"Gue pengen bakso beranak dimana ya?" Tanya Ardan.
"Di tukang bakso lah!" Seru Kenzo.
"Bukan, bakso beranak di dalam mangkuk." Ucap Arya.
"Gak sekalian di rumah sakit?" Tanya Kenzo.
"Iya juga ya. Soalnya bakso beranak lahirannya di sesar." Celetuk Arya.
"Karena gobloknya masuk ke jantung. Jadilah kepompa ke seluruh tubuh." Ucap Alvin.
Alvin dan ke tiga temannya berjalan di koridor sekolah. Kenzo asik menggoda para gadis yang melewati mereka.
"Hai cantik," ucap Kenzo pada gadis yang melewatinya.
"Bisa gak sih lo sehari aja gak usah jelalatan matanya?" Tanya Ardan.
Kenzo menggelengkan kepalanya," mata gue setiap hari harus liat cewek cantik. Jadi gak bisa."
"Halo neng. Mau Aa anterin Sampai kelas ga?" Tanya Kenzo menghadang jalan Alin.
"Gak. Terimakasih," ucap Alin jutek.
Alvin yang tengah sibuk pada handphone nya langsung mengangkat kepalanya melihat Alin yang digoda oleh Kenzo.
"Ekhem!" Ardan berdehem saat melihat tatapan mata Alvin kearah Kenzo.
Lantas Kenzo menoleh kearah belakang dimana Alvin berdiri. Kenzo cengegesan lalu memberikan jalan untuk Alin.
Alvin memajukan kakinya menjulur kedepan.
Bruk!
"Aw!" Ucap Alin kala dirinya terjatuh karena tersandung kaki Alvin.
Cowok itu berjongkok mendekat kearah Alin.
"Kalo liat gue nyapa," bisik Alvin di telinga Alin.
Alin tidak mendengarkan ucapan Alvin. Gadis itu bangkit dari jatuhnya hendak melanjutkan langkanya.
Dengan cepat Alvin menjulurkan kakinya lagi membuat Alin tersandung kedua kalinya.
Gadis itu meringis kala lututnya keluar darah.
Dengan segera Alvin menggendong Alin ala bridal style.
"Turunin gue!" Tolak Alin yang di hiraukan oleh cowok itu.
"Gue ke UKS dulu," ucapnya Lalu berjalan pergi.
"Gila si Alvin. PDKT nya pakai cara kasar." Ucap Kenzo.
"Bukan maen!" Seru Arya.
"Makannya jangan maen maen." Sahut Ardan berjalan meninggalkan mereka.
"Kemana?" Tanya Kenzo.
"Rumah sakit."
"Ngapain?" Ucap Arya.
"Mau jenguk anak bakso. Katanya udah melahirkan, anaknya juga sehat," ceplos Ardan.
"Bego nya melawan hukum alam!" Teriak Kenzo.
________________
Alvin mendudukkan Alin di atas ranjang UKS. Lalu cowok itu berjalan kearah lemari mengambil alkohol dan kapas.Berjongkok di hadapan Alin mengobati lutut gadis itu. Dengan refleks Alin membenarkan roknya.
"Santai kali gue gak mau mesum," ucap Alvin lalu mulai membersihkan luka itu.
Alin hanya diam memperhatikan.
"Nah diem gini kan gue seneng liatnya,"
"Karena dengan cara kasar gue bisa deketin lo. Akan gue lakuin. Makanya lo jangan nolak gue." Ucap Alvin.
"Lagian lo sekarang udah jadi pacar gue. Gue bebas ngatur-ngatur lo."
Alin hendak berbicara namun dipotong oleh Alvin.
"Kemarin gue bilang kalo si Aldi dibawa ke rumah sakit lo jadi pacar gue. Dan lo setuju, gak boleh ingkar janji." Ucap cowok itu seolah tau apa yang akan diucapkan Alin.
Alin menghela nafasnya pasrah. Terlihat Alvin selesai mengobati lukanya.
"Selesai," ucap Alvin berdiri dari jongkoknya.
Gadis itu melihat lututnya yang telah di obati," makasih."
Alvin menangkup wajah Alin supaya menatapnya. Laku mengusap lembut bibir ranum gadis itu membuat Alin merinding.
