Seorang gadis cantik berjalan mengendap-endap menuju pintu keluar rumah. Yang ada di pikiran nya adalah jangan sampai dia membangunkan mamah dan kakak nya.
Alin bernafas lega saat berhasil keluar. Lalu dia berjalan membuka gerbang rumah itu.
Kemarin saat dia bolos sekolah dan pulang kerumahnya. Alin menemukan mamah dan kakak nya pulang dengan keadaan mabuk-mabukan.
Ia kira rumah nya masih sepi. Karena semenjak papahnya pergi karena ada urusan bisnis di luar kota. Mamah dan kakak perempuan nya tidak pulang kerumah selama tiga hari ini.
Luka-luka di tubuhnya pun disebabkan oleh mereka. Selalu saja meluapkan emosi pada dirinya.
Suara klakson mengagetkan Alin dari lamunannya.
Alvin membuka pintu mobilnya lalu turun," pagi-pagi jangan ngelamun. Coba senyum."
Alim tersenyum singkat.
"Aku jadi tau wajah bidadari saat senyum seperti apa." Ucap Alvin.
"Apaan sih?" Balas Alin salah tingkah.
Cowok itu tertawa," pipinya kenapa warna pink. Jadi gemes pengen gigit."
"Kenapa gombal terus sih? Jadi gemes pengen bunuh." Ucap Alin menirukan gaya bicara Alvin.
Cup!
Cowok itu mengecup singkat bibir Alin.
"Mulutnya minta di rukiyah. Lagian kalo aku dibunuh, kamu nanti jadi janda muda." Celetuk Alvin sembarangan.
"Siapa yang udah nikah sama situ? Saya masih singel."
"Yaudah ayo nikah sekarang."
"Mau sekolah dulu."
"Yaudah nanti pulang sekolah nikahnya."
"Banyak bacot!" Ucap Alin garang lalu bejalan mengitari mobil itu membuka pintu mobil.
"Mulutnya minta di didik!" Seru Alvin tak suka.
"Mau aku bantu buka pintunya?"
"Saya gak cacat," balas Alin dingin.
Alvin menghela nafasnya kasar. Rencananya dia ingin romantis-romantis san seperti di film-film gagal sudah.
__________________
"Ngapain lo?" Tanya Arya."Lagi menanam bunga." Jawab Kenzo sibuk menggali tanah untuk menanam tanaman bunga yang dibawanya.
"Susah banget anjir gali tanahnya!" Protes Kenzo.
"Lagian lo nanam bunga di area tanah liat. Bego banget sih." Sahut Ardan.
"Emang kenapa?" Tanya Kenzo.
"Ya gabakal tumbuh lah. Gak ada gizi."
Arya berdehem," jadi bingung gue. Sebenarnya apa yang dilihat tanah liat?"celetuk Arya menampilkan wajah bingungnya.
"Bro, mentang-mentang bego gratis jangan lu borong semua." Seru Kenzo.
"Lo juga ken. Mending sekarang masuk kelas, baca buku jadilah anak yang rajin." Nasihat Ardan.
"Iya Ken. Kayak gue rajin." Sahut Arya.
"Lo rajin apa? Kerjaan nya rebahan doang lo kata rajin?" Tanya Kenzo.
"Gue rajin malas-malasan." Balas Arya.
"Gue tanya, sebenarnya kalo rajin malas-malasan itu kita rajin atau malas?" Tanya Kenzo.
"Rajin dan malas," jawab Arya menjentikkan jarinya.
Ardan menghela nafasnya," kalian ini manusia atau bintang kecil? Goblok mu kok jauh tinggi menghiasi angkasa."
Setelah mengucapkan itu Ardan langsung pergi meninggalkan mereka berdua.
"Cabut Ken?" Tanya Arya.
"Bantu gue nanam bunga dulu." Pinta Kenzo.
Arya mengangguk, lalu berjongkok disamping Kenzo," bunganya mana?"
Kenzo menunjukan dengan ekor matanya.
