Keesokan paginya Alin berjalan memasuki area sekolah. Peluh keringat membanjiri mukanya. Bagaimana tidak? Dia lari dari rumahnya samai ke sekolah.
Tadi pagi-pagi sekali sebenarnya dia berangkat bersama Alya dengan mobil cewek itu. Tetapi tidak jauh dari rumahnya, Alya menurunkan Alin di tengah jalan dan meninggalkannya. Sialan sekali bukan?!
Gadis itu menyelipkan anak rambut yang menghalangi pandangannya ke belakang daun telinga. Gerah sekali! Ditambah sekarang ini rambutnya dia biarkan tergerai. Jika saja dia membawa ikat rambut, pasti dia ikat.
Langkah kakinya sengaja dia pelankan untuk mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. Tangannya berusaha mengipas-ngipas di depan mukanya bertujuan untuk menghilangkan gerah.
"Pagi Alin." Sapa Alvin yang datang dari arah belakang gadis itu.
Alin melirik Alvin sebentar lalu menolehkan lagi pandangannya ke depan.
"Lo habis ngapain?" Tanya Alvin melihat Alin banjir keringat.
"Lo peduli?" Tanya Alin cue
Alin memakan nasi goreng yang dipesankan Alvin untuknya. Matanya melirik cowok yang duduk di sampingnya yang dari tadi terus saja memperhatikannya.Gadis itu kembali mengalihkan pandangannya berusaha tidak peduli dan kembali fokus pada makanannya.Terlihat dia buru-buru memakan nasi goreng itu agar cepat habis dan bisa pergi meninggalkan kakak kelas nya itu."Pelan-pelan makannya, gak ada yang minta." Seru Alvin.Alin meminum seteguk air untuk mengakhiri makan paginya. "Gue ke kelas duluan, thanks makannya."Alvin bangkit dari duduknya menghalangi jalan Alin.Cowok itu menempelkan telapak tangannya di kening gadis itu."Badan lo panas, istirahat aja di UKS, gue temenin. Udah diminta izin ini sama guru lo.""Gue baik baik aja.""Bisa ga si, lo nurutin perkataan gue? Jangan membangkang terus!" Sentak Alvin."Lo bisa gak sih? Gak usah maksa maksa orang. Bersikap semau lo, lo gak mikirin perasaan gue. Jauhin gue." "Apa salah nya? Gue suka sama lo, apa jatuh cinta itu sebuah kejahatan?"
"Lo ga ngerti omongan manusia hah?!" "Udah gue bilang jauhi Alvin ya lo jauhi!" Alya mencengkram pipi Alin erat. Gadis itu menghentakkan tangan Alya dari kedua pipinya," gue udah nurutin semua perkataan lo termasuk jauhi kak Alvin." "Untuk yang kemarin kemarin itu kak Alvin nya sendiri yang nyamperin gue." "Terus lo nyalahin gue gitu?" "Disini gue udah berusaha nurutin kemauan lo, tapi lo nya makin ngelunjak." Ucap Alin mengeluarkan unek-unek nya. "Kalau begitu lebih baik gue bunuh papah lo. Setuju?" Alya tersenyum miring. "Pilih papah lo mati atau jauhi Alvin." Tekan Alya kembali. Alin tersenyum misterius," gue bakal bilang sama papah kalo lo sama mamah lo itu wanita licik!" "Oh iya kah? Bagaimana caranya? Sedangkan papah lo aja lebih percaya sama gue." Ucap Alya sombong. Alin memutar rekaman pembicaraan dia dan Alya barusan yang ia rekam di handphone nya. "Mana mungkin kan papah ga percaya sama bukti ini." Ucapnya menantang Alya. Terlihat Alya mengepalkan tangannya," k
"Mau lo apa sih?" Tanya Alin marah.Alvin diam dengan ekspresi santainya.Pandangannya lurus melihat Aldi yang sedang di hajar oleh ketiga temannya.Alin melihat Aldi terkapar lemah lelaki itu tidak sama sekali melakukan perlawanan. Aldi adalah sahabatnya, dia tidak mau Aldi di hajar oleh teman-teman Alvin hanya gara-gara dirinya."Mau lo apa kak?" Ucap Alin berusaha sabar.Alvin tetap diam.Alin berusaha merendam amarahnya. Menghela nafasnya sabar."Mau kamu apa? Alvin maunya apa?" Tanya Alin lembut sambil memegang kedua tangan Alvin."Berhenti!" Seru Alvin. Kedua temannya langsung berhenti menghajar Aldi yang sudah tidak berdaya.Alvin tersenyum."Lo jadi pacar gue!"
