Share

Chapter 126

Penulis: Mia006
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-28 13:36:31

"Arsan, apa maksudmu? Tolong jangan seperti ini," elak Marren berpaling menatap wajah Arsan.

Mereka saling menatap dalam diam.

"Tolong, jangan membuat semuanya menjadi lebih rumit, Arsan," tegur Marren dengan wajah sendu.

"Entahlah. Maafkan Saya, Saya hanya merasa terkadang kamu begitu membenci Saya tapi terkadang...."

Ucapan Arsan terhenti seketika karena Marren menggigit bibir bawah Arsan dan menariknya dengan gemas.

"Ya, Saya sangat membencimu, bahkan Saya ingin melahapmu sampai tak tersisa," ucap Marren berbisik di bibir Arsan dengan mata nyalang menantang.

Arsan terkekeh senang, "Begitu? Baiklah, as you wish my lady," sahut Arsan mengangkat tubuh Marren ke atas meja dan melumat bibir Marren dengan penuh gairah.

Sementara tangannya menggenggam kedua tangan Marren. Mereka saling memagut seolah saling melahap satu sama lain karena kelaparan.

Hingga gerakan Arsan yang ingin menarik kaki Marren melingkari pinggangnya malah menyenggol air teh yang disiapkan Marren untuknya.

Gelas
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Posesif My Husband    Chapter 127

    Marren meletakkan ponselnya dengan gelisah setelah membaca pesan rahasia dan berbicara dengan arland melalui nomor barunya. Wanita cantik itu merasakan sesak di dadanya setiap kali mendengar suara Arland yang kini selalu menghantuinya dengan fakta-fakta yang mencengangkan sekaligus menakutkan. Dalam dilema yang semakin lama semakin membuatnya merasa terimpit dan ingin meledak sewaktu-waktu, apalagi setiap kali ia menatap wajah Arsan dan setiap kali Arsan menyentuhnya penuh cinta. Membuat Marren semakin tak bisa lagi menahan diri untuk lepas dari semua kemelut yang ada.Apalagi setelah ia menyadari, seseorang yang ia hadapi bukanlah seorang yang pemaaf, namun seseorang yang terlalu kuat dan nekat melakukan segala macam cara untuk menutupi kebusukannya. Dan Marren tak mau mengambil risiko demi ibunya. "Kenapa Arland bersikap begitu memaksakan diri semua ini harus terkuak? Walau bagaimanapun itu tak akan mengembalikan Daddy dan Kakek. Juga orang tua mereka. Lagi pula orang-orang it

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-29
  • Posesif My Husband    Chapter 128

    "Oh, lya, Naura, apa semua pekerjaanmu sudah beres?" tanya Marren pada Naura yang mengangguk mengiyakan pertanyaan sang majikan."Semua sudah beres, Nyonya, lagi pula kalau untuk mengantar nyonya besarn belanja saya pasti akan membantu. Tuan muda pemah berpesan begitu pada saya. Jadi saya akan menyesuaikan jadwal belanja dan pekerjaan saya," papar Naura dengan polos. "Oh, baiklah kalau begitu. Tunggu di mobil saja dengan sopir, Saya akan bersiap-siap dulu," sahut Marren seraya memasuki kamar.la yang tadinya menylapkan beberapa potong baju untuknya dan ibunya dalam tas jinjing, terpaksa membatalkan rencananya karena Naura. Dan Marren akhimya hanya membawa tas ransel kecil berisikan dompet, dua foto yang terdapat foto keluarganya serta foto bersama kakeknya, dalam bingkas kecil dan beberapa potong baju dalam serta beberapa obat-obatan.la menatap beberapa perhiasan miliknya yang dibelikan oleh Arsan untuknya. Marren meletakkan benda-benda mewah itu kembali ke tempatnya, la menahan a

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-30
  • Posesif My Husband    Chapter 129

    "Apa?" pekik Marren terkejut. Bergegas mendatangi Wira dan melihat nama Suami Marren terpampang di layar ponsel Wira. Marren menatap ponsel itu dengan wajah cemas dan ia baru menyadari apa yang telah diperbuatnya, la telah membuat Wira dalam bahaya."Saya harus bagaimana, Marren?" bisik wira dengan cemas."Oke, saya bisa, saya bisa," lanjutnya dengan cepat seraya berdeham dan mengambil napas dalam-dalam saat hendak membuka saluran telepon. "Hallo? Ada apa Arsan?" sapa Wira beruntun dan menekan tombol pengeras suara agar mate juga mendengarnya. Demikian juga Madya yang berdiri di belakang Marren dengan wajah ketakutan. "Hallo, Wira, apa saya mengganggumu sekarang?" tanya Arsan dengan tenang. "Oh, tidak. Ada apa tiba-tiba menelepon?" ulang Wira mencoba menguasai suaranya agar tak terdengar gugup. "Tidak apa-apa. Saya hanya sedang senggang saja dan ingin berbicara padamu. Apa kamu ada waktu? Saya ingin bertemu," tanya Arsan dengan ramah dan tenang membuat Wira dan Marren saling be