"Wah ternyata goblok nya melawan hukum alam," ucap Arya melihat bunga yang di tunjukan Kenzo hanya bunga mawar tidak dengan tangkainya.
Ingat! Hanya bunganya saja.
Mana bisa tumbuh?"Daripada bego gue melewati batas maksimum. Gue pamit ke kelas duluan Ken. Mending bunga mawarnya lo pakai buat mandi kembang tujuh rupa."
"Siapa tau gobloknya luntur," setelah mengucapkan itu Arya pergi meninggalkan Kenzo yang kebingungan.
"Tujuan gue kan bagus mau mengembangbiakan tanaman." Gumam Kenzo.
_________________
Alin membuka pintu mobil Alvin. Lalu turun dari mobil itu."Makasih. Duluan," ucap Alin lalu melangkahkan kakinya menuju kelas.
Alvin segera menyusul langkah gadis itu.
"Biarkan saya mengantarkan anda sampai tempat tujuan dengan selamat." Ucap Alvin.
Alin tersenyum singkat.
"Biar aman," Alvin menggenggam tangan Alin.
"Nanti istirahat aku jemput ke kelas kamu."
"Intinya jangan dekat-dekat sama yang namanya laki-laki."
"Pagi pak," sapa Alin tersenyum ramah pada pak Gian, guru kimianya.
"Pagi Alin," balas pak Gian tersenyum.
"Termasuk guru." Lanjut Alvin.
"Maksudnya?" Tanya Alin.
"Jangan senyum kayak tadi sama guru laki-laki. Inget ya senyum kamu hanya aku yang boleh dapet, yang lain enggak!"
"Dia guru kita loh."
"Emangnya kenapa? Gak ada penolakan!" Tegas Alvin.
"Cuma senyum doang Al!"
"Ya gak boleh!"
"Hm." Dehem Alin malas.
"Good girl!" Seru cowok itu mengacungkan kedua jempolnya.
"Sana masuk." Ucap Alvin saat merek sudah sampai di depan ruang kelas Alin.
"Inget ya, belajar yang bener biar bisa di jadiin contoh nanti buat anak-anak kita."
"Apaan sih?" Ucap Alin tak suka.
"Inget ya nanti istirahat jangan kemana-mana kalo belum aku jemput."
"Iya-iya bawel!" Ucap Alin memasuki ruang kelasnya.
"I LOVE YOU SEKABUPATEN ALIN!" teriak Alvin tidak tau malu.
Para siswa-siswi yang berlalu lalang yang memusatkan pandangan mereka padanya ia hiraukan.
Beginilah cowok dingin dan cuek jika sudah bucin.
________________
Hari ini kelas Alin pelajaran olahraga. Mereka mengganti pakaian olahraga nya lalu pergi ke lapangan olahraga.
Terik matahari siang ini membuat mereka haus setelah melakukan aktivitas.
Alin izin ke kantin membeli minum. Kebetulan dia absen pertama dan tadi pertaman maju untuk praktik loncat jauh.
"Alin!"
Gadis itu membalikan badannya kebelakang saat namanya dipanggil oleh seseorang.
"Sudah aku bilang kalo belum aku jemput ke kelas jangan kemana-mana."
"Apa sekarang udah waktunya istirahat?" Tanya Alin kepada Alvin yang menampilkan wajah cemberut.
"Udah dari dua menit tiga puluh satu detik yang lalu." Jawab Alvin.
"Maaf, aku habis olahraga. Jadi gak sempat ke kelas."
"Oke gak apa-apa. Pasti kamu cape kan? Sekarang ayo aku beliin makanan." Alvin menarik tangan Alin menuju kantin.
________________
"Pada bolos ya kak?" Tanya Alin saat di kantin dia menemukan Ardan, Arya, dan kenzo sedang memakan mie ayam.
"Rutinitas Lin," jawab Arya.
Alin menatap Alvin tajam.
"Kebawa hasutan setan ayang," cengir Alvin.
Kenzo berlagak mau muntah," geli gue anjir. Ayang? Haduh seorang Alvin jadi bucin nya melewati batas rata-rata."
