Alvin melangkahkan kakinya menuju kelas Alin yaitu 10 MIPA 2. Dengan plastik putih ditangannya yang berisi kotak makan dan satu botol air mineral.
Cowok itu melihat Alin sedang tertawa dengan cowok didepannya yang terlihat sedang melakukan hal-hal lucu.
"Aldi!" Teriak Alin nyaring saat cowok itu mencubit pipinya.
"Abisnya suruh siapa lo gemesin?" Tanya Aldi.
Alin memutar bola matanya malas mengusap-usap pipinya yang memerah akibat dicubit.
"Ya udah maaf, gue traktir mau gak?"
"Ayok! Kantin!" Seru Alin girang.
Aldi menggenggam tangan Alin lalu tersenyum.
Alvin mengepalkan kedua tangannya. Urat-urat di tangannya terlihat jelas menandakan dia sedang dilanda emosi.
Cowok itu berjalan mendekati Aldi.
Bugh!
"Jangan sentuh milik gue sialan!" Ucap Alvin emosi lalu menarik tangan Alin kasar mendekatinya.
Aldi mengusap darah yang ada di bibirnya bekas tonjokan Alvin.
"Ikut gue!" Alvin menarik Alin supaya mengikutinya.
"Apa-apaan si lo kak?" Tanga Alin melihat Aldi lalu berusaha melepaskan cengkraman tangan Alvin dari tangannya.
Cowok itu membawanya ke taman sekolah.
"Mulai detik ini lo gak boleh deket sama cowok lain kecuali gue!" Tegas Alvin melepaskan cengkraman tangannya.
Alin meringis melihat pergelangan tangannya memerah.
"Gajelas lo!" Alin berjalan pergi meninggalkan Alvin.
"Alin!" Tegur Alvin.
"Berhenti atau gua cium!" Ucap Alvin.
Alin menghentikan langkahnya.
"Basi!" Ucap Alin.
Alvin menaruh plastik yang dibawanya lalu menarik Alin.
Cup!
"Menghapus jejak cubitan cowok sialan tadi di pipi lo," gumam Alvin tersenyum.
Plak!
Alin menampar pipi Alvin hingga mengeluarkan darah di sudut bibir cowok itu.
"Brengsek lo!" Ucap Alin emosi.
Alvin meringis mengusap darah yang keluar di sudut bibirnya.
"Kak sudut bibir lo berdarah? Aduh!" Alin gelagapan.
"Lo duduk dulu.Tunggu sebentar," Alin menyuruh Alvin duduk di kursi taman lalu pergi menuju UKS.
Alvin tersenyum miring, berhasil membuat cewek itu khawatir padanya. Padahal luka segini sudah biasa baginya. Bohong, dia tidak merasakan sakit sama sekali.
"Tapi kuat juga cewek gue," gumamnya.
___________
"Nih lo obatin sendiri kak," Alin mengulurkan tangannya memberikan kotak P3K."Obatin."
"Kalo begitu gue pergi," Alin hendak melangkahkan kakinya.
"Duduk," perintah Alvin.
"Alina! Duduk atau gue--"
"Oke! Gue duduk!" Gadis itu dudyk disamping Alvin.
"Makan," Alvin memberikan kotak makan dan air mineral itu.
"Gamau," tolak Alin.
"Oke fine, makasih!" Pasrah Alin melihat tatapan Alvin yang tidak bersahabat.
"Lo obatin luka lo," ucap nya.
"Nanti juga sembuh sendiri. Luka segini udah biasa." Balas Alvin.
Alin memutar bola matanya malas. Terus ngapain dia tadi pergi ke UKS mengambil obat untuk cowok disampingnya ini.
Gadis itu memakan roti pemberian Alvin dengan emosi.
Alvin tersenyum. Gemas sekali.
"kak." Panggil Alin.
"Hm?" Ucap Alvin.
"Lo mau gak jadi matahari di kehidupan gue?"
Alvin tersenyum," mau doang sayang."
" KALO BEGITU MENJAUHLAH 149,6 JUTA KM DARI SEKARANG!"