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01
  • Posesif My Husband    Chapter 130

    Marren menggandeng Madya menuju pintu keluar Bandara wisatawan domestik di kota Palembang.la tertegun saat menatap seorang gadis manis berkulit sawo matang yang berdiri di tengah ramainya penjemput yang memegang papan nama bertuliskan namanya dan ibunya. "Kak Marren! Ibu Madya!" pekik gadis itu seolah mengenali dirinya dengan akrab dengan senyum ramah.Walau sempat kebingungan Marren tersenyum membalas lambaian tangan gadis itu dan mengikuti langkahnya yang mulai memisahkan diri dari keramaian orang. "Kak, perkenalkan saya, Naya, teman baik, Kak Wira," lanjut Naya seraya mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Marren dan bergantian dengan Madya. "Ternyata benar apa yang Saya pikirkan, kamu pasti teman Wira. Terima kasih, Naya, sudah repot-repot menjemput kami. Tapi, sepertinya mulai sekarang kami akan terus merepotkanmu, Naya," ucap Marren berterima kasih dan tersenyum canggung pada Naya. Hal itu membuat gadis berkucir ekor kuda itu terlihat tersenyum senang."Tidak apa-apa,

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-02
  • Posesif My Husband    Chapter 131

    Marren menggenggam kedua tangan ibunya dan membawanya ke dalam kamar. "Marren ingin menjelaskan semuanya pada Mommy, sudan sejak lama. Tapi Marren bingung memulai semuanya dari mana. Sementara Marren juga masih bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi, dan Marren takut Mommy akan sakit setelah mendengar semuanya," papar Marren mulai membuka cerita. Madya menatap putri semata wayangnya dengan sayang, "Mommy tak akan sakit. Mommy akan baik-baik saja, asal bersama Marren, Mommy akan selalu baik-baik saja. Bukankah selama ini kita sudah banyak mengalami hal buruk? Dan sampai sekarang Mommy selalu baik-baik saja 'kan?" sahut Madua dengan lembut. "Baiklah," Marren menggenggam erat kedua tangan ibunya dan perlahan-lahan mulai menceritakan semua yang terjadi padanya dan Arsan. Mulai dari ia mendengar kabar itu dari Arthur, James hingga Arland. Madya bergetar hebat dan berurai air mata mendengar semua penuturan Marren.Bahkan berkali-kali ia meraup wajah Marren yang mulai berurai air ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-03
  • Posesif My Husband    Chapter 132

    Sore itu Naya datang lebih awal untuk mengantarkan Marren dan Madya berbelanja perlengkapan rumah tangga, dari pakaian hingga sabun. Malam itu mereka juga makan bersama di rumah Naya sekaligus memperkenalkan keluarga Naya kepada Marren dan Madya. Lalu mereka juga berjalan-jalan keliling kota agar Marren dan Madya bisa melepaskan segala kerisauan hati mereka. Tak ayal Marren memanfaatkan kesempatan itu untuk membeli nomor ponsel baru, satu untuknya dan satu untuk ibunya.Dan kini ketiga wanita itu telah puas berjalan berkeliling dengan membawa beberapa bungkusan baju baju rumahan serta beberapa perlengkapan rumah tangga lainnya. "Marren, kau yakin akan memakai baju-baju itu?" tanya Madya dengan tatapan bingung melihat.Marren merrnibeli beberapa potong baju model daster rumahan. Marren terkekeh senang, "Sejak dulu, Marren selalu kagum sekaligus aneh jika melihat orang-orang memakai baju daster seperti ini. Marren merasa mereka sangat cantik dan elegan dalam keadaan apa adanya,"

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-04
  • Posesif My Husband    Chapter 133