"Emm, kak." Panggil gadis itu.
"Hm?" Jawab Alvin sambil menyelipkan anak rambut di samping telinga Alin.
"Gue laper belum sarapan dari rumah," alibi gadis itu sambil memegang perutnya.
Raut wajah cowok itu berubah," kenapa gak sarapan? Oke, kalau begitu gue beliin dulu. Lo duduk disini tunggu sebentar."
Alin mengangguk. Lalu Alvin pergi berjalan keluar menuju kantin sekolah setelah mengusap puncak kepala Alin.
Gadis itu memegang rambutnya yang diusap Alvin.
"Lo baik. Cuma galak sama posesif banget." Gumam gadis itu.
"Maaf ya kak gue bohong. Gue izin kabur," ucapnya lalu berjalan keluar dari UKS dengan langkah telatih nya.
Dia ingin menghindari kakak kelasnya itu satu hari saja. Ya, dia akan bolos sekolah hari ini. Dengan tas yang masih di gendongannya gadis itu berjalan kearah gerbang sekolah.
"Mau kemana neng?" Tanya pak satpam.
"O-oh anu pak, saya mau ambil buku di rumah soalnya ada yang ketinggalan." Alibi Alin.
"Kalau begitu telepon mamahnya atau siapa, suruh anterin bukunya neng." Ucap Satpam itu.
"Orang rumah udah pada berangkat kerja pak," cengir Alin mencoba tidak gugup.
Satpam itu mencoba mengerti," ya udah atuh neng. Hati-hati ya. Tapi udah izin ke gurunya kan?"
"Udah pak." Balas Alin lalu berjalan meninggalkan sekolah itu setelah berpamitan pada satpam itu.
_______________
"Gue dat-" Alvin menghentikan ucapannya kala UKS itu kosong.
"Alin?"
"Alina?" Panggil Alvin mengecek setiap penjuru ruangan itu.
Alvin berpikir sejenak," sialan!" Umpatnya lalu berlari
Keluar mencari gadisnya._____
"Cari siapa kak?" Tanya salah satu murid 10 MIPA 2 kala Alvin tiba-tiba saja memasuki kelas itu tanpa permisi."Alin ada?" Tanya Alvin.
"Enggak ada kak. Belum datang dia dari tadi," jawab murid itu.
"Sepertinya dia tidak sekolah. Soalnya udah mau jam masuk kelas," seru gadis yang duduk di pojok ruangan.
Terdengar Alvin mengumpat beberapa kali lalu tanpa permisi berlari dari kelas itu menuju gerbang sekolah.
___________
"Cari apa Al?" Tanya pak satpam.
"Cari Alin," jawab Alvin dingin.
"Cewek yang lututnya luka bukan?"
Alvin langsung mengangguk mantap," lo liat? Eh- bapak liat?" Tanya Alvin.
"Kebetulan tadi katanya mau pulang ke rumah ada buku yang ketinggalan. Tapi sampai sekarang mau masuk belum datang juga." Jelas satpam itu.
Alvin mengacak-acak rambutnya kasar.
"Woy Al!" Teriak Arya berlari dari kejauhan menghampiri Alvin diikuti kedua temannya.
"Cari apaan?" Tanya nya.
"Liat Alin ga?"
"Oh Alin. Tadi gue liat dia naik taksi sambil gendong tas. Gue kira lo suruh dia pulang dengan keadaan lututnya luka gara-gara lo." Ucap Arya.
Alvin menendang batu yang ada di sekitarnya frustasi.
"Atau mungkin dia mau jenguk Aldi ke rumah sakit?" Sahut Kenzo.
"Ada benarnya juga sih," setuju Ardan.
"Kalian ikut gue ke rumah sakit," ucap Alvin.
"Eh-eh kalian mau kemana? Masuk kelas, jangan bolos!" Ucap pak satpam.
Alvin memberikan lima lembar uang berwarna merah pada satpam itu. Lalu diangguki oleh satpam itu.
"Dasar satpam mata duitan!" Ucap Arya.
"Cepetan!" Seru Alvin berlari menuju parkiran sekolah.
_____________Selepasnya sampai di rumah sakit. Mereka ber empat langsung berjalan memasuki ruangan Aldi dirawat.
"Alin mana?" Tanya Alvin to the point sambil membuka pintu itu kasar.