"Iri?" Ujar Alvin.
"Gak, gue punya pacar seratus satu. Lo cuma satu. Kalah jauh!" Sombong Kenzo.
"Sungkem dulu sama yang suhu," ucap Arya.
"Ganteng doang setia kagak!" Seru Ardan.
"Gue setia salah. Gak setia salah. Emang ya serba salah." Ucap Kenzo mendramatis.
"Emang. Kalo yang serba murah itu pasar obral." Sahut Arya.
"Terserah," ucap Kenzo memakan kembali mie ayamnya yang sempat tertunda.
"Dimakan," suruh Alvin datang membawa satu mangkuk bubur dan satu gelas air putih.
"Seriusan?" Ucap Ardan.
Alvin mengangkat satu alisnya ," apa?"
"Alin serius lo mau makan itu?" Tanya Ardan.
"Gak juga sih kak." Jawab Alin.
"Makan. Lo habis sakit kemarin, makannya harus dijaga dulu." Ucap Alvin duduk di samping Alin.
"Tap-"
"Makan atau aku suapin pakai mulut," ujar Alvin.
Alin segera memakan lahap bubur itu. Membayangkan nya saja dia ogah.
"Anj-"
Bugh!
Arya memukul punggung Kenzo saat cowok itu mau berkata kasar.
Uhuk!
Uhuk!
Uhuk!
"Makanya omongannya dijaga Ken. Ada anak kecil disini, gak baik!" Ucap Arya sambil memberikan satu gelas minum.
"Sialan lo, gue keselek tulang ayam anj-"
"Jir." Lanjut Kenzo melihat tatapan Arya.
"Halo Alvin," seorang perempuan datang dan langsung duduk di samping Alvin.
"Lagi pada ngapain nih? Ngobrol ya? Asik banget kayaknya." Ucapnya.
Alvin menghela nafasnya," minggir."
"Hah?" Ucap perempuan itu.
"Jangan deket-deket."
"Kenapa?"
"Lo gak liat Alvin udah punya doi?" Ucap Ardan.
"Yang mana?"
"Oh itu ya," lanjut perempuan itu menatap Alin.
"Selera lo rendah ya Al?"
"Jaga mulut lo Mara!" Geram Alvin.
"Mending sama gue aja yang cantik, kaya, dan pastinya cocok buat jadi pasangan lo." Ucap Mara.
"Cantik karena make-up aja bangga," sahut Arya.
"Emang make-up fungsinya buat apa? Merias tumpeng?" Sewot Mara.
"Swalo neng," ucap Arya.
"Slow bego! Swalo itu merek sendal." Seru Kenzo.
"Alvian nanti bisa anter gue ke toko buku gak?" Tanya Mara sambil memegang tangan Alvian.
"Gak." Balas cowok itu dingin sambil memainkan anak rambut Alin yang sibuk memakan bubur menghiraukan kedatangan Mara.
"Liat gue dong, apa menariknya dia sih?" Mara menarik baju seragam Alvin.
"Mara lo itu kaya indomie." Ucap Alvin.
Mara tersenyum manis," seleramu ya?"
"Murah!" Balas Alvin dengan nada dingin.
Setelah itu dia bangkit dari duduk nya menarik lengan Alin.
"Nanti aku ganti makanannya. Kita pergi, hawa disini gak enak. Aku mencium bau-bau caper. Enek!" Ucap pedas Alvin.
"Gue like gaya lo bro!" Seru Arya tertawa.
"Mending kamu sama aku aja ya?" Ucap Kenzo pada Mara.
"GAK LE-FEL!" Sombong Mara menggibaskan rambutnya lalu pergi dari kantin.
"Saingan baru," gumamnya tersenyum miring.
"Siapa juga yang mau sama situ. Gue mah kasian aja di tolak di depan umum," ucap Kenzo tak suka.
"Kasian apa kasian?" Ejek Ardan.
"Bangs-"
"Bang sate lima tusuk!" Teriak Kenzo tidak melanjutkan ucapannya setelah melihat tatapan Arya.
