"Mau lo apa sih?" Tanya Alin marah.
Alvin diam dengan ekspresi santainya.Pandangannya lurus melihat Aldi yang sedang di hajar oleh ketiga temannya.
Alin melihat Aldi terkapar lemah lelaki itu tidak sama sekali melakukan perlawanan. Aldi adalah sahabatnya, dia tidak mau Aldi di hajar oleh teman-teman Alvin hanya gara-gara dirinya.
"Mau lo apa kak?" Ucap Alin berusaha sabar.
Alvin tetap diam.
Alin berusaha merendam amarahnya. Menghela nafasnya sabar.
"Mau kamu apa? Alvin maunya apa?" Tanya Alin lembut sambil memegang kedua tangan Alvin.
"Berhenti!" Seru Alvin. Kedua temannya langsung berhenti menghajar Aldi yang sudah tidak berdaya.
Alvin tersenyum.
"Lo jadi pacar gue!"
Jam kosong. Satu kata singkat namun disukai para pelajar. Siapa sih yang gak suka jam kosong? Seluruh pelajar, pasti menyukainya. Mungkin para siswa selalu mengharapkan jam kosong. Seperti kelas 11 IPS 3 yang hari ini sedang ada jam kosong karena tahun ajaran baru. Mungkin guru-guru sedang mengurus para siswa-siswi baru kelas 10. Kelas 11 IPS 3 adalah kelas yang terkenal dengan murid yang bar-bar. Seperti saat ini. Berbagai ada aktivitas mereka lakukan. Ada siswa yang sedang bermain game di bangku pojok paling belakang. Ada yang sedang tidur di atas meja yang disambung-sambungkan menjadi satu menjadi tempat tidur. Ada yang sedang konser memukul-mukul meja. Para cewek-cewek sedang berselfi ria saling menunjukan gaya andalannya. Ada yang berkelompok untuk menggosip. Ada juga yang sedang keluar kelas makan di kantin. Seperti saat ini. Ke-empat cowok yang terkenal bar-barnya sedang berjalan menuju kantin sambil salah satu dari mereka asik berceloteh. "Melihatnya jantungku berde
Alvin melangkahkan kakinya menuju kelas Alin yaitu 10 MIPA 2. Dengan plastik putih ditangannya yang berisi kotak makan dan satu botol air mineral.Cowok itu melihat Alin sedang tertawa dengan cowok didepannya yang terlihat sedang melakukan hal-hal lucu."Aldi!" Teriak Alin nyaring saat cowok itu mencubit pipinya."Abisnya suruh siapa lo gemesin?" Tanya Aldi.Alin memutar bola matanya malas mengusap-usap pipinya yang memerah akibat dicubit."Ya udah maaf, gue traktir mau gak?""Ayok! Kantin!" Seru Alin girang.Aldi menggenggam tangan Alin lalu tersenyum.Alvin mengepalkan kedua tangannya. Urat-urat di tangannya terlihat jelas menandakan dia sedang dilanda emosi.Cowok itu berjalan mendekati Aldi.Bugh!"Jangan sentuh milik gue sialan!" Ucap Alvin emosi lalu menarik tangan Alin kasar mendekatinya.Aldi mengusap darah yang ada di bibirnya bekas tonjokan Alvin."Ikut gue!" Alvin menari
"Gue pengen bakso beranak dimana ya?" Tanya Ardan. "Di tukang bakso lah!" Seru Kenzo. "Bukan, bakso beranak di dalam mangkuk." Ucap Arya. "Gak sekalian di rumah sakit?" Tanya Kenzo. "Iya juga ya. Soalnya bakso beranak lahirannya di sesar." Celetuk Arya. "Karena gobloknya masuk ke jantung. Jadilah kepompa ke seluruh tubuh." Ucap Alvin. Alvin dan ke tiga temannya berjalan di koridor sekolah. Kenzo asik menggoda para gadis yang melewati mereka. "Hai cantik," ucap Kenzo pada gadis yang melewatinya. "Bisa gak sih lo sehari aja gak usah jelalatan matanya?" Tanya Ardan. Kenzo menggelengkan kepalanya," mata gue setiap hari harus liat cewek cantik. Jadi gak bisa." "Halo neng. Mau Aa anterin Sampai kelas ga?" Tanya Kenzo menghadang jalan Alin. "Gak. Terimakasih," ucap Alin jutek. Alvin yang tengah sibuk pada handphone nya langsung mengangkat kepalanya melihat Alin yang digoda oleh Kenzo. "Ekhem!" Ardan berdehem saat melihat tatapan mata Alvin kearah Kenzo. Lantas Kenzo menoleh kea
Alvin menjalankan motornya menelusuri jalan menuju rumah Alin. Matanya menyipit kala dia melihat seseorang yang familiar tengah memanjat tembok rumah berusaha keluar. Cowok itu menjalankan motornya menghampiri dia. Dengan cepat Alvin turun dari motornya lalu berlari. "Kena!" Seru Alvin menangkap Alin yang loncat dari atas tembok belakang rumah gadis itu. "Kak Alvin?" Ucap Alin terkejut. Alvin mengangkat satu alisnya keatas seolah bertanya 'kenapa?' "Turunin gue kak," pinta Alin. Alvin menurut lalu dilihatnya Alin dari kepala hingga kakinya," tangan lo kenapa?" Tanya Alvin meraih tangan gadis itu memar. "Jatuh." Jawab Alin singkat. Alvin merapihkan poni Alin dirinya merasa penasaran karena biasanya gadis itu tidak memakai poni. "Ini kenapa Alina?" Tanya Alvian saat dirinya melihat luka di kening gadis itu. "Nabrak pintu." Alibi Alin. "Lo bohong!" Ucap Alvin tidak yakin. "Kenapa lo juga gak pakai sepatu atau sendal? Lo kabur dari rumah?" Curiga cowok itu. Alin hanya diam mem
