Usaha demi mencari buah kedondong kualitas premium merupakan perkara sulit bagi seorang Gifran Aleandro Castanyo, dibanding bertemu klien mempresentasekan kerja sama yang sangat mudah baginya mendapatkan kontrak. Sebagai seorang CEO Glow & Bright yang cerdas dan berkharisma, tentu harga dirinya dipertaruhkan demi sebuah permintaan konyol dari sang adik. Bila tidak dipenuhi, Gina tentu saja merengek sepanjang hari seperti anak kecil. Dengan mengatasnamakan apa lagi kalau bukan ngidam senjata utamanya.
Mobik yang dikemudikan Tayo berhenti di perempatan lampu merah. Matanya melirik ke arah jendela, seketika ia melihat penjual kedondong diseberang jalan. "Kita putar arah!" titahnya pada Tayo
"Kita akan melanggar Tuan! Di depan ada pos polisi." ujar Tayo.
Iya tahu jawabannya kali ini, bukan jawaban yang diharapkan dari atasannya.
"Ck!" Pokoknya cari cara supaya bisa putar arah! Di seberang sana aku lihat ada penjual kedondong."
"Baik Tuan."
Mobik telah berputar arah, lagi-lagi ia terjebak kemacetan yang padat, padahal jarak penjual Kedondong masih sekitar satu kilometer. "Pokoknya sampai sana, kamu beli semua buah Kedondong di penjual itu!" titahnya.
"Baik Tuan."
Di saat yang bersamaan Serena mendadak menghentikan motornya ke pinggir jalan.
"Kenapa berhenti Serena?" tanya Ratu heran.
"Mama Ratuku sejagad raya, dari pada kita pulang dengan tangan kosong dan diomelin Papa Raja sejagad raya, meningan kita beli kedondong buat asinan, kan Papa menyukainya," jawab Serena memarkirkan motornya terlebih dahulu ke bahu jalan. Lalu ia melangkah ke penjual kedondong diikuti oleh Mama Ratu.
"Permisi Bu, harga kedondong sekilo berapa?" tanya Serena ketika tangannya memilih Kedondong segar.
"Lima puluh ribu Non." jawab si penjual
"Mahal amat Bu, biasanya 20 ribu dapat sekilo!" Protes Serena lagi.
"Kedondong sekarang langka Non, apa lagi waktu kemarau begini mana ada. Kedondong yang saya jual ini kualitas premium dijamin enak dan gurih!" terang Ibu penjual dengan nada promosi ala-ala iklan di TV.
"Saya beli semuanya Bu!" ucap seorang laki-laki yang melangkah mendekat dengan balutan jas kerja ditubuhnya.
Serena dan Ratu menoleh ke arah sumber suara. Mereka lagi-lagi terkejut bertemu Si tampan Carlos Daniel Go Jun Pyo. Begitu pun dengan Gifran dan Tayo yang sama terkejutnya, melihat Ibu dan Anak di tempat yang sama dan mereka bertemu lagi.
"Saya beli semuanya saja Bu!" ucap Ratu melancarkan aksinya sok jual mahal.
"Yang ada sisa sekilo Bu!" ucap penjual Kedondong.
Serena hanya diam melihat gelagat sang mama. Ia yakin, saat ini mamanya pasti berakting melancarkan aksinya untuk mendapat simpati dari si laki-laki tampan.
Melirik ke arah asisten laki-laki tampan, Ratu lalu berucap, "Saya tidak peduli. Tolong bungkus semua saja!"
Dengan cekatan, ibu penjual Kedondong membungkus pesanan Mama Ratu. Lalu memberikannya usai membayar.
Tayo yang melihat si ibu penjual Kedondong menyerahkan semua buah Kedondong itu ke tangan Mama Ratu, Ia pun lekas berkata,
"Saya bayar sepuluh kali lipat, asalkan Ibu memberikan kedondong itu kepada saya!" ucap Tayo maju bernegosiasi
"Enak aja! Ini buah kesukaan suami saya!" tolaknya.
