Alin turun dari bus yang dia tumpangi untuk pulang. Gadis itu lalu berjalan membuka gerbang rumahnya.
Tin!
Pergerakan nya terhenti saat suara klakson terdengar di indra pendengarannya. Gadis itu menoleh.
Terlihat Alvin dengan motor ninja merahnya dan Alya yang di bonceng cowok itu yang tengah memeluk erat pinggang Alvin.
Alin membuka lebar gerbang itu lalu segera memasuki rumahnya.
Gadis itu berlarian kecil membuka pintu kamarnya lalu menutupnya kembali.
Dengan langkah kecilnya Alin membuka tirai jendela, melihat kearah gerbang dimana Alya dan Alvin tengah berjalan masuk.
"Ngapain pake di suruh mampir sih?" Ucap Alin.
"Bulshit banget, katanya suka sama gue. Sekarang jalan sama Alya."
Alin duduk di meja belajarnya.
Gadis itu lalu menepuk pelan kepalanya."Gue kan harus siap-siap. Pasti Aldi bentar lagi datang."
Gadis itu segera bejalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Al
"Sebenarnya Alin dimana? Dari tadi kita udah muter-muter kota ini gak jelas." Decak Alvin."Jangan-jangan lo bohong? Lo gak tau Alin dimana kan? Itu sebabnya lo selalu kasih tau tempat yang salah dan berakhir kita muter-muter jalanan gak jelas.""Gue tau, cuma tadi gue sengaja memperlambat waktu. Gue pengen lebih lama bareng sama lo." Ucap Alya dengan wajah tidak bersalah nya.Alvin memberhentikan mobilnya ditepi jalan."Turun!" Seru cowok itu dengan nada emosi.Bagaimana tidak? Sekarang sudah pukul 20.00, sudah 1 jam mereka mengelilingi jalan raya namun tidak kunjung bertemu Alin, karena Alya selalu memberikan tempat tujuan lokasi yang salah."Oke-oke! Sebenarnya Aldi bawa Alin ke pasar malam. Jadi jangan turunin gue oke?" Ucap Alya mengalah."Awas kalo lo bohong lagi, gue buang lu di jalanan!" Ancam Alvin lalu melajukan mobilnya membelah jalan raya yang padat, spertinya karena ini malam minggu.*****
Keesokan paginya Alin berjalan memasuki area sekolah. Peluh keringat membanjiri mukanya. Bagaimana tidak? Dia lari dari rumahnya samai ke sekolah.Tadi pagi-pagi sekali sebenarnya dia berangkat bersama Alya dengan mobil cewek itu. Tetapi tidak jauh dari rumahnya, Alya menurunkan Alin di tengah jalan dan meninggalkannya. Sialan sekali bukan?!Gadis itu menyelipkan anak rambut yang menghalangi pandangannya ke belakang daun telinga. Gerah sekali! Ditambah sekarang ini rambutnya dia biarkan tergerai. Jika saja dia membawa ikat rambut, pasti dia ikat.Langkah kakinya sengaja dia pelankan untuk mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. Tangannya berusaha mengipas-ngipas di depan mukanya bertujuan untuk menghilangkan gerah."Pagi Alin." Sapa Alvin yang datang dari arah belakang gadis itu.Alin melirik Alvin sebentar lalu menolehkan lagi pandangannya ke depan."Lo habis ngapain?" Tanya Alvin melihat Alin banjir keringat."Lo peduli?" Tanya Alin cue
Alin memakan nasi goreng yang dipesankan Alvin untuknya. Matanya melirik cowok yang duduk di sampingnya yang dari tadi terus saja memperhatikannya.Gadis itu kembali mengalihkan pandangannya berusaha tidak peduli dan kembali fokus pada makanannya.Terlihat dia buru-buru memakan nasi goreng itu agar cepat habis dan bisa pergi meninggalkan kakak kelas nya itu."Pelan-pelan makannya, gak ada yang minta." Seru Alvin.Alin meminum seteguk air untuk mengakhiri makan paginya. "Gue ke kelas duluan, thanks makannya."Alvin bangkit dari duduknya menghalangi jalan Alin.Cowok itu menempelkan telapak tangannya di kening gadis itu."Badan lo panas, istirahat aja di UKS, gue temenin. Udah diminta izin ini sama guru lo.""Gue baik baik aja.""Bisa ga si, lo nurutin perkataan gue? Jangan membangkang terus!" Sentak Alvin."Lo bisa gak sih? Gak usah maksa maksa orang. Bersikap semau lo, lo gak mikirin perasaan gue. Jauhin gue." "Apa salah nya? Gue suka sama lo, apa jatuh cinta itu sebuah kejahatan?"
