Alvin menjalankan motornya menelusuri jalan menuju rumah Alin. Matanya menyipit kala dia melihat seseorang yang familiar tengah memanjat tembok rumah berusaha keluar.
Cowok itu menjalankan motornya menghampiri dia. Dengan cepat Alvin turun dari motornya lalu berlari.
"Kena!" Seru Alvin menangkap Alin yang loncat dari atas tembok belakang rumah gadis itu.
"Kak Alvin?" Ucap Alin terkejut.
Alvin mengangkat satu alisnya keatas seolah bertanya 'kenapa?'
"Turunin gue kak," pinta Alin.
Alvin menurut lalu dilihatnya Alin dari kepala hingga kakinya," tangan lo kenapa?" Tanya Alvin meraih tangan gadis itu memar.
"Jatuh." Jawab Alin singkat.
Alvin merapihkan poni Alin dirinya merasa penasaran karena biasanya gadis itu tidak memakai poni.
"Ini kenapa Alina?" Tanya Alvian saat dirinya melihat luka di kening gadis itu.
"Nabrak pintu." Alibi Alin.
"Lo bohong!" Ucap Alvin tidak yakin.
"Kenapa lo juga gak pakai sepatu atau sendal? Lo kabur dari rumah?" Curiga cowok itu.
Alin hanya diam mematung. Lalu gadis itu meraba hidungnya. Kepalanya terasa pusing.
"Alina lo jangan bohong sama gue!" Bentak Alvin.
"ALIN! JANGAN KABUR LO!" suara teriakan itu berasal dari rumah Alin.
"Kak tolong bawa gue jauh dari rumah ini, gue mohon." Pinta Alin sambil menutupi hidungnya.
"Kenap-" ucapan Alvin terpotong kala gadis itu menariknya menuju motornya yang terparkir.
"Jalan kak!" Ucap Alin tergesa-gesa saat dia melihat ada seseorang yang sedang mengejarnya dibelakang.
Alvin menurut, dia segera menjalankan motornya.
"Sialan anak itu!" Gumam seseorang melihat kepergian Alin.
_________________
Alvin memasuki gerbang rumahnya. Dia bingung mau membawa Alin kemana. Lebih baik dia membawa gadis ini kerumahnya, sekalian dia minta penjelasan tentang apa yang terjadi pada gadis itu.
"Lin turun, udah sampai."
Gadis itu diam tidak bergerak.
"Segitu nyamannya ya lo bersandar di punggung gue?" Kekeh Alvin.
"Udah nanti di bersandarnya lanjut di dalam rumah. Sekarang turun Lin."
"Alin?" Panggil Alvin.
"Lo tidur ya?" Tanya nya.
Ya sepertinya Alin ketiduran.
"Pak! Tolong bantuin saya turunin pacar saya," seru Alvin kepada satpam di rumah itu.
Satpam itu langsung berjalan menghampiri Alvin lalu memegang Alin saat Alvin turun dari motor nya supaya tidak terjatuh.
Alvin memeluk gadis itu," Alin bangun sayang."
Cowok itu meraih tangan Alin yang dari tadi terus menutupi hidungnya.
Matanya membulat kala dia melihat darah," mimisan?" Ucapnya.
"Alin bangun Lin," Alvin menepuk-nepuk pipi gadis itu berharap sadar.
Dengan Tergesa-gesa dia menggendong Alin ala bridal style," pak siapin mobil, kita kerumah sakit."
Sayup-sayup Alin membuka matanya," gak usah kak, gue cuma butuh istirahat aja."
"Lin? Lo sadar?"
Alin mengangguk," gue gak mau ke rumah sakit."
"Gak! Lo perlu penanganan dokter."
Alin menggelengkan kepalanya," kalo lo bawa gue gak mau lagi ketemu lo."
Mata Alin tertutup. Bibir pucatnya menandakan bahwa Alin memang benar-benar sedang tidak baik-baik saja.
Alvin menghela nafasnya gusar. Kalo begitu dia akan memanggil dokter pribadinya ke rumahnya.Alin bilang jangan kerumah sakit, berati kalo dirumahnya boleh.
Alvin berjalan membawa gadis itu memasuki rumah mewahnya. Menaiki anak tangga satu persatu menuju kamar miliknya.
Setelah menidurkan Alin diatas tempat tidur. Alvin bergerak memanggil Bi Kina, pembantu rumahnya menyuruhnya membuatkan satu mangkuk bubur.
Lalu dia segera menelepon dokter pribadi keluarganya supaya cepat datang.
________________
Alin membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa sangat pusing. Dia merasakan ada tangan kekar yang memeluknya.