"Ayo kita jalan!" ajak Ratu menarik tangan anaknya.
"Mama Ratu sejagad raya, apa lebih baik kita berikan saja kedondong ini pada si Carlos Daniel Go Jun Pyo, kan lumayan mereka akan bayar kita sepuluh kali lipat." ucap Serena berbisik.
"Kamu harus jual mahal dikit Serena Paulina Geum Jan Di, jangan mau-maunya luluh dengan tawaran menggiurkan!" seru Ratu menoyor kepala Serena yang diotaknya sudah terbayang gambaran uang.
"Ya sudah ayo pulang!" ujar Serena cemberut seraya memanyunkan bibirnya ke depan.
Disaat akan melajukan motornya, Tayo menghampiri Ibu dan Anak itu lagi, lalu menahan mereka.
"Bu, saya mohon berikan kedondong itu pada kami, saya akan bayar berapa pun asalkan Ibu memberikannya!" pinta Tayo. Ia terus memohon kepada Ratu. Ia membuang malunya sebagai seorang asisten Gifran Castanyo.
"Saya tetap tidak mau!" sergah Ratu dengan memalingkan muka.
"Tapi Bu, saya butuh sekali kedondong itu." ucap Tayo dengan wajah memohon. Persetan dengan kejadian ini. Jabatan dan kedudukan tidak ada artinya di hadapan ibu-ibu.
Serena yang melihat Tayo merasa kasian, "Bu berikan saja kepadanya. Lumayankan kita dapat uang berapa pun yang kita mau!" usul Serena berbisik.
"Kamu itu, kalau bicara soal uang langsung matamu langsung berbinar. Pokoknya Ibu tidak setuju!" cicit Ratu mencubit anaknya.
"Bagaimana Ibu bersedia?" tanya Tayo kembali yang sedari tadi memperhatikan Ibu dan anak itu sedang berdiskusi.
"Kalau anda menginginkan kedondong ini, silahkan bicara sama suami saya sendiri. Karena saya tidak bisa menyerahkan dengan mudah begitu saja, tanpa persetujuan suami saya!" Jelas Ratu dengan tatapan mengintimidasi ke arah Tayo.
Melihat sang asisten laki-laki tampan berfikir, lekas Ratu memberi perintah kepada Serena untuk jalan.
"Ayo Jalan!" titah Ratu pada Serena.
"Baiklah Bu, saya akan berbicara dengan suami Ibu!" ujar Tayo. Lekas, Ia berbalik menuju atasannya di dalam mobil.
Melihat Tayo datang tanpa kantongan di tangannya, Gifran lekas berkata," Jadi gimana, apa kamu berhasil mendapatkan buah itu?" tanya Gifran menatap mata Tayo.
Tayo menggeleng. Lalu berucap, "Tuan, kita harus mengikuti Ibu itu kalau menginginkan kedondong." tunjuk Tayo pada motor Serena yang mulai menjauh.
"Apa kamu yakin?" tanya Gifran memicingkan matanya menatap Tayo.
"Iya Tuan, saya yakin. Ibu tadi yang ngomong sendiri pada saya." Kan ini juga demi kebaikan Tuan agar terhindar dari omelan Nona Gina." tutur Tayo sembari naik ke mobil menjalankannya, lalu mengikuti motor Serena.
***
Mobil mulai memasuki perumahan padat penduduk. Tayo memberhentikan mobilnya di depan pagar rumah sederhana yang ditumbuhi aneka jenis tumbuhan, seperti Mangga, Rambutan, lengkeng, bahkan Durian pun ada.
Melihat motor yang dikendarai Ibu dan Anak terparkir di halaman rumah, Tayo mengajak sang atasan turun.
"Tuan kita sudah sampai. Mari kita masuk. Semoga suami Ibu tadi, berbaik hati memberikan Kedondong buat Nona Gina."