    Beberapa hari telah terlewati dan hampir setiap tengah malam Marren selalu terbangun dan menangis. Hingga pagi itu Marren terbangun dengan kepala berat dan berdenyut denyut. Madya yang diam diam mengetahui kesedihan Marren hanya bisa mendukungnya dengan memberinya perhatian lebih. "Sayang, ayo kita sarapan dulu, nanti Marren bisa tidur lagi kalau memang masih mengantuk," ucap Madya membangunkan Marren yang masih tergolek lemah di kasur. "Iya, Mom. Sebentar," sahut Marren bangkit dari rebahnya dengan perlahan-lahan karena merasakan denyut di kepalanya vang cukup kuat. Demi agar tak mengetahui kegelisahannya, Marren menuruti ajakan ibunya yang telah menyiapkan sarapan yang dibawakan oleh Naya. Akan tetapi, baru satu suapan Marren merasa sangat mual dan berasa ingin muntah. Madya menghele napas panjang seraya memberikan jamu masuk angin kepada Marren tanpa berkomentar panjang. "Minumlah, kamu pasti asam lambung. Sudahlah Sayang, jangan terlalu di pikirkan. Ada Momm

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-06
  • Posesif My Husband    Chapter 134

    "Apa kau gila," sergah Marren yang membuat Aeland terkekeh seraya mengacungkan jari telunjuknya kepada Marren untuk tenang. "Tenang saja, Sayang," sahut Arland seraya bangkit berdiri menjauh dan membuka saluran pembicaraan. Dengan perasaan was was Marren dan Madya menunggu dalam diam, sementara Arland pergi ke halaman rumah agar leluasa berbicara dengan Arsan. Sesekali Marren menatap kepada ibunya yang menggenggam erat Marren seolah menguatkannya saat mereka mendengar suara Arland meninggi dan berdebat. Dua puluh lima menit berlalu akhirnya Arland mengakhiri panggilan tersebut. Dengan menghela napas kesal pria itu perlahan memasuki rumah."Maafkan aku, aku sengaja tak ingin memperdengarkan pembicaraan kami agar kamu dan Mama tak serta merta ikut menyahut perkataannya," ucap Arland menatap Marren dan Madya bergantian."Ya, kamu benar dan saya setuju seperti itu," sahut Marren mengangguk dengan canggung. "Apa kau ingin tahu kabarnya?" sela Arland tersenyum melihat sikap Marren yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-07

Bab terbaru

  • Posesif My Husband    Chapter 161

    Marren mendorong Arsan dari dekapannya dan menatapnya dengan mata terbelalak tak percaya. "Ada apa, Arsan? Kenapa kamu tiba-tiba seperti ini? Kenapa tiba-tiba kamu mengucapkan itu? Apa maksudmu, tiba-tiba seperti ini?" cecar Marren tercekat tak percaya. Wanita cantik itu menatap Arsan dengan tatapan mata berkaca-kaca.Melihat Arsan hanya terdiam membisu, Marren mengangguk paham."Apa ini ya.... Saya telah melarikan diri bersama Arland waktu itu? Jadi kamu tak percaya..." "Marren, Sayang...." sela Arsan yang kini bersimpuh di kaki Marren dan memeluk lututnya dan menghentikan ucapan Marren yang kini terpaku diam menatap Arsan yang ada di lututnya. "Dosa Ryzadrd terlalu besar untuk diampuni. Kakek telah menghancurkan hidupmu begini rupa. Saya terlalu malu untuk menatapmu sekarang. Tak ada lagi yang bisa Saya banggakan dan saya persembahkan untukmu, Marren. Saya bahkan yang hanya memiliki sedikit perasan kepadamu tanpa sadar hanya diperalat untuk mengikatmu secara paksa." Buliran a

  • Posesif My Husband    Chapter 160

    "Sayang, apa kamu sudah selesai berbicara? Ayo, kita pulang, sepertinya Marren sedang kerepotan dengan anak-anaknya. Sebaiknya kita pamit," ucap seorang wanita yang tiba-tiba datang dan menggandeng lengan Vano, perut wanita itu terlihat sedikit buncit. Arsan menatap wanita tersebut, yang menatapnya dengan sopan namun sangat jelas terlihat dia menikmati apa yang sedang dilihatnya. "Sarah? Kamu sudah selesai berbicara dengan Marren?" tanya Vani menoleh pada wanita yang terlihat agak genit itu."Perkenalkan, Tuan Muda, ini istri saya Sarah, dan Sarah ini adalah Tuan Muda....""Arsan, Tuan Muda Arsan, suami Marren.""Salam kenal, Tuan Muda Arsan, saya Sarah, istri Tuan Vano ini, pemilik restoran yang punya banyak cabang di beberapa mall di kota-kota besar di Indonesia," sela Sarah memotong ucapan Vano dan mengulurkan tangannya untuk dijabat Arsan. Ucapan Sarah, membuat Vano jengah dan menegurnya walau dengan suara lembut. Akan tetapi sepertinya Sarah sangat menikmati pamer di hadap