"Lo ga ngerti omongan manusia hah?!" "Udah gue bilang jauhi Alvin ya lo jauhi!" Alya mencengkram pipi Alin erat. Gadis itu menghentakkan tangan Alya dari kedua pipinya," gue udah nurutin semua perkataan lo termasuk jauhi kak Alvin." "Untuk yang kemarin kemarin itu kak Alvin nya sendiri yang nyamperin gue." "Terus lo nyalahin gue gitu?" "Disini gue udah berusaha nurutin kemauan lo, tapi lo nya makin ngelunjak." Ucap Alin mengeluarkan unek-unek nya. "Kalau begitu lebih baik gue bunuh papah lo. Setuju?" Alya tersenyum miring. "Pilih papah lo mati atau jauhi Alvin." Tekan Alya kembali. Alin tersenyum misterius," gue bakal bilang sama papah kalo lo sama mamah lo itu wanita licik!" "Oh iya kah? Bagaimana caranya? Sedangkan papah lo aja lebih percaya sama gue." Ucap Alya sombong. Alin memutar rekaman pembicaraan dia dan Alya barusan yang ia rekam di handphone nya. "Mana mungkin kan papah ga percaya sama bukti ini." Ucapnya menantang Alya. Terlihat Alya mengepalkan tangannya," k
"Mau lo apa sih?" Tanya Alin marah.Alvin diam dengan ekspresi santainya.Pandangannya lurus melihat Aldi yang sedang di hajar oleh ketiga temannya.Alin melihat Aldi terkapar lemah lelaki itu tidak sama sekali melakukan perlawanan. Aldi adalah sahabatnya, dia tidak mau Aldi di hajar oleh teman-teman Alvin hanya gara-gara dirinya."Mau lo apa kak?" Ucap Alin berusaha sabar.Alvin tetap diam.Alin berusaha merendam amarahnya. Menghela nafasnya sabar."Mau kamu apa? Alvin maunya apa?" Tanya Alin lembut sambil memegang kedua tangan Alvin."Berhenti!" Seru Alvin. Kedua temannya langsung berhenti menghajar Aldi yang sudah tidak berdaya.Alvin tersenyum."Lo jadi pacar gue!"
Jam kosong. Satu kata singkat namun disukai para pelajar. Siapa sih yang gak suka jam kosong? Seluruh pelajar, pasti menyukainya. Mungkin para siswa selalu mengharapkan jam kosong. Seperti kelas 11 IPS 3 yang hari ini sedang ada jam kosong karena tahun ajaran baru. Mungkin guru-guru sedang mengurus para siswa-siswi baru kelas 10. Kelas 11 IPS 3 adalah kelas yang terkenal dengan murid yang bar-bar. Seperti saat ini. Berbagai ada aktivitas mereka lakukan. Ada siswa yang sedang bermain game di bangku pojok paling belakang. Ada yang sedang tidur di atas meja yang disambung-sambungkan menjadi satu menjadi tempat tidur. Ada yang sedang konser memukul-mukul meja. Para cewek-cewek sedang berselfi ria saling menunjukan gaya andalannya. Ada yang berkelompok untuk menggosip. Ada juga yang sedang keluar kelas makan di kantin. Seperti saat ini. Ke-empat cowok yang terkenal bar-barnya sedang berjalan menuju kantin sambil salah satu dari mereka asik berceloteh. "Melihatnya jantungku berde
Alvin melangkahkan kakinya menuju kelas Alin yaitu 10 MIPA 2. Dengan plastik putih ditangannya yang berisi kotak makan dan satu botol air mineral.Cowok itu melihat Alin sedang tertawa dengan cowok didepannya yang terlihat sedang melakukan hal-hal lucu."Aldi!" Teriak Alin nyaring saat cowok itu mencubit pipinya."Abisnya suruh siapa lo gemesin?" Tanya Aldi.Alin memutar bola matanya malas mengusap-usap pipinya yang memerah akibat dicubit."Ya udah maaf, gue traktir mau gak?""Ayok! Kantin!" Seru Alin girang.Aldi menggenggam tangan Alin lalu tersenyum.Alvin mengepalkan kedua tangannya. Urat-urat di tangannya terlihat jelas menandakan dia sedang dilanda emosi.Cowok itu berjalan mendekati Aldi.Bugh!"Jangan sentuh milik gue sialan!" Ucap Alvin emosi lalu menarik tangan Alin kasar mendekatinya.Aldi mengusap darah yang ada di bibirnya bekas tonjokan Alvin."Ikut gue!" Alvin menari
"Gue pengen bakso beranak dimana ya?" Tanya Ardan. "Di tukang bakso lah!" Seru Kenzo. "Bukan, bakso beranak di dalam mangkuk." Ucap Arya. "Gak sekalian di rumah sakit?" Tanya Kenzo. "Iya juga ya. Soalnya bakso beranak lahirannya di sesar." Celetuk Arya. "Karena gobloknya masuk ke jantung. Jadilah kepompa ke seluruh tubuh." Ucap Alvin. Alvin dan ke tiga temannya berjalan di koridor sekolah. Kenzo asik menggoda para gadis yang melewati mereka. "Hai cantik," ucap Kenzo pada gadis yang melewatinya. "Bisa gak sih lo sehari aja gak usah jelalatan matanya?" Tanya Ardan. Kenzo menggelengkan kepalanya," mata gue setiap hari harus liat cewek cantik. Jadi gak bisa." "Halo neng. Mau Aa anterin Sampai kelas ga?" Tanya Kenzo menghadang jalan Alin. "Gak. Terimakasih," ucap Alin jutek. Alvin yang tengah sibuk pada handphone nya langsung mengangkat kepalanya melihat Alin yang digoda oleh Kenzo. "Ekhem!" Ardan berdehem saat melihat tatapan mata Alvin kearah Kenzo. Lantas Kenzo menoleh kea