"Jangan ngomong kasar. Iya gue inget itu Ar." Ujar Kenzo tersenyum.
Bukan apa-apa. Dia hanya takut Arya memukul nya lagi. Sakit coy.
"Tadi lo bilang goblok ke gue loh Ar. Itu kan kasar." Ucap Kenzo.
"Itu beda. Itu emang kenyataan." Balas Arya.
"Sialan lo." Tak terima Kenzo.
"Aldi lo udah baikan?" Tanya Alin menghampiri Aldi yang sedang duduk di kursi taman. "Udah lah, gue kan LAKIK." Sombong cowok itu. Alin memutar bola matanya malas,"gak ingat pernah sekarat." Aldi tersenyum cengegesan," sorry ya gara-gara gue lo pacaran sama si Alvin." Gadis itu duduk di samping Aldi lalu menggelengkan kepalanya," jangan merasa bersalah gitu Al. Justru gue yang harusnya minta maaf sama lo, karena gue lo jadi masuk rumah sakit." "Gak usah gitu. Apa sih yang gak buat adik gue?" Ucap Aldi tersenyum. "Inget ya kita cuma beda sepuluh bulan!" Seru Alin tidak suka. Aldi tertawa lalu mengacak puncak kepala Alin," iya gemes banget lo." Gadis itu menyingkirkan tangan Aldi dari kepalanya," kebiasaan!" "Sory gue gak jenguk lo waktu lo di rumh sakit. Waktu gue mau ke rumh lo kata bi Ana lo lagi pergi ke luar kota." "Iya. Papah gue ada pekerjaan dan perlu bantuan mamah. Terus gue disuruh ikut, dan tadi
Dengan seragam rapihnya Alin berjalan menunju meja makan. Dirinya terheran-heran kala kakak dan mamah tirinya sedang menyiapkan makanan. Tidak sampai disitu, tadi pagi-pagi sekali mamahnya membangun kan dia. Ia kira akan disuruh ini itu ternyata hanya untuk mengingatkannya bahwa hari ini sekolah. "Eh Alin? Sini makan gue udah masakin buat lo." Ucap Alya. "Gak usah repot-repot kak," alibi Alin. "Udah kamu duduk aja. Anggap aja ini permintaan maaf dari kami," ucap sang mamah menyuruh Alin duduk. Alin menurut, melihat hidangan dihadapannya yang begitu banyak. Biasanya dia sarapan hanya dengan roti dan segelas susu saja. Alin melirik kakak dan mamahnya. Gadis itu bertanya-tanya apakah mereka sedang kesurupan jin baik? Soalnya momen ini sangatlah langka. Yang mereka biasa lakukan hanyalah menyiksa nya. "Tenang Alin, gak gue kasih racun ko. Ya kan mah," ucap Alya. "Iya Lin, makan coba. Kami udah susah payah biki
Aldi mengusap puncak kepala Alin dalam dekapannya. gadis itu menangis sesegukan.saat ini mereka sedang di depan ruang IGD. yang artinya papahnya alin masih dalam tanganan dokter."papah..." gumam Alin."sttt." Aldi menenangkan, mengusap punggung gadis itu lembut."papah gak akan pergi ninggalin Alin kan." gumam gadis itu."gak boleh bicara gitu. gue selalu ada di samping lo."Alin menangis sejadi-jadinya. alin tidak mau kehilangan untuk kedua kalinya lagi. papahnya lah yang membuat dia bertahan."Gue lelah Al," ucap Alin.Aldi melepaskan pelukannya, menangkup kedua pipi gadis itu lalu menatap kedua mata Alin."Lo boleh lelah tapi jangan menyerah, oke?" ucap Aldi memberikan semangat.Air mata gadis itu kembali meluncur begitu saja, diiringi dengan rasa pusing di kepalanya.Aldi melebarkan matanya kala darah segar keluar dari hidung gadis itu."Lo mimisan?"Alin menyentuh hidu
Gadis dengan baju pasien itu berjalan memasuki ruangan dimana papahnya terbujur kaku.Alin berjalan menghampiri papahnya yang tertidur dengan bantuan alat pernafasan."Halo pah, Alin kangen sama papah, ingin sekali Alin bertemu papah. Sayangnya sekalinya Alin bertemu, papah sakit," gadis itu duduk di samping tempat tidur sang papah."Padahal banyak sekali yang ingin Alin ceritakan. Kebahagiaan papah itu sudah cukup untuk Alin bertahan, papah superhero Alin.""Sedih banget liat superhero Alin terbujur kaku kayak gini. Kalo bisa Alin aja yang ada di posisi papah." Gadis itu menggenggam tangan berotot yang di pasang infus."Alin ingin sekali berkata jujur. Biarkan Alin jujur saat ini mumpung papah gak bisa denger kan lagi tidur hehe," Alin cengegesan."Alin gak bahagia pah." Alin menundukkan kepalanya."Alin kangen bunda,Alin bahkan pernah merasakan dimana ada di titik pengen nyusul bunda." Gadis itu perlahan menetaskan air mata.