Keduanya turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam rumah Raja dan Ratu sejagad raya.
"Permisi..."ucap Tayo mengetuk pintu
Mendengar suara dari depan, Raja melangkah keluar dan membuka pintu, ia terkejut melihat dua orang laki-laki tampan dihadapannya memakai jas mahal.
"Maaf anda cari siapa yah?" tanya Raja to the point. Jujur, baru kali ini di rumahnya ada tamu yang berpakaian formal.
"Kami cari Bapak, kebetulan langsung bertemu dengan anda." ucap Gifran mengambil alih.
"Oh, silahkan masuk. Ayo silahkan duduk." tawarnya.
Mereka duduk di sofa abu-abu tua di ruang tamu.
"Ada keperluan apa kalau boleh tau?" ucap Raja sesaat mereka semua sudah mendaratkan tubuhnya di atas sofa.
"Begini Pak, maksud kedatangan kami, saya ingin meminta izin kepada Bapak perihal tadi siang. Saat pulang, kami ingin membeli buah kedondong, tapi telah didahului oleh istri Bapak. Jadi istri Bapak berkata, jika kami menginginkan buah itu, sebaiknya harus meminta izin kepada Bapak." jelas Gifran.
"Owalah, hanya perkara kedondong!" seru Raja manggut-manggut.
"Iya Pak, andaikan adik saya tidak ngidam, mungkin saya tidak serepot ini mencari kemana-mana memenuhi permintaan adik saya." sambung Gifran kembali.
"Iya saya mengerti. Memang Istri dan anak saya itu tahu kalau buah kedondong kesukaan saya, apa lagi di buat asinan, makin tambah suka." ucap Raja membayangkan kegurihan asinan kedondong sambil menelan salivanya.
"Iya Pak, Istri Bapak sudah menjelaskannya tadi. Jika Bapak bersedia, nanti kami gantikan asinan kedondong terenak yang ada di kota ini. Asalkan Bapak bersedia memberikan kedondong itu untuk adik saya." ujar Gifran.
Mendengar penjelasan Gifran, Raja sudah paham. Ia lekas berdiri menuju ke dalam.
"Tunggu disini yah, dengan anak siapa kalau boleh tahu?"
Dengan ramah Gifran berkata, "Saya Gifran Pak, dan ini asisten saya Tayo." jawabnya seraya tersenyum.
"Nama nak Tayo unik yah, seperti nama serial anak-anak yang ada di TV itu." sahut Raja sembari tertawa. Lalu diiringi oleh Gifran dan Tyo juga.
"Iya Pak, itu nama pemberian orang tua saya!" jawab Tayo seraya tersenyum.
"Tunggu disini sebentar, saya ke dalam dulu ngomong sama istri." ucap Raja beranjak dari posisinya dan melangkah masuk ke dalam dapur.
Sepeninggal Raja, mereka berdua menarik nafas. Ternyata suami dari ibu tadi tidak garang. Malahn baik dan ramah.
"Tuan, semoga saja kita mendapatkan kedondongnya!"
"Berdoa saja, kita sudah jauh-jauh kemari sampai tidak masuk kantor gara-gara permintaan aneh Gina." ucap Gifran sambil menggeleng kepalanya.
Tak lama kemudian terdengar derap langkah kaki dari dalam dapur. Terlihat Raja, Ratu, dan Serena keluar menghampiri mereka.
"Bu, mana kedondong tadi yang dibeli?" tanya Raja usai mendaratkan kembali tubuhnya di sofa. berhadapan dengan Gifran dan Tayo.
"Ada di dalam, Ibu sudah buat asinan!" jawab Ratu sok jual mahal.
"Bu, kasian mereka berdua jauh-jauh kemari hanya untuk memenuhi keinginan adik dari Gifran yang sedang hamil. Berikan saja kepada mereka Bu. Toh, nanti asinannya nak Gifran yang akan beli untuk Bapak!" bujuk Raja.