Setelah itu Alin bangkit dari duduk nya lalu menginjak kaki Alvin.
"Rasain!" Alin pergi meninggalkan Alvin yang meringis.
"Mine," gumam Alvin tersenyum licik.
______________"Buah mangga buah durian," ucap Arya berpantun."Lo pulang naik apa?" Lanjut Arya.
"Gak nyambung bego!" Seru Kenzo.
Arya mengangkat bahunya tidak peduli," lo pulang naik apa?"
"Gue pulang terbang." Jawab Kenzo.
"Lo kan gak punya sayap," ucap Ardan.
"Dia terbang menggepakan ginjal kanan dan kirinya." Sahut Arya.
"Gak gitu juga goblok!" Gereget Kenzo.
"Al, liat tuh gebetan lo di boncengan sama siapa?" Ucap Kenzo saat motor Aldi bersama Alin melewati mereka.
Alvian lantas mengalihkan pandangannya dari game di handphone nya.
Tangannya terkepal kuat. Sudah dia bilang Alin tidak boleh dekat dengan cowok lain selain dirinya.
Alvin tersenyum miring. Rupanya cara halus tidak mempan. Jangan salahkan jika cara yang ia gunakan sekarang kasar!
"Ikut gue!" Perintah Alvin lalu mereka berjalan menuju parkiran sekolah menghampiri motornya yang terparkir.
_____________
Avin beserta ketiga temannya menghadang jalan Aldi. Refleks Aldi berhenti mengerem motornya mendadak.Aldi dan Alin turun dari motor itu.
Dengan cepat Alvin menarik Alin untuk mendekatinya.
"Udah gue bilang lo gak boleh deket sama cowok lain. Lo pikir omongan gue tadi bercanda?" Ucap Alvin marah.
"Kalo cara halus gak bikin lo patuh jangan salahkan gua jika mulai saat ini cara yang gue lakuin salah!" Tegas Alvin. Mukanya memerah menahan amarah dengan mata tajamnya yang menatap Alin marah.
Alvin berjalan mendekat kearah Aldi," lo jangan pernah sentuh milik gue lagi!"
Cowok itu memegang kerah baju Aldi," atau gue habisi lo!"
"Udah-udah kawan! Jika kalian tidak bisa menyelesaikan dengan cara baik-baik, ingat," Arya memotong ucapannya.
"Buat apa diciptakan kedua tangan kalau tidak saling baku hantam." Lanjutnya.
"Orang lagi marah malah lo komporin goblok! Bukanya dilerai." Ucap Kenzo menggetak kepala Arya.
Alvin melepaskan cengkraman tangannya di kerah baju Aldi kasar.
"Hajar!" Ucap Avin pada ketiga temannya.
"Lah?" Bingung kenzo.
"Gasss!" Ucap Arya semangat langsung menghajar Aldi.
"Itung-itung pemasangan lah. Otot lengan gue lama gak adu jotos," ucap Ardan.
Curang! Tiga lawan satu.
"Mau lo apa sih?" Tanya Alin marah.
Alvin diam dengan ekspresi santainya.Pandangannya lurus melihat Aldi yang sedang di hajar oleh ketiga temannya.
Alin melihat Aldi terkapar lemah lelaki itu tidak sama sekali melakukan perlawanan. Aldi adalah sahabatnya, dia tidak mau Aldi di hajar oleh teman-teman Alvin hanya gara-gara dirinya.
"Mau lo apa kak?" Ucap Alin berusaha sabar.
Alvin tetap diam.
Alin berusaha merendam amarahnya. Menghela nafasnya sabar.
"Mau kamu apa? Alvin maunya apa?" Tanya Alin lembut sambil memegang kedua tangan Alvin.
"Berhenti!" Seru Alvin. Kedua temannya langsung berhenti menghajar Aldi yang sudah tidak berdaya.
Alvin tersenyum.
"Lo jadi pacar gue!"
"Gila lo!?" Jerit Alin.
"Gak!" Tolaknya.
"Terserah kalo lo gakmau sahabat lo itu hari ini terakhir nernafas." Ujar Alvin.
