali bertanya tanpa memperdulikan ucapan Min-ju barusan.

"Emang dasar ya nggak tau sopan santun! " Min-ju berusaha menarik kerah baju Se In, namun dengan sigapnya Se In menghindar dan malah berjalan memasuki kelas.

Ia berjalan dengan santai ke bangku kosong yang berada di ujung.

"Sialan! "

Dengan kesal Min-ju mengejar Se In dan berusaha meraih lengannya. Dengan sekali kibasan , Min-ju jatuh ke lantai membuat teman temanya yang baru datang langsung berlari untuk menolong .

"Eh Min-ju nggak papa kan. "Tanya Ko Mi-ho sembari membantu Min-ju berdiri.

"Eh kamu junior berani beraninya ya sama senior! Mau kena hajar kamu!"Ancam Lee Yeon.

Namun lagi lagi Hwang Se In tak menghiraukan mereka, ia kini tengah duduk dibangku kosong itu dan menatap seorang siswi perempuan berkacamata bulat.

"Tau alamat Kim Minji? " tanya Se In sopan.

Siswi kutu buku bernama Goo Ja-yoon itu mengangguk.

"Berani kamu kasih tau dia alamat Minji, bakal kita bully lagi kamu ya! Lagian ngapain sih nyari dia. Dia tuh udah jadi orang gila!" ancam Min-ju.

Ja-yoon memandang Se In dengan tatapan bingung dan takut.

Tak mau menempatkan orang lain pada urusannya, Se In tersenyum ke arah Ja-yoon .

"Kalo takut nggak papa nggak usah bilang. Aku bisa minta alamat Kim Minji ke orang lain. "

Se In beranjak hendak pergi keluar kelas namun kedua teman Min-ju menahan lengannya.

"Mau kabur kemana? " tanya Min-ju sembari menjambak rambut Se In yang panjang tergerai membuat wajahnya mendongak.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status