  • Posesif My Husband    Chapter 159

    "Bagaimana, Brian?" tanya Arsan setelah dokter Brian memeriksa kondisi Kakek Ryzadrd. Dokter Brian memegang gagang kacamatanya dengan gelisah dan mendesah perlahan."Arsan, Kakek meninggal karena pembuluh darah arterinya putus dan kehilangan banyak darah dan mengakibatkan syok dalam jantungnya. Dan Kakek meninggal sekitar 2 sampai 3 jam yang lalu," ungkap dokter Brian dengan tatapan penuh simpati. "Kenapa tidak pasti?" sela Arland kepada Brian menutupi ranjang dan seprei yang berlumuran darah Kakek Ryzadrd yang mengering. "Karena suhu ruangan ini sangat rendah, jadi membuat suhu tubuh juga semakin cepat turun dan dapat mempengaruhi pembekuan dengan cepat," jawab Brian yang membuat Arland terdiam menguyup wajahnya sendiri dengan kasar. Pria itu terlihat sangat stres. "Dan memang beliau meninggal karena sebab bunuh diri, tak ada tanda-tanda kekerasan apa pun yang terjadi," lanjut Brian dengan wajah penuh duka. Dokter muda yang berumur tak jauh di atas Arsan itu menghela napas deng

  • Posesif My Husband    Chapter 158

    Mendengar ucapan Arsan yang terbata-bata, Arland tak kuasa menahan gelak tawanya dan membuat Marren dan Madya menatapnya dengan tatapan heran."Ada apa, Arland? Apa yang sebenarnya terjadi?" tegur Madya yang langsung membuat Arland menghentikan gelak tawanya. Lalu dengan menyisakan tawanya, akhirnya Arland mengakui, bahwa dia sengaja membisikkan kata-kata itu untuk membuat Arsan marah dan bangun."Apalagi yang bisa membuatmu marah selain itu? Lihat saja, Ma, bahkan dia bisa melawan dan bangkit dari kematian hanya karena Marren," papar Arland yang membuat Marren dan Madya menangis terharu. Marren kembali memeluk dan menciumi tangan Arsan. Sementara Arsan menahan sakit karena tawanya yang terlepas begitu saja. "Awas... kau... Arland...." ancam Arsan dengan suara berat, namun lagi lagi Arland mengendikan bahunya dengan acuh. "Bangun dengan benar lebih dulu, baru kau bisa mengancamku," ledek Arland dengan wajah senang.🥀🥀🥀Akhirnya setelah beberapa hari di rawat, Arsan diperbolehk

  • Posesif My Husband    Chapter 158

    Hari itu suasana ruang tunggu ICCU terlihat lengang dan penuh kesedihan. Karena saat mereka sampai di sana, kamar Arsan sedang di penuhi oleh para dokter dan perawat yang sedang mengupayakan keselamatan Arsan dari berhentinya detak jantung pria tampan itu. Dalam sehari sepeninggal Marren, sudah dua kali jantung Arsan berhenti berdetak hingga harus mendapatkan serangkai penyelamatan dari para dokter, seperti yang sedang dilakukan saat ini. "Ya, Tuhan, Saya mohon selamatkanlah Arsan, selamatkanlah suami Saya. Saya dan anak-anak masih sangat membutuhkannya. Izinkanlah Arsan sembuh dan hidup bersama anak-anaknya, karena itu adalah impiannya sejak dulu. Ya, Tuhan, Saya mohon kepada-Mu," doa Marren dalam hati seraya menahan isaknya. Marren terus menatap kaca transparan yang kini tertutup oleh korden tebal berwarna putih agar mereka tak melihat apa yang telah terjadi di dalam ruangan tersebut. Marren menguatkan hatinya seraya meletakkan tangan bersandarkan kaca itu. Sementara Masya t