"Alin mana?" Kata itu yang langsung terlontar dari mulut Alvin ketika memasuki ruang rawat Feri.Semua mata tertuju padanya. Feri sudah siuman, lelaki itu menatap Alvin bingung."Alin lagi beli makan di kantin sama Aldi dan ketiga temen lo. Lo disini aja nunggu," Alya tiba-tiba menghampiri Alvin dan menarik tangan cowok itu untuk duduk di sofa ruangan itu.Alvin menepis tangan Alya," jangan setuh gue.""Gue mau nyusul mereka ke kantin, permisi."Alvin pamit keluar dari ruangan itu."Gue ikut!" Seru Alya mengikuti Alvin yang menghiraukan kehadirannya."Al!"Alvin mengalihkan pandangannya saat ada yang memanggil namanya.Terlihat Kenzo memanggilnya dengan membawa kantung kresek di tangganya."Mau kemana?" Tanya Arya menghampiri Alvin."Alin mana?" Tanya Alvin balik bertanya."Alin pulang ke rumahnya sama Aldi,katanya Alin mau ganti baju." Jawab Ardan yang dari tadi di samping Arya.Sial, k
Seorang gadis memasuki area kantin yang ramai itu. Mengedarkan pandangannya kearah warung-warung berharap ada yang kosong atau tidak panjang mengantri. Maklum, dirinya yang tidak memiliki teman dekat sampai sekarang kemana-mana hanya sendiri. Dia bukan anak yang tidak pandai berinteraksi, namun Aldi yang selalu ada di sampingnya, menjadi sahabat, sekaligus orang penyemangat untuk dia. Dari kecil Aldi bersamanya. Alin pikir Aldi juga cukup untuk dijadikan sahabat dekatnya. Jelas saja dia juga butuh seorang teman perempuan supaya sama-sama bisa saling mengerti karena sama-sama perempuan. "Ck!" Gadis itu berdecak kala dia terpaksa harus mengantri. Jelas saja warung-warung penuh oleh siswa-siswi yang mengantri. Alin menghela nafasnya kala Aldi belum juga datang. Cowok itu sedang mengantarkan buku ke perpustakaan. Jika saja sekarang ada Aldi, pasti cowok itu sudah menerobos antrian dan mendapatkan makanan awal. Tidak jarang juga
"Alin!"Gadis yang merasa dipanggil menghentikan langkah kakinya.Terlihat di lapangan sana Alvin tengah berlari menghampirinya."Tangan lo udah sembuh?" Tanya Alvin dengan seragam basketnya.Alin hanya mengangguk lalu melanjutkan langkahnya yang tertunda."Alin." Panggil Alvin kembali sambil menyusul langkah gadis itu."Kenapa lo terus menghindar dari gue?"Gadis itu hanya diam."Alina!" Alvin menggenggam tangan Alin membuat langkah gadis itu terpaksa berhenti."Kenapa sih?" Alin menghentakkan tangan cowok itu sehingga genggaman di tangannya terlepas."Lo kenapa sih? Tiba-tiba menjauh dari gue?" Tanya Alvin."Apa iya? Perasaan lo aja kali.""Kalo ada masalah cerita sama gue. Gue buat salah sama lo?"Gadis itu hanya diam."Jawab!""Lo siapa gue sih kak? Lo itu cuma cowok pemaksa yanga buat kehidupan tenang gue jadi gak tenang lagi. Karena lo gue suka dapat masalah."