Jam kosong. Satu kata singkat namun disukai para pelajar. Siapa sih yang gak suka jam kosong? Seluruh pelajar, pasti menyukainya. Mungkin para siswa selalu mengharapkan jam kosong. Seperti kelas 11 IPS 3 yang hari ini sedang ada jam kosong karena tahun ajaran baru. Mungkin guru-guru sedang mengurus para siswa-siswi baru kelas 10. Kelas 11 IPS 3 adalah kelas yang terkenal dengan murid yang bar-bar. Seperti saat ini. Berbagai ada aktivitas mereka lakukan. Ada siswa yang sedang bermain game di bangku pojok paling belakang. Ada yang sedang tidur di atas meja yang disambung-sambungkan menjadi satu menjadi tempat tidur. Ada yang sedang konser memukul-mukul meja. Para cewek-cewek sedang berselfi ria saling menunjukan gaya andalannya. Ada yang berkelompok untuk menggosip. Ada juga yang sedang keluar kelas makan di kantin. Seperti saat ini. Ke-empat cowok yang terkenal bar-barnya sedang berjalan menuju kantin sambil salah satu dari mereka asik berceloteh. "Melihatnya jantungku berde
Alvin melangkahkan kakinya menuju kelas Alin yaitu 10 MIPA 2. Dengan plastik putih ditangannya yang berisi kotak makan dan satu botol air mineral.Cowok itu melihat Alin sedang tertawa dengan cowok didepannya yang terlihat sedang melakukan hal-hal lucu."Aldi!" Teriak Alin nyaring saat cowok itu mencubit pipinya."Abisnya suruh siapa lo gemesin?" Tanya Aldi.Alin memutar bola matanya malas mengusap-usap pipinya yang memerah akibat dicubit."Ya udah maaf, gue traktir mau gak?""Ayok! Kantin!" Seru Alin girang.Aldi menggenggam tangan Alin lalu tersenyum.Alvin mengepalkan kedua tangannya. Urat-urat di tangannya terlihat jelas menandakan dia sedang dilanda emosi.Cowok itu berjalan mendekati Aldi.Bugh!"Jangan sentuh milik gue sialan!" Ucap Alvin emosi lalu menarik tangan Alin kasar mendekatinya.Aldi mengusap darah yang ada di bibirnya bekas tonjokan Alvin."Ikut gue!" Alvin menari
"Gue pengen bakso beranak dimana ya?" Tanya Ardan. "Di tukang bakso lah!" Seru Kenzo. "Bukan, bakso beranak di dalam mangkuk." Ucap Arya. "Gak sekalian di rumah sakit?" Tanya Kenzo. "Iya juga ya. Soalnya bakso beranak lahirannya di sesar." Celetuk Arya. "Karena gobloknya masuk ke jantung. Jadilah kepompa ke seluruh tubuh." Ucap Alvin. Alvin dan ke tiga temannya berjalan di koridor sekolah. Kenzo asik menggoda para gadis yang melewati mereka. "Hai cantik," ucap Kenzo pada gadis yang melewatinya. "Bisa gak sih lo sehari aja gak usah jelalatan matanya?" Tanya Ardan. Kenzo menggelengkan kepalanya," mata gue setiap hari harus liat cewek cantik. Jadi gak bisa." "Halo neng. Mau Aa anterin Sampai kelas ga?" Tanya Kenzo menghadang jalan Alin. "Gak. Terimakasih," ucap Alin jutek. Alvin yang tengah sibuk pada handphone nya langsung mengangkat kepalanya melihat Alin yang digoda oleh Kenzo. "Ekhem!" Ardan berdehem saat melihat tatapan mata Alvin kearah Kenzo. Lantas Kenzo menoleh kea
Alvin menjalankan motornya menelusuri jalan menuju rumah Alin. Matanya menyipit kala dia melihat seseorang yang familiar tengah memanjat tembok rumah berusaha keluar. Cowok itu menjalankan motornya menghampiri dia. Dengan cepat Alvin turun dari motornya lalu berlari. "Kena!" Seru Alvin menangkap Alin yang loncat dari atas tembok belakang rumah gadis itu. "Kak Alvin?" Ucap Alin terkejut. Alvin mengangkat satu alisnya keatas seolah bertanya 'kenapa?' "Turunin gue kak," pinta Alin. Alvin menurut lalu dilihatnya Alin dari kepala hingga kakinya," tangan lo kenapa?" Tanya Alvin meraih tangan gadis itu memar. "Jatuh." Jawab Alin singkat. Alvin merapihkan poni Alin dirinya merasa penasaran karena biasanya gadis itu tidak memakai poni. "Ini kenapa Alina?" Tanya Alvian saat dirinya melihat luka di kening gadis itu. "Nabrak pintu." Alibi Alin. "Lo bohong!" Ucap Alvin tidak yakin. "Kenapa lo juga gak pakai sepatu atau sendal? Lo kabur dari rumah?" Curiga cowok itu. Alin hanya diam mem