Seorang gadis cantik berjalan mengendap-endap menuju pintu keluar rumah. Yang ada di pikiran nya adalah jangan sampai dia membangunkan mamah dan kakak nya. Alin bernafas lega saat berhasil keluar. Lalu dia berjalan membuka gerbang rumah itu. Kemarin saat dia bolos sekolah dan pulang kerumahnya. Alin menemukan mamah dan kakak nya pulang dengan keadaan mabuk-mabukan. Ia kira rumah nya masih sepi. Karena semenjak papahnya pergi karena ada urusan bisnis di luar kota. Mamah dan kakak perempuan nya tidak pulang kerumah selama tiga hari ini. Luka-luka di tubuhnya pun disebabkan oleh mereka. Selalu saja meluapkan emosi pada dirinya. Suara klakson mengagetkan Alin dari lamunannya. Alvin membuka pintu mobilnya lalu turun," pagi-pagi jangan ngelamun. Coba senyum." Alim tersenyum singkat. "Aku jadi tau wajah bidadari saat senyum seperti apa." Ucap Alvin. "Apaan sih?" Balas Alin salah tingkah. Cowok itu tertawa," pipinya kenapa warna pink. Jadi gemes pengen gigit." "Kenapa gombal terus
"Aldi lo udah baikan?" Tanya Alin menghampiri Aldi yang sedang duduk di kursi taman. "Udah lah, gue kan LAKIK." Sombong cowok itu. Alin memutar bola matanya malas,"gak ingat pernah sekarat." Aldi tersenyum cengegesan," sorry ya gara-gara gue lo pacaran sama si Alvin." Gadis itu duduk di samping Aldi lalu menggelengkan kepalanya," jangan merasa bersalah gitu Al. Justru gue yang harusnya minta maaf sama lo, karena gue lo jadi masuk rumah sakit." "Gak usah gitu. Apa sih yang gak buat adik gue?" Ucap Aldi tersenyum. "Inget ya kita cuma beda sepuluh bulan!" Seru Alin tidak suka. Aldi tertawa lalu mengacak puncak kepala Alin," iya gemes banget lo." Gadis itu menyingkirkan tangan Aldi dari kepalanya," kebiasaan!" "Sory gue gak jenguk lo waktu lo di rumh sakit. Waktu gue mau ke rumh lo kata bi Ana lo lagi pergi ke luar kota." "Iya. Papah gue ada pekerjaan dan perlu bantuan mamah. Terus gue disuruh ikut, dan tadi
Dengan seragam rapihnya Alin berjalan menunju meja makan. Dirinya terheran-heran kala kakak dan mamah tirinya sedang menyiapkan makanan. Tidak sampai disitu, tadi pagi-pagi sekali mamahnya membangun kan dia. Ia kira akan disuruh ini itu ternyata hanya untuk mengingatkannya bahwa hari ini sekolah. "Eh Alin? Sini makan gue udah masakin buat lo." Ucap Alya. "Gak usah repot-repot kak," alibi Alin. "Udah kamu duduk aja. Anggap aja ini permintaan maaf dari kami," ucap sang mamah menyuruh Alin duduk. Alin menurut, melihat hidangan dihadapannya yang begitu banyak. Biasanya dia sarapan hanya dengan roti dan segelas susu saja. Alin melirik kakak dan mamahnya. Gadis itu bertanya-tanya apakah mereka sedang kesurupan jin baik? Soalnya momen ini sangatlah langka. Yang mereka biasa lakukan hanyalah menyiksa nya. "Tenang Alin, gak gue kasih racun ko. Ya kan mah," ucap Alya. "Iya Lin, makan coba. Kami udah susah payah biki
Aldi mengusap puncak kepala Alin dalam dekapannya. gadis itu menangis sesegukan.saat ini mereka sedang di depan ruang IGD. yang artinya papahnya alin masih dalam tanganan dokter."papah..." gumam Alin."sttt." Aldi menenangkan, mengusap punggung gadis itu lembut."papah gak akan pergi ninggalin Alin kan." gumam gadis itu."gak boleh bicara gitu. gue selalu ada di samping lo."Alin menangis sejadi-jadinya. alin tidak mau kehilangan untuk kedua kalinya lagi. papahnya lah yang membuat dia bertahan."Gue lelah Al," ucap Alin.Aldi melepaskan pelukannya, menangkup kedua pipi gadis itu lalu menatap kedua mata Alin."Lo boleh lelah tapi jangan menyerah, oke?" ucap Aldi memberikan semangat.Air mata gadis itu kembali meluncur begitu saja, diiringi dengan rasa pusing di kepalanya.Aldi melebarkan matanya kala darah segar keluar dari hidung gadis itu."Lo mimisan?"Alin menyentuh hidu