  • Posesif My Husband    chapter 156

    Arland meninggalkan ruangan itu dan menutup pintunya rapat rapat tanpa tahu jari-jemari Arsan mulai bergerak walau hanya sesaat. Hingga rombongan Arland dan Marren meninggalkan rumah sakit itu demi membawa Marren pulang setelah ia berbicara dengan Dokter pengawas Arsan dan menyerahkan nomor ponsel Arland jika ada perkembangan kondisi Arsan. Sesampainya di rumah, Marren menangis tersedu dalam pelukan Ibunya dan Arland menegaskan Marren harus makan dan beristirahat. Mengabaikan semua itu Marren menatap kedua bayinya yang terlelap dalam keranjang bayi. Marren meneteskan air mata menatap si kembar dengan lemah terkulai di ranjang. Madya menahan isaknya saat melihat Marren yang begitu pucat dan seolah kehilangan semangat dalam hidupnya. "Sayang, makanlah dan beristirahatlah barang sejenak. Kamu harus sehat demi anak-anak. Mommy akan siapkan makanan untukmu dan kamu harus makan," bujuk Madya seraya membelai rambut Marren yang tergerai berantakan di pundak. "Kamu juga harus makan, Arl

  • Posesif My Husband    Chapter 155

    Marren menatap sosok Arsan yang berbaring lemah tak berdaya di hadapannya. Kini ia harus kuat menghadapi kenyataan yang ada.Wanita cantik itu hanya terdiam membeku dan menatap satu persatu alat yang terpasang di sekitar tubuh Arsan dengan selang atau pun kabel yang berakhir di badan Arsan. Sebuah selang pun melekat di dalam mulut Arsan yang sedikit terbuka. Dengan tangan gemetar hebat, Marren memegang punggung tangan awan yang diam tak bergerak. Tangan yang dulu selalu kokoh menggenggamnya itu, kini terkulai lemah dengan selang infus tertancap di sana Marren menggenggam ringan tangan dan jari-jemari Arsan.Marren menciumnya tanpa mengatakan apa pun. Seraya memandang wajah Arsan yang terlelap, Marren memeluk tangan itu meletakkannya pada pipinya. "Syukurlah, Nyonya terlihat tenang dan baik-baik saja sejak siuman tadi. Nyonya, sepertinya sudah menerima keadaan Tuan Muda," ujar Naura memecah kesunyian. la menatap Marren melalui kaca transparan di balik ruangan itu bersama Arland.

  • Posesif My Husband    Chapter 154

    "Arsan!" pekik Marren dengan bangun tersentak kaget. Hal itu membuat Naura segera menghambur ke hadapan Marren. "Nyonya? Anda sudah siuman? Syukurlah," sahut Naura dengan wajah senang namun tak bisa menutupi wajah sedihnya Wajahnya terlihat sangat sembab karena terlalu banyak menangis. "Nau, apa yang terjadi? Ini di mana?" tanya Marren kebingungan seraya melihat ke sekelilingnya, la terbangun di sebuah kamar serba putih dan di kelilingi oleh kelambu dengan warna yang sama. "Anda pingsan. Nyonya. Sekarang sedang di UGD. Tadi Tuan Arland yang membawa Anda kemari," papar Naura dengan tatapan berkaca-kaca.Mendengar penjelasan Naura, Marren melompat dari ranjang dengan tergesa gesa."Di mana Arsan? Di mana, suami saya?" pekik marry kebingungan dan panik. Naura memeluk Marren dengan cepat dan menangis tersedu-sedu."Nyonya, harus tenang. Anda baru sadar. Sebaiknya pelan-pelan dulu," cegah Naura dengan bingung dan penuh kekhawatiran."Saya ingin melihat kondisi Arsan. Apa ada perkembang

  • Posesif My Husband    Chapter 153

    Marren diam termangu di depan ruang tunggu kamar operasi. Saat ini la hanya bisa diam tanpa bisa menangis karena sudah terlalu lelah menangis.la merasakan kedua matanya yang terasa bengkak dan perih akibat terlalu banyak menangis. "Ya, Tuhan, Arsan... Kita baru saja bertemu kembali setelah berbulan-bulan lamanya terpisah karena kesalahan Saya. Tetapi, sekarang kamu malah seperti ini. Kita baru saja bertemu dan bahagia, Arsan. Saya mohon, bertahanlah dan jangan tinggalkan Saya dan anak anak kita," gumam Marren berdoa di dalam hatinya. Sebulir air mata bening meluncur begitu saja membasahi kedua pipinya, la tak bisa menahan buliran demi buliran air mata yang terus menerus turun membasahi pipinya. Saat itu ia hanya di temani oleh Naura, karena Madya harus menenangkan kedua cucunya dengan asi Marren dan susu formula yang telah disiapkan khusus untuk keduanya. Apalagi kini Marren sedang menghadapi sebuah musibah dengan tertembaknya Arsan oleh sang kakek demi melindungi dirinya. Nau

DMCA.com Protection Status