Gadis itu melirik kesamping. Matanya membulat terkejut, refleks dia bangun dari tidurnya lalu berdiri disamping tempat tidur itu mencerna apa yang telah terjadi.
Alin mengecek pakaian yang dipakainya. Otaknya berusaha berfikir keras.
"Gak usah pikir yang aneh-aneh," ucap Alvin serak lalu menarik tangan Alim supaya kembali tidur di sampingnya.
"Jangan dekat-dekat!" Ucap Alin garang lalu menendang Alvin hingga terjatuh dari tas tempat tidur.
"Baju lo diganti sama bi Kina, jangan mikir aneh-aneh." Ucap Alvin seolah menjawab pertanyaan Alin.
"Tenaga lo masih kuat walaupun sakit," ringis cowok itu.
"M-maaf," gumam Alin duduk.
Alvin mendekati gadis itu lalu duduk disampingnya," udah mendingan?"
Alin mengangguk.
Alvin menghela nafas lega. Tadi kata dokter Alin hanya kecapean, luka.gadis itu pun sudah diobati.
"Sekarang lo harus makan," ucap Alvin lalu meraih satu mangkuk bubur yang disiapkan bibinya tadi.
Alin menggeleng," gak suka."
"Harus suka!"
"Udah kenyang," ucap Alin.
"Lo dari tadi pingsan kapan makannya?" Heran Alvin.
"Dimimpi," celetuk gadis itu.
"Terserah lo, sekarang yang penting lo harus makan. Sebagai calon suami yang baik hati dan tidak sombong, gue suappin." Ucap Alvin membuat Alin berlagak ingin muntah.
"Gak!" Gadis itu menutup mulutnya saat Alvin mengarahkan satu sendok menyuapinya.
"Oke kalo gitu lo cerita tetang apa yang terjadi sama lo." Pasrah cowok itu.
Alin diam mengalihkan pandangannya dari Alvin kearah lain.
"Gak ada apa-apa," ucapnya dingin.
Cairan bening mengalir begitu saja di pipi mulusnya. Entahlah, dia tidak bisa menahannya jika di depan Alvin.
Alvin dengan cepat memeluk gadis itu menenangkan.
"Kalo belum bisa cerita gak apa-apa. Tapi lo wajib harus cerita sama pacar lo," ucap Alvin.
"Siapa?"
"Gue."
"Sekarang lo makan," pinta Alvin.
Alin menggelengkan kepalanya.
"Lin, sekarang dirumah gue sepi loh." Ucap Alvin ambigu.
Alin lantas segera mendorong cowok itu menjauh darinya lalu mengambil satu mangkuk bubur dan memakannya.
"KDRT lo." Ringis Alvin mengusap bokongnya karena terjatuh.
Alin hanya melirik sekilas lalu kembali memakan bubur itu.
Alvin tersenyum manis. Setidaknya Alin sudah menerima dia sebagai pacarnya. Ya, walaupun terpaksa.
"Lin," panggil Alvin.
Alin hanya berdehem.
"Lo sekarang pacar gue jadi harus patuhi aturan gue ya?"
Alin lagi-lagi hanya berdehem sambil memakan lahap bubur itu.
"Lo gak boleh deket sama laki-laki manapun kecuali gue dan papah lo."
"Pulang dan pergi sekolah harus sama gue."
"Gak boleh berinteraksi sekecil apapun sama yang namanya laki-laki di kelas lo."
"Kecuali Aldi,"seru Alin.
"Apalagi itu gak boleh Alina!" Ucap Alvin.
"Bodo amat." Cuek gadis itu.
Alvin menunjukan wajah dinginnya," harus nurut sama gue."
"Cuma temen kak!"
"Temen nanti demen." Sindir Alvin.
Alin hanya memitar bola matanya malas.
"Lo juga harus kasih kabar 24 jam sama gue. Apapun kondisinya."
"Makanan lo gue yang atur. Jangan makan yang gak sehat!"
"Lo harus terbuka sama gue. Kalo ada masalah cerita."
"Mulai sekarang bicaranya jangan pakai lo-gue. Aku-kamu aja."
"Dan stop panggil gue dengan embel-embel kak. Panghil Alvin aja, sayang juga boleh."
"Gak sekalian bikin jadwal?" Ucap Alin emosi.
"Ide bagus!" Seru Alvin.
"Dasar posesif."
"Harus! Biar gak kecolongan," ucap Alvian dengan muka songongnya.
"Gue-"
"Aku boleh minta sesuatu gak?" Ucap Alin merasa tidak cocok dengan panghilan baru mereka.
"Boleh dong sayang." Genit Alvin.
Gadis itu menatap Alvin ragu-ragu. Meremas jemarinya gugup.
"Pengen ke rumah sakit-"
"Kenapa? Kamu sakit?" Khawatir Alvin memotong ucapan Alin.