Alin turun dari bus yang dia tumpangi untuk pulang. Gadis itu lalu berjalan membuka gerbang rumahnya.Tin!Pergerakan nya terhenti saat suara klakson terdengar di indra pendengarannya. Gadis itu menoleh.Terlihat Alvin dengan motor ninja merahnya dan Alya yang di bonceng cowok itu yang tengah memeluk erat pinggang Alvin.Alin membuka lebar gerbang itu lalu segera memasuki rumahnya.Gadis itu berlarian kecil membuka pintu kamarnya lalu menutupnya kembali.Dengan langkah kecilnya Alin membuka tirai jendela, melihat kearah gerbang dimana Alya dan Alvin tengah berjalan masuk."Ngapain pake di suruh mampir sih?" Ucap Alin."Bulshit banget, katanya suka sama gue. Sekarang jalan sama Alya."Alin duduk di meja belajarnya.Gadis itu lalu menepuk pelan kepalanya."Gue kan harus siap-siap. Pasti Aldi bentar lagi datang."Gadis itu segera bejalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.Al
"Lo ga ngerti omongan manusia hah?!" "Udah gue bilang jauhi Alvin ya lo jauhi!" Alya mencengkram pipi Alin erat. Gadis itu menghentakkan tangan Alya dari kedua pipinya," gue udah nurutin semua perkataan lo termasuk jauhi kak Alvin." "Untuk yang kemarin kemarin itu kak Alvin nya sendiri yang nyamperin gue." "Terus lo nyalahin gue gitu?" "Disini gue udah berusaha nurutin kemauan lo, tapi lo nya makin ngelunjak." Ucap Alin mengeluarkan unek-unek nya. "Kalau begitu lebih baik gue bunuh papah lo. Setuju?" Alya tersenyum miring. "Pilih papah lo mati atau jauhi Alvin." Tekan Alya kembali. Alin tersenyum misterius," gue bakal bilang sama papah kalo lo sama mamah lo itu wanita licik!" "Oh iya kah? Bagaimana caranya? Sedangkan papah lo aja lebih percaya sama gue." Ucap Alya sombong. Alin memutar rekaman pembicaraan dia dan Alya barusan yang ia rekam di handphone nya. "Mana mungkin kan papah ga percaya sama bukti ini." Ucapnya menantang Alya. Terlihat Alya mengepalkan tangannya," k
Alin memakan nasi goreng yang dipesankan Alvin untuknya. Matanya melirik cowok yang duduk di sampingnya yang dari tadi terus saja memperhatikannya.Gadis itu kembali mengalihkan pandangannya berusaha tidak peduli dan kembali fokus pada makanannya.Terlihat dia buru-buru memakan nasi goreng itu agar cepat habis dan bisa pergi meninggalkan kakak kelas nya itu."Pelan-pelan makannya, gak ada yang minta." Seru Alvin.Alin meminum seteguk air untuk mengakhiri makan paginya. "Gue ke kelas duluan, thanks makannya."Alvin bangkit dari duduknya menghalangi jalan Alin.Cowok itu menempelkan telapak tangannya di kening gadis itu."Badan lo panas, istirahat aja di UKS, gue temenin. Udah diminta izin ini sama guru lo.""Gue baik baik aja.""Bisa ga si, lo nurutin perkataan gue? Jangan membangkang terus!" Sentak Alvin."Lo bisa gak sih? Gak usah maksa maksa orang. Bersikap semau lo, lo gak mikirin perasaan gue. Jauhin gue." "Apa salah nya? Gue suka sama lo, apa jatuh cinta itu sebuah kejahatan?"