Mendengar alasan kedua pemuda itu datang tanpa pantang menyerah, membuat Ratu berfikir mereka pemuda yang tangguh, tidak muda putus asa, untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Ratu lekas berbalik ke dalam sembari berkata, "Tunggu sebentar!"
Sedang Serena yang masih terpaku pada wajah ganteng nan rupawan milik Gifran lagi-lagi membuatnya senyum-senyum sendiri. ia berdiri di belakang sofa Rajan sembari memandang wajah rupawan itu.
"Kamu kenapa Serena?" tanya Raja yang melihat tingkah anaknya tersenyum.
Tanpa menghiraukan pertanyaan Papanya, Serena justru melontarkan pertanyaan.
"Pah, jika Carlos Daniel Go Jun Pyo datang ke rumah, apa yang akan Papa lakukan?" tanya Serena.
Kedua pemuda itu memilih diam saja, tidak mengerti pembahasan ayah dan anak itu. Ia menghiraukannya.
Gifran melirik jam di pergelangan tangannya yang sudah sore. Ia merasa was-was jika masih lama menunggu. Bakalan di omeli nanti sama adiknya.
"Yah kalau Ia datang punya maksud baik, Papa akan terima dengan senang hati. Tapi jika hanya ingin bermain-main dengan anak Papa, meningan saya tendang mereka kelua!" jawab Raja.
Mendengar jawaban dari Papanya Serena ingin bertanya kembali, tapi ucapannya berhenti saat ratu sudah datang membawa sesuatu di tangannya.
"Ini Pak, Kedondongnya." ucap Ratu menyerahkan ke Raja.
"Terima kasih Ma."
Papa Raja mengambil Kedondong tersebut dan menyerahkannya kepada Gifran.
"Baiklah, Nak Gifran ini saya berikan untuk adik kamu. Semoga ngidamnya terpenuhi."
Gifran menerima dengan senang hati. Seutas senyum tersungging dibibirnya membuat Serena makin berdebar melihat senyuman dari Carlos Daniel Go Jun Pyo.
Usai mendapat Kedondong , keduanya lekas berpamitan. "Terima kasih Pak, kalau begitu kami undur diri," ucap Gifran sambil menyerahkan sebuah amplop ke tangan Raja.
"Tidak usah Nak Gifran." ucap Raja menolak.
"Saya mohon diterima Pak, karena Bapak bersedia memberikan kedondong ini pada adik saya. Saya janji akan menggantinya dengan asinan Kedondong yang paling enak di Kota ini." terangnya.
Lekas Gifran dan Tayo berlalu dari rumah itu setelah berhasil membawa pulang Kedondong.
Usai mendapatkan Kedondong yang diinginkan Gina, Gifran dan Tayo bergegas menuju mobil melanjutkan perjalanan mereka kembali ke rumah. Kebetulan hari sudah sore, maka mereka memutuskan untuk kembali ke rumah saja. "Untung saja, Bapak tadi berbaik hati menyerahkan kedondongnya, coba kalau tidak, bisa kewalahan kita seharian penuh ke sana ke mari mencari penjual kendondong tanpa alamat yang jelas. Eh, Kayak lirik lagu Tuan. hehehe maaf," ucap Tayo yang kembali fokus menyetir. Gifran tidak menanggapi ucapan asistennya itu. "Nanti kamu pesankan Pak Raja asinan kedondong kualitas terbaik di toko 'Selera Manis' titah Gifran. "Baik Tuan!" Mobil yang dikemudikan Tayo memasuki gerbang besi setinggi tiga meter, mengelilingi rumah utama keluarga Castanyo. Rumah dengan halaman yang luas, ditanami aneka jenis bunga-bunga seperti Anggrek, Mawar, Melati, Lili, Daisy dan sebaginya. Serta beberapa jenis pohon yang ditanam membuat udara di halaman terasa sejuk da
Pagi ini Serena bersiap ke toko cake milik keluarganya. Gadis itu seperti biasa memakai setelan baju kaos putih polos, dipadukan dengan sweater hitam berbahan katun. Dan celana jeans warna senada. Dengan rambut di kuncir kuda, menjadi ciri khas gadis bekulit putih itu. Serena tak menampik, walau hanya dengan polesan bedak baby dan pelembab bibir yang ia berikan ke kulit wajah dan bibir mungil miliknya, kecantikannya tidak berkurang sedikit pun. Ia lantas bercermin memperhatikan penampilannya seraya tersenyum "Sungguh Maha Karya Ciptaan Tuhan." gumamnya setinggi langit."Serena Paulina Geum Jan Di, kamun sudah siap ?" teriak Ratu di balik pintu kamarnya."Iya Mama Ratuku sejagad Raya, anakmu ini sudah selesai." sahut Serena di dalam kamar sambil meraih sepatu sneaker putih polos miliknya. Usai terpasang dikedua kakinya, ia lekas meraih pintu dan keluar menuju meja makan, ikut bergabung sarapan bersama kedua orang tuanya.