"Jenguk Aldi." Lanjut Alin.
Raut wajah Alvin berubah,"gak."
Seorang gadis cantik berjalan mengendap-endap menuju pintu keluar rumah. Yang ada di pikiran nya adalah jangan sampai dia membangunkan mamah dan kakak nya. Alin bernafas lega saat berhasil keluar. Lalu dia berjalan membuka gerbang rumah itu. Kemarin saat dia bolos sekolah dan pulang kerumahnya. Alin menemukan mamah dan kakak nya pulang dengan keadaan mabuk-mabukan. Ia kira rumah nya masih sepi. Karena semenjak papahnya pergi karena ada urusan bisnis di luar kota. Mamah dan kakak perempuan nya tidak pulang kerumah selama tiga hari ini. Luka-luka di tubuhnya pun disebabkan oleh mereka. Selalu saja meluapkan emosi pada dirinya. Suara klakson mengagetkan Alin dari lamunannya. Alvin membuka pintu mobilnya lalu turun," pagi-pagi jangan ngelamun. Coba senyum." Alim tersenyum singkat. "Aku jadi tau wajah bidadari saat senyum seperti apa." Ucap Alvin. "Apaan sih?" Balas Alin salah tingkah. Cowok itu tertawa," pipinya kenapa warna pink. Jadi gemes pengen gigit." "Kenapa gombal terus
"Aldi lo udah baikan?" Tanya Alin menghampiri Aldi yang sedang duduk di kursi taman. "Udah lah, gue kan LAKIK." Sombong cowok itu. Alin memutar bola matanya malas,"gak ingat pernah sekarat." Aldi tersenyum cengegesan," sorry ya gara-gara gue lo pacaran sama si Alvin." Gadis itu duduk di samping Aldi lalu menggelengkan kepalanya," jangan merasa bersalah gitu Al. Justru gue yang harusnya minta maaf sama lo, karena gue lo jadi masuk rumah sakit." "Gak usah gitu. Apa sih yang gak buat adik gue?" Ucap Aldi tersenyum. "Inget ya kita cuma beda sepuluh bulan!" Seru Alin tidak suka. Aldi tertawa lalu mengacak puncak kepala Alin," iya gemes banget lo." Gadis itu menyingkirkan tangan Aldi dari kepalanya," kebiasaan!" "Sory gue gak jenguk lo waktu lo di rumh sakit. Waktu gue mau ke rumh lo kata bi Ana lo lagi pergi ke luar kota." "Iya. Papah gue ada pekerjaan dan perlu bantuan mamah. Terus gue disuruh ikut, dan tadi
Dengan seragam rapihnya Alin berjalan menunju meja makan. Dirinya terheran-heran kala kakak dan mamah tirinya sedang menyiapkan makanan. Tidak sampai disitu, tadi pagi-pagi sekali mamahnya membangun kan dia. Ia kira akan disuruh ini itu ternyata hanya untuk mengingatkannya bahwa hari ini sekolah. "Eh Alin? Sini makan gue udah masakin buat lo." Ucap Alya. "Gak usah repot-repot kak," alibi Alin. "Udah kamu duduk aja. Anggap aja ini permintaan maaf dari kami," ucap sang mamah menyuruh Alin duduk. Alin menurut, melihat hidangan dihadapannya yang begitu banyak. Biasanya dia sarapan hanya dengan roti dan segelas susu saja. Alin melirik kakak dan mamahnya. Gadis itu bertanya-tanya apakah mereka sedang kesurupan jin baik? Soalnya momen ini sangatlah langka. Yang mereka biasa lakukan hanyalah menyiksa nya. "Tenang Alin, gak gue kasih racun ko. Ya kan mah," ucap Alya. "Iya Lin, makan coba. Kami udah susah payah biki
Aldi mengusap puncak kepala Alin dalam dekapannya. gadis itu menangis sesegukan.saat ini mereka sedang di depan ruang IGD. yang artinya papahnya alin masih dalam tanganan dokter."papah..." gumam Alin."sttt." Aldi menenangkan, mengusap punggung gadis itu lembut."papah gak akan pergi ninggalin Alin kan." gumam gadis itu."gak boleh bicara gitu. gue selalu ada di samping lo."Alin menangis sejadi-jadinya. alin tidak mau kehilangan untuk kedua kalinya lagi. papahnya lah yang membuat dia bertahan."Gue lelah Al," ucap Alin.Aldi melepaskan pelukannya, menangkup kedua pipi gadis itu lalu menatap kedua mata Alin."Lo boleh lelah tapi jangan menyerah, oke?" ucap Aldi memberikan semangat.Air mata gadis itu kembali meluncur begitu saja, diiringi dengan rasa pusing di kepalanya.Aldi melebarkan matanya kala darah segar keluar dari hidung gadis itu."Lo mimisan?"Alin menyentuh hidu
Gadis dengan baju pasien itu berjalan memasuki ruangan dimana papahnya terbujur kaku.Alin berjalan menghampiri papahnya yang tertidur dengan bantuan alat pernafasan."Halo pah, Alin kangen sama papah, ingin sekali Alin bertemu papah. Sayangnya sekalinya Alin bertemu, papah sakit," gadis itu duduk di samping tempat tidur sang papah."Padahal banyak sekali yang ingin Alin ceritakan. Kebahagiaan papah itu sudah cukup untuk Alin bertahan, papah superhero Alin.""Sedih banget liat superhero Alin terbujur kaku kayak gini. Kalo bisa Alin aja yang ada di posisi papah." Gadis itu menggenggam tangan berotot yang di pasang infus."Alin ingin sekali berkata jujur. Biarkan Alin jujur saat ini mumpung papah gak bisa denger kan lagi tidur hehe," Alin cengegesan."Alin gak bahagia pah." Alin menundukkan kepalanya."Alin kangen bunda,Alin bahkan pernah merasakan dimana ada di titik pengen nyusul bunda." Gadis itu perlahan menetaskan air mata.