Keesokan paginya Alin berjalan memasuki area sekolah. Peluh keringat membanjiri mukanya. Bagaimana tidak? Dia lari dari rumahnya samai ke sekolah.Tadi pagi-pagi sekali sebenarnya dia berangkat bersama Alya dengan mobil cewek itu. Tetapi tidak jauh dari rumahnya, Alya menurunkan Alin di tengah jalan dan meninggalkannya. Sialan sekali bukan?!Gadis itu menyelipkan anak rambut yang menghalangi pandangannya ke belakang daun telinga. Gerah sekali! Ditambah sekarang ini rambutnya dia biarkan tergerai. Jika saja dia membawa ikat rambut, pasti dia ikat.Langkah kakinya sengaja dia pelankan untuk mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. Tangannya berusaha mengipas-ngipas di depan mukanya bertujuan untuk menghilangkan gerah."Pagi Alin." Sapa Alvin yang datang dari arah belakang gadis itu.Alin melirik Alvin sebentar lalu menolehkan lagi pandangannya ke depan."Lo habis ngapain?" Tanya Alvin melihat Alin banjir keringat."Lo peduli?" Tanya Alin cue
"Sebenarnya Alin dimana? Dari tadi kita udah muter-muter kota ini gak jelas." Decak Alvin."Jangan-jangan lo bohong? Lo gak tau Alin dimana kan? Itu sebabnya lo selalu kasih tau tempat yang salah dan berakhir kita muter-muter jalanan gak jelas.""Gue tau, cuma tadi gue sengaja memperlambat waktu. Gue pengen lebih lama bareng sama lo." Ucap Alya dengan wajah tidak bersalah nya.Alvin memberhentikan mobilnya ditepi jalan."Turun!" Seru cowok itu dengan nada emosi.Bagaimana tidak? Sekarang sudah pukul 20.00, sudah 1 jam mereka mengelilingi jalan raya namun tidak kunjung bertemu Alin, karena Alya selalu memberikan tempat tujuan lokasi yang salah."Oke-oke! Sebenarnya Aldi bawa Alin ke pasar malam. Jadi jangan turunin gue oke?" Ucap Alya mengalah."Awas kalo lo bohong lagi, gue buang lu di jalanan!" Ancam Alvin lalu melajukan mobilnya membelah jalan raya yang padat, spertinya karena ini malam minggu.*****
Alin turun dari bus yang dia tumpangi untuk pulang. Gadis itu lalu berjalan membuka gerbang rumahnya.Tin!Pergerakan nya terhenti saat suara klakson terdengar di indra pendengarannya. Gadis itu menoleh.Terlihat Alvin dengan motor ninja merahnya dan Alya yang di bonceng cowok itu yang tengah memeluk erat pinggang Alvin.Alin membuka lebar gerbang itu lalu segera memasuki rumahnya.Gadis itu berlarian kecil membuka pintu kamarnya lalu menutupnya kembali.Dengan langkah kecilnya Alin membuka tirai jendela, melihat kearah gerbang dimana Alya dan Alvin tengah berjalan masuk."Ngapain pake di suruh mampir sih?" Ucap Alin."Bulshit banget, katanya suka sama gue. Sekarang jalan sama Alya."Alin duduk di meja belajarnya.Gadis itu lalu menepuk pelan kepalanya."Gue kan harus siap-siap. Pasti Aldi bentar lagi datang."Gadis itu segera bejalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.Al
"Alin!"Gadis yang merasa dipanggil menghentikan langkah kakinya.Terlihat di lapangan sana Alvin tengah berlari menghampirinya."Tangan lo udah sembuh?" Tanya Alvin dengan seragam basketnya.Alin hanya mengangguk lalu melanjutkan langkahnya yang tertunda."Alin." Panggil Alvin kembali sambil menyusul langkah gadis itu."Kenapa lo terus menghindar dari gue?"Gadis itu hanya diam."Alina!" Alvin menggenggam tangan Alin membuat langkah gadis itu terpaksa berhenti."Kenapa sih?" Alin menghentakkan tangan cowok itu sehingga genggaman di tangannya terlepas."Lo kenapa sih? Tiba-tiba menjauh dari gue?" Tanya Alvin."Apa iya? Perasaan lo aja kali.""Kalo ada masalah cerita sama gue. Gue buat salah sama lo?"Gadis itu hanya diam."Jawab!""Lo siapa gue sih kak? Lo itu cuma cowok pemaksa yanga buat kehidupan tenang gue jadi gak tenang lagi. Karena lo gue suka dapat masalah."