Serena memasuki cafe 'Cidaha' ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Lela. Ternyata, sahabatnya itu berada di sudut ruangan dekat jendela kaca yang menghadap ke arah jalan. Lela yang melihat kehadiran Serena pun melambaikan tangan."Sorry telat. Kamu tahu nggak sih, di jalan gue bertemu dua laki-laki kedondong penyebab geu celaka." terangnya ketika mendaratkan diri di kursi kayu seraya menyeruput minuman yang ada di depannya.lela hanya menggeleng kepala melihat tampilan sahabatnya itu yang kacau. Ia memastikan pasti kejadian itu membuatnya naik pitam."Lo seperti pengembara yang baru menemukan air di tengah padang pasir tahu nggak."Apa yang diucapkanLela memang benar. Ia butuh minuman dingin untuk meredakan emosinya yang bergejolak."Haahhh...." Serena melipat kedua tangannya ke atas meja seraya menundukkan kepalanya.Melihat Serena yang tidak ceria seperti biasanya, Lela sebagai sahabat hanya memberikannya supp
Sebelum kembali ke kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang kaku akibat perjalanan yang singkat, Antoni kembali menyambangi Gifran di ruangan kerja.Sedang Gifran yang masih duduk termenung di sofa, kaget. Papanya kembali masuk ke ruangan itu lansung duduk di hadapan Gifran."Apa masih ada yang mau diomongin Pa?" tanya Gifran. Ia tentu tahu, jika papanya kembali lagi, pasti ada sesuatu yang penting mau dibahas.Antoni masih diam menatap Gifran di hadapannya."Papa ingin kamu menemukan gadis itu. Bawa ke hadapan Papa!"Sontak, Gifran membulatkan matanya. Terkejut akan permintaan papanya yang belum tentu ia penuhi. Dalam hati Gifran, ia tidak mengerti apa maksud papanya menyuruhnya mencari gadis itu. Apakah gadis itu akan dimintai pertanggung jawaban atau malah disalahkan atas kejadian ini. Karena sudah barani menghajar CEO G&B."Untuk apa Papa bertemu dengan gadis yang sudah membuat masalah denganku?""