"Gak waras lo!" Seru Alin. Air matanya tidak bisa ia tahan lagi.
"Emang. Gue gak waras karena lo."
"Mulai detik ini gue akan melakukan apapun demi mendapatkan lo. Bahkan itu tindakan kekerasan sekalipun," ucap Alvian serius.
Alin berlari menghampiri Aldi yang terkapar lemah dengan darah disekujur tubuhnya.
"Aldi, Al. Bangun!" Ucap Alin gemetar, air matanya meluruh begitu saja.
"Tolong siapapun bawa Aldi ke rumah sakit!" Ucap Alin.
Tidak ada yang menyahut.
"Anjir kasian anak orang. Mending kita bawa kerumah sakit woy!" Seru Kenzo tak tega.
"Pulang!" Ucap Alvin menarik lengan Alin.
Gadis itu menarik lengannya kasar.
"Alina! Nurut atau gue bunuh sahabat lo!" Ancam Alvin.
Alin bangkit berdiri lalu mengambil serpihan kaca spion motor Aldi yang tadi pecah.
"Kalo gitu gue juga harus mati!" Ucapnya mengarahkan serpihan kaca itu pada lengannya.
"Alin lo jangan macam-macam!" Ucap Alvin marah.
"Lo bawa Aldi ke rumah sakit atau gue mati?"
"Alah palingan juga bohongan Al," seru Arya yang mendapat getakan dari Ardan.
"Lo gak tau situasi banget sih!" Bisik Ardan.
Alin menggores tangannya dengan serpihan kaca itu membuat cairan kental berwarna merah keluar.
"ALINA!" teriak Alvin langsung merebut serpihan kaca itu lalu membuangnya.
Alvin mengacak-acak rambutnya," bawa orang itu ke rumah sakit!" Perintahnya pada ketiga temannya.
"Ar, gue pinjem mobil lo. Kalian pesen taksi buat bawa dia."
"Soal motor gue sama lo Kenzo, nanti orang suruhan gue kesini buat ambil." Ucap Alvin.
Ardan mengangguk lalu melempar kunci mobil pada Alvin.
"Ikut gue!"
"Gak, gue mau nemenin Aldi ke rumah sakit," tolak Alin.
"Lo ikut gue atau gue gak bawa temen lo kerumah sakit?" Tanya Alvin.
"Percuma minta tolong sama orang lain! Disini sepi, jauh dari rumah warga." Lanjutnya.
Tanpa banyak kata Alvin menggendong Alin memasuki mobil Ardan. Dia harus segera mengobati luka ditangan gadisnya.
"Gue pengen bakso beranak dimana ya?" Tanya Ardan. "Di tukang bakso lah!" Seru Kenzo. "Bukan, bakso beranak di dalam mangkuk." Ucap Arya. "Gak sekalian di rumah sakit?" Tanya Kenzo. "Iya juga ya. Soalnya bakso beranak lahirannya di sesar." Celetuk Arya. "Karena gobloknya masuk ke jantung. Jadilah kepompa ke seluruh tubuh." Ucap Alvin. Alvin dan ke tiga temannya berjalan di koridor sekolah. Kenzo asik menggoda para gadis yang melewati mereka. "Hai cantik," ucap Kenzo pada gadis yang melewatinya. "Bisa gak sih lo sehari aja gak usah jelalatan matanya?" Tanya Ardan. Kenzo menggelengkan kepalanya," mata gue setiap hari harus liat cewek cantik. Jadi gak bisa." "Halo neng. Mau Aa anterin Sampai kelas ga?" Tanya Kenzo menghadang jalan Alin. "Gak. Terimakasih," ucap Alin jutek. Alvin yang tengah sibuk pada handphone nya langsung mengangkat kepalanya melihat Alin yang digoda oleh Kenzo. "Ekhem!" Ardan berdehem saat melihat tatapan mata Alvin kearah Kenzo. Lantas Kenzo menoleh kea