Seorang gadis cantik berjalan mengendap-endap menuju pintu keluar rumah. Yang ada di pikiran nya adalah jangan sampai dia membangunkan mamah dan kakak nya. Alin bernafas lega saat berhasil keluar. Lalu dia berjalan membuka gerbang rumah itu. Kemarin saat dia bolos sekolah dan pulang kerumahnya. Alin menemukan mamah dan kakak nya pulang dengan keadaan mabuk-mabukan. Ia kira rumah nya masih sepi. Karena semenjak papahnya pergi karena ada urusan bisnis di luar kota. Mamah dan kakak perempuan nya tidak pulang kerumah selama tiga hari ini. Luka-luka di tubuhnya pun disebabkan oleh mereka. Selalu saja meluapkan emosi pada dirinya. Suara klakson mengagetkan Alin dari lamunannya. Alvin membuka pintu mobilnya lalu turun," pagi-pagi jangan ngelamun. Coba senyum." Alim tersenyum singkat. "Aku jadi tau wajah bidadari saat senyum seperti apa." Ucap Alvin. "Apaan sih?" Balas Alin salah tingkah. Cowok itu tertawa," pipinya kenapa warna pink. Jadi gemes pengen gigit." "Kenapa gombal terus
"Lo ga ngerti omongan manusia hah?!" "Udah gue bilang jauhi Alvin ya lo jauhi!" Alya mencengkram pipi Alin erat. Gadis itu menghentakkan tangan Alya dari kedua pipinya," gue udah nurutin semua perkataan lo termasuk jauhi kak Alvin." "Untuk yang kemarin kemarin itu kak Alvin nya sendiri yang nyamperin gue." "Terus lo nyalahin gue gitu?" "Disini gue udah berusaha nurutin kemauan lo, tapi lo nya makin ngelunjak." Ucap Alin mengeluarkan unek-unek nya. "Kalau begitu lebih baik gue bunuh papah lo. Setuju?" Alya tersenyum miring. "Pilih papah lo mati atau jauhi Alvin." Tekan Alya kembali. Alin tersenyum misterius," gue bakal bilang sama papah kalo lo sama mamah lo itu wanita licik!" "Oh iya kah? Bagaimana caranya? Sedangkan papah lo aja lebih percaya sama gue." Ucap Alya sombong. Alin memutar rekaman pembicaraan dia dan Alya barusan yang ia rekam di handphone nya. "Mana mungkin kan papah ga percaya sama bukti ini." Ucapnya menantang Alya. Terlihat Alya mengepalkan tangannya," k
Alin memakan nasi goreng yang dipesankan Alvin untuknya. Matanya melirik cowok yang duduk di sampingnya yang dari tadi terus saja memperhatikannya.Gadis itu kembali mengalihkan pandangannya berusaha tidak peduli dan kembali fokus pada makanannya.Terlihat dia buru-buru memakan nasi goreng itu agar cepat habis dan bisa pergi meninggalkan kakak kelas nya itu."Pelan-pelan makannya, gak ada yang minta." Seru Alvin.Alin meminum seteguk air untuk mengakhiri makan paginya. "Gue ke kelas duluan, thanks makannya."Alvin bangkit dari duduknya menghalangi jalan Alin.Cowok itu menempelkan telapak tangannya di kening gadis itu."Badan lo panas, istirahat aja di UKS, gue temenin. Udah diminta izin ini sama guru lo.""Gue baik baik aja.""Bisa ga si, lo nurutin perkataan gue? Jangan membangkang terus!" Sentak Alvin."Lo bisa gak sih? Gak usah maksa maksa orang. Bersikap semau lo, lo gak mikirin perasaan gue. Jauhin gue." "Apa salah nya? Gue suka sama lo, apa jatuh cinta itu sebuah kejahatan?"