"Untung gue gak jantungan," gumam Aldi.
"Mana gue tau. Alin kan sekolah, kalian salah tempat. Ini rumah sakit," jawab Aldi.
Alvin mengecek seluruh ruangan itu termasuk kamar mandi. Tapi Alin memang tidak ada disana.
"Alin gak ada di sekolah. Dia bolos,kata pak satpam dia mau pulang ke rumah." Ucap Kenzo.
"Serius?" Kaget Aldi.
"Ngapain juga gue jelasin hal yang gak berfaedah," balas Kenzo.
"Kali begitu lo samperin Alin ke rumahnya cepat!" Ucap Aldi khawatir.
"Rumahnya dimana?" Tanya Alvin tak sabar.
"Di jalan mawar. Lo cari aja rumah yang cat nya warna putih." Jelas Aldi.
"Oke. Kalian bertiga tunggu disini. Gue kesana sendiri aja." Ucap Alvin lalu berjalan keluar dari ruangan itu.
Arya dan keduanya tersenyum senang. Yes! Bolos sekolah.
"Nyengir lo pada," sindir Aldi.
_____________
Alvin menjalankan motornya menelusuri jalan menuju rumah Alin. Matanya menyipit kala dia melihat seseorang yang familiar tengah memanjat tembok rumah berusaha keluar. Cowok itu menjalankan motornya menghampiri dia. Dengan cepat Alvin turun dari motornya lalu berlari. "Kena!" Seru Alvin menangkap Alin yang loncat dari atas tembok belakang rumah gadis itu. "Kak Alvin?" Ucap Alin terkejut. Alvin mengangkat satu alisnya keatas seolah bertanya 'kenapa?' "Turunin gue kak," pinta Alin. Alvin menurut lalu dilihatnya Alin dari kepala hingga kakinya," tangan lo kenapa?" Tanya Alvin meraih tangan gadis itu memar. "Jatuh." Jawab Alin singkat. Alvin merapihkan poni Alin dirinya merasa penasaran karena biasanya gadis itu tidak memakai poni. "Ini kenapa Alina?" Tanya Alvian saat dirinya melihat luka di kening gadis itu. "Nabrak pintu." Alibi Alin. "Lo bohong!" Ucap Alvin tidak yakin. "Kenapa lo juga gak pakai sepatu atau sendal? Lo kabur dari rumah?" Curiga cowok itu. Alin hanya diam mem
Seorang gadis cantik berjalan mengendap-endap menuju pintu keluar rumah. Yang ada di pikiran nya adalah jangan sampai dia membangunkan mamah dan kakak nya. Alin bernafas lega saat berhasil keluar. Lalu dia berjalan membuka gerbang rumah itu. Kemarin saat dia bolos sekolah dan pulang kerumahnya. Alin menemukan mamah dan kakak nya pulang dengan keadaan mabuk-mabukan. Ia kira rumah nya masih sepi. Karena semenjak papahnya pergi karena ada urusan bisnis di luar kota. Mamah dan kakak perempuan nya tidak pulang kerumah selama tiga hari ini. Luka-luka di tubuhnya pun disebabkan oleh mereka. Selalu saja meluapkan emosi pada dirinya. Suara klakson mengagetkan Alin dari lamunannya. Alvin membuka pintu mobilnya lalu turun," pagi-pagi jangan ngelamun. Coba senyum." Alim tersenyum singkat. "Aku jadi tau wajah bidadari saat senyum seperti apa." Ucap Alvin. "Apaan sih?" Balas Alin salah tingkah. Cowok itu tertawa," pipinya kenapa warna pink. Jadi gemes pengen gigit." "Kenapa gombal terus