Alvin menjalankan motornya menelusuri jalan menuju rumah Alin. Matanya menyipit kala dia melihat seseorang yang familiar tengah memanjat tembok rumah berusaha keluar. Cowok itu menjalankan motornya menghampiri dia. Dengan cepat Alvin turun dari motornya lalu berlari. "Kena!" Seru Alvin menangkap Alin yang loncat dari atas tembok belakang rumah gadis itu. "Kak Alvin?" Ucap Alin terkejut. Alvin mengangkat satu alisnya keatas seolah bertanya 'kenapa?' "Turunin gue kak," pinta Alin. Alvin menurut lalu dilihatnya Alin dari kepala hingga kakinya," tangan lo kenapa?" Tanya Alvin meraih tangan gadis itu memar. "Jatuh." Jawab Alin singkat. Alvin merapihkan poni Alin dirinya merasa penasaran karena biasanya gadis itu tidak memakai poni. "Ini kenapa Alina?" Tanya Alvian saat dirinya melihat luka di kening gadis itu. "Nabrak pintu." Alibi Alin. "Lo bohong!" Ucap Alvin tidak yakin. "Kenapa lo juga gak pakai sepatu atau sendal? Lo kabur dari rumah?" Curiga cowok itu. Alin hanya diam mem
Seorang gadis cantik berjalan mengendap-endap menuju pintu keluar rumah. Yang ada di pikiran nya adalah jangan sampai dia membangunkan mamah dan kakak nya. Alin bernafas lega saat berhasil keluar. Lalu dia berjalan membuka gerbang rumah itu. Kemarin saat dia bolos sekolah dan pulang kerumahnya. Alin menemukan mamah dan kakak nya pulang dengan keadaan mabuk-mabukan. Ia kira rumah nya masih sepi. Karena semenjak papahnya pergi karena ada urusan bisnis di luar kota. Mamah dan kakak perempuan nya tidak pulang kerumah selama tiga hari ini. Luka-luka di tubuhnya pun disebabkan oleh mereka. Selalu saja meluapkan emosi pada dirinya. Suara klakson mengagetkan Alin dari lamunannya. Alvin membuka pintu mobilnya lalu turun," pagi-pagi jangan ngelamun. Coba senyum." Alim tersenyum singkat. "Aku jadi tau wajah bidadari saat senyum seperti apa." Ucap Alvin. "Apaan sih?" Balas Alin salah tingkah. Cowok itu tertawa," pipinya kenapa warna pink. Jadi gemes pengen gigit." "Kenapa gombal terus
"Aldi lo udah baikan?" Tanya Alin menghampiri Aldi yang sedang duduk di kursi taman. "Udah lah, gue kan LAKIK." Sombong cowok itu. Alin memutar bola matanya malas,"gak ingat pernah sekarat." Aldi tersenyum cengegesan," sorry ya gara-gara gue lo pacaran sama si Alvin." Gadis itu duduk di samping Aldi lalu menggelengkan kepalanya," jangan merasa bersalah gitu Al. Justru gue yang harusnya minta maaf sama lo, karena gue lo jadi masuk rumah sakit." "Gak usah gitu. Apa sih yang gak buat adik gue?" Ucap Aldi tersenyum. "Inget ya kita cuma beda sepuluh bulan!" Seru Alin tidak suka. Aldi tertawa lalu mengacak puncak kepala Alin," iya gemes banget lo." Gadis itu menyingkirkan tangan Aldi dari kepalanya," kebiasaan!" "Sory gue gak jenguk lo waktu lo di rumh sakit. Waktu gue mau ke rumh lo kata bi Ana lo lagi pergi ke luar kota." "Iya. Papah gue ada pekerjaan dan perlu bantuan mamah. Terus gue disuruh ikut, dan tadi
Dengan seragam rapihnya Alin berjalan menunju meja makan. Dirinya terheran-heran kala kakak dan mamah tirinya sedang menyiapkan makanan. Tidak sampai disitu, tadi pagi-pagi sekali mamahnya membangun kan dia. Ia kira akan disuruh ini itu ternyata hanya untuk mengingatkannya bahwa hari ini sekolah. "Eh Alin? Sini makan gue udah masakin buat lo." Ucap Alya. "Gak usah repot-repot kak," alibi Alin. "Udah kamu duduk aja. Anggap aja ini permintaan maaf dari kami," ucap sang mamah menyuruh Alin duduk. Alin menurut, melihat hidangan dihadapannya yang begitu banyak. Biasanya dia sarapan hanya dengan roti dan segelas susu saja. Alin melirik kakak dan mamahnya. Gadis itu bertanya-tanya apakah mereka sedang kesurupan jin baik? Soalnya momen ini sangatlah langka. Yang mereka biasa lakukan hanyalah menyiksa nya. "Tenang Alin, gak gue kasih racun ko. Ya kan mah," ucap Alya. "Iya Lin, makan coba. Kami udah susah payah biki