Keesokan paginya Alin berjalan memasuki area sekolah. Peluh keringat membanjiri mukanya. Bagaimana tidak? Dia lari dari rumahnya samai ke sekolah.Tadi pagi-pagi sekali sebenarnya dia berangkat bersama Alya dengan mobil cewek itu. Tetapi tidak jauh dari rumahnya, Alya menurunkan Alin di tengah jalan dan meninggalkannya. Sialan sekali bukan?!Gadis itu menyelipkan anak rambut yang menghalangi pandangannya ke belakang daun telinga. Gerah sekali! Ditambah sekarang ini rambutnya dia biarkan tergerai. Jika saja dia membawa ikat rambut, pasti dia ikat.Langkah kakinya sengaja dia pelankan untuk mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. Tangannya berusaha mengipas-ngipas di depan mukanya bertujuan untuk menghilangkan gerah."Pagi Alin." Sapa Alvin yang datang dari arah belakang gadis itu.Alin melirik Alvin sebentar lalu menolehkan lagi pandangannya ke depan."Lo habis ngapain?" Tanya Alvin melihat Alin banjir keringat."Lo peduli?" Tanya Alin cue
"Sebenarnya Alin dimana? Dari tadi kita udah muter-muter kota ini gak jelas." Decak Alvin."Jangan-jangan lo bohong? Lo gak tau Alin dimana kan? Itu sebabnya lo selalu kasih tau tempat yang salah dan berakhir kita muter-muter jalanan gak jelas.""Gue tau, cuma tadi gue sengaja memperlambat waktu. Gue pengen lebih lama bareng sama lo." Ucap Alya dengan wajah tidak bersalah nya.Alvin memberhentikan mobilnya ditepi jalan."Turun!" Seru cowok itu dengan nada emosi.Bagaimana tidak? Sekarang sudah pukul 20.00, sudah 1 jam mereka mengelilingi jalan raya namun tidak kunjung bertemu Alin, karena Alya selalu memberikan tempat tujuan lokasi yang salah."Oke-oke! Sebenarnya Aldi bawa Alin ke pasar malam. Jadi jangan turunin gue oke?" Ucap Alya mengalah."Awas kalo lo bohong lagi, gue buang lu di jalanan!" Ancam Alvin lalu melajukan mobilnya membelah jalan raya yang padat, spertinya karena ini malam minggu.*****
Alin turun dari bus yang dia tumpangi untuk pulang. Gadis itu lalu berjalan membuka gerbang rumahnya.Tin!Pergerakan nya terhenti saat suara klakson terdengar di indra pendengarannya. Gadis itu menoleh.Terlihat Alvin dengan motor ninja merahnya dan Alya yang di bonceng cowok itu yang tengah memeluk erat pinggang Alvin.Alin membuka lebar gerbang itu lalu segera memasuki rumahnya.Gadis itu berlarian kecil membuka pintu kamarnya lalu menutupnya kembali.Dengan langkah kecilnya Alin membuka tirai jendela, melihat kearah gerbang dimana Alya dan Alvin tengah berjalan masuk."Ngapain pake di suruh mampir sih?" Ucap Alin."Bulshit banget, katanya suka sama gue. Sekarang jalan sama Alya."Alin duduk di meja belajarnya.Gadis itu lalu menepuk pelan kepalanya."Gue kan harus siap-siap. Pasti Aldi bentar lagi datang."Gadis itu segera bejalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.Al
"Alin!"Gadis yang merasa dipanggil menghentikan langkah kakinya.Terlihat di lapangan sana Alvin tengah berlari menghampirinya."Tangan lo udah sembuh?" Tanya Alvin dengan seragam basketnya.Alin hanya mengangguk lalu melanjutkan langkahnya yang tertunda."Alin." Panggil Alvin kembali sambil menyusul langkah gadis itu."Kenapa lo terus menghindar dari gue?"Gadis itu hanya diam."Alina!" Alvin menggenggam tangan Alin membuat langkah gadis itu terpaksa berhenti."Kenapa sih?" Alin menghentakkan tangan cowok itu sehingga genggaman di tangannya terlepas."Lo kenapa sih? Tiba-tiba menjauh dari gue?" Tanya Alvin."Apa iya? Perasaan lo aja kali.""Kalo ada masalah cerita sama gue. Gue buat salah sama lo?"Gadis itu hanya diam."Jawab!""Lo siapa gue sih kak? Lo itu cuma cowok pemaksa yanga buat kehidupan tenang gue jadi gak tenang lagi. Karena lo gue suka dapat masalah."