"Aldi lo udah baikan?" Tanya Alin menghampiri Aldi yang sedang duduk di kursi taman. "Udah lah, gue kan LAKIK." Sombong cowok itu. Alin memutar bola matanya malas,"gak ingat pernah sekarat." Aldi tersenyum cengegesan," sorry ya gara-gara gue lo pacaran sama si Alvin." Gadis itu duduk di samping Aldi lalu menggelengkan kepalanya," jangan merasa bersalah gitu Al. Justru gue yang harusnya minta maaf sama lo, karena gue lo jadi masuk rumah sakit." "Gak usah gitu. Apa sih yang gak buat adik gue?" Ucap Aldi tersenyum. "Inget ya kita cuma beda sepuluh bulan!" Seru Alin tidak suka. Aldi tertawa lalu mengacak puncak kepala Alin," iya gemes banget lo." Gadis itu menyingkirkan tangan Aldi dari kepalanya," kebiasaan!" "Sory gue gak jenguk lo waktu lo di rumh sakit. Waktu gue mau ke rumh lo kata bi Ana lo lagi pergi ke luar kota." "Iya. Papah gue ada pekerjaan dan perlu bantuan mamah. Terus gue disuruh ikut, dan tadi
Dengan seragam rapihnya Alin berjalan menunju meja makan. Dirinya terheran-heran kala kakak dan mamah tirinya sedang menyiapkan makanan. Tidak sampai disitu, tadi pagi-pagi sekali mamahnya membangun kan dia. Ia kira akan disuruh ini itu ternyata hanya untuk mengingatkannya bahwa hari ini sekolah. "Eh Alin? Sini makan gue udah masakin buat lo." Ucap Alya. "Gak usah repot-repot kak," alibi Alin. "Udah kamu duduk aja. Anggap aja ini permintaan maaf dari kami," ucap sang mamah menyuruh Alin duduk. Alin menurut, melihat hidangan dihadapannya yang begitu banyak. Biasanya dia sarapan hanya dengan roti dan segelas susu saja. Alin melirik kakak dan mamahnya. Gadis itu bertanya-tanya apakah mereka sedang kesurupan jin baik? Soalnya momen ini sangatlah langka. Yang mereka biasa lakukan hanyalah menyiksa nya. "Tenang Alin, gak gue kasih racun ko. Ya kan mah," ucap Alya. "Iya Lin, makan coba. Kami udah susah payah biki
Aldi mengusap puncak kepala Alin dalam dekapannya. gadis itu menangis sesegukan.saat ini mereka sedang di depan ruang IGD. yang artinya papahnya alin masih dalam tanganan dokter."papah..." gumam Alin."sttt." Aldi menenangkan, mengusap punggung gadis itu lembut."papah gak akan pergi ninggalin Alin kan." gumam gadis itu."gak boleh bicara gitu. gue selalu ada di samping lo."Alin menangis sejadi-jadinya. alin tidak mau kehilangan untuk kedua kalinya lagi. papahnya lah yang membuat dia bertahan."Gue lelah Al," ucap Alin.Aldi melepaskan pelukannya, menangkup kedua pipi gadis itu lalu menatap kedua mata Alin."Lo boleh lelah tapi jangan menyerah, oke?" ucap Aldi memberikan semangat.Air mata gadis itu kembali meluncur begitu saja, diiringi dengan rasa pusing di kepalanya.Aldi melebarkan matanya kala darah segar keluar dari hidung gadis itu."Lo mimisan?"Alin menyentuh hidu
Gadis dengan baju pasien itu berjalan memasuki ruangan dimana papahnya terbujur kaku.Alin berjalan menghampiri papahnya yang tertidur dengan bantuan alat pernafasan."Halo pah, Alin kangen sama papah, ingin sekali Alin bertemu papah. Sayangnya sekalinya Alin bertemu, papah sakit," gadis itu duduk di samping tempat tidur sang papah."Padahal banyak sekali yang ingin Alin ceritakan. Kebahagiaan papah itu sudah cukup untuk Alin bertahan, papah superhero Alin.""Sedih banget liat superhero Alin terbujur kaku kayak gini. Kalo bisa Alin aja yang ada di posisi papah." Gadis itu menggenggam tangan berotot yang di pasang infus."Alin ingin sekali berkata jujur. Biarkan Alin jujur saat ini mumpung papah gak bisa denger kan lagi tidur hehe," Alin cengegesan."Alin gak bahagia pah." Alin menundukkan kepalanya."Alin kangen bunda,Alin bahkan pernah merasakan dimana ada di titik pengen nyusul bunda." Gadis itu perlahan menetaskan air mata.