Aldi mengusap puncak kepala Alin dalam dekapannya. gadis itu menangis sesegukan.saat ini mereka sedang di depan ruang IGD. yang artinya papahnya alin masih dalam tanganan dokter."papah..." gumam Alin."sttt." Aldi menenangkan, mengusap punggung gadis itu lembut."papah gak akan pergi ninggalin Alin kan." gumam gadis itu."gak boleh bicara gitu. gue selalu ada di samping lo."Alin menangis sejadi-jadinya. alin tidak mau kehilangan untuk kedua kalinya lagi. papahnya lah yang membuat dia bertahan."Gue lelah Al," ucap Alin.Aldi melepaskan pelukannya, menangkup kedua pipi gadis itu lalu menatap kedua mata Alin."Lo boleh lelah tapi jangan menyerah, oke?" ucap Aldi memberikan semangat.Air mata gadis itu kembali meluncur begitu saja, diiringi dengan rasa pusing di kepalanya.Aldi melebarkan matanya kala darah segar keluar dari hidung gadis itu."Lo mimisan?"Alin menyentuh hidu
Gadis dengan baju pasien itu berjalan memasuki ruangan dimana papahnya terbujur kaku.Alin berjalan menghampiri papahnya yang tertidur dengan bantuan alat pernafasan."Halo pah, Alin kangen sama papah, ingin sekali Alin bertemu papah. Sayangnya sekalinya Alin bertemu, papah sakit," gadis itu duduk di samping tempat tidur sang papah."Padahal banyak sekali yang ingin Alin ceritakan. Kebahagiaan papah itu sudah cukup untuk Alin bertahan, papah superhero Alin.""Sedih banget liat superhero Alin terbujur kaku kayak gini. Kalo bisa Alin aja yang ada di posisi papah." Gadis itu menggenggam tangan berotot yang di pasang infus."Alin ingin sekali berkata jujur. Biarkan Alin jujur saat ini mumpung papah gak bisa denger kan lagi tidur hehe," Alin cengegesan."Alin gak bahagia pah." Alin menundukkan kepalanya."Alin kangen bunda,Alin bahkan pernah merasakan dimana ada di titik pengen nyusul bunda." Gadis itu perlahan menetaskan air mata.
"Alin mana?" Kata itu yang langsung terlontar dari mulut Alvin ketika memasuki ruang rawat Feri.Semua mata tertuju padanya. Feri sudah siuman, lelaki itu menatap Alvin bingung."Alin lagi beli makan di kantin sama Aldi dan ketiga temen lo. Lo disini aja nunggu," Alya tiba-tiba menghampiri Alvin dan menarik tangan cowok itu untuk duduk di sofa ruangan itu.Alvin menepis tangan Alya," jangan setuh gue.""Gue mau nyusul mereka ke kantin, permisi."Alvin pamit keluar dari ruangan itu."Gue ikut!" Seru Alya mengikuti Alvin yang menghiraukan kehadirannya."Al!"Alvin mengalihkan pandangannya saat ada yang memanggil namanya.Terlihat Kenzo memanggilnya dengan membawa kantung kresek di tangganya."Mau kemana?" Tanya Arya menghampiri Alvin."Alin mana?" Tanya Alvin balik bertanya."Alin pulang ke rumahnya sama Aldi,katanya Alin mau ganti baju." Jawab Ardan yang dari tadi di samping Arya.Sial, k