Seorang gadis memasuki area kantin yang ramai itu. Mengedarkan pandangannya kearah warung-warung berharap ada yang kosong atau tidak panjang mengantri. Maklum, dirinya yang tidak memiliki teman dekat sampai sekarang kemana-mana hanya sendiri. Dia bukan anak yang tidak pandai berinteraksi, namun Aldi yang selalu ada di sampingnya, menjadi sahabat, sekaligus orang penyemangat untuk dia. Dari kecil Aldi bersamanya. Alin pikir Aldi juga cukup untuk dijadikan sahabat dekatnya. Jelas saja dia juga butuh seorang teman perempuan supaya sama-sama bisa saling mengerti karena sama-sama perempuan. "Ck!" Gadis itu berdecak kala dia terpaksa harus mengantri. Jelas saja warung-warung penuh oleh siswa-siswi yang mengantri. Alin menghela nafasnya kala Aldi belum juga datang. Cowok itu sedang mengantarkan buku ke perpustakaan. Jika saja sekarang ada Aldi, pasti cowok itu sudah menerobos antrian dan mendapatkan makanan awal. Tidak jarang juga
"Alin mana?" Kata itu yang langsung terlontar dari mulut Alvin ketika memasuki ruang rawat Feri.Semua mata tertuju padanya. Feri sudah siuman, lelaki itu menatap Alvin bingung."Alin lagi beli makan di kantin sama Aldi dan ketiga temen lo. Lo disini aja nunggu," Alya tiba-tiba menghampiri Alvin dan menarik tangan cowok itu untuk duduk di sofa ruangan itu.Alvin menepis tangan Alya," jangan setuh gue.""Gue mau nyusul mereka ke kantin, permisi."Alvin pamit keluar dari ruangan itu."Gue ikut!" Seru Alya mengikuti Alvin yang menghiraukan kehadirannya."Al!"Alvin mengalihkan pandangannya saat ada yang memanggil namanya.Terlihat Kenzo memanggilnya dengan membawa kantung kresek di tangganya."Mau kemana?" Tanya Arya menghampiri Alvin."Alin mana?" Tanya Alvin balik bertanya."Alin pulang ke rumahnya sama Aldi,katanya Alin mau ganti baju." Jawab Ardan yang dari tadi di samping Arya.Sial, k
Gadis dengan baju pasien itu berjalan memasuki ruangan dimana papahnya terbujur kaku.Alin berjalan menghampiri papahnya yang tertidur dengan bantuan alat pernafasan."Halo pah, Alin kangen sama papah, ingin sekali Alin bertemu papah. Sayangnya sekalinya Alin bertemu, papah sakit," gadis itu duduk di samping tempat tidur sang papah."Padahal banyak sekali yang ingin Alin ceritakan. Kebahagiaan papah itu sudah cukup untuk Alin bertahan, papah superhero Alin.""Sedih banget liat superhero Alin terbujur kaku kayak gini. Kalo bisa Alin aja yang ada di posisi papah." Gadis itu menggenggam tangan berotot yang di pasang infus."Alin ingin sekali berkata jujur. Biarkan Alin jujur saat ini mumpung papah gak bisa denger kan lagi tidur hehe," Alin cengegesan."Alin gak bahagia pah." Alin menundukkan kepalanya."Alin kangen bunda,Alin bahkan pernah merasakan dimana ada di titik pengen nyusul bunda." Gadis itu perlahan menetaskan air mata.