"Alin mana?" Kata itu yang langsung terlontar dari mulut Alvin ketika memasuki ruang rawat Feri.Semua mata tertuju padanya. Feri sudah siuman, lelaki itu menatap Alvin bingung."Alin lagi beli makan di kantin sama Aldi dan ketiga temen lo. Lo disini aja nunggu," Alya tiba-tiba menghampiri Alvin dan menarik tangan cowok itu untuk duduk di sofa ruangan itu.Alvin menepis tangan Alya," jangan setuh gue.""Gue mau nyusul mereka ke kantin, permisi."Alvin pamit keluar dari ruangan itu."Gue ikut!" Seru Alya mengikuti Alvin yang menghiraukan kehadirannya."Al!"Alvin mengalihkan pandangannya saat ada yang memanggil namanya.Terlihat Kenzo memanggilnya dengan membawa kantung kresek di tangganya."Mau kemana?" Tanya Arya menghampiri Alvin."Alin mana?" Tanya Alvin balik bertanya."Alin pulang ke rumahnya sama Aldi,katanya Alin mau ganti baju." Jawab Ardan yang dari tadi di samping Arya.Sial, k
Seorang gadis memasuki area kantin yang ramai itu. Mengedarkan pandangannya kearah warung-warung berharap ada yang kosong atau tidak panjang mengantri. Maklum, dirinya yang tidak memiliki teman dekat sampai sekarang kemana-mana hanya sendiri. Dia bukan anak yang tidak pandai berinteraksi, namun Aldi yang selalu ada di sampingnya, menjadi sahabat, sekaligus orang penyemangat untuk dia. Dari kecil Aldi bersamanya. Alin pikir Aldi juga cukup untuk dijadikan sahabat dekatnya. Jelas saja dia juga butuh seorang teman perempuan supaya sama-sama bisa saling mengerti karena sama-sama perempuan. "Ck!" Gadis itu berdecak kala dia terpaksa harus mengantri. Jelas saja warung-warung penuh oleh siswa-siswi yang mengantri. Alin menghela nafasnya kala Aldi belum juga datang. Cowok itu sedang mengantarkan buku ke perpustakaan. Jika saja sekarang ada Aldi, pasti cowok itu sudah menerobos antrian dan mendapatkan makanan awal. Tidak jarang juga
"Lo ga ngerti omongan manusia hah?!" "Udah gue bilang jauhi Alvin ya lo jauhi!" Alya mencengkram pipi Alin erat. Gadis itu menghentakkan tangan Alya dari kedua pipinya," gue udah nurutin semua perkataan lo termasuk jauhi kak Alvin." "Untuk yang kemarin kemarin itu kak Alvin nya sendiri yang nyamperin gue." "Terus lo nyalahin gue gitu?" "Disini gue udah berusaha nurutin kemauan lo, tapi lo nya makin ngelunjak." Ucap Alin mengeluarkan unek-unek nya. "Kalau begitu lebih baik gue bunuh papah lo. Setuju?" Alya tersenyum miring. "Pilih papah lo mati atau jauhi Alvin." Tekan Alya kembali. Alin tersenyum misterius," gue bakal bilang sama papah kalo lo sama mamah lo itu wanita licik!" "Oh iya kah? Bagaimana caranya? Sedangkan papah lo aja lebih percaya sama gue." Ucap Alya sombong. Alin memutar rekaman pembicaraan dia dan Alya barusan yang ia rekam di handphone nya. "Mana mungkin kan papah ga percaya sama bukti ini." Ucapnya menantang Alya. Terlihat Alya mengepalkan tangannya," k
Alin memakan nasi goreng yang dipesankan Alvin untuknya. Matanya melirik cowok yang duduk di sampingnya yang dari tadi terus saja memperhatikannya.Gadis itu kembali mengalihkan pandangannya berusaha tidak peduli dan kembali fokus pada makanannya.Terlihat dia buru-buru memakan nasi goreng itu agar cepat habis dan bisa pergi meninggalkan kakak kelas nya itu."Pelan-pelan makannya, gak ada yang minta." Seru Alvin.Alin meminum seteguk air untuk mengakhiri makan paginya. "Gue ke kelas duluan, thanks makannya."Alvin bangkit dari duduknya menghalangi jalan Alin.Cowok itu menempelkan telapak tangannya di kening gadis itu."Badan lo panas, istirahat aja di UKS, gue temenin. Udah diminta izin ini sama guru lo.""Gue baik baik aja.""Bisa ga si, lo nurutin perkataan gue? Jangan membangkang terus!" Sentak Alvin."Lo bisa gak sih? Gak usah maksa maksa orang. Bersikap semau lo, lo gak mikirin perasaan gue. Jauhin gue." "Apa salah nya? Gue suka sama lo, apa jatuh cinta itu sebuah kejahatan?"