Seorang gadis memasuki area kantin yang ramai itu. Mengedarkan pandangannya kearah warung-warung berharap ada yang kosong atau tidak panjang mengantri. Maklum, dirinya yang tidak memiliki teman dekat sampai sekarang kemana-mana hanya sendiri. Dia bukan anak yang tidak pandai berinteraksi, namun Aldi yang selalu ada di sampingnya, menjadi sahabat, sekaligus orang penyemangat untuk dia. Dari kecil Aldi bersamanya. Alin pikir Aldi juga cukup untuk dijadikan sahabat dekatnya. Jelas saja dia juga butuh seorang teman perempuan supaya sama-sama bisa saling mengerti karena sama-sama perempuan. "Ck!" Gadis itu berdecak kala dia terpaksa harus mengantri. Jelas saja warung-warung penuh oleh siswa-siswi yang mengantri. Alin menghela nafasnya kala Aldi belum juga datang. Cowok itu sedang mengantarkan buku ke perpustakaan. Jika saja sekarang ada Aldi, pasti cowok itu sudah menerobos antrian dan mendapatkan makanan awal. Tidak jarang juga
"Alin mana?" Kata itu yang langsung terlontar dari mulut Alvin ketika memasuki ruang rawat Feri.Semua mata tertuju padanya. Feri sudah siuman, lelaki itu menatap Alvin bingung."Alin lagi beli makan di kantin sama Aldi dan ketiga temen lo. Lo disini aja nunggu," Alya tiba-tiba menghampiri Alvin dan menarik tangan cowok itu untuk duduk di sofa ruangan itu.Alvin menepis tangan Alya," jangan setuh gue.""Gue mau nyusul mereka ke kantin, permisi."Alvin pamit keluar dari ruangan itu."Gue ikut!" Seru Alya mengikuti Alvin yang menghiraukan kehadirannya."Al!"Alvin mengalihkan pandangannya saat ada yang memanggil namanya.Terlihat Kenzo memanggilnya dengan membawa kantung kresek di tangganya."Mau kemana?" Tanya Arya menghampiri Alvin."Alin mana?" Tanya Alvin balik bertanya."Alin pulang ke rumahnya sama Aldi,katanya Alin mau ganti baju." Jawab Ardan yang dari tadi di samping Arya.Sial, k
Gadis dengan baju pasien itu berjalan memasuki ruangan dimana papahnya terbujur kaku.Alin berjalan menghampiri papahnya yang tertidur dengan bantuan alat pernafasan."Halo pah, Alin kangen sama papah, ingin sekali Alin bertemu papah. Sayangnya sekalinya Alin bertemu, papah sakit," gadis itu duduk di samping tempat tidur sang papah."Padahal banyak sekali yang ingin Alin ceritakan. Kebahagiaan papah itu sudah cukup untuk Alin bertahan, papah superhero Alin.""Sedih banget liat superhero Alin terbujur kaku kayak gini. Kalo bisa Alin aja yang ada di posisi papah." Gadis itu menggenggam tangan berotot yang di pasang infus."Alin ingin sekali berkata jujur. Biarkan Alin jujur saat ini mumpung papah gak bisa denger kan lagi tidur hehe," Alin cengegesan."Alin gak bahagia pah." Alin menundukkan kepalanya."Alin kangen bunda,Alin bahkan pernah merasakan dimana ada di titik pengen nyusul bunda." Gadis itu perlahan menetaskan air mata.