Matahari mulai menelisik dibalik jendela kamar Serena. Gadis yang menjadi viral itu masih setia bergelung di balik selimut. Di dalam mimpinya, ia bertemu dengan seorang Pangeran berkuda putih yang sangat tampan. Dengan gagah berani, Pangeran itu mengangkatnya dan membawanya naik ke Kuda yang ditunggangi bersama. Dengan posisi yang intim Pangeran memeluk Serena dari belakang, membantu menarik tali kekang kuda agar menuruti perintah sang majikan.Keduanya sangat bahagia, jalan-jalan sembari menunggang kuda merupakan hal yang romantis. Di saat keduanya berhenti di sebuah hamparan sabana yang luas, Pangeran turun, dan membantu Serena dengan mengulurkan tangan. Serena dengan senang hati menyambut uluran tangan Pangeran, akan tetapi ia tidak fokus karena terus memandangi wajah nan rupawan ciptaan Tuhan dihadapannya, sehingga ia jatuh ke tanah dengan dengan posisi berada diatas Pangeran.Keduanya merasa canggung saat wajah Pangeran makin maju mendekati hidung dan bibir Serena
Serena dan Gifran masih dalam posisi saling berdiri dan saling menatap. Diantara keduanya tidak ada satupun kalimat yang keluar dari mulut mereka. Hingga Bi Ira datang, menghentikan aksi mereka."Tuan dan Nona silahkan ke ruang tengah, Tuan besar sudah menunggu di sana." ucap Bi Ira."Baik Bi, terima kasih." balas Gifran berbalik melangkah menuju ruang tengah tanpa mengajak Serena.Sedang Serena, gadis itu masih terpaku di tempatnya. Berdiri bak patung di Madame Tussauds yang dipajang. Pikirannya mulai berkelana macam-macam. Memikirkan nasib dirinya yang sudah diujung tanduk. Entah apa yang akan keluarga mereka lakukan terhadapnya, yang jelas posisi Serena saat ini serba salah. Ia mengutuk kelakuannya sendiri saat meninju CEO G&B. dan sekarang, saat ini dirinya tengah berada di kandang harimau.***Di ruang tengah, dimana Antoni, Lusi, Gina dan Sony sudah duduk diatas sofa, yang terbuat dari bulu domba, di rancang kh
Mama Lusi terus berusaha menyadarkan Serena. Semua bagian indra yang melekat pada tubuh gadis itu, tak luput diberi aromatherapi. Serena perlahan mengerjap, kelopak mata yang tadi tertutup akhirnya sedikit mulai terbuka. pandangannya masih sedikit kabur. Ia berusaha mengingat kejadian sebelum dirinya pingsan. Matanya menelusuri ruangan yang di tempatinya, jelas terlihat berbeda. Di sudut kamar itu terdapat dua buah sofa abu-abu. Lukisan klasik bertengger di dinding, serta ranjang empuk yang menyenangkan. Lampu kristal menggantung sempurna di langit-langit kamar. Serena meyakini pintu sebelah kanannya merupakan walkin closet yang bersatu dengan kamar mandi. Ia yakin dirinya berada di salah satu kamar di kediaman keluarga Castanyo. Melirik ke samping, Serena melihat wajah cemas wanita paruh baya yang usianya tidak lagi muda, tapi masih terlihat cantik."Ta-tante." Aku dimana sekarang?" tanya Serena berusaha bangun.Mama Lusi senang melihat Serena bangun. Dan
Menjelang sore, Serena bersiap-siap pulang. Usai mengecek laporan harian, ia lekas mengambil tas dan meraih gawainya yang tergeletak di atas meja. Melangkah keluar ruangan, ia berpapasan dengan karyawannya yang membersihkan ruangan. "Semuanya aku duluan yah," sapanya lalu lekas melangkah menuju keluar, ojek online yang telah dipesan tadi sudah tiba.Untung dia memesan ojek online. Sehingga dengan cepat sampai di rumah. Tidak perlu repot-repot mengantri lama menunggu kendaraan bergerak satu sama lain.Duduk di depan teras rumah sore hari sembari menikmati cemilan pisang goreng dengan teh hangat, Ratu melihat anaknya turun dari ojek online. "Kamu dibawa kemana tadi sama pengawal keluarga Castanyo? Kamu nggak diapa-apainkan sama mereka ? Terus diantar sampai ke toko jugakan?" tanya Ratu kepo. Mengikuti dari belakang saat Serena tiba menapakkan kakinya di atas lantai rumahBerbalik menghadap ke arah mamanya Serena pun angkat bicara, "Mama Ratuku