Keesokan paginya Alin berjalan memasuki area sekolah. Peluh keringat membanjiri mukanya. Bagaimana tidak? Dia lari dari rumahnya samai ke sekolah.Tadi pagi-pagi sekali sebenarnya dia berangkat bersama Alya dengan mobil cewek itu. Tetapi tidak jauh dari rumahnya, Alya menurunkan Alin di tengah jalan dan meninggalkannya. Sialan sekali bukan?!Gadis itu menyelipkan anak rambut yang menghalangi pandangannya ke belakang daun telinga. Gerah sekali! Ditambah sekarang ini rambutnya dia biarkan tergerai. Jika saja dia membawa ikat rambut, pasti dia ikat.Langkah kakinya sengaja dia pelankan untuk mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. Tangannya berusaha mengipas-ngipas di depan mukanya bertujuan untuk menghilangkan gerah."Pagi Alin." Sapa Alvin yang datang dari arah belakang gadis itu.Alin melirik Alvin sebentar lalu menolehkan lagi pandangannya ke depan."Lo habis ngapain?" Tanya Alvin melihat Alin banjir keringat."Lo peduli?" Tanya Alin cue
"Sebenarnya Alin dimana? Dari tadi kita udah muter-muter kota ini gak jelas." Decak Alvin."Jangan-jangan lo bohong? Lo gak tau Alin dimana kan? Itu sebabnya lo selalu kasih tau tempat yang salah dan berakhir kita muter-muter jalanan gak jelas.""Gue tau, cuma tadi gue sengaja memperlambat waktu. Gue pengen lebih lama bareng sama lo." Ucap Alya dengan wajah tidak bersalah nya.Alvin memberhentikan mobilnya ditepi jalan."Turun!" Seru cowok itu dengan nada emosi.Bagaimana tidak? Sekarang sudah pukul 20.00, sudah 1 jam mereka mengelilingi jalan raya namun tidak kunjung bertemu Alin, karena Alya selalu memberikan tempat tujuan lokasi yang salah."Oke-oke! Sebenarnya Aldi bawa Alin ke pasar malam. Jadi jangan turunin gue oke?" Ucap Alya mengalah."Awas kalo lo bohong lagi, gue buang lu di jalanan!" Ancam Alvin lalu melajukan mobilnya membelah jalan raya yang padat, spertinya karena ini malam minggu.*****
Alin turun dari bus yang dia tumpangi untuk pulang. Gadis itu lalu berjalan membuka gerbang rumahnya.Tin!Pergerakan nya terhenti saat suara klakson terdengar di indra pendengarannya. Gadis itu menoleh.Terlihat Alvin dengan motor ninja merahnya dan Alya yang di bonceng cowok itu yang tengah memeluk erat pinggang Alvin.Alin membuka lebar gerbang itu lalu segera memasuki rumahnya.Gadis itu berlarian kecil membuka pintu kamarnya lalu menutupnya kembali.Dengan langkah kecilnya Alin membuka tirai jendela, melihat kearah gerbang dimana Alya dan Alvin tengah berjalan masuk."Ngapain pake di suruh mampir sih?" Ucap Alin."Bulshit banget, katanya suka sama gue. Sekarang jalan sama Alya."Alin duduk di meja belajarnya.Gadis itu lalu menepuk pelan kepalanya."Gue kan harus siap-siap. Pasti Aldi bentar lagi datang."Gadis itu segera bejalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.Al
"Alin!"Gadis yang merasa dipanggil menghentikan langkah kakinya.Terlihat di lapangan sana Alvin tengah berlari menghampirinya."Tangan lo udah sembuh?" Tanya Alvin dengan seragam basketnya.Alin hanya mengangguk lalu melanjutkan langkahnya yang tertunda."Alin." Panggil Alvin kembali sambil menyusul langkah gadis itu."Kenapa lo terus menghindar dari gue?"Gadis itu hanya diam."Alina!" Alvin menggenggam tangan Alin membuat langkah gadis itu terpaksa berhenti."Kenapa sih?" Alin menghentakkan tangan cowok itu sehingga genggaman di tangannya terlepas."Lo kenapa sih? Tiba-tiba menjauh dari gue?" Tanya Alvin."Apa iya? Perasaan lo aja kali.""Kalo ada masalah cerita sama gue. Gue buat salah sama lo?"Gadis itu hanya diam."Jawab!""Lo siapa gue sih kak? Lo itu cuma cowok pemaksa yanga buat kehidupan tenang gue jadi gak tenang lagi. Karena lo gue suka dapat masalah."