"Alin mana?" Kata itu yang langsung terlontar dari mulut Alvin ketika memasuki ruang rawat Feri.Semua mata tertuju padanya. Feri sudah siuman, lelaki itu menatap Alvin bingung."Alin lagi beli makan di kantin sama Aldi dan ketiga temen lo. Lo disini aja nunggu," Alya tiba-tiba menghampiri Alvin dan menarik tangan cowok itu untuk duduk di sofa ruangan itu.Alvin menepis tangan Alya," jangan setuh gue.""Gue mau nyusul mereka ke kantin, permisi."Alvin pamit keluar dari ruangan itu."Gue ikut!" Seru Alya mengikuti Alvin yang menghiraukan kehadirannya."Al!"Alvin mengalihkan pandangannya saat ada yang memanggil namanya.Terlihat Kenzo memanggilnya dengan membawa kantung kresek di tangganya."Mau kemana?" Tanya Arya menghampiri Alvin."Alin mana?" Tanya Alvin balik bertanya."Alin pulang ke rumahnya sama Aldi,katanya Alin mau ganti baju." Jawab Ardan yang dari tadi di samping Arya.Sial, k
Seorang gadis memasuki area kantin yang ramai itu. Mengedarkan pandangannya kearah warung-warung berharap ada yang kosong atau tidak panjang mengantri. Maklum, dirinya yang tidak memiliki teman dekat sampai sekarang kemana-mana hanya sendiri. Dia bukan anak yang tidak pandai berinteraksi, namun Aldi yang selalu ada di sampingnya, menjadi sahabat, sekaligus orang penyemangat untuk dia. Dari kecil Aldi bersamanya. Alin pikir Aldi juga cukup untuk dijadikan sahabat dekatnya. Jelas saja dia juga butuh seorang teman perempuan supaya sama-sama bisa saling mengerti karena sama-sama perempuan. "Ck!" Gadis itu berdecak kala dia terpaksa harus mengantri. Jelas saja warung-warung penuh oleh siswa-siswi yang mengantri. Alin menghela nafasnya kala Aldi belum juga datang. Cowok itu sedang mengantarkan buku ke perpustakaan. Jika saja sekarang ada Aldi, pasti cowok itu sudah menerobos antrian dan mendapatkan makanan awal. Tidak jarang juga
"Alin!"Gadis yang merasa dipanggil menghentikan langkah kakinya.Terlihat di lapangan sana Alvin tengah berlari menghampirinya."Tangan lo udah sembuh?" Tanya Alvin dengan seragam basketnya.Alin hanya mengangguk lalu melanjutkan langkahnya yang tertunda."Alin." Panggil Alvin kembali sambil menyusul langkah gadis itu."Kenapa lo terus menghindar dari gue?"Gadis itu hanya diam."Alina!" Alvin menggenggam tangan Alin membuat langkah gadis itu terpaksa berhenti."Kenapa sih?" Alin menghentakkan tangan cowok itu sehingga genggaman di tangannya terlepas."Lo kenapa sih? Tiba-tiba menjauh dari gue?" Tanya Alvin."Apa iya? Perasaan lo aja kali.""Kalo ada masalah cerita sama gue. Gue buat salah sama lo?"Gadis itu hanya diam."Jawab!""Lo siapa gue sih kak? Lo itu cuma cowok pemaksa yanga buat kehidupan tenang gue jadi gak tenang lagi. Karena lo gue suka dapat masalah."