Seorang gadis memasuki area kantin yang ramai itu. Mengedarkan pandangannya kearah warung-warung berharap ada yang kosong atau tidak panjang mengantri. Maklum, dirinya yang tidak memiliki teman dekat sampai sekarang kemana-mana hanya sendiri. Dia bukan anak yang tidak pandai berinteraksi, namun Aldi yang selalu ada di sampingnya, menjadi sahabat, sekaligus orang penyemangat untuk dia. Dari kecil Aldi bersamanya. Alin pikir Aldi juga cukup untuk dijadikan sahabat dekatnya. Jelas saja dia juga butuh seorang teman perempuan supaya sama-sama bisa saling mengerti karena sama-sama perempuan. "Ck!" Gadis itu berdecak kala dia terpaksa harus mengantri. Jelas saja warung-warung penuh oleh siswa-siswi yang mengantri. Alin menghela nafasnya kala Aldi belum juga datang. Cowok itu sedang mengantarkan buku ke perpustakaan. Jika saja sekarang ada Aldi, pasti cowok itu sudah menerobos antrian dan mendapatkan makanan awal. Tidak jarang juga
"Alin mana?" Kata itu yang langsung terlontar dari mulut Alvin ketika memasuki ruang rawat Feri.Semua mata tertuju padanya. Feri sudah siuman, lelaki itu menatap Alvin bingung."Alin lagi beli makan di kantin sama Aldi dan ketiga temen lo. Lo disini aja nunggu," Alya tiba-tiba menghampiri Alvin dan menarik tangan cowok itu untuk duduk di sofa ruangan itu.Alvin menepis tangan Alya," jangan setuh gue.""Gue mau nyusul mereka ke kantin, permisi."Alvin pamit keluar dari ruangan itu."Gue ikut!" Seru Alya mengikuti Alvin yang menghiraukan kehadirannya."Al!"Alvin mengalihkan pandangannya saat ada yang memanggil namanya.Terlihat Kenzo memanggilnya dengan membawa kantung kresek di tangganya."Mau kemana?" Tanya Arya menghampiri Alvin."Alin mana?" Tanya Alvin balik bertanya."Alin pulang ke rumahnya sama Aldi,katanya Alin mau ganti baju." Jawab Ardan yang dari tadi di samping Arya.Sial, k
Gadis dengan baju pasien itu berjalan memasuki ruangan dimana papahnya terbujur kaku.Alin berjalan menghampiri papahnya yang tertidur dengan bantuan alat pernafasan."Halo pah, Alin kangen sama papah, ingin sekali Alin bertemu papah. Sayangnya sekalinya Alin bertemu, papah sakit," gadis itu duduk di samping tempat tidur sang papah."Padahal banyak sekali yang ingin Alin ceritakan. Kebahagiaan papah itu sudah cukup untuk Alin bertahan, papah superhero Alin.""Sedih banget liat superhero Alin terbujur kaku kayak gini. Kalo bisa Alin aja yang ada di posisi papah." Gadis itu menggenggam tangan berotot yang di pasang infus."Alin ingin sekali berkata jujur. Biarkan Alin jujur saat ini mumpung papah gak bisa denger kan lagi tidur hehe," Alin cengegesan."Alin gak bahagia pah." Alin menundukkan kepalanya."Alin kangen bunda,Alin bahkan pernah merasakan dimana ada di titik pengen nyusul bunda." Gadis itu perlahan menetaskan air mata.